Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIKUM

SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM


KOLAM RENANG UNILA

Disusun oleh :

1. DEVI NUR SETIANING TYAS 1713451013


2. SALSABILA ISTIQOMAH 1713451014
3. SEPTA PUSPITAYANA 1713451015
4. RACHMA WARDANA 1713451016
5. INKA HERLISA 1713451017
6. FIRGIY ANITASARIY 1713451018
7. ELSA MAHARANI 1713451019
8. YULI SELLA MARISA 1713451089
9. VALINO OEJY PUTRA 1713451069

PRODI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT,


karena berkah rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan ini
yang berjudul “Laporan Praktikum Sanitasi Tempat-Tempat Umum di Kolam
Renang Unila”.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ilmu Kesehatan Lingkungan.
Upaya serta usaha telah saya berikan untuk laporan ini, namum saya sadar bahwa
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan waktu dan keadaan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
untuk kesempurnaan laporan ini.

Atas bantuan dan bimbingan yang saya peroleh dari berbagai pihak, maka
dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembacanya.

Natar, 08 April 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kolam renang merupakan suatu usaha bagi umum yang menyediakan tempat
untuk berenang, berekreasi, berolah raga, serta jasa pelayanan lainnya yang
menggunakan air bersih yang telah diolah (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
061Tahun 1991. Tanpa disadari, aktivitas tersebut ternyata berpotensi
menyebabkan penularan suatu penyakit. Berbagai penyakit mulai dari yang ringan
hingga berat dapat terjadi penularannya melalui kolam renang seperti gejala
demam, batuk, pilek, atau infeksi faringo konjungtivitis yang disebabkan
adenovirus. Banyak yang tidakmenyadari bahwa keberadaan kolam renang dapat
menjadi sarana dalam penularan penyakit melalui media air. Secara langsung,
contact person yang terjadi di antara pengunjung dapat menjadi transmisi kuman
penyakit yang sangat baik. Kondisi sanitasi lingkungan kolam renang yang buruk
dapat disebabkan karenakurangnya pengelolaan kebersihan. Pemerintah telah
memberikan rekomendasi tentang persyaratan kolam renang yang sehat dan
bersih.
Syarat air kolam renang diatur sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/Menkes/ Per/IX/1990 tentang kualitas air kolam renang dan keluhan
kesehatan pengguna yang pada lampirannya memuat syarat kualitas air kolam
renang. Salah satu aspek yang harus diawasi dari sanitasi kolam renang adalah
kualitas airnya yang harus memenuhi syarat, baik secara fisik, kimia,
maupun mikrobiologi. Pencemaran pada air kolam renang dapat
disebabkan oleh pencemaran kimia dan pencemaran mikrobiologis. Pencemaran
kimia air kolam renang dapat berasal dari bahan kimia yang melekat pada tubuh
perenang seperti keringat, urin, sisa sabun, dan kosmetik (WHO, 2006:60),
sedangkan pencemaran mikrobiologis air kolam renang dapat berasal dari
kontaminasi kotoran dari perenang, kontaminasi kotoran dari hewan yang ada di
lingkungan kolam renang, serta kontaminasi kotoran yang terdapat pada sumber
air yang digunakan sebagai air kolam renang (WHO,2006:26). Maka dari itu
penting suatu tempat umum seperti kolam berenang melakukan pemeriksaa agar
pengunjung tidak tertular penyakit yang disebabkan kontak langsung ataupun
tidak langsung
Sanitasi kolam renang sendiri antara lain mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air. Sebagaimana kita ketahui Permenkes ini sejauh
menyangkut kualitas air minum sudah diperbarui dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.

Kolam renang unila contoh kolam renang dengan suasana alam yang
terletak di jalan Professor Doktor Sumantri Brajonegoro No 1,Gedong Meneng
Rajabasa, Kota Bandar Lampung. Di bangun oleh Universitas Lampung, kawasan
kolam renang unila juga tidak banyak menyediakan banyak fasilitas-fasilitas
rekreasi dan wahana bermain lainnya. Namun, dengan memprioritaskan kolam
renang ini untuk kalangan anak sekolah, pengelola harus memikirkan rambu-
rambu informasi kepada pengunjung yang datang terutama anak-anak agar tahu
kedalaman air yang akan mereka gunakan untuk berenang. Ditambahkan juga
banyak pengunjung yang tidak mengetahui peraturan-peraturan yang sudah
ditetapkan oleh pengelola kawasan kolam rennag ini, sehingga masih banyak
pengunjung yang melanggar, karena kurangnya media informasi tersebut .

Dari hasil observasi ke lapangan menunjukkan bersih nya kolam renang


unila, bahkan jarang sekali kami menemukan sampah di sekitar kolam renang.
Bahkan beberapa bangunan fisik didapatkan tanda identitas seperti kamar mandi,
tempat bilas atau juga tempat makan. Oleh sebab itu pengelola kawasan kolam
renang Unila harus lebih menjaga kebersihan kolam renang tersebut agar semakin
banyak pengunjung yang nyaman saat berada dikolam renang tersebut.

1.2 TUJUAN

TUJUAN umum
1.untuk mengetahui gambaran umum sanitasi kolam renang unila

Tujuan khusus

1.untuk mengetahui persyaratan kesehatan lingkungan dan bangunan kolam


renang unila

2.untuk mengetahui persyaratan air dalam kolam renang

3.untuk mengetahui persyaratan kesehatan fasilitas sanitasi kolam rennag unila

1.3 MANFAAT

1.Membandingkan teori yang di dapat di kampus dengan kenyataan yang ada


dalam hal ini sanitasi tempat umum khususnya kolam renang

2.Menambah wawasan dan pengalaman dunia kerja yang akan kita hadapi di
masa depan

3.Sebagai aplikasi dari ilmu sanitasi tempat tampat umum yang kita dapat
6

BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA

2.1 Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Tempat umum merupakan tempat penyebaran segala penyakit


terutama penyakit-penyakit yang media transmisinya adalah makanan,
minuman, udara dan air. Tempat umum sangat erat kaitannya dengan
sanitasi dalam penularan penyakit (Mukono, 2000). Yang dimaksud
dengan sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang
menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup
manusia (Yuliarsih et al., 2002). Maka sanitasi tempat-tempat umum
adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari
tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan
timbulnya atau menularnya suatu penyakit (Marsito, 2013).
2.2 Sanitasi Kolam Renang

Kolam renang adalah suatu usaha bagi umum yang


menyediakan tempat untuk berenang, berekreasi, berolahraga serta
jasa pelayanan lainnya menggunakan air bersih yang telah diolah.
Kolam renang sebagai tempat umum perlu memperhatikan sanitasi
dalam mencegah penularan penyakit. Sanitasi kolam renang adalah suatu
upaya pencegahan penyakit melalui pengendalian atau pengawasan
terhadap faktor lingkungan yang berada di kolam renang yang
berpengaruh pada
manusia guna memutuskan mata rantai penularan penyakit (Mukono, 2004).
7

2.2.1 Syarat-Syarat yang Harus Diperhatikan dalam Pengawasan


Sanitasi
Ko
la
m
Re
na
ng

1. Penyediaan Air Kolam Renang

Menurut Mukono (2000) air yang dipakai di dalam kolam renang


sebaiknya harus sama kualitasnya dengan air minum sehingga memenuhi
kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi. Sesuai dengan syarat air
kolam renang PerMenKes No.
416/Menkes/Per/IX/1990 adalah sebagai berikut :

a. Syarat Fisik

Syarat fisik air kolam renang adalah bebas dari bau yang
mengganggu, bebas dari benda terapung dan jernih. Piringan
sechi yang diletakkan pada dasar kolam renang yang terdalam
dapat dilihat jelas dari tepi kolam pada jarak lurus 9 meter.
b. Syarat Kimiawi

Persyaratan air kolam renang secara kimia adalah


sebagai berikut :

a) Kadar maksimum aluminium (Al) yang diperbolehkan


8

adalah 0,2 mg/l.


b) Air untuk kandungan kebasaan (CaCO3) antara 50-500 mg/L.

c) Kadar oksigen terabsorbsi (O2) maksimum yang


diperbolehkan 1 mg/L.
d) pH antara 6,5-8,5.

e) Sisa klor yang diperbolehkan adalah 0,2-0,5 mg/L.

f) Tembaga sebagai Cu maksimum diperbolehkan adalah 1,5


mg/L.
9

c. Syarat Mikrobiologi

Syarat mikrobiologi air kolam renang adalah 200 jumlah


koloni per

1ml untuk jumlah kuman, sedangkan untuk koliform total


adalah nol dalam setiap 100ml.
Menurut Isnawati et al. (2010) parameter kualitas air
minum/air bersih yang ditetapkan dalam Permenkes hanya
mencantumkan coli tinja dan total coliform sebagai indikator
parameter mikrobiologis. Di luar negeri, misalnya Government
Of British Columbia memasukkan E. coli, Enterococci,
Pseudornonas uerogenosa dan Fecal coliforms sebagai kriteria
indikator mikrobiologi, disamping merekomendasikan memonitor
secara berselang- seling, diantaranya adalah Candida albicans.
2. Kesehatan Kolam Renang

Persyaratan kolam renang sesuai dengan


PerMenKes No.

61/Menkes/Per/I/1991 menyangkut beberapa hal, yaitu :

1. Umum

a. Lingkungan kolam renang harus selalu dalam keadaan bersih dan


dapat mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit
serta tidak memungkinkan bersarang dan berkembangbiaknya
vektor penular penyakit.
b. Bangunan kolam renang serta peralatannya harus memenuhi
10

persyaratan kesehatan dan mencegah terjadinya kecelakaan.


11

2.
Tata
Bang
unan

Setiap bangunan di lingkungan kolam renang harus ditata dan


dipergunakan sesuai dengan fungsinya, serta memenuhi persyaratan
kesehatan antara lain tidak mengakibatkan pencemaran terhadap air
kolam renang.
3.
Konstr
uksi
Bangun
an a.
Lantai
a) Setiap lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap
air, permukaan rata, tidak licin dan mudah dibersihkan.
b) Lantai yang selalu kontak dengan air harus
mempunyai kemiringan yang cukup (2-3 persen) kearah
saluran pembuangan air limbah.
b. Dinding

a) Permukaan dinding harus mudah dibersihkan.

b) Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air


harus terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air.
c. Ventilasi

Sistem ventilasi dapat menjamin peredaran udara di dalam


12

kamar/ruang dengan baik.


d. Sistem Pencahayaan

a) Tersedia sarana pencahayaan dengan intensitas


sesuai dengan fungsinya.
b) Khusus untuk kolam renang yang dipergunakan pada
malam hari, didalam kolam harus dilengkapi dengan
lampu berkekuatan 12 volt.
13

e. Atap

Tidak bocor dan tidak memungkinkan terjadinya


genangan air. f. Langit-langit
a) Mudah dibersihkan.

b) Tinggi minimal
2,5m dari lantai. g. Pintu
Dapat mencegah masuknya serangga, tikus dan binatang pengganggu
lainnya.

4. Kelengkapan Kolam Renang

Selain area untuk renang, kolam renang minimal harus memiliki


bagunan dan fasilitas : bak cuci kaki, kamar/pancuran bilas, kamar ganti
dan penitipan barang/pakaian, kamar P3K, fasilitas sanitasi (bak
sampah, jamban dan peturasan, serta tempat cuci tangan) dan gudang
bahan-bahan kimia serta perlengkapan lain.
5. Persyaratan Bangunan dan
Fasilitas Sanitasi a. Area
untuk kolam renang
a) Harus ada pemisahan yang jelas antara kolam renang
dengan area lainnya sehingga orang yang tidak
berkepentingan tidak dapat masuk.
b) Kolam harus selalu terisi penuh dengan air.

c) Maksimum jumlah perenang yang diizinkan sebanding

dengan luas permukaan kolam dibagi dengan 3m2.


d) Lantai, dinding kolam harus kuat, kedap air, rata, mudah
14

dibersihkan, serta berwarna putih atau terang. Sudut-


sudut dinding dan dasar kolam renang melengkung
(konus).
15

e) Saluran air yang masuk ke tempat kolam renang


menjamin tidak terjadi hubungan langsung (cross
connection) antara air bersih dan air kotor. Lubang
pembuangan air kotor harus berada di dasar kolam yang
paling rendah, berseberangan dengan lubang pemasukan
air.
f) Lubang saluran pembuangan kolam renang dilengkapi
dengan ruji-ruji tidak membahayakan perenang.
g) Pada kedalaman kurang dari 1,5m, kemiringan lantai
kolam renang tidak lebih dari 10%, pada kedalaman
lebih dari 1,5m kemiringan lantai kolam renang tidak
lebih dari 30%.
h) Dinding kolam renang harus rata dan vertikal, bila
diperlukan fasilitas injakan, pegangan dan tangga, tidak
diperbolehkan adanya penonjolan.
i) Kolam renang harus dilengkapi dengan saluran peluap di
kedua belah sisinya.
j) Tangga kolam renang harus vertikal, dan terbuat dari
bahan berbentuk bulat dan tahan karat.
k) Lantai di tepi kolam renang yang kedap air memiliki lebar
minimal

1m, tidak licin dan permukaanya miring ke luar kolam.

l) Harus ada tanda-tanda yang jelas untuk


menunjukkan kedalaman kolam dan tanda pemisah untuk
orang yang dapat berenang dengan yang tidak dapat
berenang.
m) Apabila dilengkapi dengan papan loncat, papan luncur,
16

harus sesuai dengan ketentuan teknis untuk dapat


mencegah terjadinya kecelakaan.
17

b. Bak cuci kaki untuk kolam renang

a) Harus tersedia bak cuci kaki yang berukuran minimal


panjang 1,5m dan lebar 1,5m serta dalam 20cm juga
harus selalu terisi air yang penuh.
b) Kadar sisa chlor pada air bak
cuci kaki 2ppm. c. Fasilitas Sanitasi
a) Kamar/pancuran bilas.

1. Harus tersedia pancuran bilas minimal 1


pancuran untuk 40 perenang.
2. Pancuran bilas untuk pria harus terpisah dari
panuran bilas untuk wanita.
b) Tempat sampah

1. Harus terbuat dari bahan yang cukup ringan, tahan


karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang
halus pada bagian dalamnya.
2. Mempunyai tutup yang mudah dibuka/ditutup
tanpa mengotori tangan.
3. Mudah diisi dan dikosongkan/dibersihkan.

4. Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan


dengan produk sampah yang dihasilkan pada
setiap tempat kegiatan.
5. Sampah disetiap ruang di buang setiap hari.

6. Harus tersedia tempat pengumpulan


sampah sementara yang tidak terbuat dari bak
18

beton pemanen, tidak terjadi


19

tempat perindukan serangga dan binatang


pengerat serta terhindar dari gangguan binatang
lain.
7. Tempat pengumpul sampah sementara
harus terletak di tempat yang mudah dijangkau
oleh kendaraan pengangkut sampah minimal 3
kali 24 jam dikosongkan.
c) Jamban dan Peturasan

1. Jamban untuk wanita terpisah dengan jamban pria.

2. Harus tersedia minimal 1 buah jamban untuk


tiap 40 orang wanita dan 1 buah jamban untuk
tiap 60 orang pria.
3. Harus tersedia 1 buah peturasan untuk tiap 60 orang
pria.

4. Apabila kapasitas kolam renang kurang dari


jumlah pengunjung diatas, maka harus
disediakan minimal 2 buah jamban dan 2 buah
peturasan untuk pria dan 3 buah jamban untuk
wanita.
5. Jamban kedap air dan tidak licin, dinding
berwarna terang, jamban leher angsa, ventilasi
dan penerangan cukup, tersedia air pembersih

yang cukup, luas lantai minimal 1m2.


6. Kontruksi peturasan terbuat dari bahan kedap air,
tahan karat,
20

sistem leher angsa, luas lantai minimal 1,5m2.

7. Bila peturasan dibuat sistem talang atau


memanjang, maka untuk tiap satu peturasan
panjangnya minimal 60cm.
21

d) Tempat cuci tangan

1. Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi


dengan sabun, pengering tangan dan cermin.
2. Terletak di tempat yang mudah dijangkau
dan berdekatan dengan jamban peturasan dan
kamar ganti pakaian.
e) Gudang bahan kimia

1. Tersedia gudang khusus tempat pengelolaan


bahan – bahan kimia.
2. Penempatan kalsium hipoklorit harus
terpisah dengan alumunium sulfat atau bahan –
bahan kimia lainnya.
6. Perlengkapan Lain

a. Tersedia papan pengumuman yang berisi antara lain :


larangan berenang bagi penderita penyakit kulit, penyakit
kelamin, penyakit epilepsy, penyakit jantung dan lain–lain.
b. Tersedia perlengkapan pertolongan bagi perenang antara lain :
pelampung, tali penyelamat dan lain–lain.
c. Untuk kolam renang selain perlengkapan seperti tersebut pada
huruf a, dan b, harus tersedia :
a) Alat untuk mengukur kadar pH dan sisa chlor air kolam
renang secara berkala.
b) Hasil pengukuran sisa chlor dan pH air kolam renang,
diumumkan kepada pengunjung melalui papan
pengumuman.
c) Tersedia tata tertib berenang dan anjuran kebersihan.
22

2.
2.
2
Si
sa
Kl
or

Klorida adalah senyawa halogen khlor (Cl). Toksisitasnya


tergantung pada gugus senyawanya. Misalnya NaCl sangat tidak
beracun, tetapi karbonil khlorida sangat beracun. Di Indonesia khlor
digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Dalam
jumlah banyak, Cl akan menimbulan rasa asin, korosi pada pipa sistem
penyediaan air panas. Sebagai desinfektan, residu khlor di dalam
penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi khlor ini dapat terikat pada
senyawa organik dan membentuk halogen-hidrokarbon (CL-HC) banyak
diantaranya dikenal sebagai senyawa-senyawa karsinogenik. Oleh karena
itu di berbagai negara maju sekarang ini khlorinasi sebagai proses
desinfeksi tidak lagi digunakan (Slamet, 1996).
Sisa klor adalah kadar klor yang tersisa setelah proses desinfeksi.
Sisa klor yang terlalu kecil tidak dapat diandalkan untuk tujuan
penyimpanan dan keamanan konsumen. Sedangkan sisa klor yang terlalu
besar dapat menimbulkan bau tidak enak pada air dan berbahaya bagi
kesehatan (Chandra, 2006).
2.2.
3
Des
inf
eks
23

Desinfeksi adalah usaha untuk mematikan mikroorganisme yang


masih tersisa dan menyediakan klorin sisa (Chandra, 2006). Lebih
dari 50% bakteri yang berbahaya di dalam air akan mati dalam waktu
2 hari dan 90% akan mati pada akhir
1 minggu. Klorin telah terbukti merupakan desinfeksi yang ideal. Bila
dimasukkan ke dalam air akan mempunyai pengaruh yang segera
dan membinasakan banyak makhluk mikroskopis (Linsley, 1991).
Bahan – bahan desinfeksi yang dipakai tidak boleh
membahayakan, dapat diterima masyarakat pemakai, serta mempunyai
efek desinfeksi untuk waktu yang
24

cukup lama. Beberapa cara desinfeksi yang dapat dilakukan (Handayani,


2008), yaitu dengan :
1. Penggunaan ozon (ozonisasi).

2. Penyinaran dengan sinar ultra violet.

3. Perebusan.

4. Penambahan senyawa klor (klorinasi).

2.2.4 Penambahan Senyawa Klor


(Klorinasi)

Klorinasi adalah proses pemberian klorin pada air yang telah


difiltrasi dan merupakan langkah yang maju dalam proses purifikasi
air. Proses klorinasi ini banyak digunakan dalam mengolah limbah
industri, air kolam renang dan air minum di negara-negara berkembang
karena biayanya relatif lebih murah, mudah dan efektif sebagai
desinfektan. Senyawa-senyawa klor yang banyak digunakan dalam
proses klorinasi umumnya adalah gas klorin, senyawa hipoklorit, klorin
dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurat dan kloramin.
Kegunaan pemakaian klorin :

1. Bersifat bakerisidal dan germisidal.

2. Dapat mengoksidasi zat besi, manganese dan hidrogen sulfid.

3. Dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak.


25

4. Dapat digunakan untuk mengendalikan perkembangan algae


dan organisme penghasil lumut yang dapat merubah bau dan rasa
pada air.
5. Dapat membantu proses koagulasi (Chandra, 2006).
26

2.2.5 Cara
Kerja
Klorin

Klorin di dalam air akan berubah menjadi asam klorida. Zat ini
akan dinetralisir oleh sifat basa dari klorin sehingga akan terurai menjadi
ion hidrogen dan ion hipoklorit.
R
e
a
k
si
k
i
m
ia
:

H2O + Cl2 HCl + HOCl

HOCl H+ + OCl-

Klorin sebagai desinfektan terutama bekerja dalam bentuk asam

hipoklorit (HOCl) dan sebagian kecil dalam bentuk ion hipoklorit (OCl-
). Klorin dapat bekerja dengan efektif sebagai desinfektan jika bekerja
dalam air dengan pH sekitar 7. Jika nilai pH air lebih dari 8,5 maka
90% dari asam hipoklorit itu akan mengalami ionisasi menjadi ion
hipoklorit. Dengan demikian, khasiat desinfektan yang dimiliki klorin
27

menjadi lemah atau berkurang.


Prinsip
pemberian
klorin :

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan


klorinasi yaitu :

1. Air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada air akan
menghambat proses klorinasi.
2. Kebutuhan klorin harus diperhitungkan secara seksama agar
dapat digunakan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik dan
membunuh kuman patogen serta tetap terdapat sisa klorin bebas
dalam air.
3. Tujuan klorinasi pada air adalah untuk mempertahankan sisa
klorin bebas sebesar 0,2 mg/l (nilai batas aman) di dalam air
untuk membunuh kontaminasi kuman patogen pada saat
penyimpanan dan distribusi air.
28

4. Dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin yang dapat dipakai
untuk membunuh kuman patogen dan untuk mengoksidasi bahan
organik serta tetap dapat menyisakan klorin bebas sebesar 0,2
mg/L di dalam air (Chandra,
2006).

2.2.6 Metode klorinasi

Pemberian klorin pada disinfeksi air dapat dilakukan melalui


beberapa cara yaitu dengan pemberian gas klorin, kloramin, atau
perkloron. Gas klorin merupakan pilihan utama karena harganya murah,
kerjanya cepat, efisien, dan mudah digunakan. Gas klorin harus
digunakan secara hati-hati karena gas ini beracun dan dapat
menimbulkan iritasi pada mata. Alat klorinasi berbahan gas klorin ini
disebut sebagai chlorinating equipments. Alat yang sering dipakai adalah
Paaterson’s Chloronome yang berfungsi untuk mengukur dan mengatur
pemberian gas klorin pada persediaan air (Chandra, 2006).
2.2.7 Perhitungan Kebutuhan Klor

Menurut Ramadhina (2013) dosis klor harus memenuhi ketentuan


sebagai berikut :
1. Harus dilakukan pengukuran DPC (Daya Pengikat Chlor).

2. Sisa klor antara 0,2 –


0,5 mg/L. Prechlorinasi harus
dilakukan dengan DPC
Penetapan DPC:
1. Siapkan labu erlenmeyer 500 ml/botol yang berisi sebanyak 3 buah.
29

2. Siapkan larutan kaporit 0,1% (0,1 gram/100ml air).


30

3. Isi contoh air baku 250ml yang sudah disaring ke dalam labu
erlenmeyer, tambahkan larutan kaporit masing-masing 0,5ml;
0,75ml; 1,0ml ke dalam labu erlenmeyer.
4. Kocok dan simpan di ruang gelap selama 30 menit.

5. Periksa dan catat sisa klor dari masing-masing labu erlenmeyer.

Hitung DPC
dengan rumus:

DPC = ([ 1000/250 x V x M
] – D) mg/L Keterangan:
V = ml larutan kaporit 0,1% yang
ditambahkan. M = kadar kaporit
dalam air (misalnya = 60%). D =
sisa klor dalam air.
Pendosisan gas klor:

1. Debit air Instalasi = 1500 l/det.

2. Misalnya daya pengikat klor untuk air baku = 1,8 mg/L.

3. Sisa klor yang diinginkan 0,5 mg/L.

4. Dosis (Rs) = 1,8 mg/l + 0,5 mg/L = 2,3 mg/L.

5. Klor aktif gas klor = 99,9% = 100%.

Jumlah gas klor yang


31

dibutuhkan :

= 1500 l/det x 2,3 mg/L = 3,45 g/det = 12,42 ≈


12,5 kg/jam.
32

2.3 Tipe-Tipe Kolam Renang

Kolam renang menurut cara pengisian airnya dibagi dalam tiga tipe
menurut

PerMenKes No. 61/Menkes/Per/I/1991, yaitu :

1. Fill Draw Type

Semua air kolam renang yang terlihat sudah kotor dibuang, kolam
dibersihkan, lalu dimasukkan air yang baru dan bersih. Dasar
penentuan air sudah kotor atau belum dapat dipakai, yaitu :
a. Secara fisik terlihat air memang sudah keruh atau kotor.

b. Menghitung jumlah orang yang mandi sampai jumlah tertentu


dihitung dari karcis yang terjual.
2. Flow-Through Type

Air terus menerus mengalir, jadi air selalu diganti dengan air yang
baru. Ini merupakan tipe terbaik, tetapi sangat boros dengan
pemakaian air. Mungkin bisa dilakukan jika letak kolam renang
berdekatan dengan aliran air sungai yang setelah melalui
pengolahan dialirkan kedalam kolam renang.
3. Recirculating Type

Pada tipe ini air kolam renang dialirkan melalui saringan (filter), air
yang telah bersih diberi desinfektan, lalu dialirkan kembali kedalam
kolam renang. Tipe ini yang terbanyak dipakai terutama untuk
kolam renang di kota-kota dimana harga air bersih cukup tinggi.
33

Bagi kolam renang tipe resirkulasi maka pengolahan airnya


merupakan hal yang sangat penting, sebab kualitas air kolam
tersebut untuk seluruhnya adalah
34

bergantung kepada bagaimana air tersebut diolah (hasil pengolahan).


Dibawah ini skema instalasi-instalasi pada sebuah kolam renang tipe
resirkulasi terdiri atas.

Cara-cara membersihkan/menyaring air kolam :

Air kolam yang sudah kotor (terpakai) keluar melalui outlet


dan dialirkan terus ke chemical feeder, hair catcher, screen chamber,
filter dan chlorine feeder dan setelah bersih dikembalikan melalui inlet
ke dalam kolam lagi.
Fungsi dari instalasi-instalasi penyaringan :

1. Chemical feeder : terdiri atas tiga tempat (pot)


berbentuk silinder a. Pot I berisi tawas
(Al2O4)3
b. Pot II berisi kapur (CaCO3 atau soda ash (Na2CO3))

c. Pot III berisi prusi (CuSO4)

Ketiga pot ini diisi larutan zat-zat kimia tersebut dan


dialirkan/diteteskan melalui pipa kecil ke dalam peredaran air
35

kolam.
a. Zat tawas dengan zat kapur/soda ash adalah zat-zat
koagulasi yaitu bahan kimia yang dapat melaksanakan
proses koagulasi.
36

b. Zat prusi (CuSO4) berguna untuk membasmi lumut


yang dapat menimbulkan kekeruhan atau bau-bauan tidak
enak dari air.
2. Hair catcher

Adalah penangkap rambut, pada alat ini rambut ditangkap


dengan maksud tidak merusak pompa-pompa air.
3. Screen chamber, terdiri dari :

a. Two compartment screen chamber (bak pengendap bilik dua)

b. Tree compartment screen chamber (bak


pengendap bilik tiga) Beberapa fungsi screen chamber :
a. Bak pengendap (sedimentation tank)

b. Bak pemeriksa (surge tank)

c. Bak keseimbangan (balanching tank)

d. Bak pematah arus (flow


breakage tank) Filter, terdiri dari
3:
a. Filter diatomea (bahan penyaring adalah ganggang diatomea)

b. Filter pasir cepat (bahan penyaring adalah pasir)

c. Filter antharalift (bahan penyaring digunakan batu-batu


antharalift)
37

4. Chlorine feeder

Yaitu alat untuk memberikan zat-zat khlor kedalam air


guna maksud pendesinfeksian (penghapushamaan).
Chlorine feeder ada 3 macam :

a. Pot feeding : pemberian khlor dalam


bentu larutan b. Chlorinator :
pemberian khlor dalam bentuk gas
38

c. Batc feeding : pemberian khlor dengan cara menarik


karung goni yang berpori-pori yang berisi kaporit
dengan tali dari satu sudut ke sudut lain dari kolam.
Pertanaman disekeliling kolam harus harus memenuhi syarat sebagai
berikut :

a. Minimal 5 m dari tepi kolam


harus diplester. b. Antara 5-10 m
ditanami rumput.
c. Antara 10-15m dapat ditanami bunga-bungaan atau
antara lain tanaman rumput yang rendah.
d. Minimal 15m dari tepi kolam dapat ditanami pohon-
pohon yang besar. Hal ini untuk mencegah agar air kolam renang
jangan dikotori oleh daun- daunan atau ranting-ranting. Selain itu
pohon-pohon besar yang ditanami terlalu dekat pada kolam akan
menimbulkan kelembaban pada halaman dibawahnya dan dapat
menimbulkan lumut dengan subur Depkes (1983).
2.4 Penyakit-Penyakit yang Bisa Ditularkan Melalui Kolam Renang

Penyakit-Penyakit yang bisa ditularkan melalui kolam renang


menurut

Permenkes No. 61/Menkes/Per/I/1991, yaitu :

1. Penyakit mata :

Conjunctivitis, keratitis, karena virus, bakteri atau jamur.

2. Penyakit telinga :
39

OMA (Otitis Media Acuta), OMP (Otitis Media Perforata), Otitis


Eksterna.

3.
Pen
yaki
t
hidu
ng:
Flu,
sinu
sitis,
dll.
40

4. Penyakit tenggorokan :

Pharyngitis, Tonsilitis, Diephteri, dll.

5. Penyakit perut:

Typhus abdominalis, paratyphus, disentri, hepatitis, gastroenteritis,


dll.

6.
Pen
yaki
t
syar
af :
Poli
om
yeli
tis.
7. Kecelakaan-kecelakaan.

8. Iritasi mata oleh karena:

1. Kadar sisa khlor terlalu tinggi.

2. pH air yang terlalu rendah.

9. Penyakit kulit :
41

Penyakit kulit termasuk Scabies, impetigo, panau, dermatitis,


ekzeem dan kurap air. Kadas/kurap/kutu air sebenarnya disebabkan oleh
jamur yang sama yaitu golongan dermatofitosis (Suci, 2014). Menurut
Siregar (2004) kandidiasis pada sela- sela jari dan kaki sering dikenal
sebagai kutu air dimana penyebab utamanya adalah Candida albicans
yaitu kandidiasis intertriginosa (infeksi pada lipatan kulit).
2.4 Keluhan Kesehatan Karena Sisa Klor Pada Air
Kolam Renang

Penyakit mata akan memberikan keluhan berupa mata merah,


mata terasa gatal, mata kotor atau belek, mata terasa sakit dan
banyak air mata. Bila terdapat salah satu gejala tersebut maka
diperlukan pemeriksaan mata dan perawatan khusus. Mata terlihat merah
akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada
peradangan mata akut misalnya konjungtivitis. Bila terjadi pelebaran
pembuluh darah arteri konjungtiva posterior dan arteri siliar anterior
maka akan terjadi mata merah. Melebarnya pembuluh darah
konjungtiva atau injeksi konjungtival dapat terjadi akibat pengaruh
mekanis, alergi, mata kering (dry eyes), kurang tidur, iritasi akibat
klorida, asap dan benda asing, ataupun injeksi pada jaringan konjungtiva.
Gejala umum pada konjungtivitis adalah mata merah, sekret atau mata
kotor, dan pedas seperti kelilipan. Konjungtivitis akan mengenai kedua
mata akibat mengenai mata yang sebelahnya. Bila hanya terdapat pada
satu mata maka ini biasanya hanya disebabkan alergi atau moloskum
kontagiosum.
Konjungtivitis alergi merupakan bentuk radang konjungtiva
akibat reaksi alergi terhadap non infeksi, dapat berupa reaksi cepat
seperti alergi biasa dan reaksi
42

lambat sesudah beberapa hari kontak seperti reaksi terhadap obat, reaksi,
dan toksik. Reaksi alergik dari hipersensitif pada konjungtiva akan
memberikan keluhan berupa mata gatal, panas, berair dan mata merah.
Umumnya konjungtivitis alergi disebabkan oleh bahan kimia (Ilyas,
2008).
Mata menjadi merah umumnya bukan karena kemasukan bakteri,
mata merah karena kaporit pada air kolam renang, dimana kaporit
mengandung antiseptik yang dapat melindungi mata dari berbagai zat
berbahaya. Untuk mata merah setelah berenang tidak perlu khawatir
karena hal ini tidak berbahaya dan dapat pulih dengan sendirinya
(Indriasari, 2009).
Iritasi mata dapat diredakan dengan diberi obat tetes atau salep
mata yang mengandung antibiotik dan istirahatkan mata secukupnya.
Untuk membersihkan mata tidak perlu boor water, dengan air bersih
sudah cukup kemudian segera ke dokter, jangan ditunda lagi, karena
iritasi yang terlanjur parah menyebabkan pterigium (daging tumbuh),
yang lama-kelamaan dapat menutupi pupil mata dan mengganggu
penglihatan (Indriasari, 2009).
Pengobatan diutamakan dengan cara menghindarkan penyebab
dengan pencetus penyakit dan memberikan astringen kemudian
disusul dengan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya (Ilyas,
2008). Pencegahan dengan berenang memakai kacamata khusus renang
yang memiliki ukuran yang sesuai dan tidak longgar agar dapat
menahan air tidak masuk ke mata (Kurniasih, 2011).
43

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Matriks Permasalahan Gambaran Umum Sanitasi Kolam Renang Unila

NO VARIABEL KONDISI SAAT INI SARAN

1 Tempat Sampah Rata-rata tempat sampah di Sebaiknya diberi


Kolam Renang Unila tidak ada tutup
tutupnya, sehingga
memungkinkan terjadinya
penyebran penyakit dan
menjadi tempat perindukan
vektor

2 Lantai Di bagian pinggir/sudut lantai Sebaiknya


kolam renang terdapat lumut dilakukan
dan berwarna hitam pembersihan
secara
menyeluruh, dan
setiap hari

3 Dinding kamar Di sebagian dinding ada noda Sebaiknya


mandi atau bekas percikan dinding dilapisi
dengan porselin
atau kramik, jadi
apabila terkena
noda bias
dibersihkan

4 Pintu Tidak kuat dan tidak dapat Sebaiknya pintu


mencegah masuknya serangga, ternuat dari
tikus, dan binatang penggangu bahan yang kuat
44

lainnya agar dapat


mencegah
masuknya
serangga dan
vektor.

5 Air bersih Belum pernah dilakukan Sebaiknya


pemeriksaan parameter air dilakukan
bersih pemeriksaan
secara rutin

6 Dinding kolam Tidak ada fasilitas injakan, Sebaiknya diberi


renang pegangan, dan tangga. Tidak injakan,
terdapat penonjolan pada pegangan dan
dinding kolam. tangga agar
memudahkan
perenang untuk
naik ke
permukaan.

7 Bak cuci kaki Bak cuci kaki tidak berukuran Sebaiknya dibuat
panjang 1,5 m, lebar 1,5 m dan sesuai ukuran,
kedalaman 20 cm dan tidak selalu terisi air
selalu terisi dengan penuh dan selalu
dibersihkan agar
dapaat digunakan
sesuai fungsinya.

8 Tempat cuci tangan Tidak terdapat tempat cuci Sebaiknya diberi


tangan lengkap dengan sabun, cermin serta
pengering tangan dan cermin. tempat cuci
tangan lengkap
dengan sabun
agar
45

memudahkan
pengunjung
untuk bercermin
setelah bilas dan
mencuci tangan
jika ingin makan.

9 Kamar ganti dan Tidak terdapat tempat penitipn Sebaiknya diberi


tempat penitipan barang mencukupi tempat penitipan
barang barang agar
memudahkan
pengujung
meletakkan tas
atau barang
bawaan.

10 Kamar P3K Tidak bersih dan tidak rapi, Sebaiknya


tidak tersedia peralatan dan menyediakan
tenaga kesehatan satu ruangan
khusus untuk
kamar P3K dan
tenaga kesehatan
agar jika ada
insiden dapat
segera di tangani.

11 Perlengkapan lainnya Tidak tersedia alat pengukur pH Sebaiknya


dan sisa khlor disediakan alat
pengukur pH dan
sisa khlor untuk
mengetahui
berapa ph dan
sisa khlor yang
46

ada di air kolam


renang tersebut.
47

LAMPIRAN

Alat untuk mengukur PH dan klor pada Pengambilan sample dilakukan di


kolam renang kolam renang unila

Proses pengambilan sample air kolam Pemberian oto phenol


48

Pemberian ph phenol red Tunggu 1-2 menit untuk memastikan


tinggi ph dan klor pada air kolam

Mesin sirkulasi tempat air baku/air tanah (penampungan)


49

Tempat penyimpanan kaporit

Anda mungkin juga menyukai