Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM PENYEHATAN UDARA

PROSEDUR KERJA ANALISA TSP,SOX,NOX,NH3,DAN


H2S

Disusun Oleh :
IBNU MASRUR
1913451018

REGULER 1 SEMESTER 3

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN TANJUNG KARANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT , Tuhan yang maha esa karena atas rahmat nya telah
terselesaikan” Laporan Pratikum Penyehatan Udara”.

Laporan pratikum ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyehatan Udara .kami
menyadari bahwa laporan pratikum ini masi jauh dari kata sempurna ,untuk itu kami minta
kepada bapak/ibu yang membaca nya bias memberi kritik dan saran yang bersifat membangun
,sangat kami harapkan . Semoga laporan pratikum ini dapat bermanfaat.

Sukadana, 17 november 2020

Ibnu Masrur
DAFTAR ISI

i. KATA PENGANTAR……………………………………………….
ii. DAFTAR ISI ……………………………………………………………

A. BAB I
a) PEMERIKSA DEBU ……………………………………………………
B. BAB II
b) PEMERIKSA OKSIDA NITROGEN(NOx) ………………………………….
C. BAB III
c) PEMERIKSA AMONIAK (NH3)……………………………………………..
D. BAB IV
d) PEMERIKSAAN OKSIDA SULFUR (Sox)……………………………………
E. BAB V
e) PEMERIKSAAN HIDROGEN SULFIDA (H2S)…………………………….
F. BAB VI
f) DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
BAB I
PEMERIKSAAN DEBU

A. TINJAUAN PUSTAKA

Partikel partikel pencemaran udara dapat berupa debu padat ,maupun titik titik
cair yang ukuran nya demikian kecil sehingga memungkin kan melayang di udara .
sumber partikel ini umumnya berasal dari cerobong asap pabrik – pabrik , kebakaran
hutan , letusan gunung berapi , ledakan nuklir , dll . partikel ini mempunyai ukuran yang
bermacam macam , umumnya 0,1 sampai 1 mikron . partikel yang kecil ini umumnya
tinggal beberapa hari diudara bahkan sampai bias seminggu sedangkan partikel yang
besar akan segera jatuh disekitar sumbernya.

Umumnya partikel – partikel yang merupakan sebagai pencemar diudara


memberikan berbagai efek pada kesehatan. Golongan partikel – partikel ini dapat di
kelompokkan menjadi 4 macam yaitu ;
1. Debu – debu yang mengakibatkan fibrosis di dalm paru – paru .termasuk
disini deu silica,asbes ,dll
2. Debu- debu karbon yang merupakan debu inert yang kita kenal sehari – hari
3. Debu – debu yang menimbulkan alergi , seperti debu biji – bijian , deu kayu ,
dan beberapa debu organic
4. Debu – debu yang bersifat iritan ( menyebabkan iritasi ) seperti asam alkali ,
florida , kromat dll

B. METODE PEMERIKSAAN

Metode pemeriksaan yang digunakan yaitu gravimetric

C. PRINSIP PEMERIKSAAN

Metode penyaringan ( filtrasi ) digunakan untuk mengukur jumlah pratikel . filter ini
mempunyai pori – pori yang amat kecil ( 0.45 mikrometer) sehingga dapat menangkap
partikel debu . filter tersebut sebelumnya ditimbang sebelum di letakkan pada pompa
hisap yang mempunyai kecepatan tinggi .setelah penghisapan , debu yang ada pada
atmosfir menempel pada pori – pori kertas filter , selisih berat penimbangan filter awal
dan akhir merupakan berat debu diatmosfir .
D. PROSEDUR PENGAMBILAN DAN PEMERIKSAAN

1. ALAT
 Meja sampling ( tripod)
 Pompa hisap ( HVS/LVS)
 Pengukur laju alir udara ( air flow meter ) ukuran kecil ; 0-1 liter per
menit
 Sumber arus AC atau genset lengkap dengan kabel
 Pencatat waktu
 Alat pengukur keadaan meteorology lokasi
 Desikator
 Neraca analitik

2. BAHAN
Kertas saring GF/A dengan diameter pori – pori 0.45 um.
3. CARA KERJA
a. Cara pengambilan sampel menggunakan HVS
 Masukkan kertas saring kedalam desikator selama 24 jam ( dipegang
dengan bantuan pinset )
 Timbang kertas saring sampai di peroleh berat tetap
 Simpan kertas saring dalam penyimpanan
 Pasang filter uji Pada high volume air sampel ( HVS)
 Atur laju aliran udara sesuai dengan HVS yang di pergunakan , hisap
udara selama 60 menit
 Setelah selesaai ambil kertas saring dengan pinset dan masukkan
kedalam wadah penyimpanan
 Masukan kertas saring kedalam desikator selama 24 jam , setelah itu
timbang sampa di peroleh berat yang tetap

4. PERHITUNGAN
(A−a)𝑥 1000
Kadar debu (um/m3) =
volume ud𝑎𝑟𝑎

A = Bobot kertas filter setelah digunakan ( mg)

B = bobot gelas filter sebelum digunakan ( mg)


BAB II
PEMERIKSAAN OKSIDA NITROGEN (NOx)

A. TINJAUAN PUSTAKA
Oksida nitrogen yang biasa di temukan di udara adalah nitrous oksida ( N2O), nitri
oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) .nitrous oksida adalah senyawa yang tidak
reaktif , yang dihasilkan oleh aktivitas mikrooorganisme dalam atmosfer yang tercemar.
Konsentrasi N2O berkurang dengan naiknya ketinggian karena terjadi proses fotokimia
,dan dapat juga berkurang karena konsentrasi lapisan ozon menurun .

N2O + Hv – N2 + O ( proses fotokimia)


N2O + O – N2 + O2 ( Proses kimia )
N2O+O – NO + NO

Campuran nitrous oksida ( N2O) dengan nitrogen oksida dalam atmosfir yang sudah
tercemar dinotaliskan sebagai NOX biasanya NOX berasal dari pembakaran bahan bakar
yang sebagaian besar bersumber dari alam . kebanyakan NOX masuk ke atmosfir sebagai
NO karena pada suhu relative amat tinggi dapat terjadi reaksi sebagai berikut :
N2 + O2 – 2NO

B. METODE PEMERIKSAAN
Metode yang digunakan yaitu reaksi diazotasi

C. PRINSIP PEMERIKSAN
Metode saltzmat didasarkan pada reaksi spesifik dari ion nitrit dengan reagen pembentuk
reaksi diazotasi yang sangat jelas terukur secara kalorimetri . NO2 diudara ddiubah
menjadi ion nitrit melalui kontak dengan larutan penyerap yang mengandung reagen
pembentuk reaksi diazotasi. Metode ini dianjurkan karena peralatan yang dibutuhkan
cukup sederhana dan tidak mahal . peralatan yang digunakan cukup calorimeter atau
spektroforometer .
D. PENGAMBILAN SAMPEL
I. Alat yang diperlukan
- Sama seperti penggambilan sampel udara
- Pengukur laju alir udara ( air flow meter ) ukuran kecil : 0 – 1 liter per menit
- Midget impinge yang digunakan 3 buah
- Spektorfotometer
- Kuvet
-
II. BAHAN YANG DI PERLUKAN DAN CARA PEMBUATANNYA
A. Larutan penyerap NOX
1. 5 gram asam sulfanilat anhidrida atau 5,5 gram asam sulfanilat
monohidrat dilarutkan dalam < 150ml akuabides.
2. Tambahkan 140ml asam asetat glasial lalu panaskan peelahan perlahan
sampai larut semua dan dinginkan
3. Tambahkan 20ml 0,1% n-naftil (1 naftil etilen diarnin dihidroclorida),
kemudian di encerkan dengan aqubides sampan menjadi 1lt ( cara
membuat larutan N – NAFTIL 0,15 adalah timbang 0,1 gram naftil
tambahkan aqubides sampai volume 100ml)
4. Simpan larutan penyerap tersebut dalam botol coklat dan masukkan
dalam lemari es. Jika terjadi perubahan warna larutkan penyerap
tersebut tidak dapat digunakan lagi.
B. Larutan pengoksidan
Timbang 2,5 gram KmnO4, masukkan kedalam 100ml campuran asam
(terdiri dari 59ml asam fosfat pekat di encerkan dengan aqubides menjadi
100ml ditambah 10ml asam sulfat pekat). Larutan ini harus selalu dibuat
baru.
III. CARA PENGAMBILAN SAMPEL
1. Masukkan masing masing 10ml larutan penyerap kedalam midget
impingger( tabung 1) dan midget impingger lainnya (tabung 3).
2. Masukkan 20ml larutan pengoksidan kedalam midget impingger 30ml
( tabung 2)
3. Hubungkan tabung 1 dengan tabung 2, dan tabung 2 dengan tabung 3.
Tabung 3 ke inlet fakum pomp
4. Hidpkan pompa atur flownya 0,4lt/menit. Lakukan penghisapan selama 1jam
5. Lindungin larutan penyerap dari sinar matahari langsung selama sesudah
pengambilan sampel
6. Tentukan volume udara dan catat kecepatan alir selama pengambilan
7. Setelah waktu pengambilan sampel selesai, pindahkan larutan yang ada
dalam midget impengger kedalam botol sampel kemudian simpan dalam
termos es.
8.
E. PEMERIKSAAN KADAR NOx
1. Alat yang diperlukan
 Spektrofotometer
 Labu takar
 Pipet gondok
2. Pembuatan kurva kalibrasi
1. Larutan NaNO2 ( sebaga larutan standar NO2 ) timbang teliti 0,0216gram NaNO2,
larutkan dengan aquabides sampai volumenya 1lt (sehingga 1ml = 20 NO2).
2. Pipet larutan NaNO2 sebanyak 0,1ml : 0,5ml: 1ml: 2ml: 3ml: 4ml: lalu masukkan
masing masing kedalam labu takar 20ml.
3. Tambahkan pada masing masing labu takar tersebut dengan 10ml penyerap dan
tetapkan sampai tanda batas dengan aquades
4. Baca observasi dengan spektofotometer oada panjang gelombang 550mm
5. Buat kurva kalibrasi yang menytakan hubungan abservasi dan konsetrasi NO2.
3. CARA UJI SAMPEL
 Ambil sampel dalam midget impengger
 Ambil blangko yaitu penyerap NO2
 Baca sampel pada spektrofotometer pada panjang gelombang 550mm
 Harga observasi yang di dapat diplotkan pada kurva kalibrasi
4. PERHITUNGAN
kadar kurva x faktor konversi NO2
Kadar NO2( PPM) = VOLUME UDARA
Kadar NOX = kadar NO2 dari midget impinger ( I) + (III)
Factor konversi NO2 1 ug / m3= 0.53 – 10 -3 ppm
BAB III
PEMERIKSAAN AMONIAK (NH3)

A. TINJAUAN PUSTAKA
Gas amoniak ( NH3) Adalah gas yang tidak berwarna dan menimbulkan bau yang
merangsang . konsentrasi alamiah antar 6 – 20 ppm . gas ini selain dihasilkan dari bakteri
pembusuk juga dihasilkan dari kegiatan industry kimia pupuk.
Keracunan oleh amoniak ( NH3) menyebabkan gangguan kesehatan , antara lan
radang saluran pernapasan bagian atas.konsentrasi 280-490 mg / m3 menyebabkan
oedema paru – paru .

