Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PERCOBAAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR SECARA KOAGULASI DAN


FLOKULASI
(Mata kuliah Praktikum Pengolahan Limbah)

oleh Kelompok 3 Kelas 2C :


Adinda Dwi Ifvournamasari NIM 1831410045
Arya Rizqy Irangga NIM 1831410137
Gracela Ratu Salsabillah NIM 1831410029
Muhammad Alfin Firdaus NIM 1831410110
Shafara Najla Marinda S. NIM 1831410116
Shella Novita Setyawati NIM 1831410109

LABORATORIUM PENGELOLAAN LIMBAH


D-III TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Percobaan : Pengolahan Limbah Cair secara


Koagulasi dan Flokulasi
Jenis Limbah Cair : Limbah Tahu
Tanggal Praktikum :-
Tempat Praktikum : Laboratorium Pengelolaan Limbah
Dosen Pengampu / NIDN : Susanto, S.Pd., M.Sc / 0620118901
Kelas / Kelompok : 2C D3 / 3
Program Studi : D-III Teknik Kimia
Jurusan : Teknik Kimia
Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Malang
Personil Kelompok :
No. Nama Mahasiswa NIM
1 Adinda Dwi Ifvournamasari 1831410045
2 Arya Rizqy Irangga 1831410137
3 Gracela Ratu Salsabillah 1831410029
4 Muhammad Alfin Firdaus 1831410110
5 Shafara Najla Marinda S. 1831410116
6 Shella Novita Setyawati 1831410109

Malang, 9 April 2020


Mengetahui, Ketua Kelompok 3
Dosen Pengampu

Susanto, S.Pd., M.Sc. Arya Rizqy Irangga


NIP 198911202019031014 NIM 1831410137
ABSTRAK

Sesuai peraturan yang berlaku, setiap industri wajib melakukan


pengolahan limbah yang muncul dari proses produksinya, salah satunya
yaitu pada industri tahu. Yang mana limbah cairnya mengandng zat-zat
organik (organic sludge) selebihnya komponen komponen non organik
yang tidak berbahaya, namun air limbah tersebut mempunyai harga zat
padat terlarut, zat padat tersuspensi yang melebihi baku mutu yang
dikeluarkan pemerintah sehingga diperlukan penanganan. Dalam
praktikum ini dikakukan penanganan yaitu dengan cara pengolahan
limbah secara koagulsi dan flokulasi, yaitu memisahkan padatan terlarut
dari air limbah. Praktikum ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan
kombinasi koagulan flokulan yang terbaik dalam mereduksi komponen –
komponen koloid dan partikel tersuspensi pada efluen limbah cair
sehingga tidak membahayakan lingkungan sekitar. Pada praktikum ini
dilakukan pemilihan variabel, yaitu konsentrasi dari koagulan yang
digunakan dan dosis dari koagulan yang digunakan. Praktikum dilakukan
dengan parameter turbidity.
Kata Kunci: tahu, koagulan, and turbidity.

ABSTRACT
In accordance with applicable regulations, each industry is obliged
to conduct waste treatment that arises from its production process, one of
which is the tofu industry. Where the liquid waste contains organic
substances (organic sludge), the rest are non-organic components which
are harmless, but the wastewater has a price of dissolved solids,
suspended solids that exceed the quality standards issued by the
government, so that handling is needed. In this practicum the treatment is
stiffened by coagulant and flocculation treatment, which separates
dissolved solids from wastewater. This practicum is carried out with the
aim of getting the best combination of flocculant coagulants in reducing
colloidal components and suspended particles in effluent liquid waste so
that it does not endanger the surrounding environment. In this practicum a
selection of variables is carried out, namely the concentration of the
coagulant used and the dose of the coagulant used. Practicum is done
with turbidity parameters.
Keywords: Tofu, coagulant, and turbidity.
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................2

ABSTRAK.....................................................................................................3

DAFTAR ISI..................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN................................................................................5

I.1 Latar Belakang..................................................................................5

I.2 Tujuan................................................................................................6

I.3 Manfaat..............................................................................................7

BAB II DASAR TEORI..................................................................................7

II.1 Dasar Teori........................................................................................8

II.1.1 Limbah.........................................................................................8

II.1.2 Limbah Tahu................................................................................8

II.1.3 Pengolahan Limbah secara Koagulasi dan Flokulasi..................9

II.1.4 Analisis Total Suspended Solid.................................................11

II.1.5 Analisis Turbidity........................................................................13

BAB III PROSEDUR PERCOBAAN...........................................................14

III.1 Alat......................................................................................................14

III.2 Bahan..................................................................................................14

III.3 Prosedur..............................................................................................15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................17

IV.1 Hasil Percobaan.................................................................................17

IV.2 Pembahasan.......................................................................................17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................19

LAMPIRAN.................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

BAB I Latar Belakang


Indonesia memiliki banyak sekali limbah yang dihasilkan. Dimana
limbah yang dihasilkan dapat mencemarkan lingkungan apabila tidak
diolah dengan baik. Salah satu terjadinya pencemaran adalah
banyaknya limbah yang dibuang tanpa diolah terlebih dahulu ataupun
sudah diolah, akan tetapi belum memenuhi persyaratan (Farida
Hanum et al., 2015). Air limbah juga dikenal sebagai sewage, mula-
mula dari limbah rumah tangga, manusia, dan binatang, tapi kemudian
berkembang selain dari sumbersumber tersebut juga air limbah
berasal dari kegiatan industri, run off, infiltrasi air bawah tanah. Air
limbah pada dasarnya 99,94 % berasal dari sisa kegiatan sedang 0,06
% berasal dari material terlarut oleh proses alam (Prabowo, 2012).

BAB II Tujuan
Tujuan percobaan pengolahan limbah cair secara koagulasi dan
flokulasi sebagai berikut:
a. Mengoperasikan proses dan peralatan pengolahan secara
koagulasi dan flokulasi dengan baik dan benar.
b. Mengetahui pengaruh dosis koagulan terhadap penurunan
konsentrasi kekeruhan dan padatan tersuspensi total yang
terkandung dalam air limbah.
c. Mengetahui pengaruh kecepatan pengadukan lambat terhadap
penurunan konsentrasi kekeruhan dan padatan tersuspensi total
(total suspended solid) yang terkandung dalam air limbah.
d. Mengetahui kondisi optimum pada hasil pengolahan limbah cair
secara koagulasi dan flokulasi.
BAB III Manfaat
Manfaat percobaan pengolahan limbah cair secara Koagulasi dan
Flokulasi sebagai berikut:
a. Bagi Mahasiswa
Sebagai sara dalam melaksanakan salah satu Tri Dharma
Perguruan Tinggi yaitu penelitian dan pengembangan. Selain itu
juga sebagai wadah untuk mengaplikasikan ilmu yang telah
diperoleh dari kegiatan perkuliahan.
b. Bagi Masyarakat dan Lingkungan
Sebagai salah satu solusi untuk mengatasi limbah cair pada
lingkungan yang ada di masyarakat, serta untuk menjaga
kelestarian lingkungan dengan tidak membuang limbah cair yang
belum diolah secara sembarangan.

BAB II
DASAR TEORI
II. 1 Dasar Teori

II.1.1 Limbah
Limbah cair dapat digolongkan ke dalam dua bagian menurut
sumber pencemarnya, yaitu limbah cair industri dan limbah cair domestik
(rumah tangga) (Agung W et al., 2005). Teknologi pengolahan limbah cair
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga metode yaitu pengolahan fisik, kimia,
biologi atau atau kombinasinya. Penerapan masing- masing metoda
tergantung pada kualitas air baku dan kondisi fasilitas yang tersedia.
Salah satu metoda pengolahan limbah cair secara fisik adalah pengolahan
koagulasi (Indriyati and Susanto, 2016).
II.1.2 Limbah Tahu

Limbah tahu adalah bahan atau materi buangan yang timbul akibat
kegiatan produksi tahu, yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Limbah yang
dihasilkan berupa limbah padat dan cair. Limbah padat berupa ampas
kedelai. Limbah cair berupa sisa air perendaman, sisa air tahu yang tidak
menggumpal, serta limbah cair keruh berwarna kuning muda keabu-abuan
yang apabila dibiarkan akan berubah menjadi hitam dan berbau busuk
(Nurhasan dan Pramudyanto, 1991). Pada umumnya limbah padat tahu
dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak. Sedangkan, limbah tahu yang
berbentuk cair dibuang ke perairan sehingga mengakibatkan dampak
buruk bagi kualitas air yaitu mengakibatkan bau busuk pada sungai atau
tempat disekitar pembuangan limbah cair tahu tersebut. Keberadaan
limbah cair dapat memberikan nilai negatif terhadap suatu kegiatan
industri. Namun limbah cair tahu juga dapat memberikan nilai positif jika
dapat memaksimalkan berbagai potensi yang ada pada limbah cair
industri serta melakukan penanganan dengan teknologi yang tepat
(Wijaya, 2008). Pengelolaan limbah dalam industri pembuatan tahu
merupakan salah satu dari contoh teknik pengelolaan limbah secara
waste to product yaitu menggunakan kembali limbah industri tahu sebagai
bahan baku produk baru yang memiliki nilai tambah. Upaya-upaya yang
dapat dilakukan adalah pengolahan limbah cair tahu ini menjadi kecap
tahu, pupuk cair, dan bahan bakar biogas serta dapat juga dilakukan
untuk menghasilkan asam yang dapat digunakan kembali untuk proses
penggumpalan susu tahu atau biasa disebut biang (Anonima , 2010).
Karakteristik limbah cair tahu dipengaruhi oleh metode atau cara
pada proses pembuatan tahu. Limbah cair yang dihasilkan pada industri
tahu ini akan mengalami proses yang dilakukan oleh mikrobia (secara
spontan) selama pembuangan, hal ini terjadi dengan jalan menghidrolisis
zat organik, seperti protein, karbohidrat, dan lemak yang masih
terkandung dalam limbah cair tahu, tahap ini disebut dengan tahap
hidrolisis. Tahapan selanjutnya yaitu tahap asidifikasi atau pengasaman
yaitu proses pembentukan asamasam organik dari zat organik yang telah
dihidrolisis pada tahap sebelumnya. Tahapan terakhir yaitu tahap
pembentukan biogas hasil biokonversi dari asam organik yang dihasilkan.
Sehingga diperlukan karakterisasi limbah cair tahu dengan perbedaan
proses pembuatan tersebut.

II.1.3 Biji Kelor


Salah satu koagulan alami yang dapat dijadikan sebagai alternatif
pengolahan limbah cair yang ramah lingkungan yaitu biji kelor (Moringa
oleifera). Kelor merupakan tumbuhan jenis perdu yang memiliki manfaat
pada setiap bagiannya. Biji kelor yang sudah tua dapat dijadikan sebagai
koagulan penjernih air dan limbah cair. Biji kelor yang kurang
dimanfaatkan oleh masyarakat ternyata memiliki kandungan senyawa
protein, alkali, karbohidrat dan vitamin. Biji kelor mengandung zat aktif
yang dapat membantu menurunkan gaya tolak menolak antara partikel
koloid dalam air (Sutherland, 1994). Zat aktif dalam biji kelor dapat
menyebabkan destabilisasi partikel koloid (limbah cair) yang dapat terjadi
melalui mekanisme yang disebut dengan jembatan antar partikel. biji kelor
berpotensi sebagai koagulan alami dalam menurunkan kadar TSS limbah
cair industi tahu. Penelitian ini diarahkan pada faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan suatu proses koagulasi antara lain kadar
koagulan optimum dan waktu kontak optimum. Amdani (2004) melaporkan
bahwa pH dan kadar koagulan biji kelor berpengaruh nyata terhadap
penyisihan kekeruhan limbah cair industri pencucian jeans. Derajat
keasaman (pH) optimum koagulasinya adalah 3 (tiga) dengan kekeruhan
tersisihkan 83,03%. Kadar optimum biji kelor adalah 120 mg/250 mL atau
480 mg/L dengan kekeruhan yang tersisihkan sebesar 92,21%. Sehingga
penggunaan koagulan alami seperti biji kelor dapat menjadi teknologi
alternatif dalam pengolahan limbah cair yang memanfaatkan potensi alam.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian tentang optimalisasi daya koagulasi serbuk biji kelor
(Moringa oleifera) pada limbah cair industri tahu. Penelitian ini berfokus
pada optimalisasi kemampuan serbuk biji kelor (Moringa oleifera) dalam
mengendapkan TSS limbah cair industri tahu.[ CITATION Mei17 \l 1033 ]

II.1.4 Pengolahan Limbah secara Koagulasi dan Flokulasi


Koagulasi adalah proses kimia yang digunakan untukmenghilangkan
bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid. Partikel-
partikel koloid ini tidak dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani oleh
perlakuan fisik. Melalui proses koagulasi,kekokohan partikel koloid
ditiadakan sehingga terbentuk flok-flok lembut yang kemudian dapat
disatukan melalui proses flokulasi. Koagulasi yang efektif terjadi pada pH
tertentu. Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan pada partikel
tersuspensi dan koloid. Flokulasi adalah aglomerasi dari partikel yang
terdestabilisasi dan koloid menjadi partikel terendapkan. Adapun bahan
koagulan yang sering dipergunakan antara lain: tawas Al2(SO4)3 dan
Poly Aluminium Cloride, AlnCl(3n-m)(OH)m (PAC). Pembentuk flok pada
proses koagulasi dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia seperti kondisi
pengadukan, pH, Alkalinitas, kekeruhan dan suhu air. Flokulan merupakan
suatu bahan yang dibutuhkan untuk mendekatkan jarak antar partikel agar
membentuk agregat yang cukup besar (flok) sehingga mengendap lebih
cepat. Kecepatan pengendapan biasanya diperbesar dengan aluminium
sulfat (Indriyati and Susanto, 2016).
Koagulasi dan flokulasi digunakan untuk memisahkan bagian
padatan tersuspensi dari air. Partikel tersuspensi bervariasi dalam
sumber, muatan, ukuran partikel, bentuk, dan kerapatan. Penerapan
koagulasi dan flokulasi yang benar tergantung pada faktor-faktor ini.
Padatan tersuspensi dalam air memiliki muatan negatif dan karena
memiliki jenis muatan permukaan yang sama, mereka saling tolak ketika
saling berdekatan. Oleh karena itu, padatan tersuspensi akan tetap dalam
suspensi dan tidak akan menggumpal dan mengendap keluar dari air,
kecuali digunakan koagulasi dan flokulasi yang tepat. Limbah cair sering
mengandung polutan yang hadir dalam bentuk koloid. Dalam beberapa
kasus, suspensi koloid dapat mengandung bahan organik, oksida logam,
senyawa toksik yang tidak larut, emulsi yang stabil dan kekeruhan. Tujuan
utama proses koagulasi / flokulasi adalah menghilangkan kekeruhan dari
air (Prakash, Sockan and Jayakaran, 2014).

II.1.4 Analisis Total Suspended Solid


TSS merupakan bahan tersuspensi yang menyebabkan kekeruhan
air terdiri dari lumpur, pasir halus serta jasad-jasad renik yang terutama
disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa badan air (Effendi,
2003). Nilai TSS dapat menjadi salah satu parameter biofisik perairan
yang secara dinamis mencerminkan perubahan yang terjadi di daratan
maupun di perairan. TSS sangat berguna dalam analisis perairan dan
buangan domestik yang tercemar serta dapat digunakan untuk
mengevaluasi mutu air, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan
(Hidayat, Suprianto and Dewi, 2016).
Padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan total
yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau
lebih besar dari ukuran partikel koloid. Metode ini digunakan untuk
menentukan residu tersuspensi yang terdapat dalam contoh uji air dan air
limbah secara gravimetri. Metode ini tidak termasuk penentuan bahan
yang mengapung, padatan yang mudah menguap dan dekomposisi garam
mineral.
Prinsip dari uji TSS yaitu dengan cara contoh uji yang telah
homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu
yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan
pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC. Kenaikan berat saringan
mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi
menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori
saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk
memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut
total dan padatan total.
Dalam proses penyaringan menggunakan kertas saring (glass-fiber
filter) yang memiliki beberapa jenis, yaitu:
1) Whatman Grade 934 AH, dengan ukuran pori (Particle Retention)
1,5 μm (Standar for TSS in water analysis).

2) Gelman type A/E, dengan ukuran pori (Particle Retention) 1,0 μm


(Standar filter for TSS/TDS testing in sanitary water analysis
procedures).

3) E-D Scientific Specialities grade 161 (VWR brand grade 161)


dengan ukuran pori (Particle Retention)1,1 μm (Recommended for
use in TSS/TDS testing in water and wastewater).

4) Saringan dengan ukuran pori 0,45 μm. (Nasional, 2004)

II.1.5 Analisis COD


COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang
diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam
air (Boyd, 1990). Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai
secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada
kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat sehingga segala
macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan
sulit urai, akan teroksidasi (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991).
Metode pengukuran COD adalah dengan menambahkan sejumlah
tertentu kalium bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel
(dengan volume diketahui) yang telah ditambahkan asam pekat dan
katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu.
Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat ditera dengan cara titrasi. Nilai
COD dapat segera diketahui setelah satu atau dua jam (Atima, 2015).
II.2.6 Analisis BOD
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik
yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh
mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi
bahan organik dalam kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf &
Eddy, 1991).
Metode pengukuran BOD adalah mengukur kandungan oksigen
terlarut awal (DOi) dari sampel segera setelah pengambilan contoh,
kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah
diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20 oC) yang
sering disebut dengan DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi - DO5) merupakan
nilai BOD yang dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L). Nilai
BOD dapat diketahui setelah waktu inkubasi lima hari (Atima, 2015).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

III.1 Alat
a. Peralatan Percobaan
1) Seperangkat alat flokulator
2) Labu ukur 100 mL
3) Gelas arloji
4) Spatula
5) Batang pengaduk
6) Erlenmeyer 100 mL
7) Pipet ukur 5 mL dan 25 mL
8) Ball pipet
b. Peralatan Analisis TSS
1) Cawan gooch 25 mL
2) Pompa vakum
3) Selang
4) Penjepit besi
5) Oven
6) Suction flask 500 mL
7) Neraca analitik
8) Desikator
9) Kertas saring
c. Peralatan Analisis Turbidity
1) Alat portable turbidymeter model 2100 P
2) Beaker glass 50 mL
3) Pipet tetes

III.2 Bahan
a. Bahan Percobaan
1) Limbah tahu
2) Koagulan PAC (Poly Alumunium Chloride)
3) Aquades
4) Kertas pH universal
b. Bahan untuk Analisis TSS
1) Sampel limbah tahu
2) Aquades
3) Kertas saring
c. Bahan untuk Analisis Turbidity
1) Sampel limbah tahu

III.3 Prosedur
a. Prosedur Percobaan
1) Tahap Persiapan
a) Stop contact listrik diperiksa dan dipastikan terhubung
dengan jar test.
b) Indikator kecepatan dan waktu diperiksa dan dipastikan
dalam keadaan ON.
c) Dipersiapkan koagulan dengan dosis sesuai percobaan.
d) Dipersiapkan alat analisis TSS, oven dengan suhu 100℃,
desikator, dan jar test (flokulator).
e) Sampel limbah diukur pH nya dan dipastikan memiliki pH 7.
2) Tahap Percobaan
a) Diisi wadah dengan air limbah tahu sebanyak 800 mL.
b) Dicek pH pada air limbah tahu, tambahkan larutan NaOH
apabila hingga air limbah tahu menjadi netral.
c) Dilakukan pengukuran kekeruhan awal larutan pada air
limbah.
d) Diatur kecepatan dan waktu koagulasi dengan cara
mengatur tombol pengatur kecepatan pada 100 rpm dan
waktu 1 menit.
e) Ditambahkan larutan koagulan dengan konsentrasi masing-
masing 0 mL, 10 mL, 20 mL, 30 mL, 40 mL, dan 50 mL.
f) Ditekan tombol ON untuk mulai pengadukan cepat (proses
koagulasi).
g) Dilakukan pengadukan lambat pada 30 rpm dan waktu 20
menit.
h) Dicatat waktu saat pertama kali nampak pembentukan flok.
i) Ditekan tombol OFF dan lepaskan pengaduk dari
pengikatnya.
j) Diamkan larutan sampel limbah di dalam wadah selama 30-
45 menit.
b. Prosedur Analisis TSS
1) Persiapan Kertas Saring
a) Ditimbang kertas saring.
b) Dioven kertas saring selama 15 menit dengan suhu 105℃.
c) Dimasukkan kertas saring yang sudah dioven ke dalam
desikator selama 15 menit.
d) Ditimbang kembali kertas saring.
e) Diulangi langkah-langkah hingga massa kertas saring
konstan.
2) Penyaringan Sampel dengan Alat TSS
a) Dipasang karet, cawan gooch pada bejana hisap.
b) Dipasang selang pada bejana hisap.
c) Diletakkan kertas saring pada corong hisap, lalu dibasahi
dengan aquades.
d) Dinyalakan pompa vakum.
e) Dituang sampel sebanyak 30 mL.
f) Ditunggu hingga seluruh sampel terhisap.
3) Penentuan Berat Endapan pada Kertas Saring
a) Dioven kertas saring selama 1 jam pada suhu 105℃
b) Dimasukkan kertas saring ke dalam desikator selama 15
menit.
c) Ditimbang kertas saring.
d) Diulangi langkah-langkah hingga massa kertas saring
konstan.
e) Dihitung nilai TSS sampel.
( a−b ) x 1000
Zat Padat Tersuspensi Total=
C

c. Prosedur Analisis Turbidity


1) Dikocok sampel limbah tahu.
2) Dituang sampel ke dalam kuvet.
3) Diisi hingga tanda batas.
4) Ditutup kuvet hingga rapat.
5) Dibersihkan bagian luar kuvet dengan tissue.
6) Dimasukkan kuvet pada lubang sampel dan ditutup.
7) Ditekan tombol pada alat turbiditymeter, ditunggu hingga nilai
NTU muncul.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan


Data Awal Percobaan I
- Volume air limbah :
- pH air limbah :
- Jenis koagulan :
- Kadar koagulan :
- Kec. Pengaduk cepat :
Data Awal Percobaan II
- Volume air limbah :
- pH air limbah :
- Jenis koagulan :
- Kadar koagulan :
- Kec. Pengaduk cepat :

Vol. Percobaan I Percobaan II


Koagulan (Koagulan yang ditambahkan: ___ ppm) (Koagulan yang ditambahkan: ___ ppm)
Kec. Lambat: Kec. Lambat: Kec. Lambat: Kec. Lambat:
yang
Berat Berat Berat Berat
ditambahkan Turbidity Turbidity Turbidity Turbidity
endapan endapan endapan endapan
(mL) (NTU) (NTU) (NTU) (NTU)
(g) (g) (g) (g)
0
10
20
30
40
50
IV.2 Pembahasan
Percobaan I

Gambar 1. Pengaruh Kadar Sebuk Biji Kelor Terhadap Pengendapan TSS

Gambar 2. Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Pengendapan TSS

Percobaan II

Hasil analisa Limbah Cair Tahu

Hasil Analisa
Baku Setelah penambahan serbuk
Satua Mut Sebelum Penambahan biji kelor (g/l)
No Parameter n u Serbuk Biji Kelor 1 1,5 2 2,5
1 BOD mg/l 75 86 64,08 22 36 10
47,5
2 COD mg/l 100 150,8 91,84 66,06 2 31,07
3 TSS mg/l 50 161 69 33 31 30
4 pH   9-Jun 4,5 4,5 4,3 4,2 4,2

Efektifitas Proses Koagulasi-flokulasi

Persentase Penyisihan (%)

No Parameter 1 gram 1,5 gram 2 gram 2,5 gram

1 BOD 25,48 74,44 58,13 88,37

2 COD 39,09 56,19 68,48 79,39

3 TSS 57,14 79,5 80,74 81,36

4 pH 0 4,4 6,7 6,7

100
90
80
Persentase Penyisihan (%)

70
60
50 BOD
COD
40
TSS
30 pH
20
10
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Biji Kelor (gram)

Gambar 3. Perbandingan Parameter BOD, COD, TSS dan pH terhadap


variasi berat biji kelor

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan pengolahan limbah secara koagulasi dan
flokulasi maka dapat disimpulkan bahwa:

V.2 Saran
Adapun saran pada percobaan pengolahan limbah secara koagulasi
dan flokulasi sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA

Agung W, W. et al. (2005) ‘PENURUNAN KADAR BOD LIMBAH CAIR


SECARA PROSES BIOLOGI DENGAN TIPE ROTATING
BIOLOGICAL CONTACTORS (RBCs)’, Ekuilibrium, 4(2), pp.
52–57.

Atima, W. (2015) ‘Jurnal Biology Science & Education 2015’, 4(1), pp. 83–
98.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya
dan Lingkungan. Kanisius. Yogyakarta. 98 hal.

Hidayat, D., Suprianto, R. and Dewi, P. S. (2016) ‘Penentuan Kandungan


Zat Padat ( Total Dissolve Solid Dan Total Suspended Solid ) Di
Perairan Teluk Lampung’, Analytical and Environmental
Chemistry, 1(01), pp. 36–45. Available at:
http://repository.lppm.unila.ac.id/2831/1/Volume 1_Hal 36-45-
Rina.pdf.

Indriyati, I. and Susanto, J. P. (2016) ‘Pengolahan Limbah Cair Pabrik


Kecap Secara Koagulasi Dan Flokulasi’, Jurnal Teknologi
Lingkungan, 10(3), p. 265. doi: 10.29122/jtl.v10i3.1472.

Prakash, N. B., Sockan, V. and Jayakaran, P. (2014) ‘Waste Water


Treatment by Coagulation and Flocculation’, Certified
International Journal of Engineering Science and Innovative
Technology, 9001(2), pp. 2319–5967. Available at:
http://www.ijesit.com/Volume 3/Issue 2/IJESIT201402_61.pdf.

Rinawati et al. (2016) ‘Penentuan Kandungan Zat Padat (Total Dissolve


Solid dan Total Suspended Solid) di Perairan Teluk Lampung’,
Analit: Analytical and Environmental Chemistry, 1(01), pp. 36–
45.
Rozanna Sri Irianty, F. K. D. C., (2011). Pengolahan Limbah Cair Tahu
Menggunakan Biji Kelor (Moringa Oleifera Lamk ). PROSIDING
SNTK TOPI, pp. 29-35.
Sari, M., (2017). OPTIMALISASI DAYA KOAGULASI SERBUK BIJI
KELOR (Moringa oleifera) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI
TAHU. AGRITEPA, 4(1), pp. 25-37.
Standar Nasional Indonesia (2004) Air dan Air Limbah- Bagian 3: Cara uji
padatan tersuspensi total (TSS) Secara Gravimetri.

