Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM PA – PLC KELOMPOK B

“ DAYA SERGAP CHLOR ”

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Iva Rustanti EW, MT


Disusun Oleh

Liza Fajrin Z P27833120022 Setia Dini Dwi Taufik P27833120032


Maura Vonabella F I P27833120023 Shafa Aulia Hasnaningrum P27833120033
Mukaromah P27833120024 Sonia Dewi Sulistya P27833120034
Nabriza Tiara Sani P27833120025 Syifa’ Nurlailiah P27833120035
Pradnya Paramita P27833120026 Tsaabitah Hapsari P27833120036
Pranata Hadi Candra K P27833120027 Umi Nadziroh P27833120037
Putri Damesti P27833120028 Utrica Meidina Fani P27833120038
Rahmania Maghfiratus S H P27833120029 Windy Handriani S S P27833120039
Riskya Ananda F P27833120030 Zahro Khusnul Latifa P27833120040
Sari Catur Imelia Sabilah P27833120031

KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK

KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

PROGRAM STUDI DIII SANITASI SURABAYA


2021
A. JUDUL PRAKTIKUM
DAYA SERGAP CHLOR
B. TUJUAN
Untuk melakukan serangkaian praktikum Daya Sergap Klor (DSK) guna penentuan kebutuhan
kaporit.
C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Hari, Tanggal : Kamis, 30 Oktober 2021
Waktu : 08.00 - selesai
Tempat : Laboratorium Jurusan Kesehatan Lingkungan Surabaya
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
- Jirigen plastik 2 L
- Gelas Beaker 1 L
- Pengaduk
- Labu takar 25 ml
- Botol reagen plastik 25 ml
- Pipet ukur 10 ml
- Pipet 25 ml
- Botol semprot
- Timbangan analitik
- Buret 25 ml beserta klem dan statif
- Erlenmeyer 100 ml
- Erlenmeyer 250 ml
- Cawan porselin
2. Bahan
- 0,025 g sebagai bahan desinfektan
- 0,027 g K2Cr2O7
- 6,46 g KI
- 12 ml HCL pekat
- 0,05 g indikator amilum
- 0,125 mg HgI2
- 0,2482 g Na2S2O3.5H2O
- 0,001 g Na2CO3
- 10 ml asam asetat glasial
- 0,0895 g I2
- Aquadest
E. CARA KERJA
A. Pembuatan Larutan
I. Penyiapan Larutan Sampel (air buatan yang mengandung NH3 tinggi).
1. Air ledeng 1 L
2. Tambahkan 188,76 mg (NH4)2SO4, di aduk hingga larut
II. Larutan Kaporit 0,1 %
1. 0,1 g Ca(OCl)2
2. Tambahkan aquadest hingga tanda batas labu takar 100 ml
3. Menyimpan larutan dalam botol reagen plastic
4. Larutan siap digunakan setelah didiamkan selama 24 jam. Ambil bagian
beningnya saja, endapan tidak ikut digunakan karena kelarutan kaporit dalam
air hanya 21,4%
III. Larutan Natrium Tiosulfat 0,1N
1. Menimbang 2,482 g Na2S2O3.5H2O,
2. Menimbang 0,01 g Na2CO3
3. Memasukkan ke dalam labu takar 100 ml
4. Menambah aquadest sampai tanda batas
5. Menyimpan dalam botol reagen
6. Mendiamkan larutan selama 1 hari sebelum dilakukan standarisasi
Catatan : Aquadest yang digunakan dalam pembuatan larutan adalah aquadest
yang baru saja didihkan dan didinginkan. Na2CO3 digunakan sebagai pengawet.
Larutan dibuang jika sudah keruh.
IV. Larutan K2Cr2O7 0,1 N
1. Melarutkan 0,1226 g K2Cr2O7 yang telah dikeringkan dalam oven pada suhu
105oC selama 2 jam dalam labu ukur 25 ml.
2. Menambahkan dengan aquadest hingga tepat tanda batas
3. Menyimpan larutan yang telah dibuat dalam botol reagen kaca.
V. Indikator amilum
1. 0,05 g amilum dan 0,125 mg HgI2 ke dalam beaker glass.
2. Melarutkan dengan hati-hati aquadest yang telah didihkan sebanyak 25 ml
3. Memanaskan larutan hingga berwarna jernih
4. Mendinginkan larutan guna pemisahan endapan agar indikator amilum bebas
dari kekeruhan
5. Memindahkan larutan bening ke dalam botol reagen kaca coklat.
VI. Larutan I2 0,0282 N
1. Menimbang 0,4512 g KI dan masukkan ke dalam beaker
2. Tambahkan 0,0895 g I2
3. Melarutkan dengan aquadest dalam labu ukur 25 ml
4. Memindahkan ke dalam botol gelap
5. Menyimpan pada suhu ruang minimal 1 hari, pada kondisi dingin
VII. Standarisasi larutan Na tiosulfat 0,1 N
1. Memasukkan 15 ml larutan K2Cr2O7 0,1 N ke dalam erlenmeyer 100 ml
2. Menambahkan 2 g KI
3. Menambahkan 8 ml HCl pekat
4. Menitrasi dengan Na tiosulfat sampai warna kuning muda
5. Menambahkan 4 ml indikator amilum
6. Melanjutkan titrasi sampai warna biru tepat hilang