B. METODE PEMERIKSAAN
Metode yang digunakan yaitu reaksi nessler

C. PRINSIP PEMERIKSAAN
Gas NH3 diserap oleh larutan asam sulfat 0,01 N kemudian ditambah larutan pereaksi
nessler akan membentuk warna kuning – kecokelatan , inas warna yang terjadi
berbanding lurus dengan konsentrasi NH3

D. PENGAMBILAN SAMPEL
1. Alat yang diperlukan
 Lihat bab pengambilan sampel udara
 Kuvet
 Spektrofotometer
2. Bahan yang diperlukan
 Asam sulfat 0,01 N
3. Pengambilan sampel
 Lihat bab oengambilan sampel
 Flow yang digunakan 1,5 L/ Menit

E. PEMERIKSAAN SAMPEL
1. Alat yang diperlukan
 Spectrometer
 Pipet gondok
 Labu takar
 Thermometer
 Barometer
 Anemometer
2. Bahan yang di perlukan
A. Larutan nessler
 Timbang 100 gr Hgl2 dan 70 gr KI larutan dengan 500 ml aquades (I)
 160 gr NaOH dilarutkan dalam 500 ml aquades dan didinginkan (II)
 Kemudian tambahkan pelan-pelan larutan II kedalam larutan I sambil
diaduk
 Tetapkanlah I liter dengan aquades bebas amoniak ( lalu simpan dalam
botol coklat )
B. Larutan baku amoniak
Timbang teliti 3,1471 gr NH4CI lalu larutkan dengan aquades . kemudian
masukan labu takar I liter dan larutkan sampai tanda batas .
C. Larutan sediaan amoniak
Pipet 1 ml larutan baku , masukan ke dalam labu takar 100 ml , kemudian
encekan dengan pereaksi sampa tanda batas ( 1 ml = 10ug NH3)
3. Pembuatan kurva kalibrasi
 Ambil larutan sediaan amoniak sebanyak 0,5 ml , 1 ml , 2ml ,3 ml, dan 4 ml
masing- masing masukan dalam labu takar 25 ml .
 Tambahkan dengan pereaksi penyeap amoniak sampai tanda batas
 Tambahkan 1 ml pereaksi nessler ,tutup masing- masing labu takar ,kocok lalu
simpan dalam tempat tempat yang gelap kurang lebbih 20 menit
 Bac absorban dengan spektofotometer pada panjang gelombang 440 nm
 Buat kurva kalibrasi yang menyatakan hubungan absorbansi dengan
konsentrasi amoniak .

4. Cara pemeriksaan sampel


 Atur Ph larutan sampel
 Ambil sampel dalam midget impinger ( suhu kamar) dan masukan kedalam
labu takar 25 ml,tambahkan penyerap sampai tanda batas
 Tambahkan 1 ml pereaksi nessler
 Tutup masing – masing labu takar , kocok ,simpan dalam tempat yang gelap
kurang lebih 20 menit
 Baca absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 440 nm .

5. Perhitungan
kadar kurva x V1 x faktor konversi
Kadar NH3 (ppm) = volume udara x V2
Factor konversi NH3 1 ug/m3= 1,47.10-3 ppm
Volume = flow x lamanya pengambilan
V1 = volume labu takar yang digunakan
V2 = volume sampel yang dipipet
BAB IV
PEMERIKSAAN OKSIDA SULFUR (Sox)

A. TINJAUAN PUSTAKA
Gas oksida sulfur ( SOX) merupakan gas yang tidak berwarna , berbau menyengat,
sumber gas SOX antara lan pembakaran bahan- bahan yang berisikan sulfur ,
peleburan , logam , penghilangan minyak letusan gunung berapi . gas ini sangat
berbahay bagi kesehatan karena dapat menimbulkan kaerusakan pada saluran
pernapasan bronchitis , emphysema , serta iritasi mata . selain itu senyawa SO2
diatmosfir juga merupakan racun bagi tanaman karena dapat menyebabkan terjadinya
proses klorosis ( daun tumbuhan menjadi berwarna kuning). Tanaman juga dapat
rusak karena aerosol asam sulfat , yang dapat dilihat dengan adanya bintik – bintik
pada daun tanaman . asam sulfat yang ada diatmosfir ini berasal dari oksidasi SO2
dengan uap air . Reaksi fotokimia memungkinkan terjadinya oksidasi SO2 diatmosfir.
SO2 + hv = SO + O .

B. METODE PEMERIKSAAN
Metode yang digunareaksi nessler

C. PRINSIP PEMERIKSAAN
Gas NH3 diserap oleh larutan asam sulfat 0.01 N kemudian ditambah larutan pereaksi
nessler akan membentuk warna kuning kecokelatan , intensitas warna yang terjadi
berbanding lurus dengan konsentrasi NH3

D. PENGAMBILAN SAMPEL
1. Alat yang digunakan
 Lihat pengambilan sampel udara
 Air flow meter uk kecil 0- 2 liter / menit
 Midget impinge yang memiliki saringan silica
2. Penyerapan yang di perlukan
 Larutan TCM 0,04 M
Cara pembuatannya :
 Timbang secara analitis : 10,86 gr HgCI2

: 5, 96 gr KCI / 4,68 gr NaCI

: dan 0,066 gr EDTA

 Larutkan dalam aquades 1 liter


 Atur PH penyerapan sampai sekitar 5 ( dengan KOH)
Larutan penyerap ini tahan samapi 6 bulan bila disimpan di lemari es .

3. Cara pengambilan sampel


Lihat bab pengambilan sampel , flow yang digunakan 2 liter / menit , lindungi
larutan penyerap dari matahari langsung dan sesudah pengambilan sampel

E. PEMERIKSAAN SAMPEL
1. Alat yang diperlukan
 Spektrofotometer
 Pipet gondok
 Labu takar
 Buret
2. Bahan yang diperlukan dan cara pembuatannya
 Asam sulfamat 0,6 %
Timbang 0,6 gr asam sulfamat dan dilarutkan dengan 100 ml aquades
 Formaldheid 0,2 % ( formalin 0,2% )
5 ml formalin 36 % ditambahkan aquades samapi 1000 ml
 Larutkan PRA induk yang dimurnikan
 HCI 1M
 H3PO4 3 M
 Larutkan pararosanilin(PRA) VARIASI A
 Larutan pararosinilib ( PRA) variasi B

3. Standarisasi larutan yang mengandung SO2


a. Pembuatan larutan standar SO2
Timbang 0,4 gr NaSO3 larutkan dalam labu takar dengan aquades samapi 500
ml
b. Penetapan kadar SO2 dalam larutan Na2SO3 dengan cara titrasi
4. Cara pemeriksaan sampel
 Ambil sampel dalam midget impinger ( suhu kamar ) dengan pipet gondok
dan masukkan ke dalam labu takar 25 ml , volume sampel harus
kuantitatif , sebaiknya diamankan 20 menit untuk menguraikan ozon .
 Tambahkan 1 ml asam sulffatt 0.6 % diamankan kembali 10 menit .
 Tambahkan 2 ml formalin 0,2 % dan 5 ml PRA ( pilih salah satu variasi A
atau B )
 Tambahkan aquades dingin yang baru dididihkan sampai tanda batas,
diamkan selama 30 menit .
 Baca absorbansi dengan spoktofotometer pada panjang gelombanh 548 nm
untuk variasi A , atau 575 nm untuk variasi B.
 Dibuat juga blanko dan dilakukan pemeriksaan sama seperti langkah
pemeriksaan sampel
 Nilai absorbansi yang di dapat diplotkan ke dalam kurva kalibrasi.

5. Perhitungan
kadar (kurva)xv1 x f
Kadar SO2 (ppm) =volume udara x v2

V1 = volume sampel dalam impinger


V2 = volume sampel yang diperiksa
F = faktor konversi SO2 1 ug/m3 = 3,82 x 10 -4 ppm
Volume udara = flow yang digunakan x lama pengambilan
BAB V
PEMERIKSAAN HIDROGEN SULFIDA (H2S)

A. TINJAUAN PUSTAKA
Gas hidrogen sulfida ( H2S) adalah gas yang tidak berwarna , menimbulkan bau
yang sangat merangsang ( bau busuk ) . untuk mengenal gas hidrogen sulfida ini dapat
dirasakan dari bau busuknya , apabila kadarnya sudah tinggi ( melebihi batas standar )
maka baunya terasa sangat menganggu ( bau telur busuk ) . gas H 2S ditemukan pada gas
vulkanik dan gas alam . golongan industri yang menghasilkan gas H2S antara lan:
pengilangan minyak , rayon , penyamakan , kulit , pabrik kertas , destilator , perternakan
dan pertambangan ,biji besi ,dapat juga terjadi dari pembusukan samapah organik.
Gas ini cukup berbahaya bila terjadi pemaparan yang berkepanjangan meskipun
dalam dosis rendah , dapat menyebabkan iritasi mata ,gangguan pernafasan , sakit kepala
, dsb .menurut studi epidemiologi efek jangka panjang H2S pada dosis 0,05 ppm
menimbulkan gangguan sintesis enzim pada retikulosit keberadaan gas H2S di udara erat
hubungannya dengan siklus sulfur.

B. METODE PEMERIKSAAN
Metode yang digunakan yaitu methylen blue

C. Sampel udara yang diduga mengandung H2S diserap kedalam larutan kedmium sulfat
kemudian ditambah pembentuk warna . insensitas warna yang terbentuk diukur dengan
menggunakan spektrofotometer.

D. Pengambilan sampel

1. Alat yang diperlukan


 Lihat bab pengambilan sampel
 Air flow meter uk 0-5 liter/menit
 Midget impinger biasa
2. Bahan yang diperlukan
 Larutan penyerap h2s
Cara pembuatannya :
 Timbang 4,3 gr CdSO4,8H2O ditambah 0,3 gr NaOH dilarutkan dalam
aquades
 Kemudian ditambahkan 10 gr straktan
 Kocok hingga terbentuk suspensi, dan encerkan jadi 1 liter menggunakan
aquades
 Larutan penyerap ini harus dibuat baru
3. Cara pengambilan sampel
Lihat babpengambilan sampel
Flow yang digunakan 1,5 liter / menit

E. PEMERIKSAAN SAMPEL
1. Alat yang diperlukan
 Spektrofotometer
 Pipet gondok
 Labu takar
2. Bahan yang di perlukan dan cara pembuatannya
 Larutan induk H2SO4
 Larutan uji amin
 Larutan amonium posfat
 Larutan baku induk sulfida
 Larutan kurva kalibrasi
3. Cara pemeriksaan sampel
 Ambil 10 ml sampel dalam midget impinger ( suhu kamar) dengan pipet
gondok dan masukkan ke dalam labu takar 25 ml
 Tambahkan 1,5 ml larutan uji amin kocok
 Kemudian tambahkan 1tetes larutan FeCI3 , jika pada larutan terdapat warna
kuning , tambahkan tetes demi tetes amonium posfat samapi warna kuning
hilang
 Encerkan dengan aquades samapi tandna batas , diamkan 30 menit
 Adanya H2S pada sampel ditandai dengan terbentuknya warna biru
 Baca absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 670 nm
 Nilai absorbansi yang didapat diplotkan ke dalam kurva kalibrasi
4. Perhitungan
kadar kurva x v1 x f
Kadar SO2 (ppm) =volume udara x v2
V1 = volume labu takar yang digunakan ( ml)
V2 = volume sampel yang diipipet
F = faktor konversi H2S ug/L = 0,71 ppm
Volume udara = flow yang digunakan x lama pengambilan
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

 (Sumber : penuntun pratikum penyehatan udara )


 Arya Wardana, Wisnu. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan.Yogyakarta. Penerbit
Andi.
 Dahlan. 2010. Pemantauan Kualitas Udara Di Daerah Yang Terkena Dampak Bencana
Merapi. BPPLTP YPM YOGYAKARTA
 Neiburger. 1995. Memahami Lingkungan Atmosfir Kita. ITB
 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010
 Karim, Kamarlis. 1986. Dasar-Dasar Klimatologi FP Unsyiah. Banda Aceh
 Lee, Richard. 1988. Hidrologi Hutan UGM. Press.Yokyakarta.
 Soemarto, C.D. 1986. Hidrologi Teknik. Erlangga. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai