Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN

MODUL II
HIGH VOLUME AIR SAMPLER (HVAS)

KELOMPOK II
Sarah Maulina (1172005016)
Sarah Winda F. (1172005006)
Verbi Fernendi (1172005008)
Wahyuni Nur S. (1172005017)

Asisten Praktikum : Amirah Tri Ayudia


Tanggal Praktikum : 16 Oktober 2019
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :

LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGAN


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
BAB 1. Tujuan Praktikum
Untuk menentukan jumlah partikulat Total Suspended Particulate (TSP)
yang terdapat pada lingkungan sekitar menggunakan High Volume Air Sampler
(HVAS)

BAB 2. Teori Dasar


2.1 Definisi Pencemaran Udara
Definisi pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun
1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan yaitu pencemaran yang
disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik,
kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti
kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan awan panas.
Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan
manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407
tahun 2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara, pencemaran
udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke
dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia.
WHO mengartikan pencemaran udara sebagai masuknya gas, uap,
partikulat, atau unsur normal yang berlebihan jumlahnya ke dalam atmosfer dari
sumber alam atau aktivitas manusia (Agarwal A. Prabakaran S. A., 2005).
Environmental Protection Agency (EPA) memberikan definisi pencemaran
udara sebagai kehadiran kontaminan atau bahan pencemar di udara yang mengganggu
kesehatan dan kesejahteraan manusia, atau menghasilkan efek lingkungan berbahaya
lainnya (Vallero, 2014).
Selain itu, pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi
fisik, kimia, atau biologi di atmosfer yang dapat membahayakan kehidupan makhluk
hidup, mengganggu dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat
ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi
gangguan fisik pembongkaran polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya
dianggap sebagai polusi udara (sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran
udara dapat langsung pajaknya dan lokal, regional, maupun global (Simpson, 1890)
Menurut Wardhana (2004), Pencemaran udara dapat pula diartikan adanya
bahan-bahan atau zat asing di dalam udara yang menyebabkan terjadinya perubahan
komposisi udara dari susunan atau keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat
asing tersebut di dalam udara dalam jumlah dan jangka waktu tertentu akan dapat
menimbulkan gangguan pada kehidupan manusia, hewan, maupun tumbuhan.
Menurut Chambers (1976) da Masters (1991), yang dimaksud dengan
pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam
lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi
oleh manusia (atau dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada
manusia, binatang, vegetasi, dan material. (Mukono, 2000)
Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi
rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang
membahayakan kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi di kota-
kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan gas-gas yang
mengandung zat di atas batas kewajaran.

2.2 Definisi Metoda HVAS


High Volume Air Sampler (HVAS) adalah peralatan yang digunakan untuk
pengumpulan kandungan partikel melalui filtrasi, sejumlah besar vlume udara di
atmosfer dengan memakai pompa vakum kapasitas tinggi, yang dilengkapi dengan filter
dan alat kontrol laju alir.
Prinsip kerja dari High Volume Air Sampler (HVAS) dengan metode
gravimetri adalah menentukan konsentrassi debu yang ada di udara dengan
menggunakan pompa isap. Udara yang terhidap disaring dengan filter, sehingga debu
yang ada di udara akan menempel pada filter tersebut. Berdasarkan jumlah udara yang
terhidap dan berat debu yang menempel pada filter, akan diketahui konsentrasi debu
yang ada diudara.
Pengukuran konsentrasi partikel yang melayang di udara menggunakan
metode gravimetri dengan metode tersebut:
Pemilihan Filter
Secara umum, pemilihan filter bergantung terhadap pengujian. Hal yang
penting untuk diperhatikan adalah penentuan seleksi dan pemakaian karakteristik.
Adapun beberapa macam filter yang umum digunakan adalah sebagai berikut:
1. Filter serat kaca
2. Filter fiber silika
3. Filter selulosa
Filter serat kaca dapat dipilih untuk contoh uji dengan kelembaban tinggi.
Filter serat kaca dipilih karena dapat mengumpulkan partikel dengan kisaran diameter
0,1 µm - 100 µm adapun efisiensi pengumpulan berkisar 99,95 % untuk ukuran partikel
0,3 µm.
Perhitungan Konsentrasi
Konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) di udara dapatdihitung dengan
persamaan sebagai berikut:

Dengan keterangan:
[C] = konsentrasi Total Suspended Paticulate (TSP) di udaraambient (µg/m3)
Mt = berat filter setelah pengambilan sampel udara (µg)
M0 = berat filter bersih atau sebelum pengambilan sampeludara (µg)
T = lama pencuplikan atau pengambilan sampel (jam)V = laju pencuplikan atau pengam
bilan udara (m3/jam)
Kemudian konsentrasi yang diperoleh dari persamaan tersebutdikonversi ke
persamaan model konversi Canter untuk mendapatkankonsentrasi yang setara dengan
konsentrasi partikulat di udara denganwaktu pencuplikan atau pengukuran selama 24
jam. Berikut adalah persamaan konversi Canter:
Dengan keterangan sebagai berikut:
C1 = konsentrasi udara rata-rata dengan waktu pengambilan sampel selama 24 jam
(µg/m3)
C2 = konsentrasi udara rata-rata hasil pengukuran dengan lama pengambilan sampel
selama t2 jam. Dalam hal ini, C2 = [C]. (µg/m3)
t1 = 24 jam
t2 = lama pengambilan sampel (jam)
p = faktor konversi dengan nilai antara 0,17 dan 0,2

2.3 Sumber TSP dan Keberadaannya


2.4 Bahaya TSP bagi Manusia dan Lingkungan
2.5 Baku Mutu Udara terkait TSP
Tabel 1. Baku Mutu Udara Ambien Nasional
No Parameter Waktu Pengukuran Batas Maksimum
3
1. PM10 (Partikel < 10 um ) 24 Jam 150 ug/Nm
Sumber : PP.No 41 Tahun 1999

2.6 Penerapan Pemeriksaan TSP di Bidang Teknik Lingkungan

BAB 3. Alat dan Bahan


A. Alat yang digunakan
 Alat sampling HVAS  Cawan Porselin
 Pompa Vakum  Timbangan Analitik
 Pinset  Tripod
 Kabel rol  Kaca arloji
 Oven
 Desikator

B. Bahan yang digunakan


 Kertas flter fiber glass
 Alkohol 70%
 Aluminium foil
BAB 4. Prosedur Praktikum
4.1 Persiapan Pengambilan Sample Udara
1. Ditimbang cawan kosong, masukkan kertas filter ke dalam oven
o
menggunakan cawan porselin. Suhu oven diatur pada suhu 105 C selama 3
jam.
2. Setelah selesai, dimasukkan kedalam desikator selama 15 menit
3. Kemudian dittimbang kertas saring dan cawan porselin
4. Dicatat bobot kertas saring tersebut
5. Kemudian dibungkus kertas saring menggunakan aluminium foil

4.2 Pengambilan Sample Udara


1. Dibersihkan filter folder HVAS menggunakan alkohol dan lap dengan tissue
hingga tidak terdapat debu dan kotoran
2. Dikeluarkan kertas filter dari pembungkus aluminium foil menggunakan
pinset (jangan sampai terkena tangan) diletakkan diatas filter folder LVAS
3. Tekan knop on/off alat HVAS
4. Diukur suhu udara, kelembapan udara, kecepatan angin, dan tekanan udara
5. Dilakukan pengambilan sampel selama 1-24 jam
6. Setelah selesai diambil sampel kemudian keluarkan kertas filter yang telah
ditutup menggunakan inset dan membungkus kembali dengan aluminium foil
7. Ditimbang kertas filter tersebut menggunakan neraca analitik
8. Dicatat berat debu yang terjerap pada kertas filter

BAB 5. Hasil Pengamatan


 Waktu Pengamatan : 1 Jam = 60 menit
 Jam Pengamatan : 15.00-16.00 WIB
 Lokasi Pengamatan : Pintu masuk Gedung Engineering Center
Tabel 2. Perhitungan Suhu, Kelembaban, Tekanan dan Kecepatan Angin Sebelum
Percobaan
Suhu (ºC) Kelembaban Kecepatan Angin Tekanan (mmHg)
36,1 39,65 5,2 747,0
Sumber : Pengamatan Praktikan HVAS, 2019

Tabel 3. Perhitungan Suhu, Kelembaban, Tekanan dan Kecepatan Angin Sesudah


Percobaan
Suhu (ºC) Kelembaban Kecepatan Angin Tekanan (mmHg)
34,4 40,9 1,7 747,1
Sumber : Pengamatan Praktikan HVAS, 2019

Tabel 4. Perhitungan Rata-rata Suhu, Kelembaban, Tekanan dan Kecepatan Angin


Sesudah Percobaan
Suhu (ºC) Kelembaban Kecepatan Angin Tekanan (mmHg)
35,25 40,75 3,45 747,05
Sumber : Pengamatan Praktikan HVAS, 2019

 Berat kertas filter sebelum dilakukan pengambilan sampel (gr) =W1= 0.6800 gr
 Berat kertas filter setelah dilakukan pengambilan samel (gr) = W2 = 0.6836 gr
 Laju alir pada saat pengambilan sampel (m³/menit) = Qo = 20 L/menit = 0.02
m³/menit

 Suhu standar ( 25 C atau 298 K) = Ts

 Suhu absolut = To = 35.25 C
 Tekanan standar ( 760 mmHg) = Ps
 Tekanan terukur = Po = 747.05 mmHg
 Kondisi lingkungan sekitar terdapat banyak orang yang melewati, banyak
kendaraan berupa motor dan mobil, adanya angin dengan kecepatan rendah
BAB 6. Pengolahan Data
Laju Aliran Pompa dapat dihitung menggunakan rumus :

Volume udara terhisap dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Jumlah konsentrasi TSP dapat dihitung setelah mendapatkan nilai volume


udara hisap dengan menggunakan persamaan :
BAB 7. Analisis
7.1 Analisis Percobaan
Tujuan dari praktikum ini adalah Untuk menentukan jumlah partikulat PM10 yang
terdapat pada lingkungan sekitar menggunakan Low Volume Air Sampler (LVAS).
Pengukuran konsentrasi partikulat PM10 ini dilakukan pada hari Rabu (16/10) sekitar
pukul 15.00. Kualitas udara yang diuji adalah udara di sekitar pintu masuk gedung
Engineering Center. Sebelum pengambilan sampel diperoleh suhu rata-rata sebesar
o
33,6 C, tekanan udara rata-rata 29,49 incHg, dan kelembaban rata-rata 58,2%.
o
Sedangkan sesudah pengambilan sampel diperoleh suhu rata – rata sebesar 32,6 C,
tekanan udara rata-rata 29,50 incHg, dan kelembaban rata – rata 62,9 %.

Pada saat dilakukan pengukuran kondisi cuaca tidak begitu panas. Adapun kendaraan
yang melintas saat pengukuran adalah mobil. Lalu lintas transportasi saat pengukuran
cukup ramai sehingga kemungkinan partikulat yang menyebar di udara juga cukup
banyak.
Hal pertama yang dilakukan sebelum pengambilan sampel udara dimulai adalah
mengeluarkan filter dari desikator, lalu menimbang filter yang akan digunakan
dengan kaca arloji menggunakan neraca analitik. Kertas filter ditimbang terlebih
dahulu agar praktikan dapat mengetahui massa awal kertas filter sebelum
terkontaminasi dengan sampel. Setelah itu, kertas filter tersebut dibungkus dengan
aluminium foil yang sudah disterilkan dengan alkohol agar tetap bersih dan tidak
terdapat kontaminasi debu dari sumber lain sebelum filter tersebut digunakan.
Perangkat LVAS ditempatkan di lokasi dimana pengukuran konsentrasi

partikulat PM10 akan dilakukan. Pada praktikum ini, LVAS ditempatkan di dekat
pintu masuk gedung Engineering Center dengan pertimbangan bahwa daerah ini
merupakan wilayah yang banyak dilewati oleh warga kampus FT-UI yang terpapar
oleh debu dari luar atau dari dalam. Setelah itu, filter yang telah ditimbang
sebelumnya diletakkan pada filter folder LVAS dengan menggunakan pinset. Tata
cara meletakkan filter dalam filter folder perangkat LVAS ialah dengan meletakan
bagian filter yang halus menghadap ke bagian masuknya udara dari perangkat LVAS,
lalu tutup rapat. Hal tersebut berfungsi untuk mencegah robeknya filter saat dilakukan
pengambilan sampel udara. Penggunaan pinset pada tahap ini bertujuan untuk
meminimalisir kemungkinan menempelnya debu dari tangan ke filter jika peletakkan
filter dilakukan dengan menggunakan tangan. Menempelnya debu dari sumber lain
dapat menyebabkan penyimpangan data dan hasil pengukuran menjadi kurang akurat.
Kemudian perangkat LVAS dinyalakan dengan pompa vakum, setelah disambungkan
ke stop kontak dengan menggunakan kabel roll. Setelah perangkat uji dinyalakan,
dilakukan pembacaan dan pencatatan indikator laju alir yang ada sebagai laju alir

awal (Qs1). Pengukuran dilakukan selama 1 jam, dimana setelah 1 jam, indikator laju

alir kembali dibaca untuk melihat laju alir akhir (Qs2) lalu alat uji dimatikan.
Setelah pengambilan sampel udara selesai, filter dipindahkan dari filter folder
LVAS ke aluminium foil dengan menggunakan pinset. Kemudian dilakukan
penimbangan terhadap berat akhir filter setelah penyamplingan dengan menggunakan
neraca analitik.

7.2 Analisis Hasil


Sebagaimana yang dijelaskan pada landasan teori bahwa efek kesehatan

PM10 mencakup mulai dari efek minor, seperti iritasi hidung dan tenggorokan, hingga
efek yang serius, seperti gangguan sistem pernafasan, penyakit kardiovaskular, dan
kematian prematur. Pajanan kronis terhadap partikel ini berkontribusi terhadap
peningkatan risiko atas penyakit kardiovaskular dan gangguan saluran pernafasan,
termasuk kanker paru-paru. Di negara berkembang, pajanan terhadap polutan dari
pembakaran bahan bakar fosil padat dengan api atau tungku meningkatkan risiko

infeksi saluran pernafasan bagian bawah akut dan kematian pada anak-anak. PM 10
diketahui dapat meningkatkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung
dan pernafasan, pada konsentrasi 140 μg/m3 dapat menurunkan fungsi paru-paru pada
anak-anak, sementara pada konsentrasi 350 μg/m3 dapat memperparah kondisi
penderita bronkhitis.
Pengukuran konsentrasi PM10 di lokasi ini dimaksudkan untuk mengkaji apakah
kadar Pm10 yang terdapat dalam lokasi tersebut masih memenuhi baku mutu udara
ambient yang berlaku dan apakah konsentrasinya masih cukup aman bagi orang yang
terpapar dan melakukan kegiatan di dalamnya.
Dari hasil pengolahan data praktikum yang didapat diperoleh besarnya nilai
konsentrasi Pm10pada udara ambient di gedung Engineering Center adalah 179,21
3
µg/m . Nilai ini didapat dari hasil pengukuran selama 1 jam. Setelah dikonversi untuk
3
pengukuran selama 24 jam diperoleh nilai PM10 sebesar 101,14 µg/m , hasil
pengukuran tersebut dikonversi terlebih dahulu untuk dapat membandingkan hasil
pengukuran yang diperoleh dari praktikum dengan nilai standar baku mutu udara
ambient nasional. Pengaruh hasil tersebut juga bisa dilihat dari angka suhu,kecepatan
angina dan kelembapan udara, semakin tinggi kecepatan angin dan kelembaban maka
semakin rendah konsentrasi PM10 di udara. Sedangkan semakin tinggi suhu maka
konsentrasi PM10 dalam udara ambien juga semakin tinggi. Jika hasil praktikum
yang telah diperoleh dibandingkan terhadap Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, kualitas udara yang
ada di sekitar gedung Engineering Center dapat dikatakan berada di bawah baku mutu

dan masih tergolong aman karena nilai konsentrasi yang diperbolehkan untuk PM 10
3
adalah sebesar 150 µg/m . Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah adanya suatu
kegiatan atau aktifitas yang biasa dilakukan yang dapat menyebabkan efek atau
dampak jangka panjang, dimana partikulat yang masuk ke saluran pernapasan dapat
terakumulasi dan menyebabkan gangguan kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan
usaha-usaha pengurangan paparan berupa penggunaan masker dan lain sebagainya.

7.3 Analisis Kesalahan


Dalam praktikum ini terdapat beberapa kesalahan yang mungkin terjadi sehingga
dapat mempengaruhi hasil pengukuran partikulat, diantaranya:
1. Saat proses pemindahan Filter ke LVAS bisa saja filter sudah terpapar
partikulat sebelum percobaan sehigga data yang dihasilkan kurang akurat.
2. Karena data yang kurang akurat maka terjadi kesalahan dalam perhitungan
setelah pengambilan sampel.
3. Pada baku mutu pengukuran sampel yang diharusnkan adalah selama 8 atau
24 jam. Sedangkan setelah dikonversikan, pengukuran dalam waktu kurang
dari 1 jam dapat memberikan jumlah partikulat yang kurang akurat.

BAB 8. Kesimpulan dan Saran


8.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Kelembapan udara sebesar 58,2 % sebelum percobaan dan 62,9% setelah
percobaan .
2. Tekana udara sebesar 29,49inHg sebelum percobaan dan 29,50inHg setelah
percobaan
3. Kecepatan angin sebesar 0,1 sebelum percobaan dan 0,7 setelah percobaan .
4. Suhu sebesar 33,6 ºC sebelum percobaan dan 32,6 ºC setelah percobaan .
5. Kadar debu total di udara pada selama 1 jam sebesar 179,21 μg/m3 dan
3
konsentrasi setelah dikonversi 24jam adalah 101,14 μg/m
6. Parameter PM10 masih berada di bawah nilai ambang batas yang ditetapkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara di gedung Engineering Center masih baik
untuk kehidupan.

8.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya diharapkan
 Perlu diinformasikan kepada seluruh pihak kampus yaitu seluruh dosen dan
mahasiswa serta masyarakat sekitar tentang kondisi udara yang berada di
sekitar kampus .
 Pengurangan penggunaan dari mobil dan motor bagi mahasiswa dan dosen.
 Melakukan sebuah gerakan green kampus atau penggunan masker saat
beraktifitas.
REFERENSI

Agarwal A. Prabakaran S. A., S. T. (2005). Prevention of Oxidative Stress


Minireview: Injury to Sperm. Journal of Andrology, 654-60.
Bapedal. (2001). Aspek Lingkungan Dalam AMDAL Pertambangan. Jakarta.
Budiyono. (2001). Pencemaran Udara: Dampak Pencemaran Udara Pada
Lingkungan. Berita Dirgantara: VolAume 2.
EPA, U. (2015). Near Roadway Air Pollution and Health: Frequently Asked
Questions. Office of Transportation and Air Quality.
KLH. (2002). Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dibidang Pengelolaan
Lingkungan Hidup&Pengendalian Dampak Lingkungan Era Otonomi
Daerah. Jakarta.
Mukono, H. J. (2000). Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga
University Press.
Mursinto. (2016). Estimasi Dampak Ekonomi Dari Pencemaran Udara Terhadap
Kesehatan di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat: ISSN 1858-1196.
Nasional), B. (. (2004). Penentuan Total Partikulat Secara Isokinetik dalam Emisi
Gas Buang Sumber Tidak Bergerak dalam RSNI.
Schiliro, T. (2015). PM10 in a Background Urban Site: Chemical Characteristics
and Biological Effects.
Simpson. (1890). Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Srikandi, F. (1992). Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Volk, W. d. (1989). mikrobiologi dasar edisi kelima. jakarta: erlangga.
WHO. (2011). Health Aspects of Air Pollution with Particulate matter, Ozone and
Nitrogen Dioxide.
Zannaria, N. D. (2007). Karakteristik Kimia Paparan Partikulat Terespirasi. Jurnal
Sains dan Teknologi Indonesia, Volume IX Nomor 1.
LAMPIRAN

Gambar 2. Praktikan menggunakan anemometer


Sumber: Pengamatan Praktikan LVAS

Gambar 3. Berat kertas filter sebelum percobaan.


Sumber: Pengamatan Praktikan LVAS

Gambar 4. Berat kertas filter setelah percobaan.


Sumber: Pengamatan Praktikan LVAS
Gambar 5. Saat proses percobaan.
Sumber: Pengamatan Praktikan LVAS

Gambar 6. Persiapan sebelum percobaan.


Sumber: Pengamatan Praktikan LVAS

Gambar 7. Setelah selesai percobaan.


Sumber: Pengamatan Praktikan LVAS

Anda mungkin juga menyukai