Yudhistira, B., Andriani, M. and Utami, R. (2018) ‘Karakterisasi: Limbah


Cair Industri Tahu Dengan Koagulan Yang Berbeda (Asam
Asetat Dan Kalsium Sulfat)’, Caraka Tani: Journal of
Sustainable Agriculture, 31(2), p. 137. doi:
10.20961/carakatani.v31i2.11998.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Log Sheet Peralatan


Laboratorium : Pengolahan Limbah
Unit Kerja : Pengolahan Air Limbah secara Koagulasi dan
Flokulasi
Tanggal :-
Nama 1. Adinda Dwi Ifvournamasari
2. Arya Rizqy Irangga
3. Gracela Ratu Salsabillah
4. Muhammad Alfin Firdaus
5. Shafara Najla Marinda S.
6. Shella Novita Setyawati
Peralatan yang Kondisi
masuk dalam unit Keterangan
OK Not OK
kerja




*Centang pada salah satu pilihan OK/Not OK

Ketidaknormalan Selama Pengoperasian

Pengatur pompa flowrate masuk ke dalam tangki limbah mengakibatkan


bau yang tidak sedap.
Lampiran 2. Log Sheet Aktivitas
Laboratorium : Pengolahan Limbah
Unit Kerja : Pengolahan Air Limbah secara Koagulasi dan
Flokulasi
Tanggal :-
Nama 1. Adinda Dwi Ifvournamasari
2. Arya Rizqy Irangga
3. Gracela Ratu Salsabillah
4. Muhammad Alfin Firdaus
5. Shafara Najla Marinda S.
6. Shella Novita Setyawati

Aktiv Paraf
itas Jawaban Praktikan Maha
Dosen
ke- siswa
Proses penggumpalan partikel koloid karena
penambahan bahan kimia sehingga partikel-
1
partikel tersebut bersifat netral dan membentuk
endapan karena adanya gaya gravitasi
1. Tahap destabilasi partikel koloid
2. Tahap pembentukan partikel koloid
2
3. Tahap penggabungan mikroflok
4. Tahap pembentukan mikroflok
a. Menghilangkan kadar solid
b. Menghilangkan kekeruhan dan warna
c. Menghilangkan kandungan bakteri yang
3
terdapat dalam air
d. Menghilangkan algae dalam kolom distilasi
e. Menghilangkan kesadahan
Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan
untuk membantu proses pengendapan partikel-
4
partikel kecil yang tidak dapat mengendap
dengan secara sendirinya.
5 1. PAC, mampu menjembatani partikel-partikel
koloid sehingga koagulasi berlangsung
efisien.
2. Tawas, efektif untuk menurunkan kadar
karbonat, dan harganya yang murah.
3. Ferrous sulfate, efektif untuk proses
penjernihan air dengan pH tinggi.
4. Ferrie sulfate, dapat menghilangkan warna
pada pH rendah dan tinggi serta dapat
menghilangkan Fe dan Mn.
5. Sodium aluminate, dapat menghilangkan
warna dalam proses pelunakan air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
koagulasi dan flokulasi, yaitu kualitas air, suhu
air, jenis koagulan, koagulan aid, pH air, jumlah
6. garam-garam terlarut dalam air, tingkat
kekeruhan air baku, kecepatan pengadukan,
waktu pengadukan dan dosis koagulan.
Lampiran 3. Skema Kerja
A. Pengolahan Limbah Cair
B. Analisis TSS
C. Analisis Turbidity

Anda mungkin juga menyukai