DOSEN PEMBIMBING:
Disusun Oleh :
Kelompok D
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pengendalian Vektor
dan Binatang Pengganggu – B ini tepat waktu. Laporan ini bertujuan untuk memenuhi nilai
mata kuliah Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu – B.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ngadino, S.Si., M.Psi dan
Bapak Irwan Sulistio, SKM., M.Si selaku dosen pembimbing serta Bapak Isman Norianza
Ali, S.Tr.Kes selaku instruktur praktik pada mata kuliah PVBP – B. Dan tidak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu proses
penyusunan laporan ini sehingga bisa selesai tepat pada waktunya.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar dapat memperbaiki
laporan ini.
Akhir kata kami berharap semoga Laporan Pengendalian Vektor dan Binatang
Pengganggu – B ini dapat memberi manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.
Kelompok D
Page | 2
FOGGING
I. JUDUL PRAKTIKUM
Fogging
Page | 3
1. Endemis, yaitu daerah yang sekecil-kecilnya sepintas desa atau
kelurahan yang dalam kurun waktu tiga tahun berturut-turut
terdapat kasus DBD.
2. Sporadist, yaitu daerah yang sekecil-kecilnya sepintas desa atau
kelurahan yang dalam kurun waktu tiga tahun berturut-turut
terdapat kasus yang tidak menentu misalnya, pada tahun pertama
terdapat kasus DBD dan tahun kedua dan ketiga tidak terdapat
kasus DBD.
3. Potensial, yaitu daerah yang sekecil-kecilnya sepintas desa atau
kelurahan yang dalam kurun waktu tiga tahun berturut-turut tidak
terdapat kasus DBD namun, memiliki House Index >5%.
4. Bebas, yaitu daerah yang sekecil-kecilnya sepintas desa atau
kelurahan yang dalam kurun waktu tiga tahun berturut-turut tidak
terdapat kasus DBD, dan House Index <5%.
Page | 4
Pemberantasan dengan menggunakan fogging dianggap paling baik dan
tepat oleh masyarakat. Namun pada dasarnya fogging dilakukan jika terpaksa dan
sudah terjadi banyak kejadian karena sifat fogging yang beracun. Hal tersebut
ternyata tidak selalu benar, karena pemberantasan nyamuk Aedes aegypti dengan
metode ini hanyalah bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa yang infektif,
yaitu nyamuk yang didalam tubuhnya telah mengandung virus dengue dan siap
menularkan pada orang lain. Sedangkan cara mengatasi/mencegah terjangkitnya
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang paling penting adalah
menanamkan pengetahuan kepada masyarakat, agar masyarakat berperilaku hidup
bersih dan sehat, yaitu menjaga kebersihan lingkungan yang dapat menjadi sarang
dan tempat berkembangbiaknya vektor penyakit termasuk nyamuk Aedes aegypti.
Hal ini dilakukan untuk memutus rantai penularan penyakit, yaitu memutus mata
rantai perkembangbiakan jentik nyamuk menjadi nyamuk dewasa.
Kegiatan pemberantasan nyamuk dewasa Aedes dalam rangka
penanggulangan penyakit DBD dengan menggunakan metode fogging dapat
dilakukan menjadi dua waktu. Pada pagi hari dapat dilakukan pada pukul 06.00 –
09.00 dan Ketika sore hari dilakukan pada pukul 15.00 – 17.00. Hal tersebut
dilakukan berdasarkan kecepatan angin mengingat metode fogging ini
menggunakan asap yang beracun jika tidak tepat waktu maka asap yang
dikeluarkan dapat menganggu jalannya penanggulangan.
Menurut Suroso dan Umar (1999) pemberantasan nyamuk Aedes aegypti
sebagai vektor penular DBD dapat dilakukan dengan cara: a) fogging, yaitu
pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa; b) abatisasi, yaitu penaburan abate
dengan dosis 10 gr untuk 100 liter air pada tampungan air yang ditemukan jentik
nyamuk; c) penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN (Pemberantasan
Sarang Nyamuk) dengan 3 M, yaitu menguras, menutup tampungan air dan
mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk.
