Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PERCOBAAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR SECARA BIOLOGI DENGAN


AF2B
(Mata kuliah Praktikum Pengolahan Limbah)

oleh Kelompok 2 Kelas : 3C D4


Aldi Prastyo Bramasto NIM 1841420018
Amildha Amalia Furqon I. NIM 1841420025
Hardanto Suryo Pratomo NIM 1841420064
Inun Milaniyah NIM 1841420080
Nadya Saskia Orchidantya NIM 1841420056
Sheila Devina Amira NIM 1841420082

LABORATORIUM PENGELOLAAN LIMBAH


D-IV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Percobaan : Pengolaha Limbah Cair secara Biologi


dengan AF2B
Jenis Limbah Cair : Limbah cair tahu
Tanggal Praktikum :-
Tempat Praktikum : Laboratorium Pengelolaan Limbah
Dosen Pengampu / NIDN : Susanto, S.Pd., M.Sc / 0620118901
Kelas / Kelompok : 3C D4 / 2
Program Studi : D-IV Teknologi Kimia Industri
Jurusan : Teknik Kimia
Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Malang
.Personil Kelompok :
No. Nama Mahasiswa NIM
1 Aldi Prastyo Bramasto 1841420018
2 Amildha Amalia Furqon Islamy 1841420025
3 Hardanto Suryo Pratomo 1841420064
4 Inun Milaniyah 1841420080
5 Nadya Saskia Orchidantya 1841420056
6 Sheila Devina Amira 1841420082

Malang, 28 Oktober 2020


Mengetahui, Ketua Kelompok 2
Dosen Pengampu

Susanto, S.Pd., M.Sc. Aldi Prastyo Bramasto


NIP 198911202019031014 NIM 1841420018

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................4
I.1 Latar Belakang....................................................................................4
I.2 Tujuan..................................................................................................5
BAB II DASAR TEORI..................................................................................7
BAB III PROSEDUR PERCOBAAN...........................................................12
III.1 Alat......................................................................................................12
a. Peralatan Percobaan Modul............................................................12
b. Peralatan Analisis COD..................................................................12
c. Peralatan Analisis BOD...................................................................12
III.2 Bahan...............................................................................................13
a. Bahan Percobaan............................................................................13
b. Bahan untuk Analisis COD..............................................................13
c. Bahan untuk Analisis BOD..............................................................13
III.3 Prosedur...........................................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................18
IV.1 Hasil Percobaan..............................................................................18
IV.2 Pembahasan...................................................................................18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................20
LAMPIRAN.................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Perkembangan industri dewasa ini telah memberikan sumbangan
besar terhadap perekonomian Indonesia. Di lain pihak perkembangan ini
juga telah memberikan dampak lain terhadap kelangsungan lingkungan
hidup yaitu berupa pencemaran lingkungan sebagai akibat buangan
industri yang tidak memenuhi standard baku mutu yang telah ditetapkan.
Industri tahu adalah salah satu industry skala kecil dan menengahyang
juga mengalami perkembangan cukup pesat. Saat ini di Indonesia
terdapat 84,000 unit industry tahu dengan kapasitas produksi lebih dari
2,56 juta ton per tahun yang tersebar di seluruh Indonesia terutama di
Pulau Jawa. (Indriyati and Susanto, 2016)
Permasalahan yang timbul adalah perkembang industri tahu
tersebut tidak diiringi dengan kesadaran lingkungan yang memadai.
Industri tahu pada umumnya merupakan industry rumah tangga yang
membuang hasil limbahnya secara langsung kelingkungan tanpa didahului
dengan pengolahan, sehingga sangat berpotensi menimbulkan
pencemaran. Limbah industry tahu ini dapat berupa limbah padat dan cair,
tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada
limbah padat. (Indriyati and Susanto, 2016)
Karakteristik limbah cair industry tahu meliputi dua hal, yaitu
karakteristik fisika dan kimia. Karakteristik Fisika meliputi padatan total,
padatan tersuspensi, suhu, warna, dan bau. Karakteristik kimia meliputi
bahan organik, bahan anorganik dan gas. (Indriyati and Susanto, 2016)
Industri tahu merupakan salah satu industri yang menggunakan
kedelai sebagai bahan baku. Pada umumnya industri tahu dilakukan oleh
usaha skala kecil menengah atau yang biasa disebut industri rumahan.
Tahu merupakan makanan padat yang memiliki kandungan protein tinggi,
yang berasal dari ekstraksi kacang kedelai. Kegiatan industri tahu juga
menghasilkan limbah yang berpotensi mencemari lingkungan. Limbah
yang dihasilkan industri tahu yaitu limbah cair yang berasal dari proses
perebusan kedelai, penyaringan dan pencetakan tahu. Sebagian besar
industri tahu mengalirkan langsung air limbahnya ke saluran-saluran
pembuangan, sungai ataupun badan air penerima lainnya tanpa diolah
terlebih dahulu, sehingga limbah cair yang dikeluarkan seringkali menjadi
masalah bagi lingkungan. Pengolahan limbah cair tahu dapat dilakukan
dengan berbagai proses, baik dengan proses biologi, kimia, dan maupun
secara fisika. (Kurnianto, 2017)
Kitosan merupakan polielektrolit kationik dan polimer berantai
panjang, mempunyai berat molekul besar dan reaktif karena adanya
gugus amina, hidroksil yang bertindak sebagai donor elektron dan bersifat
biodegradable sehingga kitosan dapat dimanfaatkan sebagai koagulan
pada pengolahan air limbah. Atas dasar pemikiran tersebut, sehingga
dilakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan kitosan dan variasi
waktu tinggal pada pengolahan limbah cair tahu dengan reaktor anaerob
dan mengetahui efektifitas pengolahan terbaik pada proses pengolahan
limbah cair tahu dengan penambahan kitosan pada reaktor anaerob.
(Kurnianto, 2017)

I.2 Tujuan
Tujuan percobaan pengolahan limbah cair secara biologi (AF2B) sebagai
berikut:
a. Mengoperasikan proses dan peralatan pengolahan secara biologi
(aerated fixed film biofilter) dengan baik dan benar
b. Mengetahui pengaruh flowrate umpan (BOD loading) terhadap
penurunan konsentrasi BOD dan COD yang terkandung dalam air
limbah.
c. Melakukan perhitungan COD dan BOD sampel limbah.
d. Mengetahui kondisi optimum pada hasil pengolahan limbah cair
secara biologi (AF2B).
I.3 Manfaat
Manfaat percobaan pengolahan limbah cair secara adsorpsi sebagai
berikut :
a. Bagi Mahasiswa
Sebagai sara dalam melaksanakan salah satu Tri Dharma
Perguruan Tinggi yaitu penelitian dan pengembangan. Selain itu
juga sebagai wadah untuk mengaplikasikan ilmu yang telah
diperolah dari kegiatan perkuliahan.
b. Bagi Masyarakat dan Lingkungan
Sebagai salah satu solusi untuk mengatasi limbah cair pada
lingkungan yang ada di masyarakat,serta untuk menjaga
kelestarian lingkungan dengan tidak membuang limbah cair yang
belum diolah secara sembarangan.
BAB II
DASAR TEORI

II.1 Limbah Cair


Air limbah (waste water) adalah air buangan dari masyarakat,
rumah tangga, industri, air tanah, air permukaan serta buangan
lainnya. Di dalam limbah cair terkandung zat-zat pencemar dengan
konsentrasi tertentu yang bila dimasukkan ke bahan air dapat
mengubah kualitas airnya. Kualitas air merupakan pencerminan
kandungan konsentrasi makhluk hidup, energi, zat-zat, atau
komponen lain yang ada dalam air. limbah cair mempunyai efek
negatif bagi lingkungan karena mengandung zat-zat beracun yang
mengganggu keseimbangan lingkungan dan kehidupan makhluk
hidup yang terdapat didalamnya (Nurita Sukma, 2005).

II.2 Limbah Cair Industri Tahu


Limbah tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses
pembuatan tahu maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang
dihasilkan berupa limbah padat dan cair. Limbah padat industri tahu
belum dirasakan dampaknya karena limbah padat industri tahu bisa
dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Air banyak digunakan sebagai
bahan pencucian dan merebus kedelai untuk proses produksinya.
Akibat dari banyak nya pemakaian air dalam proses pembuatan tahu
maka limbah cair yang dihasilkan juga cukup besar. Limbah cair
industri tahu memiliki beban pencemar yang tinggi. Pencemaran
limbah cair industri tahu berasal dari bekas pencucian kedelai,
perendaman kedelai, air bekas pembuatan tahu dan air bekas
perendaman tahu (R and Winata, 2011).
Air limbah tersebut mengandung bahan organik, bila langsung
dibuang kebadan air penerima tanpa ada nya proses pengolahan
maka akan menimbulkan pencemaran, seperti menimbulkan rasa dan
bau yang tidak sedap dan berkurangnya oksigen yang terlarut dalam
air sehingga mengakibatkan organisme yang hidup didalam air
terganggu karena kehidupannya tergantung pada lingkungan
sekitarnya.
Menurunnya kadar oksigen yang terlarut dalam air berarti kondisi
pencemaran didalam air semakin meningkat, maka diperlukan
pencegahan pencemaran akibat limbah cair industri tahu agar habitat
dan kehidupan air yang ada disekitar lingkungan tetap terlindungi
(R and Winata, 2011).

II.3 Pengolahan Limbah secara Biologi


Hampir semua junis limbah cair dapat diolah secara biologi bila
dilakukan melalui analisis dan kontrol lingkungan yang benar. Proses
pengolahan biologi merupakan proses pengolahan air limbah dengan
memanfaatkan aktivitas pertumbuhan mikroorganisme yang
berkontak dengan air limbah, sehingga mikroorganisme tersebut
dapat menggunakan bakteri organik pencemar yang ada sebagai
bahan makanan dalam kondisi lingkungan tertentu dan mendegradasi
atau menstabilisasinya menjadi bentuk yang lebih sederhana (Nurita
Sukma, 2005).
Umumnya bakteri merupakan mikroorganisme utama dalam
proses pengolahan biologi. Karakteristik mereka beragam dan
kebutuhan lingkungan yang sederhana membuat mereka dapat
bertahan pada lingkungan air limbah. Perlu diperhartikan bahwa
mikroorganisme lain juga dapat ditemukan pada lingkungan
pengolahan air limbah namun peranannya dalam oksidasi materi
organik relatif kecil.
Proses pengolahan biologi juga dapat dibagi berdasarkan media
pertumbuhan mikroorganismenya (Nurita Sukma, 2005), yaitu :
a. Suspended growth atau pertumbuhan tersuspensi,
mikroorganisme berada dalam keadaan tersuspensi di air limbah
seperti pada reaktor lumpur akif atau kolam oksidasi.
b. Attached growth atau pertumbuhan terlekat, mikroorganisme
tumbuh terlekat pada media pendukung yang berada di dalam
air limbah. Media pendukung ini dapat berupa media pendukung
yang bergerak (rotating biological contactor, fluidized bed,
rotortogue), diam (trickling filter, baffled reactor), terendam
(fluidized bed) maupun tidak terendam (trickling filter).
c. Kombinasi dari suspended dan attached growth.
Secara keseluruhan, tujuan pengolahan limbah secara biologis
pada limbah domestik ialah (1) Mengubah (mengoksidasi) unsure
terlarut dan partikel biodegradable ke dalam bentuk akhir yang
cocok (2) Menangkap dan menggabungkan padatan tersuspensi
dan padatan koloid yang sulit diendapkan pada lapisan biofilm (3)
Mengubah atau menghilngkan nutrien, seperti nitrogen dan fosfor
(4). Pada beberapa kasus, menghilangkan unsur dan senyawa
trace organik spesifik.

Gambar 2. Skema Diagram Pengolahan Biologi


II.4 Analisis COD
COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang
diperlukan agar limbah organic yang ada di dalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimia. COD ditentukan dengan metode
kalium dikromat [Greenberg at al.,19992], yang didasarkan pada
oksidasi bahan organic dengan campuran menidih asam kromat dan
asam sulfat. Reduksi kalium dikromat diukur dengan kalorimetri
menggunakan spektometer pembacaan langsung Hach-DR 200
(Puget, Melo and Massarani, 2000).
Untuk limbah organik akan teroksidasi dengan kalium bichromate
(K2Cr2O4) sebagai sumber oksigen menjadi gas CO2 dan H2 serta
sejumlah ion Chrom. Untuk menghitung kadar COD dapat
menggunakan rumus dari,
( a−b ) ( N )( 8000 )
COD = ×C (mg/L)
ml contoh
Dimana,
a = ml Fe(NH2)2 (SO4)2 untuk blanko
b = ml Fe(NH2)2 (SO4)2 untuk contoh
C = faktor pengenceran
8000 = berat ekuivalen oksigen
N = Normalitas Fe(NH4)(SO4)2

II.5 Analisis BOD


BOD (Biologycal Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen yang
diperlukan oleh mikroorganisme selama pengahancuran bahan
organic dlaam waktu tertentu pada suhu 20°C. BOD adalah suatu
analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses
mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air. BOD merupakan
parameter yang umum dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran
bahan organik pada air limbah. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk
mendesain sistem pengolahan secara biologis (G. Alerts dan SS
Santika, 1987). Adanya bahan organik yang cukup tinggi (ditunjukkan
dengan nilai BOD dan COD) menyebabkan mikroba menjadi aktif dan
menguraikan bahan organik tersebut secara biologis menjadi senyawa
asam-asam organik.
Peruraian ini terjadi disepanjang saluran secara aerob dan
anaerob. Timbul gas CH4, NH3 dan H2S yang berbau busuk
(Djarwanti dkk, 2000). Uji BOD ini tidak dapat digunakan untuk
mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya terdapat di
dalam air, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi
oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi bahan organik tersebut.
Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi, maka semakin banyak
pula kandungan bahan-bahan organik di dalamnya.
Untuk menghitung kadar BOD dapat menggunakan rumus dari,
( X 0 −X t ) −( B0−Bt ) ( 1−P )
BOD = (Prayitno dkk., 2019)
P
Dimana, Xo = kadar Oksigen terlarut sampel pada saat t 0 hari
Xt = kadar Oksigen terlarut sampel pada saat t variablel hari
Bo = kadar Oksigen terlarut blanko pada saat t 0 hari
B5 = kadar Oksigen terlarut blanko pada saat t variablel hari
P = derajat pengenceran
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

III.1 Alat
a. Peralatan Percobaan Modul
1. Bak plastik atau Reaktor Aerated Fixed Film Biofilter (AF2B)
2. Bak plastik/reaktor 10 liter
3. Bak penampung air limbah 50 liter
4. Selang plastic
5. Pompa air
6. Kompressor dan diffuser
b. Peralatan Analisis COD
1. Reflux
2. Erlenmeyer asa
3. Pipet
4. Labu ukur
c. Peralatan Analisis BOD
1. Botol Winkler
2. Pipet
3. Labu ukur
III.2 Bahan
a. Bahan Percobaan
1. Air limbah laboratorium kimia dasar
2. Isolat bakteri (EM4) atau isolat lainnya
3. Nutrisi
4. Bahan Kimia untuk analisis dasar BOD dan COD
b. Bahan untuk Analisis COD
1. Larutan standar kalium dikromat 0,250 N
2. Asam sulfat pekat
3. Larutan perak sulfat-asam sulfat
4. Larutan standar fero ammonium sulfat 0,10 N
5. Larutan indikator ferroin
6. Merkuri sulfat
7. Aquades
c. Bahan untuk Analisis BOD
1. Air pengencer
2. Larutan mangan (II) sulfat
3. Larutan alkali-iodida
4. Larutan standar natrium tiosulfat 0,025 N
5. Asam sulfat pekat
6. Larutan amilum 1%

III.3 Prosedur
a. Prosedur Percobaan
1) Tahap Persiapan
a. Seperangkat perlatan percobaan disiapkan (reaktor AF2B
yang berisi mikroorganisme, bak penampung influent dan
effluent, pompa air limbah dihubungkan dengan sumber
listrik, dan kompresor udara dinyalakan).
2) Tahap Percobaan
a. Limbah 2 liter dimasukkan pada bak penampung influent.
b. Limbah tersebut diencerkan 20 kali sampai menjadi 40 liter
dengan ditambah air.
c. Limbah dicek pH nya dan diubah sampai pH nya 7 dengan
larutan asam maupun basa.
d. Diambil limbah influent 20 ml untuk dilakukan pengenceran
dengan ditambahkan air sampai volume limbah menjadi 500
ml (pengenceran 500 ml) dan diuji dengan analisis COD dan
BOD (apabila limbah belum dapat dianalisis saat analisis
maka limbah 20 ml diganti 10 ml saja untuk diencerkan
sampai 500 ml (pengenceran 1000 kali) dan apabila masih
belum bias dianalisis maka diencerkan lagi.
e. Diatur laju alir aliran influent masuk ke reactor AF2B dengan
mengestimasi 35 liter limbah dalam bak influent dapat
berpindah selama 90 menit.
f. Dimasukkan pompa pada bak influent dan menghubungkan
selang di pompa (menghisap limbah) dengan valve reaktor
agar limbah dapat masuk ke reactor.
g. Dihubungkan valve pada keluaran limbah (effluent) dengan
selang yang mengarah ke bak penampung effluent.
h. Setelah 90 menit proses maka ditambah 10 menit lagi untuk
mengambil sampel effluent secukupnya dari valve keluaran
dengan melepas selangnya.
i. Diambil 20 ml effluent untuk diencerkan sampai volume 500
ml (pengenceran 500 kali) untuk dianalisis dan apabila belum
dapat dianalisis maka diencerkan dengan mengambil 10 ml
effluent dari reactor diencerkan sampai volume 500 ml
(pengenceran 1000 kali, dan apabila masih belum bias
dianalisis maka diencerkan lagi).
j. Diambil limbah influent 100 ml dan 100 ml effluent keluaran
reaktor dengan ditempatkan pada incubator untuk dianalisis
setelah seminggu.

b. Prosedur Analisis COD


1. Standarisasi larutan ferro ammonium sulfat sebagai penitran
dengan cara ambil 10 ml larutan standar kalium dikromat
diencerkan dengan aquadest sampai 100 ml, tambah H2SO4
30 ml dan dinginkan, tambah indicator ferroin 3 tetes, titrasi
dengan ferro ammonium sulfatdari warna biru kehijauan ke
merah cokelat, dan hitung normalitas ferro ammonium sulfat
dengan mengalikan volume kalium dikromat tersebut dikali 0,25
kemudian dibagi volume ferro ammonium sulfat yang
dibutuhkan untuk titrasi.
2. Analisis COD dengan cara mengambil 0,4 gram HgSO4 dan
letakkan pada erlenmeyer.
3. Ditambahkan 20 ml limbah influent yang sudah diencerkan 500
kali atau 1000 kali dan larutkan hingga homogen.
4. Ditambahkan 10 ml larutan standar kalium dikromat.
5. Ditambahkan 30 ml larutan asam sulfat yang mengandung
Ag2SO4 dan dinginkan.
6. Kemudian ditambahkan batu didih dan direfluks selama 2 jam
(apabila sebelum 2 jam limbah yang dianalisi sudah berwarna
kehijauan maka diulangi dari prosedur nomer 2 dan jika masih
berwarna kuning maka teruskan).
7. Kondensor dibilas dengan akuades 25 ml dan tambahkan
bilasan ke campuran hasil refluks dan lakukan pendinginan.
8. Ditambahkan 2-3 tetes indicator ferroin dan titrasi dengan
menggunakan larutan standar ferroamonium sulfat dari warna
kuning ke orangean sampai hijau kebiruan dan titrasi lagi
sampai warna merah cokelat.
9. Dilakukan titrasi blanko dengan mengganti air limbah dengan
aquadest dan lakukan titrasi COD setelah air limbah effluent
dengan pengenceran 500 atau 1000 atau 2000 kali sehingga
pada waktu direfluks tidak menjadi warna hijau dahulu.
10. Dihitung COD (mg/l) dengan rumus :
( ml FAS titrasi blanko−ml FAS titrasi sampel ) . N .8000
COD= xC
ml sampel

c. Prosedur Analisis BOD


1. Sampel influent diencerkan dengan larutan pengencer khusus
sampai pengenceran 500 atau 1000 kali atau seterusnya
sampai oksigen diturunkan menjadi 9 mg O2/liter.
2. Sampel dimasukkan pada botol winkler sampai hamper penuh
dan ditutup dengan cepat dan rapat.
3. Ditambahkan 2 ml larutan mangan (II) sulfat di bawah
permukaan cairan, tutup dengan rapat lagi, dan bersihkan
cairan di atas tutup botol.
4. Ditambahkan 2 ml larutan alkali-iodida di bawah permukaan
cairan, tutup dengan rapat lagi (taka da gelembung), bersihkan
cairan di atas tutup botol, dan dikocok sampai homogen.
5. Tunggu hingga terbentuk gumpalan sempurna di dasar botol
(kurang lebih 10 menit). Jika endapan berwarna putih maka
diulangi karena tidak mengandung oksigen dan jika endapan
berwarna cokelat muda maka teruskan.
6. Diambil larutan yang jernih pindah di erlenmeyer lalu tutup, dan
gumpalan di botol ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat melalui
dinding dalam botol segera tutup kembali.
7. Botol digoyangkan perlahan sehingga endapannya terlarut dan
dituangkan pada Erlenmeyer tempat larutan jernih bening tadi.
8. Ditambahkan larutan tiosulfat 0,025 N hingga timbul warna
cokelat muda.
9. Ditambahkan indicator kanji 2 ml dan akan timbul warna biru
tua kehitaman dan titrasi dengan natrium tiosulfat sampai
larutan jad bening pertama kali.
10. Dilakukan pengulangan titrasi minimal dua kali (duplo).
11. Dilakukan titrasi untuk effluent dan blanko (air pelarut).
12. Disimpan larutan limbah influent, blanko, dan effluent yang
telah diencerkan disimpan pada botol winkler dan dimasukkan
pada inkubator untuk dianalisis setelah 7 hari.
13. Dihitung TO nya kemudian dimasukkan pada rumus BOD untuk
mendapatkan nilai BOD.

ml titran natriumtiosulfat . N natriumtiosulfat . 8000


OT=
( Volume botol winkler−4 )
( Sampel OT 0 - Sampel OT 7 ) - [ ( Blanko OT o - Blanko OT 7 ) ( 1-P ) ]
BOD20
7 =
P
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan


Data Awal Percobaan
- Volume air limbah :
- pH air limbah :
- Volume sampel influent :
- Volume sampel utk COD :
- Pengenceran :
- Flowrate influent :
- Volume sampel effluent :
- Volume sampel utk BOD :

COD BOD Blangko


Sampel Vol. FAS Vol. Tiosulfat (mL) Vol. Tiosulfat (mL)
(mL) OT0 OT5 OT0 OT5
Influent
Effluent

IV.2 Pembahasan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan pengolahan limbah secara biologi (AF2B) maka
dapat disimpulkan bahwa :
V.2 Saran
Adapun saran pada percobaan pengolahan limbah secara biologi
(AF2B) sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA

Indriyati, I. and Susanto, J. P. (2016) ‘UNJUK KERJA PENGOLAHAN


LIMBAH CAIR TAHU SECARA BIOLOGI’, Jurnal Teknologi
Lingkungan. doi: 10.29122/jtl.v13i2.1415.
Kurnianto, E. (2017) ‘PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAHU DENGAN
PENAMBAHAN KITOSAN PADA REAKTOR ANAEROB DENGAN
VARIASI WAKTU TINGGAL’, Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan
Basah. doi: 10.26418/jtllb.v5i1.18405.
Nurita Sukma (2005) ‘Penurunan Kadar Cod Menggunakan Lumpur Aktif’,
Skripsi, pp. 1–23.
Puget, F. P., Melo, M. V. and Massarani, G. (2000) ‘Wastewater treatment
by flotation’, Brazilian Journal of Chemical Engineering, 17(4), pp.
407–413. doi: 10.1590/s0104-66322000000400005.
R, T. A. and Winata, H. S. (2011) ‘Pengolahan Air Limbah Industri Tahu
Dengan Mengguakan Teknologi Plasma’, Jurnal Imiah Teknik
Kimia, 2(2), pp. 19–28.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Log Sheet Peralatan


Laboratorium : Pengolahan Limbah
Unit Kerja : Pengolahan Air Limbah secara Biologi (AF2B)
Tanggal :
Nama :
Peralatan yang Kondisi
masuk dalam unit Keterangan
OK Not OK
kerja

Aerated Fixed Film


Biofilter, AF2B  
Pompa air  
Alat Refluks  
Buret  
*Centang pada salah satu pilihan OK/Not OK

Ketidaknormalan Selama Pengoperasian

Pengatur pompa flowrate masuk ke dalam tangki limbah mengakibatkan


bau yang tidak sedap.
Lampiran 2. Log Sheet Aktivitas
Laboratorium : Pengolahan Limbah
Unit Kerja : Pengolahan Air Limbah secara Biologi (AF2B)
Tanggal : 16 Maret 2020
Nama 1. Aldi Prastyo Bramasto
2. Amildha Amalia Furqon I.
3. Hardanto Suryo Pratomo
4. Inun Milaniyah
5. Nadya Saskia Orchidantya
6. Sheila Devina Amira

Paraf
Aktivit
Jawaban Praktikan Mahasis
as ke- Dosen
wa
Pengolahan limbah secara biologi adalah
penurunan kadar / konsentrasi bahan
1 pencemar (bahan organik maupun
anorganik) menggunakan aktivitas
mikroorganisme.
2 1. Pengolahan atau proses biologi
secara suspended culture / biakan
tersuspensi adalah system
pengolahan dengan
menggunakan aktivitas
mikroorganisme untuk
menguraikan senyawa polutan
yang ada dalam air dan
mikororganisme yang digunakan
dibiakkan secara
tersuspensididalam suatu reactor.
Contohnya proses lumpur aktif
standar / konvensional (standart
activated sludge), step reaction,
contact stabilization, extended
aeration, oxidation ditch (kolam
oksidasi system parit), dll.
2. Pengolahan atau proses biologi
secara attached culture / biakan
melekat yakni proses pengolahan
limbah dimana mikroorganisme
tersebut melekat pada permukaan
media. Contohnya trickling filter,
biofilter tercelup, reactor kontak
bilogis putar (Rotating Biological
Reactor / RBC), contact aeration /
oxidation (aerasi kontak), dll.

Proses lumpur aktif (activated sludge)


adalah proses pertumbuhan mikroba
tersuspensi. Pada dasarnya merupakan
pengolahan aerobic yang megoksidasi
material organic menjadi CO₂, H₂O, dan
NH₄, dan sel biomassa baru. Proses ini
3 menggunakan udara yang disalurkan
melalui pompa blower (diffused) atau
melalui aerasi mekanik. Sel mikroba
membentuk flok yang akan mengendap
di tangki penjernihan karena akan
memudahkan pemisahan partikel dan air
limbah.
4 COD / Chemical Oxygen Demand
merupakan jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
organic yang ada pada limbah seperti
ammonia dan nitrit. Semakin tinggi kadar
COD, maka menandakan zat tersebut
masih berbahaya apabila limbah tersebut
langsung dibuang ke lingkungan sekitar.

BOD / Biological Oxigen Demand


merupakan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk
mengurangi zat sisa yang ada pada
limbah industry . semakin tinggi
kadarnya, maka hal itu menandakan
bahwa bakteri membutuhkan oksigen
5 yang banyak. Jika kadar BOD pada
limbah masih tinggi, namun tetap
dilakukan pengaliran ke sungai, maka
akan membuat biota air mati karena
asupan oksigen pada sungai akan
diserap sepenuhnya oleh bakteri yang
ada untuk melarutkan bahan – bahan
organic.
Manfaat mikroorganisme berupa
heterotropik dalam pengolahan air limbah
secara biologi :
a. Untuk menghilangkan senyawa
orgnaik yang ada didalam air
limbah yang biasanya diukur
sebagai Biologycal Oxygen
6
Demand (BOD), Total Karbon
Organik (TOD), Chemical
Oxygen Demand (COD).
b. Untuk proses nitrifikasi,
dentrifikasi, penghilangan
senyawa fosfor.
c. Untuk stabilisasi air limbah.
7 Mekanisme proses metabolism aerobic
dalam system biofilm

Gambar tersebut menunjukkan


suatu system biofilm yang terdiri
dari medium penyangga, lapisan
biofilm yang melekat pada
medium, lapisan air limbah dan
lapisan udara yang terletak diluar.
Senyawa polutan yang ada
didalam air limbah misalnya
senyawa organic (BOD, COD),
ammonia, fosfor dan lainnya akan
terdifusi kedalam lapisan atau film
biologis yang melekat pada
permukaan medium.
Jika lapisan mikrobiologis cukup
tebal, maka pada bagian luar
lapisan mikrobiologis akan berada
dalam kondisi aerobic sedangkan
pada bagian dalam biofilm yang
melekat pada medium akan
berada dalam kondisi anaerobic.
Pada kondisi anaerobic akan
terbenuk gas H₂S, dan jika
konsentrasi oksigen terlarut cukup
besar maka gas H₂S yang
terbentuk tersebut akan diubah
menjadi sulfat (SO₄) oleh bakteri
sulfat yang ada di dalam biofilm.
Selain itu pada zona aerobic
nitrogen – ammonium akan diubah
menjadi nitrit dan nitrat dan
selanjutnya pada zona anaerobic
nitrat yang terbentuk mengalami
proses denitrifikasi menjadi gas
nitrogen. Oleh karena didalam
system biofilm terjadi kondisi
kondisi anaerobic dan aerobic
pada saat yang bersamaan maka
dengan system tersebut maka
proses penghilangan senyawa
nitrogen menjadi lebih mudah.
8 Keunggulan pengolahan air limbah dengan
proses mikroorganisme (biofilm) :
Pengoperasiannya mudah.
Pengelolaannya sangat mudah karena tidak
terjadi masalah “bulking” seperti pada proses
lumpur aktif (Activated Sludge Process). Di
dalam proses lumpur aktif antara 30-60% dari
BOD yang dihilangkan (removal BOD)
diubah menjadi lumpur aktif (biomassa)
sedangkan pada proses biofilm hanya sekitar
10-30%.
Lumpur yang dihasilkan biofilm relatif
sedikit dibandingkan dengan proses lumpur
aktif.
Dapat digunakan untuk pengolahan air
limbah dengan konsentrasi rendah maupun
konsentrasi tinggi.
Proses biofilm tersebut cocok digunakan
untuk mengolah air limbah dengan
konsentrasi rendah maupun konsentrasi
tinggi.
Tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah
maupun fluktuasi konsentrasi.
Pengaruh penurunan suhu terhadap efisiensi
pengolahan kecil jika suhu air limbah turun
maka aktivitas mikroorganisme juga
berkurang, tetapi oleh karena didalam proses
biofilm substrat maupun enzim dapat
terdifusi sampai ke bagian dalam lapisan
biofilm dan juga lapisan biofilm bertambah
tebal maka pengaruh penurunan suhu (suhu
rendah) tidak begitu besar.

Anda mungkin juga menyukai