Disusun oleh :
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Atas bantuan dan bimbingan yang saya peroleh dari berbagai pihak, maka
dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kolam renang merupakan suatu usaha bagi umum yang menyediakan tempat
untuk berenang, berekreasi, berolah raga, serta jasa pelayanan lainnya yang
menggunakan air bersih yang telah diolah (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
061Tahun 1991. Tanpa disadari, aktivitas tersebut ternyata berpotensi
menyebabkan penularan suatu penyakit. Berbagai penyakit mulai dari yang ringan
hingga berat dapat terjadi penularannya melalui kolam renang seperti gejala
demam, batuk, pilek, atau infeksi faringo konjungtivitis yang disebabkan
adenovirus. Banyak yang tidakmenyadari bahwa keberadaan kolam renang dapat
menjadi sarana dalam penularan penyakit melalui media air. Secara langsung,
contact person yang terjadi di antara pengunjung dapat menjadi transmisi kuman
penyakit yang sangat baik. Kondisi sanitasi lingkungan kolam renang yang buruk
dapat disebabkan karenakurangnya pengelolaan kebersihan. Pemerintah telah
memberikan rekomendasi tentang persyaratan kolam renang yang sehat dan
bersih.
Syarat air kolam renang diatur sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/Menkes/ Per/IX/1990 tentang kualitas air kolam renang dan keluhan
kesehatan pengguna yang pada lampirannya memuat syarat kualitas air kolam
renang. Salah satu aspek yang harus diawasi dari sanitasi kolam renang adalah
kualitas airnya yang harus memenuhi syarat, baik secara fisik, kimia,
maupun mikrobiologi. Pencemaran pada air kolam renang dapat
disebabkan oleh pencemaran kimia dan pencemaran mikrobiologis. Pencemaran
kimia air kolam renang dapat berasal dari bahan kimia yang melekat pada tubuh
perenang seperti keringat, urin, sisa sabun, dan kosmetik (WHO, 2006:60),
sedangkan pencemaran mikrobiologis air kolam renang dapat berasal dari
kontaminasi kotoran dari perenang, kontaminasi kotoran dari hewan yang ada di
lingkungan kolam renang, serta kontaminasi kotoran yang terdapat pada sumber
air yang digunakan sebagai air kolam renang (WHO,2006:26). Maka dari itu
penting suatu tempat umum seperti kolam berenang melakukan pemeriksaa agar
pengunjung tidak tertular penyakit yang disebabkan kontak langsung ataupun
tidak langsung
Sanitasi kolam renang sendiri antara lain mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air. Sebagaimana kita ketahui Permenkes ini sejauh
menyangkut kualitas air minum sudah diperbarui dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.
Kolam renang unila contoh kolam renang dengan suasana alam yang
terletak di jalan Professor Doktor Sumantri Brajonegoro No 1,Gedong Meneng
Rajabasa, Kota Bandar Lampung. Di bangun oleh Universitas Lampung, kawasan
kolam renang unila juga tidak banyak menyediakan banyak fasilitas-fasilitas
rekreasi dan wahana bermain lainnya. Namun, dengan memprioritaskan kolam
renang ini untuk kalangan anak sekolah, pengelola harus memikirkan rambu-
rambu informasi kepada pengunjung yang datang terutama anak-anak agar tahu
kedalaman air yang akan mereka gunakan untuk berenang. Ditambahkan juga
banyak pengunjung yang tidak mengetahui peraturan-peraturan yang sudah
ditetapkan oleh pengelola kawasan kolam rennag ini, sehingga masih banyak
pengunjung yang melanggar, karena kurangnya media informasi tersebut .
1.2 TUJUAN
TUJUAN umum
1.untuk mengetahui gambaran umum sanitasi kolam renang unila
Tujuan khusus
1.3 MANFAAT
2.Menambah wawasan dan pengalaman dunia kerja yang akan kita hadapi di
masa depan
3.Sebagai aplikasi dari ilmu sanitasi tempat tampat umum yang kita dapat
6
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
a. Syarat Fisik
Syarat fisik air kolam renang adalah bebas dari bau yang
mengganggu, bebas dari benda terapung dan jernih. Piringan
sechi yang diletakkan pada dasar kolam renang yang terdalam
dapat dilihat jelas dari tepi kolam pada jarak lurus 9 meter.
b. Syarat Kimiawi
c. Syarat Mikrobiologi
1. Umum
2.
Tata
Bang
unan
e. Atap
b) Tinggi minimal
2,5m dari lantai. g. Pintu
Dapat mencegah masuknya serangga, tikus dan binatang pengganggu
lainnya.
2.
2.
2
Si
sa
Kl
or
3. Perebusan.
2.2.5 Cara
Kerja
Klorin
Klorin di dalam air akan berubah menjadi asam klorida. Zat ini
akan dinetralisir oleh sifat basa dari klorin sehingga akan terurai menjadi
ion hidrogen dan ion hipoklorit.
R
e
a
k
si
k
i
m
ia
:
HOCl H+ + OCl-
hipoklorit (HOCl) dan sebagian kecil dalam bentuk ion hipoklorit (OCl-
). Klorin dapat bekerja dengan efektif sebagai desinfektan jika bekerja
dalam air dengan pH sekitar 7. Jika nilai pH air lebih dari 8,5 maka
90% dari asam hipoklorit itu akan mengalami ionisasi menjadi ion
hipoklorit. Dengan demikian, khasiat desinfektan yang dimiliki klorin
27
1. Air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada air akan
menghambat proses klorinasi.
2. Kebutuhan klorin harus diperhitungkan secara seksama agar
dapat digunakan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik dan
membunuh kuman patogen serta tetap terdapat sisa klorin bebas
dalam air.
3. Tujuan klorinasi pada air adalah untuk mempertahankan sisa
klorin bebas sebesar 0,2 mg/l (nilai batas aman) di dalam air
untuk membunuh kontaminasi kuman patogen pada saat
penyimpanan dan distribusi air.
28
4. Dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin yang dapat dipakai
untuk membunuh kuman patogen dan untuk mengoksidasi bahan
organik serta tetap dapat menyisakan klorin bebas sebesar 0,2
mg/L di dalam air (Chandra,
2006).
3. Isi contoh air baku 250ml yang sudah disaring ke dalam labu
erlenmeyer, tambahkan larutan kaporit masing-masing 0,5ml;
0,75ml; 1,0ml ke dalam labu erlenmeyer.
4. Kocok dan simpan di ruang gelap selama 30 menit.
Hitung DPC
dengan rumus:
DPC = ([ 1000/250 x V x M
] – D) mg/L Keterangan:
V = ml larutan kaporit 0,1% yang
ditambahkan. M = kadar kaporit
dalam air (misalnya = 60%). D =
sisa klor dalam air.
Pendosisan gas klor:
dibutuhkan :
Kolam renang menurut cara pengisian airnya dibagi dalam tiga tipe
menurut
Semua air kolam renang yang terlihat sudah kotor dibuang, kolam
dibersihkan, lalu dimasukkan air yang baru dan bersih. Dasar
penentuan air sudah kotor atau belum dapat dipakai, yaitu :
a. Secara fisik terlihat air memang sudah keruh atau kotor.
Air terus menerus mengalir, jadi air selalu diganti dengan air yang
baru. Ini merupakan tipe terbaik, tetapi sangat boros dengan
pemakaian air. Mungkin bisa dilakukan jika letak kolam renang
berdekatan dengan aliran air sungai yang setelah melalui
pengolahan dialirkan kedalam kolam renang.
3. Recirculating Type
Pada tipe ini air kolam renang dialirkan melalui saringan (filter), air
yang telah bersih diberi desinfektan, lalu dialirkan kembali kedalam
kolam renang. Tipe ini yang terbanyak dipakai terutama untuk
kolam renang di kota-kota dimana harga air bersih cukup tinggi.
33
kolam.
a. Zat tawas dengan zat kapur/soda ash adalah zat-zat
koagulasi yaitu bahan kimia yang dapat melaksanakan
proses koagulasi.
36
4. Chlorine feeder
1. Penyakit mata :
2. Penyakit telinga :
39
3.
Pen
yaki
t
hidu
ng:
Flu,
sinu
sitis,
dll.
40
4. Penyakit tenggorokan :
5. Penyakit perut:
6.
Pen
yaki
t
syar
af :
Poli
om
yeli
tis.
7. Kecelakaan-kecelakaan.
9. Penyakit kulit :
41
lambat sesudah beberapa hari kontak seperti reaksi terhadap obat, reaksi,
dan toksik. Reaksi alergik dari hipersensitif pada konjungtiva akan
memberikan keluhan berupa mata gatal, panas, berair dan mata merah.
Umumnya konjungtivitis alergi disebabkan oleh bahan kimia (Ilyas,
2008).
Mata menjadi merah umumnya bukan karena kemasukan bakteri,
mata merah karena kaporit pada air kolam renang, dimana kaporit
mengandung antiseptik yang dapat melindungi mata dari berbagai zat
berbahaya. Untuk mata merah setelah berenang tidak perlu khawatir
karena hal ini tidak berbahaya dan dapat pulih dengan sendirinya
(Indriasari, 2009).
Iritasi mata dapat diredakan dengan diberi obat tetes atau salep
mata yang mengandung antibiotik dan istirahatkan mata secukupnya.
Untuk membersihkan mata tidak perlu boor water, dengan air bersih
sudah cukup kemudian segera ke dokter, jangan ditunda lagi, karena
iritasi yang terlanjur parah menyebabkan pterigium (daging tumbuh),
yang lama-kelamaan dapat menutupi pupil mata dan mengganggu
penglihatan (Indriasari, 2009).
Pengobatan diutamakan dengan cara menghindarkan penyebab
dengan pencetus penyakit dan memberikan astringen kemudian
disusul dengan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya (Ilyas,
2008). Pencegahan dengan berenang memakai kacamata khusus renang
yang memiliki ukuran yang sesuai dan tidak longgar agar dapat
menahan air tidak masuk ke mata (Kurniasih, 2011).
43
BAB IV
PEMBAHASAN
7 Bak cuci kaki Bak cuci kaki tidak berukuran Sebaiknya dibuat
panjang 1,5 m, lebar 1,5 m dan sesuai ukuran,
kedalaman 20 cm dan tidak selalu terisi air
selalu terisi dengan penuh dan selalu
dibersihkan agar
dapaat digunakan
sesuai fungsinya.
memudahkan
pengunjung
untuk bercermin
setelah bilas dan
mencuci tangan
jika ingin makan.
LAMPIRAN