Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM ACTIVATED SLUDGE

SATUAN OPERASI – SATUAN PROSES

NAMA : DANDI DWI ARIFIANTO


NPM : 09.2018.1.00604

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
BAB VI
ACTIVATED SLUDGE

6.1 Tujuan Percobaan


Praktikum pada kali ini bertujuan agar mahasiswa mampu mempelajari proses
Activated Sludge (lumpur aktif).

6.2 Tinjauan Pustaka


Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan sistem biakan tersuspensi
telah digunakan secara luas di deluruh dunia untuk pengolahan air limbah. Proses ini
secara prinsip merupakan proses aerobik dimana senyawa organik dioksidasi menjadi
CO2, H2O, NH4, dan sel biomassa baru. Suplai oksigen biasanya dengan
menghembuskan udara secara mekanik. Sistem pengolahan air limbah dengan biakan
tersuspensi yang paling umum dan telah digunakan secara luas yakni proses pengolahan
dengan sistem lumpur aktif (activated sludge process) (Asmadi dan Suharno, 2012).
Lumpur aktif merupakan massa biologik kompleks yang dihasilkan bila limbah
organik diberi penanganan secara aerobik. Lumpur akan mengandung berbagai ragam
mikroorganisme heterotrof termasuk bakteri, protozoa, dan bentuk kehidupan yang lebih
tinggi. Dengan kata lain, lumpur aktif merupakan campuran antara lumpur dan
mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk mengolah limbah. (Jenie dkk., 1993).
Salah satu karakteristik penting di dalam proses lumpur aktif adalah adanya resirkulasi
biomasa dalam jumlah yang besar dari bak pengendap alkhir ke bak aerasi. Hal ini
menyebabkan waktu tinggal cel rata-rata (umur lumpur) menjadi lebih besar
dibandingkan dengan waktu tinggal hidroliknya (Sterrit and Lester, 1988).
Secara umum proses lumpur aktif adalah proses dengan metode aerobik baik
secara kontinu maupun semikontinu yang digunakan pada pengolahan biologis limbah
cair industri, di dalamnya mencakup oksidasi karbon dan nitrifikasi. Proses ini
didasarkan pada aerasi air limbah dengan flokulasi pertumbuhan biologis, dan diikuti
oleh pemisahan. Bagian dari tahap ini kemudian dibuang, dan sisanya dikembalikan ke
sistem. Biasanya, pemisahan dari air limbah dilakukan dengan proses pengendapan.
Proses lumpur aktif saat ini merupakan teknologi yang paling berkembang untuk
pengolahan air limbah. Pemanfaatan sistem lumpur aktif dapat diterapkan dalam kondisi
iklim yang berbeda, dari daerah tropis hingga daerah kutub, dari permukaan laut
(instalasi pengolahan air limbah di kapal) dan ketinggian yang ekstrim (pegunungan).
Industri pengolahan Air Limbah yang dilengkapi dengan proses lumpur aktif mampu
memenuhi kriteria limbah yang sesuai dengan baku mutu air limbah berdasarkan
industrinya (Dohse and Heywood,1998).
Parameter yang umum digunakan dalam lumpur aktif (Davis dan Cornwell, 1985;
Verstraete dan van Vaerenbergh, 1986) adalah sebagai berikut:
1. Mixed-liqour suspended solids (MLSS). Isi tangki aerasi dalam sistem lumpur
aktif disebut sebagai mixed liqour yang diterjemahkan sebagai lumpur campuran.
MLSS adalah jumlah total dari padatan tersuspensi yang berupa material organik
dan mineral, termasuk didalamnya adalah mikroorganisma. MLSS ditentukan
dengan cara menyaring lumpur campuran dengan kertas saring (filter), kemudian
filter dikeringkan pada temperatur 1050C, dan berat padatan dalam contoh
ditimbang.
2. Mixed-liqour volatile suspended solids (MLVSS). Porsi material organik pada
MLSS diwakili oleh MLVSS, yang berisi material organik bukan mikroba,
mikroba hidup dan mati, dan hancuran sel (Nelson dan Lawrence, 1980).
MLVSS diukur dengan memanaskan terus sampel filter yang telah kering pada
600 - 6500C, dan nilainya mendekati 65-75% dari MLSS.
3. Food - to - microorganism ratio (F/M Ratio). Parameter ini merupakan indikasi
beban organik yang masuk kedalam sistem lumpur aktif dan diwakili nilainya
dalam kilogram BOD per kilogram MLSS per hari (Curds dan Hawkes, 1983;
Nathanson, 1986).
4. Hidraulic retention time (HRT). Waktu tinggal hidraulik (HRT) adalah waktu
rata-rata yang dibutuhkan oleh larutan influent masuk dalam tangki aerasi untuk
proses lumpur aktif; nilainya berbanding terbalik dengan laju pengenceran (D)
(Sterritt dan Lester, 1988).
5. Umur lumpur (Sludge age). Umur lumpur adalah waktu tinggal rata-rata
mikroorganisme dalam sistem. Jika HRT memerlukan waktu dalam jam, maka
waktu tinggal sel mikroba dalam tangki aerasi dapat dalam hari lamanya.
Parameter ini berbanding terbalik dengan laju pertumbuhan mikroba. Umur
lumpur dihitung dengan formula sebagai berikut (Hammer, 1986; Curds dan
Hawkes, 1983)
Siregar, (2005) Mengemukakan bahwa pada proses lumpur aktif mikroorganisme
membentuk gumpalan-gumpalan koloni bakteri yang bergerak secara bebas tertahan
didalam air limbah. Mikroorganisme-mikroorganisme dapat kelura melalui alir air
limbah sehingga densitas bakteri di dalam reactor harus dikontrol. Pada proses dengan
kecepatan tinggi hidraulik pendek, pengembalian atau recycling bakteri merupakan cara
yang paling banyak digunakan untuk mengontrol densitas bakteri didalam reactor. Di
dalam sistem lumpur aktif ditemukan 4 tipe protozoa yaitu amoebae, ciliates (free-
swimming and stalked), flagellates dan suctoreans. Selain itu, rotifera multi-sel
(metazoa) (Wisconsin Department of Natural Resources, 2010).
Sejak sistem lumpur aktif diciptakan pertama kali oleh Arden dan Lockett
(1914), berbagai modifikasi sistem lumpur aktif telah dikembangkan. Namun pada
dasarnya mempunyai dua konsep dasar yaitu biochemical stage pada tangki aerasi dan
physical stage pada tangki pengendap. Isi dalam bak aerasi pada proses pengolahan air
limbah dengan sistem lumpur aktif disebut sebagai mixed liquour suspended solids
(MLSS), yang merupakan campuran antara air limbah dengan biomassa mikroorganisme
serta padatan tersuspensi, lainnya. MLSS adalah jumlah total dari padatan tersuspensi
yang berupa material organik dan mineral, termasuk di dalamnya adalah
mikroorganisme (Asmadi dan Suharno, 2012).
Pada proses lumpur aktif terdapat tiga desain proses yang menunjukkan prinsip-
prinsip dasar proses penyisihan BOD dan proses nitrifikasi. Contoh tersebut antara lain;
tipe activated sludge single -sludge complete mix tanpa nitrifikasi dan dengan nitrifikasi,
Sequencing batch reaktor dengan nitrifikasi, dan proses nitrifikasi bertahap. Semua
contoh desain proses tersebut dapat diterapkan untuk penyisihan BOD dengan cara
memodifikasi waktu keseluruhan proses (SRT) dan menyisihkan komponen-komponen
yang berhubungan dengan nitrifikasi. Metodologi desain proses didasari oleh nilai SRT
(Metcalf and Eddy,2003).
Zat organik yang terkandung dalam air limbah mengalami proses degradasi
sehingga menyebabkan terjadinya penurunan nilai BOD. Turunnya nilai BOD dan COD
disebabkan oleh bakteri aerob yang diberi aerasi dan nutrisi, tumbuh berkembang biak
memakan zat organik tersebut sehingga terurai menjadi CO2 dan H2O (Salimin, et al.
2012).
Ada berbagai macam desain pengolahan air limbah dengan lumpur aktif, tetapi
pada prinsipnya semua proses lumpur aktif terdiri dari tiga komponen utama: 1) sebuah
bak atau tangki aerasi yang berfungsi sebagai reaktor biologis, 2) sebuah bak atau tangki
pengendapan akhir (final clarifier) untuk pemisahan padatan dari lumpur aktif dan air
limbah yang telah diolah, 3) peralatan sirkulasi lumpur aktif (return activated sludge,
RAS) yang berfungsi untuk mentransfer lumpur aktif yang mengendap di bak pengendap
akhir ke influen bak aerasi (Rainier. et.al., 2015).
Menurut Said (2006) Limbah cair yang dibuang ke lingkungan memerlukan
proses pengolahan untuk memenuhi baku mutu limbah cair yang diijinkan oleh
pemerintah agar air limbah tersebut tidak mencemari lingkungan disekitarnya. Dalam
PERMENLHK NOMOR P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019 tentang baku mutu
air limbah dijelaskan jumlah kadar maksimun yang memenuhi dalam industry tekstil
sebagai berikut:
Tabel 6.1. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Industri
Tekstil Periode Peralihan
Parameter Kadar Paling Beban Pencemar
Tinggi Mg/L Paling Tinggi
Kg/Ton
Bod 60 6
Cod 150 15
Tss 50 5
Fenol Total 0,5 0,05
Krom Total Cr 1,0 0,1
Amonia 8,0 0,8
Sulfida 0,3 0,03
Minyak Dan Lemak 3,0 0,3
Ph 6,0 -9,0
Debit Limbah Paling 100 M3/Ton
Tinggi
Sumber : PERMENLHK NOMOR P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019

6.3 Alat dan Bahan


6.3.1. Alat
1. Reaktor
2. Aerator
3. Beaker Glass
4. Ph Meter
5. Gelas Ukur
6. Jerigen
7. Cawan Porselen
8. DO-Meter
9. Hotplate
10. Oven
11. Desikator
12. Neraca Analitik
13. Pipet
14. Furnace
15. Imhoff
6.3.2. Bahan
1. Lumpur Aktif
2. Limbah RPH

6.4 Skema Kerja

Mengambil sampel lumpur dari PT SIER sebanyak 1 jerigen

Menuangkan lumpur aktif kedalam reaktor, hingga setengah

Melakukan proses aerasi pada sampel lumpur dengan

Menuangkan limbah RPH ke jerigen sebanyak 2 liter

Menghubungkan limbah RPH dengan lumpur aktif


menggunakan selang kecil

Mengambil efluen lumpur aktif yang keluar dari reaktor

Mengambil nilai pH dari masing-masing sampel

Mengukur nilai DO dari masing-masing sampel

Mengukur nilai BOD dari masing-masing sampel


Menimbang 4 cawan porselin untuk menimbang berat awa

Memanaskan cawan porselen dengan menggunakan hot pla

Memasukkan cawan porselen kedalam oven dengan suhu 105⁰ selam

Memasukkan cawan porselen kedalam desikator selama 15 m

Menimbang berat akhir cawan porselin dengan menggunakan timbangan analitik un

Memasukkan cawan porselen kedalam furnace dengan su


550⁰ selama 1 jam

Memasukkan cawan porselen kedalam desikator selama 1


menit

Menimbang berat akhir cawan porselin dengan menggunakan timbangan analitik unt

Gambar 6.1. Skema Kerja Praktikum Activated Sludge

Menuangkan lumpur aktif kedalam gelas ukur sebanyak


1000 ml

Menuangkan lumpur aktif kedalam imhoff

Mengamati pengendapan lumpur dan yang diamati yaitu


perbedaan waktu dari 0, 5, 15, 30, 60,120, 180 detik

Gambar 6.2. Skema Kerja Praktikum Imhoff Cone


6.5 Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan
Tabel 6.2. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan Activated Sludge
No. Prosedur Kerja Gambar Keterangan
1. Mengambil sampel Sampel lumpur diambil dari
lumpur dari PT SIER PT SIER sebanyak 1 jerigen
sebanyak 1 jerigen

2. Menuangkan lumpur Sampel lumpur dituangkan


aktif kedalam reaktor, kedalam reactor hingga
hingga setengah dari setengahnya
reaktor

3. Melakukan proses Sampel lumpur diaerasi


aerasi pada sampel menggunakan alat aerator
lumpur dengan
menggunakan aerator

4. Menuangkan limbah Limbah RPH dituangkan


RPH ke jerigen dalam jerigen sebayank 2 liter
sebanyak 2 liter

5. Menghubungkan Limbah RPH dihubungkan


limbah RPH dengan dengan lumpur aktif
lumpur aktif menggunakan selang
menggunakan selang
kecil
6. Mengambil efluen Lumpur aktif yang telah
lumpur aktif yang diaerasi diambil dengan waktu
keluar dari reaktor berbeda (0 jam, 2 jam, 4 jam
dengan waktu dan 6 jam)
berbeda (0 jam, 2
jam, 4 jam dan 6 jam)
No. Prosedur Kerja Gambar Keterangan
7. Mengambil nilai pH Sampel masing-masing diukur
dari masing-masing pH menggunakan pH meter
sampel menggunakan
pH meter

8. Mengukur nilai DO Nilai DO pada masing-masing


dari masing-masing sampel diukur menggunakan
sampel menggunakan DO meter
DO meter

9. Mengukur nilai BOD Nilai BOD pada masing-


dari masing-masing masing sampel diukur
sampel

10. Menimbang 4 cawan Berat awal cawan ditimbang


porselin untuk menggunakan neraca analitik
menimbang berat
awal

11. Menuangkan 10 ml 10 ml sampel air dituangkan


masing-masing dalam masing-masing cawan
sampel air kedalam porselin, yaitu waktu (0 jam, 2
cawan porselin yang jam, 4 jam dan 6 jam)
digunakan yaitu
waktu (0 jam, 2 jam,
4 jam dan 6 jam)
12. Memanaskan cawan Cawan porselin dipanaskan
porselen dengan menggunakan hot plate
menggunakan hot
plate
No. Prosedur Kerja Gambar Keterangan
13. Memasukkan cawan Cawan porselin dimasukkan
porselen kedalam dalam oven dengan suhu 105⁰
oven dengan suhu selama 30 menit
105⁰ selama 30 menit

14. Memasukkan cawan Cawan porselin dimasukkan


porselen kedalam dalam desikator selama 15
desikator selama 15 menit
menit

15. Menimbang berat Cawan porselin ditimbang


akhir cawan porselin berat akhirnya untuk
dengan menggunakan menghitung MLSS
timbangan analitik menggunkan neraca alitik
untuk menghitung
nilai MLSS
16. Memasukkan cawan Cawan porselin dimasukkan
porselen kedalam dalam furnace dengan suhu
furnace dengan suhu 550⁰ selama 1 jam
550⁰ selama 1 jam

17. Memasukkan cawan Cawan porselin dimasukkan


porselen kedalam dalam desikator selama 15
desikator selama 15 menit
menit

18. akhir cawan porselin Berat akhir cawan ditimbang


dengan menggunakan menggunakan neraca analitik
timbangan analitik untuk menghitung nilai
untuk menghitung MLVSS
nilai MLVSS
Sumber : Dokumentasi Video Praktikum
Tabel 6.3. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan Imoff Cone
No. Prosedur Kerja Gambar Keterangan
1. Menuangkan lumpur Lumpur aktif dituang dalam
aktif kedalam gelas gelas ukur sebanyak 1000 ml
ukur sebanyak 1000
ml

2. Menuangkan lumpur Lumpur aktif dituang dalam


aktif kedalam imhoff alat yang bernama imhoff

3. Mengamati Pengendapan lumpur diamati


pengendapan lumpur dengan waktu yang berbeda
dan yang diamati yaitu dari 0, 5, 15, 30, 60,120,
yaitu perbedaan 180 detik
waktu dari 0, 5, 15,
30, 60,120, 180 detik
Sumber : Dokumentasi Video Praktikum

6.6 Analisis dan Pembahasan


6.6.1. Analisis Perhitungan
1. Perhitungan nilai pH, DO, BOD, dan Suhu Effluent
Tabel 6.4. Perhitungan Nilai pH, DO, BOD, dan Suhu Effluent
Waktu Suhu
pH DO BOD
(jam) Effluent
0 6,8 2,3 3,81 30,3
2 7,5 20,8 4,63 32,8
4 7,5 12 4,44 33
6 7,4 6,2 3,32 32,6
Sumber : Hasil Perhitungan
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat digambarkan dalam bentuk
grafik sebagai berikut:
Gambar 6.1 Grafik Nilai pH

Gambar 6.2 Grafik Nilai DO

Gambar 6.3 Grafik Nilai BOD


Gambar 6.4 Grafik Nilai Suhu Effluent

2. Perhitungan nilai Activated Sludge (Nilai MLSS, MLVSS, dan Rasio F/M)
Perhitungan nilai MLSS, MLVSS dan Rasio F/M menggunakan rumus sebagai
berikut:

Dimana :
a = Berat cawan awal (mg)
b = Berat cawan residu setelah dioven (mg)
c = Volume sampel
d = Berat cawan residu setelah di furnace

Berikut merupakan hasil tabel hasil perhitungan Activated Sludge dibawah ini:
Tabel 6.5. Nilai MLSS, MLVSS, dan Rasio F/M
Berat Berat
Berat
Cawan Cawan
Waktu Cawan MLSS MLVSS Rasio
Setelah di Setelah di
(jam) Awal (mg/l) (mg/l) MLVSS/MLSS
Oven Furnace
(mg)
(mg) (mg)
0 29.35 29.42 29.3 7000 12000 1.71
2 29.97 30.79 30.77 82000 2000 0.02
4 30.7 30.79 30.76 9000 3000 0.33
6 28.88 29.1 28.98 22000 12000 0.55
Sumber : Hasil Perhitungan
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat digambarkan dalam bentuk
grafik sebagai berikut:
NIlai MLSS dan MLVSS (mg/l)

Nilai MLSS dan MLVSS


100000 Nilai
82000 MLSS
80000

60000

40000
22000
2000012000 9000 12000
7000
2000 3000
0
0 2 waktu4(jam) 6 8

Gambar 6.5. Grafik Nilai MLSS dan MLVSS

Gambar 6.6. Grafik Nilai Rasio F/M


3. Perhitungan Imhoff Cone (Nilai Endapan Lumpur
Perhitungan nilai endapan lumpur dilakukan dengan mengamati pada imhoff cone
dengan perbedaan waktu tertentu dan perhitungan menggunakan rumus berikut:

perhitungan :

Berikut merupakan Tabel hasil Perhitungan Imhoff Cone:


Tabel 6.6. Hasil Perhitungan Imhoff Cone
Tinggi Penurunan Lumpur
Tinggi
Waktu Lumpur
Endapan
(menit) (%)
Lumpur (ml)
0 1000 1
5 999 0.999
15 952 0.952
30 900 0.9
60 851 0.85
120 800 0.8
180 753 0.75
Sumber : Hasil Perhitungan
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat digambarkan dalam bentuk grafik
sebagai berikut:

Gambar 6.7. Tinggi Endapan (ml)


6.6.2. Analisa Pembahasan
Secara umum proses lumpur aktif adalah proses dengan metode aerobik
baik secara kontinu maupun semikontinu yang digunakan pada pengolahan
biologis limbah cair industri, di dalamnya mencakup oksidasi karbon dan
nitrifikasi. Pada percobaan activated sludge yang telah dilakukan pada kali ini
bertujuan untuk agar mahasiswa mampu mempelajari proses Activated Sludge
(lumpur aktif).
Sistem lumpur aktif mempunyai prinsip dasar yaitu terdiri atas dua unit
proses utama, yaitu bioreaktor (tangki aerasi) dan tangki sedimentasi. Dalam
sistem lumpur aktif, limbah cair dan biomassa dicampur secara sempurna dalam
suatu reaktor dan diaerasi. Pada aerasi ini juga berfungsi sebagai sarana
pengadukan suspensi tersebut. Suspensi biomassa dalam limbah cair kemudian
dialirkan ke tangki sedimentasi (tangki dimana biomassa dipisahkan dari air yang
telah diolah). Sebagian biomassa yang terendapkan dikembalikan ke bioreaktor,
dan air yang telah terolah dibuang ke lingkungan.
Dalam percobaan activated sludge yang telah dilakukan pertama-tama
mengambil sampel lumpur dari PT SIER sebanyak 1 jerigen kemudian sampel
dilakukan aerasi agar dapat melarutkan oksigen ke dalam air untuk meningkatkan
kadar oksigen terlarut dalam air dan melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut
dalam air, serta membantu pengadukan air. Mengalirkan air limbah kedalam bak
yang di aliri udara (bak aerasi). Selanjutnya dalam bak tersebut akan tumbuh
koloni bakteri berwarna kelabu hingga coklat-kehitaman. Koloni bakteri inilah
yang disebut sebagai lumpur aktif. Koloni bakteri akan terus tumbuh membesar
sehingga membentuk flok-flok, kemudian di endapkan di bak pengendap II,
dengan cara mengalirkan air limbah dari bak aerasi. Endapan lumpur yang
terbentuk di bagian bawah bak pengendap sebagian dibuang dan sebagian yang
lain dikembalikan ke bak aerasi, dan cairan yang ada dibagian atas bak pengendap
yang tampak jernih ini merupakan air limbah yang sudah bersih dari bahan organik
pencemar sehingg aman untuk dibuang ke daerah aliran sungai .
Hasil yang didapat dalam percobaan kali ini nilai MLSS tertinggi sebanyak
82000 mg/l didapatkan pada waktu 2 jam dan terendah 7000 mg/l pada waktu 0
jam, dan untuk nilai MLVSS yang tertinggi didapatkan pada waktu 0 jam dan 6
jam sebanyak 12000 mg/l dan untuk yang terendah sebanyak 2000 mg/l pada
waktu 2 jam. Pada perhitung imhoff cone didapatkan lumpur katif yang semakin
lama waktu diendapkan maka semakin berkurang tinggi endapanya dengan waktu
0, 5, 15, 30, 60, 120, 180 menit, karena banyaknya mikroba yang sudah mati dan
mengendap pada dasar bak inhoff cone dan Semakin lama waktu aerasi maka pH
dan DO akan meningkat karena sampel banyak mengandung oksigen.

6.7 Kesimpulan
Berdasarkan pada praktikum activated sludge yang telah dilakukan maka dapat saya
simpulkan sebagai berikut:
1. Pada percobaan activated sludge yang telah dilakukan pada kali ini bertujuan untuk
agar mahasiswa mampu mempelajari proses Activated Sludge (lumpur aktif).
2. Hasil yang didapat dalam percobaan kali ini nilai MLSS tertinggi sebanyak 82000
mg/l didapatkan pada waktu 2 jam dan terendah 7000 mg/l pada waktu 0 jam, dan
untuk nilai MLVSS yang tertinggi didapatkan pada waktu 0 jam dan 6 jam sebanyak
12000 mg/l dan untuk yang terendah sebanyak 2000 mg/l pada waktu 2 jam.
3. Pada perhitung imhoff cone didapatkan lumpur katif yang semakin lama waktu
diendapkan maka semakin berkurang tinggi endapanya dengan waktu 0, 5, 15, 30,
60, 120, 180 menit, karena banyaknya mikroba yang sudah mati dan mengendap
pada dasar bak inhoff cone dan Semakin lama waktu aerasi maka pH dan DO akan
meningkat karena sampel banyak mengandung oksigen.
6.8 Daftar Pustaka
1) Asmadi dan Suharno. 2012. Dasar – Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah.
Gosyen Publishing : Yogyakarta.
2) Davis, M.L., and D.A. Cornwell. 1985. Introduction to Environmental Engineering.
PWS Engineering, Boston.
3) Dohse R. dan Heywood A. 1998. The Activated Sludge.
http://www.cee.vt.edu/ewr/environmental/teach/gwprimer/group12/index.html.
4) Jenie, Betty Sri Laksmi dan Rahayu, Winalti Pudji. 1993. Penanganan Limbah
Industri Pangan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
5) PERMENLHK NOMOR P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019 Tentang Baku
Mutu Air Limbah
6) Rainier Hreiz, M.A. Latifia, Nicolas Rocheb. 2015. Optimal design and operation
of activated sludgeprocesses: State-of-the art, Chemical Engineering Journal.
Volume 281, 1 December 2015, Pages 900-920.
7) Said, Nusa Idaman. 2006. Daur Ulang Air Limbah (Water Recycle) Ditinjau dari
Aspek Teknologi, Lingkungan dan Ekonomi.
8) Salimin, Zainus dan Jaka Rachmadetin. 2012. Denitrifikasi Limbah Radioaktif
Cair Yang Mengandung Asam Nitrat Dengan Proses Biooksidasi. Dilihat tanggal
23 Januari 2014.
9) Siregar S.A. 2005. Instalasi pengolahan Air Limbah. Kanisius : Yogyakarta
10) Sterrit. R.M. dan Lester.J.N. 1988. "Microbiology for Environmental and Public
Health Engineers", E.& F.N Spon Ltd, London.
Lampiran
1. Jelaskan pemanfaatan proses pengolahan activated sludge dalam bidang teknik
Lingkungan !
2. Apa fungsi clarifier ?
3. Carilah gambar mikroorganisme dalam activated sludge di internet !
4. Carilah permasalahan yang terjadi pada pengoperasian activated sludge !
5. Carilah gambar bangunan activated sludge di internet
! Jawaban:
1. Activated sludge dalam teknikm lingkungan dimanfaatkan dalam pengolahan limbah
tekstil untuk menghilangkan logam berat dan kadar dari TSS, BOD , dan COD
2. Berfungsi untuk memisahkan flok yang terbentuk pada proses koagulasi dan flokulasi.
Bak clarifier ini dapat dirancang berbentuk segi empat, segi empat panjang maupun
silinder. Pada bagian bawah clarifier dapat dilengkapi dengan scraper atau tidak
tergantung sudut kemiringan yang dirancang dan besarnya clarifier yang dibutuhkan.
3. Mikroorganisme dalam Activated Slude

4. a. kegagalan dalam pembentukan flok


b. toksitas
c. nitrifikasi dan denitrifikasi
d. eror pada hydraulic reaction time (HRT)
5. Bangunan Activated Sludge

Anda mungkin juga menyukai