ABSTRACT
In accordance with applicable regulations, each industry is obliged
to conduct waste treatment that arises from its production process, one of
which is the tofu industry. Where the liquid waste contains organic
substances (organic sludge), the rest are non-organic components which
are harmless, but the wastewater has a price of dissolved solids,
suspended solids that exceed the quality standards issued by the
government, so that handling is needed. In this practicum the treatment is
stiffened by coagulant and flocculation treatment, which separates
dissolved solids from wastewater. This practicum is carried out with the
aim of getting the best combination of flocculant coagulants in reducing
colloidal components and suspended particles in effluent liquid waste so
that it does not endanger the surrounding environment. In this practicum a
selection of variables is carried out, namely the concentration of the
coagulant used and the dose of the coagulant used. Practicum is done
with turbidity parameters.
Keywords: Tofu, coagulant, and turbidity.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................2
ABSTRAK.....................................................................................................3
DAFTAR ISI..................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN................................................................................5
I.2 Tujuan................................................................................................6
I.3 Manfaat..............................................................................................7
II.1.1 Limbah.........................................................................................8
III.1 Alat......................................................................................................14
III.2 Bahan..................................................................................................14
III.3 Prosedur..............................................................................................15
IV.2 Pembahasan.......................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................19
LAMPIRAN.................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II Tujuan
Tujuan percobaan pengolahan limbah cair secara koagulasi dan
flokulasi sebagai berikut:
a. Mengoperasikan proses dan peralatan pengolahan secara
koagulasi dan flokulasi dengan baik dan benar.
b. Mengetahui pengaruh dosis koagulan terhadap penurunan
konsentrasi kekeruhan dan padatan tersuspensi total yang
terkandung dalam air limbah.
c. Mengetahui pengaruh kecepatan pengadukan lambat terhadap
penurunan konsentrasi kekeruhan dan padatan tersuspensi total
(total suspended solid) yang terkandung dalam air limbah.
d. Mengetahui kondisi optimum pada hasil pengolahan limbah cair
secara koagulasi dan flokulasi.
BAB III Manfaat
Manfaat percobaan pengolahan limbah cair secara Koagulasi dan
Flokulasi sebagai berikut:
a. Bagi Mahasiswa
Sebagai sara dalam melaksanakan salah satu Tri Dharma
Perguruan Tinggi yaitu penelitian dan pengembangan. Selain itu
juga sebagai wadah untuk mengaplikasikan ilmu yang telah
diperoleh dari kegiatan perkuliahan.
b. Bagi Masyarakat dan Lingkungan
Sebagai salah satu solusi untuk mengatasi limbah cair pada
lingkungan yang ada di masyarakat, serta untuk menjaga
kelestarian lingkungan dengan tidak membuang limbah cair yang
belum diolah secara sembarangan.
BAB II
DASAR TEORI
II. 1 Dasar Teori
II.1.1 Limbah
Limbah cair dapat digolongkan ke dalam dua bagian menurut
sumber pencemarnya, yaitu limbah cair industri dan limbah cair domestik
(rumah tangga) (Agung W et al., 2005). Teknologi pengolahan limbah cair
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga metode yaitu pengolahan fisik, kimia,
biologi atau atau kombinasinya. Penerapan masing- masing metoda
tergantung pada kualitas air baku dan kondisi fasilitas yang tersedia.
Salah satu metoda pengolahan limbah cair secara fisik adalah pengolahan
koagulasi (Indriyati and Susanto, 2016).
II.1.2 Limbah Tahu
Limbah tahu adalah bahan atau materi buangan yang timbul akibat
kegiatan produksi tahu, yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Limbah yang
dihasilkan berupa limbah padat dan cair. Limbah padat berupa ampas
kedelai. Limbah cair berupa sisa air perendaman, sisa air tahu yang tidak
menggumpal, serta limbah cair keruh berwarna kuning muda keabu-abuan
yang apabila dibiarkan akan berubah menjadi hitam dan berbau busuk
(Nurhasan dan Pramudyanto, 1991). Pada umumnya limbah padat tahu
dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak. Sedangkan, limbah tahu yang
berbentuk cair dibuang ke perairan sehingga mengakibatkan dampak
buruk bagi kualitas air yaitu mengakibatkan bau busuk pada sungai atau
tempat disekitar pembuangan limbah cair tahu tersebut. Keberadaan
limbah cair dapat memberikan nilai negatif terhadap suatu kegiatan
industri. Namun limbah cair tahu juga dapat memberikan nilai positif jika
dapat memaksimalkan berbagai potensi yang ada pada limbah cair
industri serta melakukan penanganan dengan teknologi yang tepat
(Wijaya, 2008). Pengelolaan limbah dalam industri pembuatan tahu
merupakan salah satu dari contoh teknik pengelolaan limbah secara
waste to product yaitu menggunakan kembali limbah industri tahu sebagai
bahan baku produk baru yang memiliki nilai tambah. Upaya-upaya yang
dapat dilakukan adalah pengolahan limbah cair tahu ini menjadi kecap
tahu, pupuk cair, dan bahan bakar biogas serta dapat juga dilakukan
untuk menghasilkan asam yang dapat digunakan kembali untuk proses
penggumpalan susu tahu atau biasa disebut biang (Anonima , 2010).
Karakteristik limbah cair tahu dipengaruhi oleh metode atau cara
pada proses pembuatan tahu. Limbah cair yang dihasilkan pada industri
tahu ini akan mengalami proses yang dilakukan oleh mikrobia (secara
spontan) selama pembuangan, hal ini terjadi dengan jalan menghidrolisis
zat organik, seperti protein, karbohidrat, dan lemak yang masih
terkandung dalam limbah cair tahu, tahap ini disebut dengan tahap
hidrolisis. Tahapan selanjutnya yaitu tahap asidifikasi atau pengasaman
yaitu proses pembentukan asamasam organik dari zat organik yang telah
dihidrolisis pada tahap sebelumnya. Tahapan terakhir yaitu tahap
pembentukan biogas hasil biokonversi dari asam organik yang dihasilkan.
Sehingga diperlukan karakterisasi limbah cair tahu dengan perbedaan
proses pembuatan tersebut.
III.1 Alat
a. Peralatan Percobaan
1) Seperangkat alat flokulator
2) Labu ukur 100 mL
3) Gelas arloji
4) Spatula
5) Batang pengaduk
6) Erlenmeyer 100 mL
7) Pipet ukur 5 mL dan 25 mL
8) Ball pipet
b. Peralatan Analisis TSS
1) Cawan gooch 25 mL
2) Pompa vakum
3) Selang
4) Penjepit besi
5) Oven
6) Suction flask 500 mL
7) Neraca analitik
8) Desikator
9) Kertas saring
c. Peralatan Analisis Turbidity
1) Alat portable turbidymeter model 2100 P
2) Beaker glass 50 mL
3) Pipet tetes
III.2 Bahan
a. Bahan Percobaan
1) Limbah tahu
2) Koagulan PAC (Poly Alumunium Chloride)
3) Aquades
4) Kertas pH universal
b. Bahan untuk Analisis TSS
1) Sampel limbah tahu
2) Aquades
3) Kertas saring
c. Bahan untuk Analisis Turbidity
1) Sampel limbah tahu
III.3 Prosedur
a. Prosedur Percobaan
1) Tahap Persiapan
a) Stop contact listrik diperiksa dan dipastikan terhubung
dengan jar test.
b) Indikator kecepatan dan waktu diperiksa dan dipastikan
dalam keadaan ON.
c) Dipersiapkan koagulan dengan dosis sesuai percobaan.
d) Dipersiapkan alat analisis TSS, oven dengan suhu 100℃,
desikator, dan jar test (flokulator).
e) Sampel limbah diukur pH nya dan dipastikan memiliki pH 7.
2) Tahap Percobaan
a) Diisi wadah dengan air limbah tahu sebanyak 800 mL.
b) Dicek pH pada air limbah tahu, tambahkan larutan NaOH
apabila hingga air limbah tahu menjadi netral.
c) Dilakukan pengukuran kekeruhan awal larutan pada air
limbah.
d) Diatur kecepatan dan waktu koagulasi dengan cara
mengatur tombol pengatur kecepatan pada 100 rpm dan
waktu 1 menit.
e) Ditambahkan larutan koagulan dengan konsentrasi masing-
masing 0 mL, 10 mL, 20 mL, 30 mL, 40 mL, dan 50 mL.
f) Ditekan tombol ON untuk mulai pengadukan cepat (proses
koagulasi).
g) Dilakukan pengadukan lambat pada 30 rpm dan waktu 20
menit.
h) Dicatat waktu saat pertama kali nampak pembentukan flok.
i) Ditekan tombol OFF dan lepaskan pengaduk dari
pengikatnya.
j) Diamkan larutan sampel limbah di dalam wadah selama 30-
45 menit.
b. Prosedur Analisis TSS
1) Persiapan Kertas Saring
a) Ditimbang kertas saring.
b) Dioven kertas saring selama 15 menit dengan suhu 105℃.
c) Dimasukkan kertas saring yang sudah dioven ke dalam
desikator selama 15 menit.
d) Ditimbang kembali kertas saring.
e) Diulangi langkah-langkah hingga massa kertas saring
konstan.
2) Penyaringan Sampel dengan Alat TSS
a) Dipasang karet, cawan gooch pada bejana hisap.
b) Dipasang selang pada bejana hisap.
c) Diletakkan kertas saring pada corong hisap, lalu dibasahi
dengan aquades.
d) Dinyalakan pompa vakum.
e) Dituang sampel sebanyak 30 mL.
f) Ditunggu hingga seluruh sampel terhisap.
3) Penentuan Berat Endapan pada Kertas Saring
a) Dioven kertas saring selama 1 jam pada suhu 105℃
b) Dimasukkan kertas saring ke dalam desikator selama 15
menit.
c) Ditimbang kertas saring.
d) Diulangi langkah-langkah hingga massa kertas saring
konstan.
e) Dihitung nilai TSS sampel.
( a−b ) x 1000
Zat Padat Tersuspensi Total=
C
Percobaan II
Hasil Analisa
Baku Setelah penambahan serbuk
Satua Mut Sebelum Penambahan biji kelor (g/l)
No Parameter n u Serbuk Biji Kelor 1 1,5 2 2,5
1 BOD mg/l 75 86 64,08 22 36 10
47,5
2 COD mg/l 100 150,8 91,84 66,06 2 31,07
3 TSS mg/l 50 161 69 33 31 30
4 pH 9-Jun 4,5 4,5 4,3 4,2 4,2
100
90
80
Persentase Penyisihan (%)
70
60
50 BOD
COD
40
TSS
30 pH
20
10
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Biji Kelor (gram)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan pengolahan limbah secara koagulasi dan
flokulasi maka dapat disimpulkan bahwa:
V.2 Saran
Adapun saran pada percobaan pengolahan limbah secara koagulasi
dan flokulasi sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Atima, W. (2015) ‘Jurnal Biology Science & Education 2015’, 4(1), pp. 83–
98.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya
dan Lingkungan. Kanisius. Yogyakarta. 98 hal.
Aktiv Paraf
itas Jawaban Praktikan Maha
Dosen
ke- siswa
Proses penggumpalan partikel koloid karena
penambahan bahan kimia sehingga partikel-
1
partikel tersebut bersifat netral dan membentuk
endapan karena adanya gaya gravitasi
1. Tahap destabilasi partikel koloid
2. Tahap pembentukan partikel koloid
2
3. Tahap penggabungan mikroflok
4. Tahap pembentukan mikroflok
a. Menghilangkan kadar solid
b. Menghilangkan kekeruhan dan warna
c. Menghilangkan kandungan bakteri yang
3
terdapat dalam air
d. Menghilangkan algae dalam kolom distilasi
e. Menghilangkan kesadahan
Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan
untuk membantu proses pengendapan partikel-
4
partikel kecil yang tidak dapat mengendap
dengan secara sendirinya.
5 1. PAC, mampu menjembatani partikel-partikel
koloid sehingga koagulasi berlangsung
efisien.
2. Tawas, efektif untuk menurunkan kadar
karbonat, dan harganya yang murah.
3. Ferrous sulfate, efektif untuk proses
penjernihan air dengan pH tinggi.
4. Ferrie sulfate, dapat menghilangkan warna
pada pH rendah dan tinggi serta dapat
menghilangkan Fe dan Mn.
5. Sodium aluminate, dapat menghilangkan
warna dalam proses pelunakan air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
koagulasi dan flokulasi, yaitu kualitas air, suhu
air, jenis koagulan, koagulan aid, pH air, jumlah
6. garam-garam terlarut dalam air, tingkat
kekeruhan air baku, kecepatan pengadukan,
waktu pengadukan dan dosis koagulan.
Lampiran 3. Skema Kerja
A. Pengolahan Limbah Cair
B. Analisis TSS
C. Analisis Turbidity