Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI KESEHATAN

“Langkah-langkah CrimeStat dan Analisis Distribusi Penyebaran Penyakit DBD”

Oleh:

Nama : Anggun Tria Kusuma

NIM : P27833317041

Kelas / Semester : D-IV AJ Kesehatan Lingkungan Surabaya / 2

Dosen Pembimbing : Marlik, S.Si., M.Si.

Demes Nurmayanti, ST, M.Kes

PRODI D-IV ALIH JENJANG KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
2018 / 2019
A. LANGKAH MEMBUAT PETA PENYEBARAN KASUS DBD
1. Buka data lokasi penderita DBD yang dengan format dbase file (.dbf)
2. Setelah data terbuka maka tampilan data setup akan tampak seperti gambar di bawah
ini. Kemudian ubah “column” pada variabel X menjadi long, dan variabel Y menjadi
lat.

3. Masuk ke submenu “Measurement Parameters”, Lalu ubah areanya menjadi 4.29


Kilometer dan Square kilometers. Ubah juga Length of street networknya menjadi
Kilometers.

4. Klik menu Spacial Description. Lalu masuk ke submenu Distance Analysist I.


Centang Nearest Neighbour to be compute. Dan isi menjadi 4. Centang Ryples’s “K”
statistic. Dan ubah use intensity variablenya menjadi Kilometers.
5. Klik save result to, save output filenya dalam format DBF. Kemudian hapus
centangan pada Rypley’s “K” statistic. Lalu klik Compute.
6. Klik submenu Hotspot Analysist I. Centang Fuzzy mode dan Nearest Nearest
Hierarchical Spacial Clustering (Nnh). Ubah Radiusnya menjadi Kilometers dan
Minimum point per cluster menjadi 4. Serta Output unit diganti Kilometers.

7. Kemudian mengatur Hotspot Analyst I. Simpan dengan mengklik “save ellipses to”.
Pilih tempat menyimpan, kemudian klik Ok.
8. Kemudian klik compute, maka akan muncul hasilnya seperti gambar di bawah ini.
Lalu klik save to text file.

9. Buka aplikasi arcview. Kemudian masukkan data .shp peta magetan. Maka peta
magetan akan muncul seperti gambar di bawah ini.

10. Letakkan kursor panah pada bagian bawah peta sebelah kiri. Catat angka yang ada
pada bagian pojok kanan atas. Setelah itu letakkan kursor panah pada bagian atas
sebelah kanan pada atas peta kemudian catat juga angka yang ada di pojok kanan
atas, seperti di bawah ini.
11. Kemudian buka kembali aplikasi CrimeStat. Pilih menu Data Setup
Reference File isi Lower Left dengan angka yng didapat tadi ( X=111.37
dan Y = -7.62) dan isi Upper Right dengan angka yang didapat tadi ( X= 111.29
dan Y= -7.67). Klik compute.

12. Setelah itu, pilih submenu Measurement Parameters yang ada di menu Data
Setup. Isi kolom Area dengan 4.29 dan Square Miles diganti Square
Kilometers. Kemudian Length Of Street Network diganti dari meters menjadi
kilometers. Klik Compute.
13. Kemudian klik menu Spatial Modeling. Pada Kernel density estimate centang
pada bagian Single. Selanjutnya, pada bagian Method interpolation piliih
Triangular dan pada bagian Choice of bandwidth pilih Fixed interval. Ubah
interval unit menjadi kilometers dan Are units ; points per dengan square
kilometers. Klik save result to, save output filenya dalam format ArcView ‘SHP’.

14. Kemudian klik Compute. Lalu save to text file.


15. Masukkan data .shp lokasi penderita DBD. Jika sudah maka tampilan akan seperti
gambar di bawah ini.

16. Masukkan theme hasil penyimpanan dari aplikasi CrimeStat III yang dimasukkan
adalah data Nearest Neighbor Hierarchical Spatial Clustering (Nnh) untuk melihat
pengelompokan penyebaran penyakit DBD di Kabupaten Magetan. Tambahkan
auto label untuk memunculkan nama-nama daerah di Kabupaten Magetan.
Caranya > Klik menu Theme > Klik auto label > Label field pilih “nama desa” >
Klik Ok.
Jika sudah maka peta akan tampak seperti gambar di bawah ini.
17. Buat peta dengan layout sesuai dengan kaidah kartografi yang benar.
Caranya, klik view > layout > pilih layout landscape > Klik Ok. Kemudian atur
layout peta sedemikian rupa sampai menjadi peta sesuai dengan kaidah kartografi
yang benar.

18. Export file dengan cara Klik File > Export > Pilih Format : JPEG > pilih tempat
untuk menyimpan file > lalu ketik nama file > Klik OK.

19. Setelah itu, selanjutnya memasukkan theme hasil penyimpanan dari aplikasi
CrimeStat III yang berupa data Spatial Modeling untuk menganalisis data secara
spasial yaitu melalui luas area kabupaten Magetan untuk mengetahui area atau
daerah mana yang paling berisiko DBD. Tampak peta seperti di bwah ini :
20. Selanjutnya, klik 2 kali pada data Spatial yang dimasukkan tadi dan rubah
Legend type menjadi Graduated colour. Pada menu Classification field dirubah
menjadi “Z”. kemudian klik apply.

21. Kemudian rubah warna symbol pada bagian paling atas atau warna nomer 1
menjadi putih. Selanjutnya warna nomer 1 sampai nomer 5 rubah outline menjadi
None untuk menghilangkan garis kotak-kotak pada peta. Hasil peta seperti
dibawah ini :
22. Buat peta dengan layout sesuai dengan kaidah kartografi yang benar.
Caranya, klik view > layout > pilih layout landscape > Klik Ok. Kemudian atur
layout peta sedemikian rupa sampai menjadi peta sesuai dengan kaidah kartografi
yang benar.

23. Export file dengan cara Klik File > Export > Pilih Format : JPEG > pilih tempat
untuk menyimpan file > lalu ketik nama file > Klik OK.
B. HASIL DAN ANALISIS

Data lokasi penderita DBD di Kota Magetan Kecamatan Magetan dianalisis


menggunakan aplikasi CrimeStat III. Dari analisis didapatkan hasil Nearest Neighbour
Index sebesar 0,3843. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kejadian kasus DBD di Kota
Magetan rata-rata berlokasi saling berdekatan antara kejadian satu dengan kejadian
lainnya. Hal tersebut dapat dibuktikan adanya pengelompokan kasus menjadi 14 yang
berada pada area Kecamatan Sukowinangun, Kecamatan Tawanganom, Kecamatan
Selosari, Kecamatan Kepolorejo, Kecamatan Kebonagung, Kecamatan Mangkujayan,
Kecamatan Magetan, dan Kecamatan Candirejo.
Terdapat 3 Kelompok/cluster terbesar, yaitu kelompok kasus DBD di daerah
Kecamatan Kepolorejo, Kecamatan Kebonagung, dan Kecamatan Selosari. Banyaknya
pengelompokan jumlah kejadian kasus DBD bisa dikarenakan kurangnya penanganan
penyebaran penyakit DBD saat ada penderita baru. Penanganan tersebut bisa berupa
pemberantasan sarang nyamuk, fogging, menjaga kebersihan lingkungan, dan lain
sebagainya.

Peta diatas merupakan peta untuk menganalisis secara spasial dilihat dari luas area
wilayah Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan. Berdasarkan peta diatas dapat dilihat
bahwa daerah di Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan yang paling berisiko DBD
ada di 2 desa yaitu di desa Kepolorejo dan Kebonagung. Hal ini dilihat dari warna merah
yang gelap pada 2 daerah tersebut yang menandakan lokasi tersebut merupakan derah
berisiko DBD. Penanganan yang dapat dilakukan pada daerah yang berisiko DBD adalah
berupa pemberantasan sarang nyamuk, abatisasi, fogging, menjaga kebersihan
lingkungan, dan lain sebagainya.

C. KESIMPULAN
Terjadinya kasus DBD terjadi karena penularan penyakit yang cepat, kondisi
lingkungan, adanya sarang vektor, imunitas masyarakat yang kurang, dll. Banyaknya
pengelompokan/cluster kejadian kasus DBD di Kecamatan Magetan Kota Magetan
kemungkinan dikarenakan kurangnya penanganan penyebaran penyakit DBD saat ada
penderita baru. Daerah yang merupakan paling berisiko DBD di Kecamatan Magetan
ada di 2 desa yaitu di desa Kepolorejo dan Desa Kebonagung. Penanganan tersebut bisa
berupa pemberantasan sarang nyamuk, abatisasi, fogging, menjaga kebersihan
lingkungan, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai