Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENGELOLAAN SAMPAH

“PEMBUATAN KOMPOS DAN VERMIKOMPOSTING”

Dosen Pengajar :
Catur Puspitawati, ST., M.KM.
Tugiyo, SKM., M.Si.

DISUSUN OLEH :

Kelompok 2

Alisa Zahron (P21345119007)


Asyfi Maghfiroh (P21345119014)
Aulia Oktaviani (P21345119015)
Efriza Zahwa (P21345119021)
Hana Anggita (P21345119034)

Kelas : 2 DIII A Kesehatan Lingkungan


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA
II JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Jl. Hang Jebat III/F3, Kebayoran baru, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 12120
Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan
makalah kami dengan judul “Sampah Medis” ini. Shalawat serta salam tidak lupa
selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammad
SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam
semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena
kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki
banyak kekurangan.
         Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak
yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah
ini hingga rampungnya makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah
yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

 
Jakarta, 9 Maret 2021

 
Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Pengertian Kompos........................................................................................3

2.2 Alat dan Bahan Pembuatan Kompos..............................................................6

2.3 Prosedur Pembuatan Kompos......................................................................11

2.4 Pengertian Vermikomposting.......................................................................12

2.5 Alat dan Bahan Pembuatan Vermikomposting............................................14

2.6 Prosedur Pembuatan Vermikomposting.......................................................15

BAB III..................................................................................................................16

PENUTUP..............................................................................................................16

3.1 Kesimpulan...................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah merupakan hal yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, dimana
pertumbuhan penduduk menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap jumlah sampah
di suatu wilayah. Semakin besar suatu pertumbuhan penduduk di suatu wilayah maka akan
banyak kebutuhan yang di inginkan dan semakin banyak pula sampah yang akan dihasilkan.
Berdasarkan sifatnya sampah terbagi menjadi sampah organik dan sampah anorganik,
sampah organik merupakan sampah degradable (mampu terurai) dan sampah anorganik
adalah sampah undegradable (tidak mampu terurai).

Persampahan telah menjadi suatu agenda permasalahan utama yang dihadapi oleh hampir
seluruh perkotaan di Indonesia. Keterbatasan kemampuan Pemerintah Daerah dalam
menangani permasalahan tersebut menjadi tanda awal dari semakin menurunnya sistem
penanganan permasalahan tersebut (Wibowo & Darwin, 2002). Pemerintah dan masyarakat
Indonesia harus lebih mengembangkan sistem pengelolaan sampah organik yang selama ini
hanya memenuhi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Darmasetiawan (2004) mengatakan
bahwa pada umumnya Negara – Negara berkembang memiliki karakteristik sampah dengan
komposisi organik yang lebih tinggi dibandingkan dari Negara dengan tingkat perekonomian
yang lebih maju.

Melihat banyaknya timbulan sampah berupa sampah organik yang dihasilkan masyarakat,
terlihat potensi untuk mengelola sampah organik tersebut menjadi kompos. Berbagai metode
pengomposan telah banyak dikembangkan dan diaplikasikan di Indonesia mulai dari
teknologi sederhana sampai yang menggunakan peralatan canggih, salah satunya adalah
vermikompos. Vermikompos merupakan pengomposan dengan memanfaatkan cacing tanah
sebagai perombak atau dekomposer, inokulasi cacing tanah dilakukan pada saat kondisi
material organik sudah siap menjadi media tumbuh (kompos setengah matang).

Pemanfaatan cacing sebagai organisme pengurai sampah organik merupakan suatu


terobosan untuk mendapatkan pupuk organik yang aman lingkungan dan menghasilkan
kandungan hara yang optimal. Kotoran atau feces cacing tanah merupakan bahan yang kaya
akan nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Proses pengelolaan sampah dengan
menggunakan cacing ini memberikan manfaat ganda, karena cacing menggunakan sampah
sebagai konsumsinya dapat berkembangbiak dan dapat dipasarkan dengan nilai ekonomi
yang tinggi. Dengan cara-cara tersebut maka dapat pula diperoleh nilai ekonomi ganda dan
pengelolaan sampah dengan menggunakan cacing tersebut, yaitu dari hasil pupuk organik dan
hasil budidaya cacing. Dengan pertimbangan ini proses pengelolaan sampah dengan
menggunakan cacing sebagai salah satu organisme pengurai sampah organik dapat dijadikan
salah satu altematif untuk diterapkan di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Kompos?
2. Apa saja jenis dan manfaat Kompos?
3. Apa saja Alat dan Bahan Pembuatan Kompos?
4. Bagaimana Prosedur Pembuatan Kompos?
5. Apa yang dimaksud dengan Vermikomposting?
6. Apa saja jenis dan manfaat Vermikomposting?
7. Apa saja Alat dan Bahan Pembuatan Vermikomposting?
8. Bagaimana Prosedur Pembuatan Vermikomposting?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Kompos
2. Mengetahui Apa saja jenis dan manfaat Kompos
3. Mengetahui Apa saja Alat dan Bahan Pembuatan Kompos
4. Mengetahui Bagaimana Prosedur Pembuatan Kompos
5. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Vermikomposting
6. Mengetahui Apa saja jenis dan manfaat Vermikomposting
7. Mengetahui Apa saja Alat dan Bahan Pembuatan Vermikomposting
8. Mengetahui Bagaimana Prosedur Pembuatan Vermikomposting
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kompos

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi kompos adalah pupuk
campuran yang terdiri atas bahan organik (seperti daun dan jerami yang membusuk) dan
kotoran hewan.

Pengertian kompos menurut Wield (2014) merupakan pupuk alami (organik) yang
dapat dibuat dari bahan-bahan hijau dan bahan organik lainnya yang ditambahkan dengan
sengaja sehingga proses pembusukan akan lebih cepat.

Hasil dekomposisi atau fermentasi bahan-bahan organik seperti sisa hewan, tanaman,
dan limbah organik lainnya dapat menghasilkan kompos yang dimanfaatkan untuk
memperbaiki struktur tanah, memperbaiki kehidupan mikroorganisme dalam tanah,
menambah daya ikat air terhadap tanah, dan memperbaiki sifat-sifat tanah lainnya.

Pupuk kompos mengandung unsur-unsur hara mineral yang baik untuk tanaman serta
meningkatkan bahan organik dalam tanah. Pembuatan pupuk ini pun dapat dibuat sendiri
dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang mudah didapatkan dengan harga
pembuatan yang relatif murah.

Pemanfaatan limbah-limbah pertanian atau sampah organik untuk bahan baku


pembuatan pupuk ini sangat menguntungkan dengan tidak adanya modal yang besar untuk
pembuatannya.

2.1.1 Jenis-Jenis Kompos

Kompos dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Berbagai jenis kompos yaitu di
antaranya kompos cacing, bagase, dan bokashi.

1. Kompos Cacing

Kompos cacing merupakan kompos yang dihasilkan melalui kerja sama antara
mikroorganisme dan cacing tanah dalam mekanisme proses penguraian bahan organik.
Kehadiran cacing tanah membantu proses penguraian bahan-bahan organik yang kemudian
akan diurai kembali oleh mikroorganisme.

Kompos cacing dikenal juga sebagai casting. Casting mengandung unsur-unsur hara
yang dibutuhkan bagi tanaman seperti fosfor, nitrogen, mineral, dan vitamin. Selain itu, nilai
C/N dari casting ini kurang dari 20 sehingga dapat digunakan untuk pemupukan.

2. Kompos Bagase

Kompos bagase merupakan pupuk yang berasal dari ampas tebu hasil limbah padat
industri pabrik gula. Limbah bagase mempunyai potensi yang besar sebagai bahan organik
untuk meningkatkan kesuburan tanah.

Limbah bagase dapat diolah menjadi pupuk dan diaplikasikan kembali ke tanah untuk
menyuburkan tanah dan membantu proses pertumbuhan tanaman tebu.

Namun dalam proses pembuatannya diperlukan waktu cukup lama dan perlakuan yang
khusus seperti penambahan mikroorganisme selulotik karena nisbah C/N dari bagase yang
tinggi sekitar 220.

3. Kompos Bokashi

Kompos bokashi adalah pupuk yang dihasilkan dari bahan organik yang
difermentasikan dengan teknologi Effective Microorganisms 4 (EM4). Jenis mikroorganisme
yang terdapat dalam EM4 antara lain Lactobacillus sp., Actinomycetes, Khamir, dan
Streptomyces.

EM4 adalah suatu kultur campuran terdiri dari mikroorganisme dalam media cair
berfungsi untuk memfermentasikan bahan-bahan organik dalam tanah dan sampah, sehingga
menguntungkan bagi kesuburan tanah.

Selain itu, EM 4 membantu dalam merangsang perkembangan mikroorganisme dan


bermanfaat bagi tanaman, seperti pengikat nitrogen, pelarut fosfat, dan mikroorganisme yang
bersifat merugikan dan menimbulkan penyakit tanaman.

EM4 juga mampu mempercepat proses dekomposisi sampah organik sehingga cocok
digunakan untuk pengomposan.
2.1.2 Manfaat Kompos

Kompos sebagai salah satu pupuk organik sangat baik dan bermanfaat untuk segala
jenis tanaman. Pupuk ini digunakan untuk tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman
pertanian, dan bahkan tanaman hias.

Hanya dengan menaburkannya di permukaan tanah, maka sifat-sifat tanah yang baik
dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan lagi.

Apalagi untuk kondisi tanah hasil pembukaan lahan baru, biasanya pada area tersebut
kesuburan tanah menurun karena pembukaan lahan identik dengan pembakaran atau
penghilangan top soil.

Oleh karena itu, kesuburan tanah perlu dikembalikan dan dipercepat dengan
ditambahkan pupuk.Manfaat kompos dapat dilihat dari aspek ekonomi, aspek lingkungan,
serta aspek bagi tanah dan tumbuhan.

1. Manfaat Ekonomi

Dari aspek ekonomi, pupuk ini memanfaatkan bahan-bahan organik yang berasal dari
limbah-limbah pertanian yang mudah didapatkan di sekitar kita, sehingga pupuk ini tidak
memerlukan biaya yang besar dalam pembuatannya.

2. Manfaat Lingkungan

Manfaat pupuk ini dari aspek lingkungan yaitu mengurangi pencemaran lingkungan.
Pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan sampah yang merupakan sumber
pencemaran lingkungan.

Dengan banyaknya sampah yang berserakan baik di sungai maupun sampah yang tercecer
dan masuk ke selokan akan mengakibatkan penyumbatan di selokan dan dapat
menimbulkan banjir.

Banyaknya jumlah sampah akan mengakibatkan permasalahan baru yaitu tempat


pembuangan akhir sampah yang harus diperbanyak pula.

Tempat yang dijadikan pembuangan akhir sampah ini akan menjadi kumuh dan kotor jika
pengolahan sampah tidak diatasi dengan benar.
Tempat tersebut juga akan menimbulkan banyak penyakit karena sebagai sarang
bertumbuh-kembangnya organisme yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan
semakin menurunkan daya dukung lingkungan sebagai tempat pembuangan sampah.

Permasalahan sampah timbul karena tidak seimbangnya produksi sampah dengan


pengolahannya. Salah satu alternatif pengolahan sampah adalah dengan memilih sampah
organik dan memprosesnya menjadi pupuk.

Selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan dengan pengurangan sampah organik


yang dapat dijadikan kompos, manfaat lainnya yaitu sebagai salah satu pupuk yang ramah
lingkungan baik dari bahan pembuatannya, proses pembuatannya dan pengaplikasiannya
dalam menyuburkan tanah.

3. Manfaat bagi Tumbuhan

Manfaat bagi tanah dan tumbuhan yaitu meningkatkan kesuburan tanah serta menyediakan
unsur-unsur hara mineral memadai dan seimbang yang bisa diserap oleh tanaman.

Produtivitas dari tanaman akan berkurang jika tanaman kekurangan unsur hara dan
mineral, terutama jika tanaman tersebut tumbuh pada tanah yang bersifat terlalu asam
maupun terlalu basa.

4. Manfaat bagi Tanah

Manfaat lainnya yaitu memperbaiki struktur, drainase dan tata udara dalam tanah,
memperbesar daya ikat air terhadap tanah, daya ikat tanah terhadap unsur hara, membantu
dalam proses pelapukan mineral, menjadi sumber bahan makanan bagi mikroorganisme, dan
menurunkan aktivitas mikroba yang merugikan.

2.2 Alat dan Bahan Pembuatan Kompos

1. MESIN PENCACAH SAMPAH


Digunakan untuk mencacah sampah sebelum sampah organik dikomposkan. Pencacahan
sampah dapat meningkatkan proses kecepatan pengomposan.

•  PEMBUAT TABLET

2. GRANULATOR

Digunakan untuk membuat pupuk organik granul

3. BLENDER
Digunakan untuk menghancurkan bahan/ sampah organik. Cairan hasil blender berupa jus
digunakan sebagai bahan baku membuat pupuk organik cair. 

4. ALAT PENEPUNG

Digunakan untuk menepungkan bahan organik sebelum bahan tersebut di granulasi atau
dipeletkan

5. ALAT PENGEPRES

Berguna untuk mengekstrak sampah organik sayuran-sayuran buah, Ekstrak sampah


selanjutnya difermentasi menjadi pupuk organik cair.
6. ALAT PRES

Berguna untuk mengekstrak sampah organik sayuran-sayuran buah, Ekstrak sampah


selanjutnya difermentasi menjadi pupuk organik cair.

7. MESIN PENGEPRES

Berguna untuk mengekstrak sampah organik sayuran-sayuran buah, Ekstrak sampah


selanjutnya difermentasi menjadi pupuk organik cair.

8. MESIN PEMELET
Berguna untuk memeletkan bahan organik kompos menjadi pupuk pellet.

9. MESIN PENCAMPUR MIXER

Berguna untuk mencampur bahan pupuk / bahan pakan ternak. 

 Bahan-Bahan yang Dapat Dikomposkan

Bahan organik berpengaruh terhadap sifat fisik, biologi, dan kimia tanah. Peran bahan
organik terhadap sifat fisik tanah yaitu memperbaiki aerasi tanah, merangsang granulasi
tanah, dan meningkatkan daya ikat air. Peran bahan organik terhadap sifat biologi tanah yaitu
aktivitas mikroorganisme yang berperan dalam fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu
akan meningkat. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah yaitu kapasitas tukar kation
meningkat sehingga dapat mempengaruhi serapan unsur hara tanaman.

Bahan organik yang umum dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk ini berasal dari
limbah-limbah pertanian meliputi:

1. limbah dan residu tanaman,


2. limbah dan residu ternak,
3. pupuk hijau,
4. penambat nitrogen seperti jerami,
5. sekam padi,
6. gulma,
7. semua bagian vegetatif tumbuhan,
8. kotoran padat hewan,
9. limbah ternak cair,
10. sisa pakan ternak,
11. mikroorganisme, serta
12. mikoriza dan rhizobium.

Bahan organik lainnya yang dapat dikomposkan adalah buah-buahan, sayuran, limbah
kebun termasuk rumput, dan dedaunan serta limbah dapur.

Selain itu, bahan lainnya yaitu bahan selulosa yang merupakan bahan yang mempunyai
struktur seluler yang sebagian besar terdiri dari lignin dan selulosa yang mempunyai kadar air
yang relatif rendah. Contoh bahan selulosa adalah kertas, sisipan kayu, daun kering, jerami
padi, dan kulit pohon.

Limbah protein yang termasuk ke dalam limbah dan residu ternak sangat bagus sebagai
bahan pembuatan kompos karena banyak mengandung protein yang mempunyai kandungan
nutrisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman.

2.3 Prosedur Pembuatan Kompor

1. Kompos Dari Sampah Organik

 Alat Membuat Pupuk Kompos

1. Wadah berukuran besar dengan penutup (tong atau ember)


2. Sarung tangan

 Bahan Membuat Pupuk Kompos

1. Sampah rumah tangga (bisa sisa makanan atau bekas sayuran)


2. Tanah
3. Air secukupnya
4. Arang sekam
5. Cairan pupuk EM4 sebagai tambahan

 Langkah Membuat Pupuk Kompos


1. Siapkan sampah rumah tangga yang akan diolah menjadi pupuk kompos.
2. Pisahkan sampah organik (sisa makanan/dedaunan) dengan sampah plastik. Sampah
organiklah yang nantinya akan digunakan sebagai pupuk kompos.
3. Siapkan wadah berukuran besar untuk membuat pupuk kompos. Jangan lupa bahwa wadah
harus dilengkapi dengan penutup agar pupuk yang dibuat tidak akan terkontaminasi.
4. Masukkan tanah secukupnya ke dalam wadah yang telah diisi dengan sampah organik.
Ketebalannya bisa kamu sesuaikan dengan wadah dan banyaknya sampah organik.
5. Siram permukaan tanah tersebut menggunakan air secukupnya.
6. Masukkan sampah organik yang sudah disiapkan ke dalam wadah.
7. Pastikan sampah disimpan secara merata. Sebisa mungkin ketebalan sampah setara dengan
ketebalan tanah
8. Masukkan lagi tanah ke dalam wadah. Kali ini tanah berperan sebagai penutup sampah.
9. Tutup wadah dengan rapat dan biarkan sekitar tiga minggu.

 Hal yang harus diperhatikan :

1. Pastikan wadah pembuat pupuk kompos tidak terkontaminasi oleh air hujan dan hewan.
2. Pastikan juga wadah tak terkena paparan sinar matahari.

2.  Kompos Dari Kotoran Hewan

 Bahan Membuat Pupuk Kompos Kotoran Binatang

1. Kotoran hewan (bisa kotoran sapi atau kambing)


2. Jerami yang sudah dibentuk kira-kira 10 cm (secukupnya)
3. Campuran arang sekam
4. Air bersih secukupnya
5. Dedaunan secukupnya atau menggunakan bubuk gergaji
6. Bisa juga tambahkan cairan pupuk EM4

 Cara Membuat Pupuk Kompos dari Kotoran Binatang

1. Buat media pengolahan pupuk kompos yang tepat dan sesuai


2. Letakkan media pupuk ini di tempat yang aman dari paparan cahaya matahari langsung
serta air hujan
3. Siapkan cairan dekomposer (buat dari campuran EM4, gula, serta air secukupnya)
4. Selanjutnya olah kotoran hewan serta arang sekam hingga bercampur secara merata
5. Tambahkan larutan dekomposer ke dalam olahan kotoran binatang
6. Campurkan bahan lainnya seperti jerami, dedak, daun-daunan, serta bubuk gergaji
(opsional)
7. Setelah itu, tambahkan lagi cairan dekomposer secukupnya
8. Setelah selesai, tutup rapat bahan pupuk kompos dengan jerami atau karung goni selama
24 jam
9. Di hari berikutnya, ratakan kembali adukan pupuk dan diamkan kembali untuk 24 jam ke
depan
10. Di hari ketiga, periksa hasil campuran pupuk kotoran. Jika masih terasa panas di tangan
diamkan kembali pupuk selama 24 jam ke depan
11. Di hari berikutnya, cek kembali pupuk kompos kotoran hewan tersebut untuk memastikan
apakah telah siap digunakan atau belum.
12. Pupuk kompos kotoran hewan yang sudah siap digunakan tidak akan terasa panas di
tangan.

2.4 Pengertian Vermikomposting

Vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan bahan- bahan
organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Vermikompos merupakan campuran kotoran
cacing tanah (casting) dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing
tanah. Vermikompos merupakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan memiliki
keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kompos lain yang kita kenal selama ini. Casting
merupakan kotoran cacing yang dapat berguna untuk pupuk. Casting ini mengandung
partikel-partikel kecil dari bahan organik yang dimakan cacing dan kemudian dikeluarkan
lagi. Kandungan casting tergantung pada bahan organik dan jenis cacingnya. Namun
umumnya casting mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor,
mineral, vitamin. 

Vermikompos banyak mengandung humus yang berguna untuk meningkatkan


kesuburan tanah. Humus merupakan suatu campuran yang kompleks, terdiri atas bahan-bahan
yang berwarna gelap yang tidak larut dengan air (asam humik, asam fulfik dan humin) dan
zat organik yang larut (asam-asam dan gula). Kesuburan tanah ditemukan oleh kadar humus
pada lapisan olah tanah. Makin tinggi kadar humus (humic acid) makin subur tanah tersebut.
Kesuburan seperti ini dapat diwujudkan dengan menggunakan pupuk organik berupa
vermikompos, karena vermikompos mengandung humus sebesar 13,88%.

2.4.1 Jenis Cacing Vermikomposting

Cacing yang umumnya digunakan untuk membuat kompos dengan cara vermikompos ada
lima jenis. Jenis cacing yang umum digunakan adalah :
1. Lumbricus rubellus.
2. Eisenia fetida (Red Wiggler)
3. Eisenia hortensis
4. Perionyx excavatus  (Indian Blue) 
5. Eudrilus eugeniae (African Nightcrawler) 

 Cacing Lumbricus Rubellus ini paling banyak di gunakan

Sifat cacing Lumbricus rubellusadalah sebagai berikut :


1. Bagian atas merah kecoklatan atau merah ungu
2. Permukaan bawah berwarna pucat
3. Menempati tanah lapisan atas, kawin dan bertelur di dalam tanah dengan   membuat
liang di dalam tanah bermineral
4. Berbiak dengan cara reproduksi seksual
5. Panjangnya 60-150 mm, dan diameter 4-6 mm
6. Dewasa dalam 179 hari dengan masa hidup selama  682-719 hari
7. Menghasilkan 79-106 kokoon vermikompos pertahun perekor cacing
8. Diapause dalam bentuk bola pada kedalaman 0.45 m di dalam tanah
9. Bersifat rakus dan mampu hidup dalam populasi yang padat.
2.4.2 Manfaat Vermikomposting
1. Vermikompos mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti N,
p, K, Ca, Mg, S. Fe, Mn, AI. Na, Cu. Zn, Bo dan Mo tergantung padabahan yang
digunakan.
2. Vermikompos merupakan sumber nutrisi bagi mikroba tanah. Dengan adanya nutrisi
tersebut mikroba pengurai bahan organik akan terus berkembang dan menguraikan
bahan organik dengan lebih cepat. Oleh karena itu selain dapat meningkatkan
kesuburan tanah, vermikompos juga dapat membantu proses penghancuran limbah
organik.
3. Vermikompos berperan memperbaiki kemampuan menahan air, membantu
menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan menetralkan pH
tanah.
4. Vermikompos mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40 - 60%. Hal ini karena
struktur vermikompos yang memiliki ruang - ruang yang mampu menyerap dan
menyimpan air, sehingga mampu mempertahankan kelembaban. Tanaman hanya
dapat mengkonsumsi nutrisi dalam bentuk terlarut. Cacing tanah berperan mengubah
nutrisi yang tidak larut menjadi bentuk terlarut. yaitu dengan bantuan enzim - enzim
yang terdapat dalam alat pencernaannya. Nutrisi tersebut terdapat di dalam
vermikompos, sehingga dapat diserap oleh akar tanaman untuk dibawa ke seluruh
bagian tanaman.
 

2.5 Alat dan bahan pembuatan vermikomposting

 Alat

1. Ember 8 buah

2. Pisau 1 buah

3. Pengaduk

4. Timbangan digital

5. Termometer 1 buah

6. Gelas ukur 1000 ml

 Bahan
1. Sampah Organik (sampah sayur 200gr & sampah buah 200gr)

2. Tanah secukupnya

3. Cacing tanah 300 ekor (168gr)

4. Air secukupnya

2.6 Prosedur pembuatan vermikomposting

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Mencacah sayur dan buah secara terpisah dengan ukuran sekitar 1cm, selain itu dapat
juga menghancurkannya menggunakan blender dengan menambahkan air secukupnya

3. Kemudian limbah sayur di campurkan dengan tanah, begitupun dengan limbah buah
dengan takaran limbah organik 50g dan tanah secukupnya

4. Masukan campuran sampah organik tersebut ke dalam ember

5. Kemudian cacing ditebarkan di atas campuran sampah organik tersebut 

6. Tunggu sampai 5 menit hingga semua cacing tersebut masuk ke dalam media

7. Lakukan pengecekan suhu, bau, warna dan tekstur setiap satu kali sehari

8. Setelah terdapat butir-butir kecil lonjong yang sebenarnya itu adalah kotoran dari
cacing, lakukan pemanenan dengan cara memisahkan cacing dan kascing secara manual
yaitu dengan menggunakan tangan 

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan
organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam
kondisi lingkungan yang hangat,lembab, dan aerobik atau anaerobic. pengomposan adalah
proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh
mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.

3.2 SARAN
Untuk lebih memahami semua tentang Pembuatan Kompos dan Vermikomposting ,
disarankan para pembaca mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah
ini. Selain itu, diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasikannya dalam penelitian dan kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Ramadhani, Nurul Aini. 2019. https://foresteract.com/kompos/3/. Jakarta: Forester
Act, Media Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Diakses pada 29 maret 2021

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta. 2014. Alat dan Mesin. Jakarta : Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta. Diakses pada 29 maret 2021

 https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/10533/BAB%20II
%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf?sequence=6&isAllowed=y (Diakses pada 29 Maret
2021)

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/10533/BAB%20II
%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf?sequence=6&isAllowed=y (Diakses pada 29 Maret
2021)
https://www.google.co.id/amp/s/lingkunganitats.wordpress.com/2016/08/08/jenis-cacing-
yang-digunakan-untuk-vermikompos/amp/ (Diakses pada 29 Maret 2021)
Kusuma, T. B. 2018. Studi Pengolahan Sampah Organik Pasar Dengan Metode
Continuous Flow Bin Vermicomposting denganParameter Uji C/N, P Dan Kandungan K .
Diakses pada 29 maret 2021

https://www.99.co/blog/indonesia/cara-membuat-pupuk-kompos/ . Diakses pada 29


maret 2021

Anda mungkin juga menyukai