MIKOLOGI
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5
JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
2.1 Sifat Umum, Morfologi, Siklus Hidup..................................................................3
2.1.1 Ragi (Yeasts)..............................................................................................5
2.1.2 Kapang (Molds)..........................................................................................6
2.2 Cara Penularan....................................................................................................11
2.3 Cara Diagnosa dan Pemeriksaan Laboratorium.........................................12
BAB III PENUTUP.....................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................17
3.2 Saran...............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
2
BAB II PEMBAHASAN
Pada umumnya, jamur tumbuh dengan baik di tempat yang lembab. Jamur
juga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga jamur dapat
ditemukan di semua tempat di seluruh dunia termasuk di gurun pasir yang panas.
Di alam bebas terdapat lebih dari 100.000 spesies jamur dan kurang dari 500
spesies diduga dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Dari sekian
banyak jamur tersebut diperkirakan 100 spesies bersifat pathogen pada manusia
dan sekitar 100 spesies hidup komensal pada manusia (bersifat saprofit), tetapi
dapat menimbulkan kelainan pada manusia bila keadaan menguntungkan untuk
pertumbuhan jamur tersebut. Keadaan ini disebut risiko, misalnya penderita
immunocompromised. Perubahan sifat jamur dari komensal menjadi pathogen
dikelompokkan sebagai jamur oppurtunis.
Jamur yang menimbulkan penyakit pada manusia, biasanya hidup pada zat
organic atau di tanah yang mengandung zat organic seperti humus, tinja binatang
(unggas, kelelawar). Dalam keadaan demikian, jamur dapat hidup terus-menerus
sebagai saproba tanpa melalui daur sebagai parasite pada manusia. Sebaliknya jika
3
jamur juga dapat hidup didalam atau di permukaan larutan zat anorganik di
laboratorium.
1. Parasit obligat Merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada
inangnya, sedangkan diluar inangnya tidak dapat hidup misalnya,
pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru- paru penderita AIDS)
2. Parasit fakultatif adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan
inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang
yang cocok.
3. Saprofit merupakan jamur pelapukdan pengubah susunan zat organic
yang mati. Jamur saprofit menyerang makanannya dari organisme yang
telah mati seperti kayu tumbang dan buah yang jatuh. Sebagian besar
jamur saprofit mengeluarkan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk
mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga
mudah diserap oleh hifa.selain itu,hifa juga dapat langsung menyerap
bahan-bahan organic dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh
inangnya.
4
Morfologi
Struktur dasar jamur adalah hifa. Tubuh jamur tersusun dari komponen
dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium (Lihat
Gambar 4.1). Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
Ketebalan hifa bervariasi antara 0,5 mm – 100 mm. Hifa terdiri atas sel-sel
sejenis. Sel-sel tersebut satu dan lainnya dipisahkan oleh dinding sel atau sekat
yang dinamakan Septum (jamak: septa) dan dinamakan hifa bersepta.
Morfologi jamur dibedakan berdasarkan bentuk koloninya, Ragi (yeast)
menghasilkan koloni yang kompak, seperti krim (teksturnya), dan lembab pada
permukaan medium agar. Sedangkan jamur berfilamen atau kapang (mold)
menghasilkan koloni yang berserat seperti kapas, atau seperti tepung. Beberapa
jamur patogen memiliki bentuk hidup sebagai ragi dan jamur berfilamen, disebut
dimorfik. Dimorfisme bentuk hidup dapat bersifat tergantung pada perubahan
suhu lingkungan. Bentuk kapang terbentuk pada suhu 25-30oC, sedangkan bentuk
ragi dibentuk pada suhu mencapai 35-37oC.
2.1.1 Ragi (Yeasts)
Ragi merupakan mikroorganisme uniselular, berbentuk bulat hingga
oval, berukuran antara 2 – 60 µm. Sel-sel ragi dapat bereproduksi secara aseksual
dengan membentuk tunas, dan secara seksual dengan membentuk askospora atau
basidiospora. Parameter yang digunakan untuk dapat memebdakan jenis ragi
adalah ukuran, keberadaan kapsul, dan mekanisme pembentukan tunas (budding).
Umumnya ragi merupakan anggota kelompok Ascomycota, Basidiomycota, atau
Deuteromycota. Terdapat dua istilah yang harus dibedakan dari perkembangan
5
ragi, yaitu “germ tube”dan “pseudohypae”. “Germ tube”adalah perpanjangan
dinding sel yang tidak mengalami konstriksi atau pelekukan, struktur ini dibentuk
pada saat ragi mulai membentuk hifa. “Pseudohypae”adalah perpanjangan
dinding sel yang disertai dengan pelekukan, sehingga secara morfologi akan
tampak seperti hifa bersekat.
6
Gambar 8.2 Jenis-jenis Hifa Kapang
Keterangan: kiri: Hifa senositik (Rhizopus), kanan: hifa hialin
Elemen yang terkecil dari jamur disebut hifa yaitu berupa benang-
benang filamen yang terdiri dari sel-sel yang mempunyai dinding, protoplasma,
inti dan biasanya mempunyai sekat. Hifa yang tidak mempunyai sekat disebut
hifa sinositik. Benang-benang hifa ini bercabang-cabang dan bila membentuk
anyaman disebut miselium.
Hifa berkembang biak atau tumbuh menurut panjangnya dengan
membentuk spora. Spora adalah alat reproduksi yang bisa dibentuk dalam hifa
sendiri atau oleh alat-alat khusus dari jamur sebagai alat reproduksi. Besarnya
antara 1-3µ dengan bentuknya bisa bulat, segi empat, kerucut atau lonjong.
Spora-spora ini dalam pertumbuhannya makin lama makin besar dan memanjang
sehingga membentuk satu hifa.
Hifa umumnya mempunyai satu sekat, tetapi ada kalanya dari satu
spora, dapat terbentuk satu hifa semu. Hifa semu dibentuk dari sel ragi. Pada
salah satu sisinya membentuk tonjolan yang lebih besar sehingga tampak
menyerupai hifa dan tidak mempunyai sekat. Anyaman dari hifa ini disebut
miselium semu.
Spora merupakan bola-bola kecil yang berukuran 1-3µ, merupakan
alat reproduksi. Ada dua macam spora yaitu :
1) Spora seksual
7
Yaitu spora yang dibentuk dalam suatu organ khusus yang sebelumnya
terjadi penggabungan dari dua hifa dan gabungan ini akhirnya membentuk alat
reproduksi yang khas, misalnya :
a. Askospora : spora-spora yang dibentuk dalam suatu kantong atau
askus.
b. Basidospora : spsora yang dibentuk pada bagian atas basidium.
c. Oospora : spora-spora yang dibentuk dalam oosit.
d. Zigospora : spora-spora yang dibentuk dari dua hifa yang sebelumnya
telah bergabung.
2) Spora aseksual
Yaitu spora yang langsung dibentuk oleh hifa tanpa melalui
penggabungan dari hifa-hifa reproduktif. Ada tiga jenis yaitu :
a. Talospora
Artrospora yaitu spora-spora yang langsung dibentuk di dalam satu
hifa atau miselium dengan membagi protoplasma.
8
Klamidospora yaitu dari suatu hifa pada bagian tengahnya
membentuk tonjolan protoplasma, dan selanjutnya protoplasma
terbagi-bagi menjadi spora.
9
Siklus Hidup
Pada stadia kancing yang telah membesar akan terbentuk bilah. Bilah yang
matang akan memproduksi basidia dan Basidiospora, kemudian tudung
membesar. Pada waktu itu, selubung universal yang semula membungkus seluruh
tubuh buah akan tercabik. Tudung akan terangkat keatas karena memanjangnya
batang, sedangkan selubung universal yang sobek akan tertinggal di bawah dan
disebut cawan. Tipe perkembangan tubuh buah seperti ini disebut tipe
angiocarpic.
Pada tipe perkembangan yang lain, yaitu gymnocarpic, lapisan universal tidak
terbentuk. Sisi dari pembesaran tudung dihubungkan dengan batang oleh selubung
dalam. Pada waktu bilah membesar, selubung dalam tercabik dan melekat melingkari
batang membentuk cincin atau anulus. Sebagai organisme yang tidak berklorofil, jamur
tidak dapat melakukan proses fotosintetis seperti halnya tumbuh-tubuhan. Dengan
demikian jamur tidak adapat memanfaatkan langsung energi matahari. Jamur mendapat
makanan dalam bentuk jadi seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati.
10
Bahan makanan ini tidak akan diurai dengan bantuan enzim yang diproduksi oleh
hifa menjadi tumbuh senyawa yang dapat diserap dan dignakan untuk tumbuh dan
berkembang. Semua jamur yang edibel (dapat dimakan) bersifat saprofit, yaitu hidup
dari senyawa organik yang telah mati.
Ordo Agaricales dapat tumbuh dan menyebar luas pada berbagai habitat.
Berdasarkan habitat tumbuh dibedakan berbagai jamur yang termasuk spesies
tropis atau spesies sub tropis. Beberapa spesies menunjukkan kekhususan dalam
memilih habitat tumbuh, misalnya menyukai area yang terbuka dan cukup cahaya.
Sementara spesies yang lain menyukai habitat yang terlindung dan berkayu.
Dalam satu habitat juga ada spesies yang menunjukkan lebih menyukai media
tumbuh atau substrat tertentu seperti substrat berkayu, daun-daun mati atau
kotoran binatang (coprophilous).
11
pada kulit yang sebelumnya mengalami trauma minor. Dapat terjadi
autoinokulasi. Dicurigai dapat penularan dari manusia ke manusia, yang biasanya
jarang terjadi, tapi ada yang menyanggahnya.
Patogenesis Dermatofitosis
Terjadinya penularan dermatofitosis adalah melalui 3 cara yaitu :
12
2.3 Cara Diagnosa dan Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis Lab
1. Tampilan secara teknis dapat dilihat langsung misalnya pada jamur penyebab
panu yang dapat dilihat secara langsung dengan ciri-ciri bersisik, gatal pada
saat berkeringat, putih dan kasar.
2. Pemeriksaan dengan bantuan sinar lampu Wood (UV)yaitu menghasilkan
sinar ultraviolet 360 nm (atau sinar “hitam” yang dapat digunakan untuk
membantu evaluasi pengakit-penyakit kulit tertentu.
3. Pemeriksaan Jamur Secara Mikroskopik
Prinsip Larutan KOH 10% atau 20% akan melisiskan kulit, kuku dan rambut
sehingga bila mengandung jamur, dibawah mikroskop akan terlihat hypa dan
atau spora. Pemeriksaan KOH (kalium hidroksida) merupakan pemeriksaan
yang dianjurkan untuk menegakkan diagnosis pada setiap kasus kelainan kulit
pada infeksi jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melakukan
13
pengerokkan kulit pada bagian kulit yang mengalami infeksi jamur. Hasil
yang diterapkan pada pemeriksaan ini ditemukannya elemen jamur beruoa hifa
panjang dan artrospora (hifa bercabang) yang berarti bahwa penyebab
kelainan kulit pada pasien disebabkan oleh jamur nakal (dermatofita) . Tujuan
Menemukan adanya hypa dan atau spora pada kulit, kuku dan rambut.
a. Alat :
- Mikroskop
- Kapas
- Pipet Tetes
- Scapel
- Petridish
- Obyek Glass
- Cover Glass
b. Bahan :
- KOH 10 %
- KOH 10 %
- Alkohol
c. Langkah Kerja :
Kulit
14
Bahan diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif, yaitu daerah
pinggir terlebih dahulu. Dikerok dengan skapel sehingga memperoleh
skuama yang cukup.
Lalu tutup dengan cover glass.
Letakkan di atas kapas beralkohol di petridisc, kemudian dibawa ke lab
Untuk pemeriksaan, fiksasi sebanyak 3x kemudian periksa dibawah
mikroskop perbesaran 10x – 40x
Rambut
15
Metode penanaman PDA
c) Prosedur Kerja
Di ambil cawan petri yang berisi jamur dalam PDA dari dalam incase.
Kemudian di panaskan jarum loop di atas bunsen untuk pengkondisian
aseptis lalu di dinginkan dengan menggoreskan jarum loop
di media yang tidak ada jamur nya. Setelah itu di ambil jamur yang ber
16
hifa, proses ini di lakukan di dekat bunsen untuk pengkondisian aseptis.
Jamur di goreskan pada cover glass, lalu di tetesi NaFis karena NaFis
merupakan larutan isotonik. Setelah itu cover glass ditutup dengan objek
glass cekung dan di ballik agar hifa tidak rusak sehingga dapat
diamati. Lalu diamati preparat dibawah mikroskop dan di gambar
hasilnya.
untuk pengamatan mikroskopis, sebelumnya dibuat
preparat dengan meletakkkan koloni jamur diatas gelas
objek, ditetesi dengan aquades d a n laktofenol untuk
pemotretan. Lalu tutup dengan gelas penutup dan diamati dibawah
mikroskop
17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
http://idrissamiun.blogspot.com/2015/12/makalah-mikologi-sekilas-tentang-fungi.html
https://www.academia.edu/12378356/PARASITOLOGI
Mikrobiologi dan Parasitologi Keperawatan oleh Dr. Padoli, SKp., M.Kes. hlm.
62
19