Tujuan dari fogging adalah untuk membunuh sebagian besar vektor
infektif dengan cepat, sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan. Selain
itu kegiatan ini juga bertujuan untuk menekan kepadatan vektor selama waktu
yang cukup sampai dimana pembawa virus tumbuh sendiri (Iskandar, dkk, 1985).
Alat yang digunakan untuk fogging terdiri dari portable thermal fog machine dan
ultra low volume ground sprayer mounted.
Page | 5
Dalam program pemberantasan DBD racun serangga untuk fogging yang
digunakan adalah golongan organophosporester insectisida seperti malathion,
sumithion, fenithrothion, perslin dan lain-lain. Dosis yang dipakai untuk
malathion murni adalah 438 gr/hektar. Namun untuk pelaksanaan fogging dengan
fog machine malathion harus diencerkan dengan penambahan solar atau minyak
tanah sehingga menjadi larutan dengan konsentrasi 4-5%. Cara pembuatan larutan
tersebut dapat dilakukan dengan cara: 1) 1 liter malathion 96% EC + 19 liter solar
= 20 liter malathion 4,8%; atau 2) 1 liter malathion 50% EC + 10 liter solar = 11
liter malathion 4,5 %.
Cara menghitung konsentrasi inksektisida murni adalah sebagai berikut :
S. A
Q=
C
Keterangan :
Q = insektisida murni
S = konsentrasi yang akan kita buat
A = jumlah pelarut
C = konsentrasi yang dimiliki
Mesin fogging
Respirator
b. Bahan
Page | 7
Bahan bakar (bensin) Bahan pelarut (solar)
c. Langkah Kerja
A. Membuat larutan insektisida
Bahan aktif : Lamda Sihalotrin (Icon 25 EC)
Menggunakan perbandingan 19 : 1 dengan cara :
1. Ambil jerigen dengan volume 20 liter
2. Takar insektisida sebanyak 100 ml, lalu masukan kedalam jerigen
tersebut.
3. Kemudian tambahkan solar sebanyak 19 liter
4. Maka jadilah larutan solar campur insektisida sebanyak 20 liter.
B. Pelaksanaan Fogging
1. Siapkan semua peralatan yang diperlukan dan periksa lokasi yang
akan di fogging.
Page | 8
2. Masukkan larutan insektisida ke dalam tangki insektisida dan
menutupnya kembali dengan rapat
3. Masukkan BBM (pertalite) kedalam tangki bahan bakr dan
memastikan terisi penuh sebelum mesin digunakan.
4. Pasang busi pada tempatnya untuk mengalirkan listrik pada mesin
fogging.
5. Dan masukkan baterai sesuai dengan tempatnya pada fog mechine.
6. Pasanglah nozzle yang sesuai.
7. Hidupkan mesin fogging dengan cara :
a) Buka kran bensin secukupnya, kemudian tekan bulb (dipompa)
beberapa kali hingga mesin hidup
b) Atur kran bensin dan katup udara hingga bunyi mesin terdengar
normal dan stabil (8)
c) Perhatikan arah mata angin, lalu lakukan pengasapan sesuai
dengan arah mata angin.
d) Angkat (gendong) mesin fogging, arahkan mesin ke tempat –
tempat yang akan di fogging, dan moncong mesin dilantai
diusahakan membentuk sudut lancip. Kemudian kran larutan di
buka, asap akan menyembur keluar dari moncong mesin.
e) Lalukan pengasapan mulai dari belakang sampai ke depan
rumah.
f) Setelah selesai pengasapan mesin dimatikan dengan cara
menutup gas lalu buka tangkai larutan dan tangki bakar
dibiarkan sampai mesin dingin baru diangkat
g) Lalu simpan mesin fogging di tempat yang aman.
8. Pengasapan dilakukan 2 siklus dengan interval waktu 5 – 7 hari.
Page | 9
Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa saja, artinya larva dan telur
nyamuk masih dapat tumbuh menjadi vektor baru yang juga dapat menularkan
DBD dan malaria. Oleh sebab itu fogging harus dilengkapi juga dengan beberapa
usaha yaitu dengan PSN, 3M+, serta menggunakan larvasida untuk membunuh
jentik dan telur nyamuk. Fogging sebenarnya kurang efektif apabila tidak
ditindaklanjuti dengan gerakan 3M+. Fogging yang efektif dilakukan pada pagi
hari sekitar pukul 07.00 sampai dengan 10.00 dan sore hari pukul 15.00 sampai
17.00. bila dilakukan pada siang hari nyamuk sudah tidak beraktifitas dan asap
fogging mudah menguap karena udara terlalu panas. Fogging sebaiknya jangan
dilakukan pada keadaan hujan karena akan sia-sia melakukan pengasapan. Dalam
proses fogging perbandingan bahan bakar dengan insektisida yang dibutuhkan
adalah 19:1 yaitu 19 untuk bahan bakar dan 1 untuk pestisida.
VII. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis mengenai praktikum fogging, maka dapat
disimpulkan bahwa:
Page | 10
Fogging (pengasapan) adalah salah satu teknis pengendalian nyamuk yang
dilakukan diluar ruangan. Alat yang digunakan adalah mesin fogging (Termal
Fogger). Target dari cara pengendalian ini adalah nyamuk dewasa yang berada
diluar gedung. Area yang biasa dilakukan pengasapan antara lain Garbage Area
(tempat sampah), drainage (STP), pengasapan tebal pada seluruh jalur got
(drainage) yang tertutup treatment dengan insektisida khusus termal fogger.
Teknis pengendalian yang dilakukan meliputi fogging mesin (pengasapan),
spraying (penyemprotan), mist blower, ultralight fogger (pengkabutan) dan
abatesasi (penaburan bubuk abate).
Kegiatan pemberantasan nyamuk dewasa Aedes dalam rangka
penanggulangan penyakit DBD dengan menggunakan metode fogging dapat
dilakukan menjadi dua waktu. Pada pagi hari dapat dilakukan pada pukul 06.00 –
09.00 dan Ketika sore hari dilakukan pada pukul 15.00 – 17.00. Hal tersebut
dilakukan berdasarkan kecepatan angin mengingat metode fogging ini
menggunakan asap yang beracun jika tidak tepat waktu maka asap yang
dikeluarkan dapat menganggu jalannya penanggulangan.
B. Saran
Terkait dengan hal tersebut, kami menyarankan beberapa hal untuk
memperhatikan seperti berikut ini:
1. Penggunaan APD yang baik dan benar, tujuannya supaya operator dan
komando dapat melindungi diri dari ancaman resiko dan bahaya ketika
bekerja.
2. Memastikan dengan benar arah angin yang berhembus, tujuannya supaya tidak
terjadi pengasapan pada operator.
3. Komando alangkah baiknya jika selalu memperhatikan lingkungan sekitar dan
waktu, oleh karena itu operator lebih baik selalu memperhatikan arahan dari
komando.
Page | 11
Gonilan, Kartasura, Sukoharjo. Surakarta: Warta Vol .9, No. 2, September
2006: 130 – 138
Ariati J., Musadad D. A. Kejadian demam berdarah dengue (DBD) dan faktor
iklim di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Ekologi Kesehatan.
2012;11(4): 278–86.
Iskandar A, dkk. 1985. Pedoman Bidang Studi Pemberantasan Serangga dan
Binatang Pengganggu APKTS. Jakarta: Pusdiknakes Dep. Kes. RI.
Suroso T dan Umar AI. 1999. “Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit DBD
di Indonesia Saat Ini”. Naskah Lengkap Pelatihan. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI.
IX. LAMPIRAN
Mesin fogging
Respirator
Bahan pelarut (solar)
Page | 12
Jerigen 20 l Pestisida cair (Icon 25 EC)
Ember plastik
Page | 13