7. Mencatat volume titran yang diperlukan
Catatan: penambahan amilum tidak boleh dilakukan terlalu awal saat larutan masih
mengandung I2 untuk menghindari koagulasi amilum dan pembentukan komplek
iodin amilum yang stabil. Pembentukan Cr3+ diindikasikan dengan berubahnya
warna larutan dari biru gelap menjadi hijau.
B. Analisa Konsentrasi
I. Penentuan Kadar Cl2 aktif dalam Kaporit
1. Memasukkan 10 ml larutan kaporit 0,1% ke dalam labu ukur 100 ml
2. Melarutakan dengan aquadest hingga tanda batas
3. Memindahkan larutan ke dalam erlenmeyer 250 ml
4. Menambahkan 1 g KI
5. Mengaduk hingga KI larut
6. Menambahkan 4 ml asam asetat glasial
7. Menitrasi dengan Na tiosulfat sampai warna kuning muda
8. Menambahkan 4 ml larutan amilum
9. Melanjutkan titrasi sampai warna biru tepat hilang
10. Mencatat total volume titran yang diperlukan sebagai nilai A
11. Mencampur 100 ml aquadest dan 1 g KI ke dalam erlenmeyer 250 yang lain
12. Mengaduk hingga larut
13. Menambahkan 4 ml amilum
14. Melanjutkan titrasi dengan Natrium tiosulfat sampai warna biru tepat hilang
15. Mencatat total volume titran yang diperlukan sebagai nilai B
Catatan: Jika warna biru tidk terbentuk setelah langkah 14 dilakukan, titrasi
dihentikan (nilai B = 0). Karena reaksi pembebasan I2 dari larutan KI akan terjadi
optimum pada kisaran pH 3-4, maka penambahan asam asetat glasial pada larutan
yang akan dittrasi sangat diperlukan.
II. Penentuan Daya Sergap Klor
1. Menuang 1 L contoh sampel air ke dalam beaker glass
2. Mengurangi volume air dalam gelas beaker sesuai jumlah larutan kaporit 0,1%
yang akan dimasukkan, yaitu 3 ml
3. Membubuhkan 3 ml larutan kaporit 0,1%
4. Mengaduk hingga tercampur homogen
5. Mendiamkan campuran ke dalam tempat yang terlindung cahaya selama 30
menit (waktu kontak yang ditentukan)
6. Mengukur sisa Cl2 hasil proses klorinasi setelah waktu kontak kontak yang
ditentukan
Catatan: Jika nilai sisa Cl2 hasil olahan proses klorinasi = 0, maka praktikum perlu
diulang dengan penambahan volume larutan kaporit 0,1% yang dibubuhkan.
III. Metode Iodometri Analisa Sisa Klor
1. Menuang 500 ml air hasil olahan proses klorinasi (endapan jangan ikut
terbawa), ke dalam erlenmeyer/ beaker 1 L
2. Menambahkan 5 ml asam asetat glasial
3. Mengaduk agar PH merata pada kisaran 3-4
4. Menambahkan 1 g KI dan mengaduknya hinga homogen
5. Mentitrasi contoh dengan titran Na tiosulfat 0,01N.
6. Menambahkan 1 ml indikator amilum
7. Melanjutkan titrasi hingga warna biru hilang
8. Mencatat total volume titran yang diperlukan sebagai nilai A
9. Pengaruh dari gangguan ditentukan melalui titrasi larutan BLANKO, dengan
langkah-langkah berikut:
a. 500 ml aquadest ditambahkan 5 ml asam asetat glasial, 1 g KI dan 1 ml
indikatoe amilum
b. Mentitrasi dengan titran Na tiosulfat 0,01 N jika warna biru keluar, dan
mencatat sebagai nilai B
Jika warna biru tidak muncul, langkah (a) diatas dilanjutkan dengan urutan-
urutan berikut:
- Menititrasi dengan larutan I2 0,0282 N hingga warna biru muncul
- Melanjutkan dengan titrasi dengan titran Na tiosulfat 0,01 N
- Mencatat volume titran yang diperlukan sebagai nilai B
Catatan :
- Batas konsentrasi sisa Cl2 terendah yang bisa dideteksi dengan metode ini
adalah 0,5 mg/L Cl2.
- Analisa sisa Cl2 harus dilakukan paling lambat 2 jam setelah pengambilan
contoh
- Jika kadar sisa Cl2 terlalu rendah, digunakan larutan Na tiosulfat 0,005 N
- Jika volume titran I2 lebih besar dari volume titran Na tiosulfat maka nilai
B=0
F. HASIL
Larutan natrium sulfat yang dibutuhkan hingga berwarna kuning = 50 ml.
Larutan natrium sulfat hingga habis = 39 ml.
Total cairan natrium sulfat 89 ml.
G. KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilakukan hanya sampai metode iodometri pada langkah ke enam.
Karena ketika penambahan amilum pada proses titrasi tidak terjadi perubahan. Sehingga
tidak bisa melanjutkan ke langkah selanjutnya.
H. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai