Dosen Pengajar :
Catur Puspitawati, ST., M.KM.
Tugiyo, SKM., M.Si.
DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan
makalah kami dengan judul “Sampah Medis” ini. Shalawat serta salam tidak lupa
selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammad
SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam
semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena
kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki
banyak kekurangan.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak
yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah
ini hingga rampungnya makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah
yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
Jakarta, 9 Maret 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
Persampahan telah menjadi suatu agenda permasalahan utama yang dihadapi oleh hampir
seluruh perkotaan di Indonesia. Keterbatasan kemampuan Pemerintah Daerah dalam
menangani permasalahan tersebut menjadi tanda awal dari semakin menurunnya sistem
penanganan permasalahan tersebut (Wibowo & Darwin, 2002). Pemerintah dan masyarakat
Indonesia harus lebih mengembangkan sistem pengelolaan sampah organik yang selama ini
hanya memenuhi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Darmasetiawan (2004) mengatakan
bahwa pada umumnya Negara – Negara berkembang memiliki karakteristik sampah dengan
komposisi organik yang lebih tinggi dibandingkan dari Negara dengan tingkat perekonomian
yang lebih maju.
Melihat banyaknya timbulan sampah berupa sampah organik yang dihasilkan masyarakat,
terlihat potensi untuk mengelola sampah organik tersebut menjadi kompos. Berbagai metode
pengomposan telah banyak dikembangkan dan diaplikasikan di Indonesia mulai dari
teknologi sederhana sampai yang menggunakan peralatan canggih, salah satunya adalah
vermikompos. Vermikompos merupakan pengomposan dengan memanfaatkan cacing tanah
sebagai perombak atau dekomposer, inokulasi cacing tanah dilakukan pada saat kondisi
material organik sudah siap menjadi media tumbuh (kompos setengah matang).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi kompos adalah pupuk
campuran yang terdiri atas bahan organik (seperti daun dan jerami yang membusuk) dan
kotoran hewan.
Pengertian kompos menurut Wield (2014) merupakan pupuk alami (organik) yang
dapat dibuat dari bahan-bahan hijau dan bahan organik lainnya yang ditambahkan dengan
sengaja sehingga proses pembusukan akan lebih cepat.
Hasil dekomposisi atau fermentasi bahan-bahan organik seperti sisa hewan, tanaman,
dan limbah organik lainnya dapat menghasilkan kompos yang dimanfaatkan untuk
memperbaiki struktur tanah, memperbaiki kehidupan mikroorganisme dalam tanah,
menambah daya ikat air terhadap tanah, dan memperbaiki sifat-sifat tanah lainnya.
Pupuk kompos mengandung unsur-unsur hara mineral yang baik untuk tanaman serta
meningkatkan bahan organik dalam tanah. Pembuatan pupuk ini pun dapat dibuat sendiri
dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang mudah didapatkan dengan harga
pembuatan yang relatif murah.
Kompos dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Berbagai jenis kompos yaitu di
antaranya kompos cacing, bagase, dan bokashi.
1. Kompos Cacing
Kompos cacing merupakan kompos yang dihasilkan melalui kerja sama antara
mikroorganisme dan cacing tanah dalam mekanisme proses penguraian bahan organik.
Kehadiran cacing tanah membantu proses penguraian bahan-bahan organik yang kemudian
akan diurai kembali oleh mikroorganisme.
Kompos cacing dikenal juga sebagai casting. Casting mengandung unsur-unsur hara
yang dibutuhkan bagi tanaman seperti fosfor, nitrogen, mineral, dan vitamin. Selain itu, nilai
C/N dari casting ini kurang dari 20 sehingga dapat digunakan untuk pemupukan.
2. Kompos Bagase
Kompos bagase merupakan pupuk yang berasal dari ampas tebu hasil limbah padat
industri pabrik gula. Limbah bagase mempunyai potensi yang besar sebagai bahan organik
untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Limbah bagase dapat diolah menjadi pupuk dan diaplikasikan kembali ke tanah untuk
menyuburkan tanah dan membantu proses pertumbuhan tanaman tebu.
Namun dalam proses pembuatannya diperlukan waktu cukup lama dan perlakuan yang
khusus seperti penambahan mikroorganisme selulotik karena nisbah C/N dari bagase yang
tinggi sekitar 220.
3. Kompos Bokashi
Kompos bokashi adalah pupuk yang dihasilkan dari bahan organik yang
difermentasikan dengan teknologi Effective Microorganisms 4 (EM4). Jenis mikroorganisme
yang terdapat dalam EM4 antara lain Lactobacillus sp., Actinomycetes, Khamir, dan
Streptomyces.
EM4 adalah suatu kultur campuran terdiri dari mikroorganisme dalam media cair
berfungsi untuk memfermentasikan bahan-bahan organik dalam tanah dan sampah, sehingga
menguntungkan bagi kesuburan tanah.
EM4 juga mampu mempercepat proses dekomposisi sampah organik sehingga cocok
digunakan untuk pengomposan.
2.1.2 Manfaat Kompos
Kompos sebagai salah satu pupuk organik sangat baik dan bermanfaat untuk segala
jenis tanaman. Pupuk ini digunakan untuk tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman
pertanian, dan bahkan tanaman hias.
Hanya dengan menaburkannya di permukaan tanah, maka sifat-sifat tanah yang baik
dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan lagi.
Apalagi untuk kondisi tanah hasil pembukaan lahan baru, biasanya pada area tersebut
kesuburan tanah menurun karena pembukaan lahan identik dengan pembakaran atau
penghilangan top soil.
Oleh karena itu, kesuburan tanah perlu dikembalikan dan dipercepat dengan
ditambahkan pupuk.Manfaat kompos dapat dilihat dari aspek ekonomi, aspek lingkungan,
serta aspek bagi tanah dan tumbuhan.
1. Manfaat Ekonomi
Dari aspek ekonomi, pupuk ini memanfaatkan bahan-bahan organik yang berasal dari
limbah-limbah pertanian yang mudah didapatkan di sekitar kita, sehingga pupuk ini tidak
memerlukan biaya yang besar dalam pembuatannya.
2. Manfaat Lingkungan
Manfaat pupuk ini dari aspek lingkungan yaitu mengurangi pencemaran lingkungan.
Pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan sampah yang merupakan sumber
pencemaran lingkungan.
Dengan banyaknya sampah yang berserakan baik di sungai maupun sampah yang tercecer
dan masuk ke selokan akan mengakibatkan penyumbatan di selokan dan dapat
menimbulkan banjir.
Tempat yang dijadikan pembuangan akhir sampah ini akan menjadi kumuh dan kotor jika
pengolahan sampah tidak diatasi dengan benar.
Tempat tersebut juga akan menimbulkan banyak penyakit karena sebagai sarang
bertumbuh-kembangnya organisme yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan
semakin menurunkan daya dukung lingkungan sebagai tempat pembuangan sampah.
Manfaat bagi tanah dan tumbuhan yaitu meningkatkan kesuburan tanah serta menyediakan
unsur-unsur hara mineral memadai dan seimbang yang bisa diserap oleh tanaman.
Produtivitas dari tanaman akan berkurang jika tanaman kekurangan unsur hara dan
mineral, terutama jika tanaman tersebut tumbuh pada tanah yang bersifat terlalu asam
maupun terlalu basa.
Manfaat lainnya yaitu memperbaiki struktur, drainase dan tata udara dalam tanah,
memperbesar daya ikat air terhadap tanah, daya ikat tanah terhadap unsur hara, membantu
dalam proses pelapukan mineral, menjadi sumber bahan makanan bagi mikroorganisme, dan
menurunkan aktivitas mikroba yang merugikan.
• PEMBUAT TABLET
2. GRANULATOR
3. BLENDER
Digunakan untuk menghancurkan bahan/ sampah organik. Cairan hasil blender berupa jus
digunakan sebagai bahan baku membuat pupuk organik cair.
4. ALAT PENEPUNG
Digunakan untuk menepungkan bahan organik sebelum bahan tersebut di granulasi atau
dipeletkan
5. ALAT PENGEPRES
7. MESIN PENGEPRES
8. MESIN PEMELET
Berguna untuk memeletkan bahan organik kompos menjadi pupuk pellet.
Bahan organik berpengaruh terhadap sifat fisik, biologi, dan kimia tanah. Peran bahan
organik terhadap sifat fisik tanah yaitu memperbaiki aerasi tanah, merangsang granulasi
tanah, dan meningkatkan daya ikat air. Peran bahan organik terhadap sifat biologi tanah yaitu
aktivitas mikroorganisme yang berperan dalam fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu
akan meningkat. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah yaitu kapasitas tukar kation
meningkat sehingga dapat mempengaruhi serapan unsur hara tanaman.
Bahan organik yang umum dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk ini berasal dari
limbah-limbah pertanian meliputi:
Bahan organik lainnya yang dapat dikomposkan adalah buah-buahan, sayuran, limbah
kebun termasuk rumput, dan dedaunan serta limbah dapur.
Selain itu, bahan lainnya yaitu bahan selulosa yang merupakan bahan yang mempunyai
struktur seluler yang sebagian besar terdiri dari lignin dan selulosa yang mempunyai kadar air
yang relatif rendah. Contoh bahan selulosa adalah kertas, sisipan kayu, daun kering, jerami
padi, dan kulit pohon.
Limbah protein yang termasuk ke dalam limbah dan residu ternak sangat bagus sebagai
bahan pembuatan kompos karena banyak mengandung protein yang mempunyai kandungan
nutrisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
1. Pastikan wadah pembuat pupuk kompos tidak terkontaminasi oleh air hujan dan hewan.
2. Pastikan juga wadah tak terkena paparan sinar matahari.
Vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan bahan- bahan
organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Vermikompos merupakan campuran kotoran
cacing tanah (casting) dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing
tanah. Vermikompos merupakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan memiliki
keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kompos lain yang kita kenal selama ini. Casting
merupakan kotoran cacing yang dapat berguna untuk pupuk. Casting ini mengandung
partikel-partikel kecil dari bahan organik yang dimakan cacing dan kemudian dikeluarkan
lagi. Kandungan casting tergantung pada bahan organik dan jenis cacingnya. Namun
umumnya casting mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor,
mineral, vitamin.
Cacing yang umumnya digunakan untuk membuat kompos dengan cara vermikompos ada
lima jenis. Jenis cacing yang umum digunakan adalah :
1. Lumbricus rubellus.
2. Eisenia fetida (Red Wiggler)
3. Eisenia hortensis
4. Perionyx excavatus (Indian Blue)
5. Eudrilus eugeniae (African Nightcrawler)
Alat
1. Ember 8 buah
2. Pisau 1 buah
3. Pengaduk
4. Timbangan digital
5. Termometer 1 buah
Bahan
1. Sampah Organik (sampah sayur 200gr & sampah buah 200gr)
2. Tanah secukupnya
4. Air secukupnya
2. Mencacah sayur dan buah secara terpisah dengan ukuran sekitar 1cm, selain itu dapat
juga menghancurkannya menggunakan blender dengan menambahkan air secukupnya
3. Kemudian limbah sayur di campurkan dengan tanah, begitupun dengan limbah buah
dengan takaran limbah organik 50g dan tanah secukupnya
6. Tunggu sampai 5 menit hingga semua cacing tersebut masuk ke dalam media
7. Lakukan pengecekan suhu, bau, warna dan tekstur setiap satu kali sehari
8. Setelah terdapat butir-butir kecil lonjong yang sebenarnya itu adalah kotoran dari
cacing, lakukan pemanenan dengan cara memisahkan cacing dan kascing secara manual
yaitu dengan menggunakan tangan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan
organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam
kondisi lingkungan yang hangat,lembab, dan aerobik atau anaerobic. pengomposan adalah
proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh
mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
3.2 SARAN
Untuk lebih memahami semua tentang Pembuatan Kompos dan Vermikomposting ,
disarankan para pembaca mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah
ini. Selain itu, diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasikannya dalam penelitian dan kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ramadhani, Nurul Aini. 2019. https://foresteract.com/kompos/3/. Jakarta: Forester
Act, Media Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Diakses pada 29 maret 2021
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta. 2014. Alat dan Mesin. Jakarta : Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta. Diakses pada 29 maret 2021
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/10533/BAB%20II
%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf?sequence=6&isAllowed=y (Diakses pada 29 Maret
2021)
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/10533/BAB%20II
%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf?sequence=6&isAllowed=y (Diakses pada 29 Maret
2021)
https://www.google.co.id/amp/s/lingkunganitats.wordpress.com/2016/08/08/jenis-cacing-
yang-digunakan-untuk-vermikompos/amp/ (Diakses pada 29 Maret 2021)
Kusuma, T. B. 2018. Studi Pengolahan Sampah Organik Pasar Dengan Metode
Continuous Flow Bin Vermicomposting denganParameter Uji C/N, P Dan Kandungan K .
Diakses pada 29 maret 2021