Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA DAN HIDROLIKA

Kelompok III:

1. Andhika Jitendriya 1172005015


2. Nabiel Ali 1172005012
3. Richa Andreina 1172005013
4. Sarah Maulina 1172005016
5. Wahyuni Nur Setyowati 1172005017

PJ Kel.: Firda Aulia Sartika

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA II


JURUSAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BAKRIE
2019
H08 – Gesekan Dalam Pipa

8.1 Tujuan Praktikum


1. Menyelidiki perubahan tekanan akibat adanya gesekan dalam pipa bundar
dengan kecepatan aliran rata-rata
2. Menunjukan adanya aliran laminar dan turbulen

8.2 Teori Dasar


Gesekan aliran merupakan hambatan berupa gesekan dalam pipa fluida
yang mengakibatkan berkurangnya laju aliran dan penurunan tekanan.
Besarnya hambatan aliran karena gesekan sangat tergantung dari kekasaran
dinding pipa. Dari hasil bebagai percobaan diketahui bahwa makin kasar
dinding pipa makin besar terjadinya penurunan atau kehilangan tekanan
aliran (Sihombing, 2010).
Gesekan antara aliran fluida dengan permukaan sudut-sudut dinding
pompa menyebabkan sebagian energy yang diangkut oleh aliran air hilang
untuk mengatasi gesekan-gesekan tersebut. (Soekardi, 2015).
Jenis-jenis aliran pada pipa terbagi menjadi tiga, yakni :
1. Aliran Laminer
Aliran laminer didefinisikan sebagai aliran dengan fluida yang
bergerak dalam lapisan-lapisan atau lamina-lamina dengan satu lapisan
meluncur secara lancar. Dalam aliran laminer ini viskositas berfungsi
untuk meredam kecenderungan terjadinya gerakan relatif antara lapisan,
sehingga aliran laminer memenuhi pasti hukum viskositas Newton
yaitu : τ = μ (2-13). Aliran laminer ini mempunyai nilai bilangan
Reynoldsnya kurang dari 2000.

Gambar H.08.1
2. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminer ke
aliran turbulen. Ketika kecepatan aliran itu bertambah atau viskositasnya
berkurang (dapat disebabkan temperatur meningkat) maka gangguan-
gangguan akan terus teramati dan semakin membesar serta kuat yang
akhirnya suatu keadaan peralihan tercapai. Keadaan peralihan ini
tergantung pada viskositas fluida, kecepatan dan lain-lain yang
menyangkut geometri aliran dimana nilai bilangan Reynoldsnya antara
2000 sampai dengan 4000.

3. Aliran Turbulen
Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang dimana
pergerakan dari partikel-partikel fluida sangat tidak menentu karena
mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang
mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida ke bagian
fluida yang lain dalam skala yang besar di mana nilai bilangan
Reynoldsnya lebih besar dari 4000. Dalam keadaan aliran turbulen maka
turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata
diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian-kerugian aliran.

Gambar H.08.2
v12 hf
Sf
2g v22

P1 Sw 2g

P2

τ 0


Z1 W sin 

Z2
W
Datum

Gambar H.08.3

 = sudut kemiringan pipa


W = besar volume air
Z 1−Z 2
Sin  =
L
P1 , P2 = tekanan yang terjadi di titik 1& 2
v1 , v2 = kecepatan aliran pada titik 1 & 2
hf = kehilangan energi
L = panjang pipa
Sf = kemiringan garis energi
Sw = kemiringan muka air

Kehilangan tekanan aliran didalam pipa timbul akibat adanya gesekan


didalam pipa. Makin tinggi kecepatan aliran, kehilangan tekanan semakin
besar.
Gambar H.08.4
Pada gambar H.08.4 tampak kehilangan energi (hf ) sama dengan
kehilangan tekanan (h2-h1), karena kecepatan sepanjangan pipa konstan.

Menurut Poiseuille untuk aliran laminar :


32. v . V . L
hf =
g . D2
dimana :
hf = h1 – h2 V = kecepatan aliran rata-rata
k = dynamic viscosity L = panjang pipa
ρ=¿ massa jenis cairan D = diameter pipa
v=¿ kinematic viscosity g=¿ percepatan gravitasi bumi

Darcy dan Weisback memberikan hubungan antara kehilangan tekanan


dan kecepatan aliran turbulen sebagai berikut :
f . L . v2
hf =
2. g . D
f = faktor gesekan

Bila persamaan Poiseuille dan Darcy - Weisback disatukan maka :


32. v . V . L 4. f . L .V 2
=
g . D2 2. g . D

16. v 16 D .V
f= = → ℜ=
D. V ℜ v ( )
ℜ=bilangan Reynold
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat
membedakan suatu aliran dinamakan laminer, trasnsisi atau turbulen.
Osborn Reynolds telah mempelajari untuk mencoba menentukan bila dua
situasi aliran yang berbeda akan serupa secara dinamik bila memenuhi:
1. Kedua aliran tersebut serupa secara geometrik, yakni ukuran-ukuran
linear yang bersesuaian mempunyai perbandingan yang konstan.
2. Garis-garis aliran yang bersesuaian adalah serupa secara geometrik,
atau tekanan-tekanan dititik-titik yang bersesuaian mempunyai
perbandingan konstan.
Dalam menyimak dua situasi aliran yang serupa secara geometrik,
Reynolds menyimpulkan bahwa aliran-aliran tersebut akan serupa secara
dinamik jika persamaan-persamaan diferensial umum yang
menggambarkan aliran-aliran tersebut identik.
Pada fluida air suatu aliran diasumsikan laminer bila aliran tersebut
mempunyai bilangan Reynolds (Re) kurang dari 2000, untuk aliran transisi
berada pada bilangan Reynolds (Re) 2000-4000. Sedangkan untuk aliran
turbulen mempunyai bilangan Reynold (Re) lebih dari 4000.
Menurut Wibishana (2009) bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya
inersia terhadap viskos yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya
tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk
mengidentifikasikan jenis aliran yang berbeda. Rumus bilangan Reynolds
umumnya diberikan sebagai berikut:
V x d pipa x p air
ℜ=
μ

dimana:
vs= Kecepatan fluida
L = Panjang karakteristik
µ = Viskositas absolut fluida dinamis
v = Viskositas kinematic fluida: v = µ/ρ
ρ = Kerapatan (densitas) fluida
Menurut Reynolds, ada tiga faktor yang mempengaruhi keadaan
aliran yaitu:
1. kekentalan zat cair,
2. rapat massa zat cair
3. diameter pipa.

Viskositas Fluida adalah benda yang dapat mengalami perubahan


bentuk secara terus menerus karena gaya gesek yang bekerja terhadapnya.
Harga viskositas fluida mungkin dipengaruhi oleh besar dan lama aksi
gaya yang bekerja terhadapnya.Viskositas fluida juga dipengaruhi oleh
tekanan dan temperatur. Densitas Fluida, disamping viskositas, sifat fluida
yang penting lainnya adalah densitas (masa persatuan volume).
Neraca Massa, fluida dinamik adalah fluida bergerak. Umunya fluida
bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain dengan suatu alat mekanik
seperti pompa atau blower, oleh perbedaan gravitasi, atau dengan tekanan,
dan mengalir melalui sistem perpipaan atau alat proses (Welty, 2006).
Faktor gesekan pipa pada aliran laminar yaitu:
1. Faktor gesekan untuk laminer dapat dihitung seara analisis.
2. Profil kecepatan aliran laminer dalam pipa dianalisa dengan
mempertimbangkan elemen fluida pada waktu.
3. Setiap bagian fluida hanya mengalir sepanjang garis-jejak paralel terhadap
dinding pipa dengan kecepatan konstan meskipun partikel tetangga memiliki
kecepatan yang sedikit berbeda.
4. Kecepatan bervariasi dari satu garis-jejak ke yang berikutnya dan ini
dikombinasikan dengan viskositas fluida, sehingga menghasilkan tegangan
geser.
Faktor yang mempengaruhi aliran turbulen yaitu:
1. Tidak bisa dihitung secara analitis.
2. Tergantung pada bilangan Reynold dan kekasaran relatif.
3. Harus ditentukan secara empiris (grafik, tabel, persamaan empiris).
4. Faktor gesekan pada aliran turbulen dipengaruhi oleh kekasaran relatif dari
pipa.
8.3 Alat dan Bahan
Alat- alat :
1. Meja hidrolika
2. Stop Watch
3. Gelas ukur
4. Alat peraga gesekan dalam pipa
5. Pompa

Gambar H.08.2
Keterangan Gambar :
1. Pipa aliran masuk 8. Pengatur tekanan
2. Pipa masuk tangki 9. Katup pengatur aliran
3. Pipa pengalir keluar tangki 10. Kaki penyangga
4. Pengatur tekanan 11. Tangki
5. Pipa uji (∅ 5 mm) 12. Katup keluar/masuk udara
6. Manometer air 13. Pompa tangan
7. Manometer air raksa 14. Pipa pelimpas

8.4 Cara Kerja :


A. Pembacaan manometer raksa :
1. Mengukur panjang pipa uji (5), dan temperatur air.
2. Menghubungkan alat percobaan dengan meja Hidrolika.
3. Menyambungkan ujung pipa (3) dengan suplai dari meja Hidrolika.
4. Membuka katup pengatur aliran pada ujung pipa (9) dan pada meja
Hidrolika, membiarkan air mengalir sampai seluruh udara terdesak
keluar.
5. Menutup kembali kedua katup, manometer air raksa (6) pada
keadaan ini harus dalam keadaab seimbang.
6. Membuka katup pengatur aliran pada meja Hidrolika.
7. Kemudian membuka katup pada ujung pipa (9) secara sedikit demi
sedikit.
8. Mencatat beda tinggi manometer air raksa.
9. Mengukur debit aliran dengan menggunakan gelas ukur dan stop
watch.
10. Mengulangi langkah 7 sampai 10 untuk berbagai beda tekanan.

B. Pembacaan manometer air :


1. Menutup kembali kedua katup, melepaskan pipa masuk dari meja
Hidrolika (3), kemudian menyambungkan dengan aliran masuk dari
tangki (11).
2. Menghubungkan suplai dari meja Hidrolika ke tangki.
3. Membuka katup pengatur aliran pada meja Hidrolika sehingga air
melimpas melalui pipa pelimpas (14).
4. Mengatur tinggi manometer air (7) sehingga berada di tengah-tengah
skala dengan menggunakan pompa (13).
5. Membuka katup pengatur aliran pada ujung pipa (9) secara sedikit.
6. Mencatat beda tinggi manometer air.
7. Mengukur debit aliran dengan menggunakan galas ukur dan stop
watch.
8. Melakukan kembali langkah 5 sampai 8 untuk berbagai beda
tekanan.
8.5 Pengolahan Data
Tabel 1. Tabel Data Percobaan Manomater Air dan Air Raksa
Mercury
Water
Manometer
Manometer Volume Time Volume Time
No Reading
Reading (mm)
(mm)
1 2 (m3) (s) 1 2 (m3) (s)
1 238 253 0.00003 30,13 298 281 0.000048 5,42

2 232 258 0.00005 30,06 302 276 0.00006 5,43

3 227 261 0.000065 30,30 307 271 0.00008 5,36

4 223 265 0.000078 30,46 316 261 0.0001 5,39

5 216 270 0.0001 30,36 324 255 0.000115 5,49


Sumber: praktikan, 2019
 L pipa=0.5 m
 ∅ pipa=0.003m
 v=0.836 x 10−7 m 2 /s

g=9.81 m/ s2

Tabel 2. Pengolahan Data Manometer Air

V
ol
u
Diameter Panjang Viskositas
No. m Waktu (s) Area (m2)
(m) (m) (m²/s)
e
(m
³)
1 0.003 0.5 0. 30.13 0.000000836 0.000007065
00
00
3
0.
00
2 0.003 0.5 30.06 0.000000836 0.000007065
00
5
0.
00
3 0.003 0.5 30.3 0.000000836 0.000007065
00
65
4 0.003 0.5 0.000078 30.46 0.000000836 0.000007065
5 0.003 0.5 0.0001 30.36 0.000000836 0.000007065

Hf (m) Q (m³/s) V (m/s) f Re Ket


9.95685E- Re < 2000
0.015 0.140932111 0.088904061 505.73724
07 (laminer)
1.66334E- Re < 2000
0.026 0.235433827 0.055218662 844.8582303
06 (laminer)
2.14521E- Re < 2000
0.034 0.303639706 0.043412225 1089.616169
06 (laminer)
2.56074E- Re < 2000
0.042 0.3624537 0.037635221 1300.671172
06 (laminer)
3.29381E- Re < 2000
0.054 0.466214811 0.029246364 1673.019658
06 (laminer)
H́f 0.0342 V́ 0.301734831

Sumber: praktikan, 2019


Tabel 3. Pengolahan Data Manometer Air Raksa

Diameter Panjang Volume Viskositas


No. Waktu (s) Area (m²)
(m) (m) (m³) (m²/s)
1 0.003 0.5 0.000048 5.42 0.000000836 0.000007065
2 0.003 0.5 0.00006 5.43 0.000000836 0.000007065
3 0.003 0.5 0.00008 5.36 0.000000836 0.000007065
4 0.003 0.5 0.0001 5.39 0.000000836 0.000007065
5 0.003 0.5 0.000115 5.49 0.000000836 0.000007065

Hf (m) Q (m³/s) V (m/s) f Re Ket


Re >
8.85609E 0.00314455 4498.26215 2000
0.017 1.25351572
-06 2 3 (turbulen
)
Re >
1.10497E 0.00748690 5612.47257 2000
0.026 1.564009024
-05 1 5 (turbulen
)
Re >
1.49254E 0.01891380 7581.02638 2000
0.036 2.112579354
-05 1 9 (turbulen
)
Re >
1.85529E 0.04464893 9423.53929 2000
0.055 2.626026284
-05 3 6 (turbulen
)
Re >
2.09472E 0.07140456 10639.6736 2000
0.069 2.96492239
-05 9 5 (turbulen
)
V́ 2.104210554
H́f 0.0406
Sumber: praktikan, 2019

Tabel 4. Tabel Hubungan Log V2 dan Log Hf pada Manometer Air


Log V² Log Hf
-1.701980086 -1.823908741
-1.256262276 -1.585026652
-1.035282876 -1.468521083
-0.881494925 -1.37675071
-0.662827867 -1.26760624

Log V² dan Log Hf


0
-1.8 -1.6 -1.4 -1.2 -1 Log V2 dan Log Hf-0.6
-0.8 -0.2
-0.4
Linear (Log V2 dan
Log Hf) -0.6
-0.8
Log Hf

-1
-1.2
f(x) = 0.54 x − 0.91 -1.4
R² = 1
-1.6
-1.8
-2
Log V²

Grafik 1. Hubungan antara Log V2 dan Log Hf pada


Manometer Air
Sumber: Pengolahan Data Praktikan, 2019

Tabel 5. Tabel Hubungan Log Re dan Log f pada Manometer Air


Log Re Log f
2.703924934 -1.051078401
2.926783839 -1.257914122
3.037273539 -1.362387953
3.114167515 -1.424405531
3.223501044 -1.53392812
Log Re dan Log f
0
-0.2 2.6 2.7 2.8 2.9 3 3.1 3.2 3.3
-0.4 Log Re dan Log f
Linear (Log Re dan Log
-0.6 f)
-0.8
Log F

-1
-1.2 f(x) = − 0.92 x + 1.45
R² = 1
-1.4
-1.6
-1.8
Log Re

Grafik 2. Hubungan antara Log Re dan Log f pada Manometer


Air
Sumber: Data Pengolahan Praktikan, 2019

Tabel 6. Tabel Hubungan Log V dan Log Hf pada


Manometer Air
Log V Log Hf
-0.850990043 -1.823908741
-0.628131138 -1.585026652
-0.517641438 -1.468521083
-0.440747462 -1.37675071
-0.331413933 -1.26760624

Grafik 3. Hubungan antara Log Re dan Log f pada


Manometer Air
Sumber: Data
Log V dan Log Hf
Pengolahan
0
-0.9 -0.8 -0.7 -0.6 -0.5 V dan-0.2
Log-0.4 Log-0.3
Hf Praktikan, 2019
-0.4
Linear (Log V
-0.6
dan Log Hf)
-0.8
Log Hf

-1
-1.2
f(x) = 1.08 x − 0.91 -1.4
R² = 1 -1.6
-1.8
-2
Log V

Tabel 7. Tabel Hubungan Log V² dan Log Hf pada


Manometer Air Raksa
Log V² Log Hf
0.196259569 -1.769551079
0.388478509 -1.585026652
0.649626062 -1.443697499
0.838598137 -1.259637311
0.944026659 -1.161150909

Grafik 4. Hubungan antara Log V2 dan Log Hf pada


Manometer Air Raksa

Log v² dan Log Hf


0 Log v2 dan Log Hf
-0.2 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 (Log v2
Linear 0.9dan Log1
-0.4 Hf)
-0.6
-0.8
Log Hf

-1
-1.2
f(x) = 0.79 x − 1.92
-1.4 R² = 0.99
-1.6
-1.8
-2
Log V²

Tabel 8. Tabel Hubungan Log Re dan Log f pada


Manometer Air Raksa
Log Re Log f
3.653044762 -2.502441256
3.749154232 -2.125697889
3.879728008 -1.723221184
3.974214046 -1.35018892
4.026928307 -1.146273996

Grafik 5. Hubungan antara Log Re dan Log f pada Manometer


Air Raksa

Log Re dan Log f


0
3.6 3.65 3.7 3.75 3.8 3.85 3.9 3.95 4 4.05
-0.5 Log Re dan Log f
Linear (Log Re dan Log
-1 f)
f(x) = 3.57 x − 15.54
Log f

-1.5 R² = 1

-2

-2.5

-3
Log Re

Sumber: Data Pengolahan Praktikan, 2019

Tabel 9. Tabel Hubungan Log V dan Log Hf pada


Manometer Air Raksa
Log V Log Hf
0.098129785 -1.769551079
0.194239255 -1.585026652
0.324813031 -1.443697499
0.419299069 -1.259637311
0.47201333 -1.161150909

Grafik 6. Hubungan antara Log V dan Log Hf pada


Manometer Air Raksa
Log V dan Log Hf
0
Log0.4
V dan Log Hf
-0.20.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.45 0.5
Linear (Log V dan Log Hf)
-0.4
-0.6
-0.8
Log Hf

-1
-1.2
f(x) = 1.57 x − 1.92
-1.4 R² = 0.99
-1.6
-1.8
-2
Log V

Sumber: Data Pengolahan Praktikan, 2019

y air ¿ y air raksa


−0.9241 x+1.4474=3.57 x−15.538
−0.9241 x+ (−3.57 x ) =¿ −1.4474−15.538
−4.4941 x=−16.9854
−16. 9854
x=
−4.4941
x=3.77948866

ℜ=103.77948866
¿ 6018.505476

ℜxv
Vcritacal=
D
6018.505476 x 0.000000836  
¿
0. 003
¿ 1.67715685 9
y=1.0759 x−0.9085
log hf praktikum=a log v +b  
hf praktikum=10−0.9085 . 0.3017348311.0759
¿ 0.0340

Kesalahan Relative pada Manometer Air

KR= hf teori−hf praktikum x 100 %


| hf teori |
¿ 0.0342−( 0.0340   )    x 100 %
| 0.0342 |
¿ 0.58 %
y=1.57 x−1.9175
log hf praktikum=a log v +b  
hf praktikum=10−1.9175 . 1.6771568591.57
¿ 0.02723207169

Kesalahan Relative pada Manometer Air Raksa

KR= hf teori−hf praktikum x 100 %


| hf teori |
¿ 0.0406−( 0.0272   )    x 100 %
| 0.0406 |
¿ 33.00 %

8.6 Analisa
8.6.1 Analisa Percobaan
Percobaan kali ini merupakan percobaan H-08 dengan judul
‘Gesekan Dalam Pipa’ dengan memiliki dua tujuan yaitu menyelidiki
perubahan tekanan akibat adanya gesekan dalam pipa bundar dengan
kecepatan aliran rata-rata dan menunjukkan adanya aliran laminar dan
turbulen. Pada saat praktikum, alat peraga akibat gesekan dalam pipa telah
tersedia pada meja hidrolika dan pipa sudah tersambung pada manometer
masing-masing. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan membuka
katup pengatur aliran pada ujung pipa dan meja hidrolika, biarkan air
mengalir sampai seluruh udara terdesak keluar dari manometer, bila perlu
gunakan pompa. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan hasil pembacaan yang
lebih akurat. Setelah itu menutup kedua katup tersebut dan pada manometer
air raksa dan manometer air dalam keadaan seimbang dan berada di tengah
manometer. Kemudian katup aliran pada meja hidrolika dibuka dan pada
ujung pipa sedikit demi sedikit dan melihat beda tinggi pada manometer
kemudian dicatat. Setelah itu, menghitung debit aliran yang keluar pada ujung
pipa menggunakan gelas ukur dan stopwatch. Hal tersebut diulangi untuk
berbagai tekanan dan dicatat dalam lembar data.

8.6.2 Analisa Hasil


Pada praktikum ini didapatkan data-data awal berupa nilai
perbedaan ketinggian, volume, diameter, panjang pipa dan waktu.
Selanjutnya praktikan mencari nilai Kehilangan Energi (hf), Debit Aliran
(Q), Kecepatan Aliran (V), Faktor Gesekan (f) dan Bilangan Reynold
(Re). Bilangan Reynold (Re) ini berfungsi untuk mengetahui jenis aliran
yang yang keluar dari manometer air dan manometer air raksa. Pertama
praktikan mencari nilai Q atau debit aliran dengan menggunakan rumus

v
Q= yang mana didapatkan hasil untuk manometer air dan manometer air
t
raksa yaitu
Q (m³/s) manometer air Q (m³/s) manometer air raksa
9.95685E-07 8.85609E-06
1.66334E-06 1.10497E-05
2.14521E-06 1.49254E-05
2.56074E-06 1.85529E-05
3.29381E-06 2.09472E-05

Fungsi nilai Q ini untuk mengetahui nilai kecepatan aliran yang


dipergunakan dalam mencari nilai bilangan Reynolds. Kemudian praktikan
mencari nilai kecepatan aliran pada manometer air dan manometer air

Q
raksa dengan menggunakan rumus V = dengan nilai A (area) yaitu
A
0.000007065 m2, nilai A pada manometer air dan manometer air raksa
sama karena menggnakan jenis pipa dengan diameter dan panjang yang
sama. Praktikan juga mendapatkan nilai kecepatan rata-rata aliran dari
masing-masing manometer tersebut yaitu sebesar 0.301734831 untuk
manometer air dan 2.104210554 untuk manometer air raksa. Setelah
mendapatkan nilai kecepatan aliran, praktikan mencari nilai kehilangan
energy dengan menghitung selisih antara perbedaan ketinggian pada pipa 1
dan pipa 2 pada masing-masing percobaan baik dari percobaan manometer
air maupun air raksa. Sehingga didapatkan nilai H́f sebasar 0.0342 untuk
manometer air dan sebesar 0.0406 untuk manometer air raksa.
Langkah berikutnya, yaitu praktikan menghitung nilai f (faktor

2. D . g .hf
gesekan) dengan menggunakan rumus f = ,dari rumus tersebut
L.V2
nilai f dapat mempunyai nilai-nilai dari kecepatan aliran (V), kecepatan
gravitasi (g), selisih ketinggian (hf), diameter dalam pipa (D) dan panjang
anatr manometer. Berdasarkan hasil perhitungan sesuai dengan rumus
tersebut didapatkan nilai sebesar :
f manometer air f manometer air raksa
0.088904061 0.003144552
0.055218662 0.007486901
0.043412225 0.018913801
0.037635221 0.044648933
0.029246364 0.071404569

Nilai f yang didapatkan pada perhitungan data, pada setiap masing-


masing percobaan manometer air dan manometer air raksa memiliki nilai
yang berbeda, dengan kata lain bahwa semakin tingginya selisih
ketinggian (hf) dan kecepatan (V) semakin tinggi maka nilai f nya semakin
kecil, atau dengan kata lain hubungan antara selisih ketinggian (hf) dan
kecepatan (V) berbanding terbalik dengan nilai f. Besar atau kecilnya nilai
f juga dapat berpengaruh dari kekasaran permukaan benda, semakin kasar
permukaan benda semakin besar faktor gesekannya dan semakin luas
permukaan benda maka semakin besar faktor gesekannya. Nilai f juga
dapat mempengaruhi perhitungan yang menggunakan rumus Bernoulli.
Kemudian praktikan mencari nilai Bilangan Reynolds (Re),

V .D
bilangan didapat dengan menggunakan rumus ℜ= . Berdasarkan dari
v
pengolahan data didapatkan nilai dari masing-masing manometer sebesar :
Re manometer air Re manometer air raksa
505.73724 4498.262153
844.8582303 5612.472575
1089.616169 7581.026389
1300.671172 9423.539296
1673.019658 10639.67365
Hasil dari perhitungan bilangan Reynolds ini dapat disimpulkan
bahwa untuk Re manometer air kurang dari 2000. ( Re < 2000) sehingga
masuk dalam tipe aliran laminar atau seragam. Sedangkan untuk Re
manometer air raksa lebih dai 2000. (Re > 2000), masuk jenis tipe aliran
turbulen.
Dari pengolahan data, praktikan mendapatkan 6 grafik dengan
masing-masing manometer terdapat 3 grafik, yang pertama grafik
hubungan antara logaritma v2 dengan logaritma hf. Pada masing-masing
manometer baik air maupun air raksa yang mengikuti garis linear sehingga
dapat disimpulkan bahwa perbedaan setiap kecepatan signifikan terhadap
ditambahkan ketinggian. Didapatkan persamaan linear tiap manometer
yaitu y = 0.5379x - 0.9085 (manometer air) dan y = 0.785x - 1.9175
(manometer air raksa). Grafik kedua yaitu grafik hubungan antara
logaritma Re dan logaritma f. Pada grafik ini garis linear yang terbentuk
kearah bawah, dengan arti semakin besar nilai bilangan reynold maka
faktor gesekan semakin kecil.
Didapatkan persamaan y = -0.9241x + 1.4474 (manometer air) dan
y = 3.57x - 15.538 (manometer air raksa), persamaan kedua tersebut
dipergunakan untuk mencari nilai kecepatan kritikal. Diperoleh nilai
kecepatan kritikal pada kedua persamaan tersebut sebesar 1.677156859.
Grafik hubungan antara logaritma kecepatan dengan logaritma total head.
Pada grafik ketiga ini garis linear yang terbentuk kearah atas, dengan arti
semakin besar kecepatan aliran maka nilai total head juga semakin besar.
Kesalahan relatif pada manometer air sebesar 0.58 % dan 33%
kesalahan realtif pada manometer air raksa.

8.6.3 Analisa Kesalahan


Dalam setiap kegiatan praktikum tidak lepas dari kesalahan-
kesalahan yang terjadi ketika praktikum. Berikut adalah kesalahan-
kesalahan yang terjadi ketika praktikum H-08 ini:
1. Kesalahan pada saat pembacaan pada manometer yang saat itu dibaca
secara manual oleh pratikan.
2. Praktikan melakukan kesalahan dalam membaca volume air pada
volume meter.
3. Berdasarkan data yang telah diolah, praktikan mendapatkan kesalahan
relatif dalam manometer air raksa sebesar 33 %.

9. Aplikasi
Ketika air mengalir di dalam pipa, terjadi gesekan antara air dengan
dinding-dinding pipa. Pengaplikasikan gesekan aliran fluida dapat
dipergunakan dalam lifter. Lifter adalah salah satu komponen utama pada
system penggerak hidolik pendukung yang berfungsi membantu kinerja
lifting arm untuk mengangkat dan menurunkan alat pendukung dan
mengoperasikan komponen-komponen di dalamnya dan menggunakan
fluida oli sebagai medianya. Berdasarkan informasi dari mekanik di
lapangan, lifter pada unik farm tractor foton ft 824 sering mengalami
trouble (masalah). Sehingga dengan memanfaatkan gesekan aliran dapat
mengurangi masalah pada lifter farm tractor foton ft 824 (Setiawan, 2015).
Hal ini digunakan dalam desain sistem pipa air seperti sistem
perpipaan PDAM untuk mengetahui terjadinya kebocoran pada pipa atau
tidak, jaringan pasokan air, dan sistem irigasi.

10. Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Terjadinya perubahan tekanan akibat adanya gesekan pada pipa yang
disebabkan oleh kecepatan aliran rata-rata baik pada manometer air
ataupun manometer air raksa.
2. Jenis aliran pada manometer air yaitu aliran laminar (Re < 2000) dan
jenis aliran pada manometer air raksa yaitu turbulen ( Re > 2000).
3. Kesalahan relative untuk manometer air sebesar 0.58 % dan untuk
manometer air raksa sebesar 33%.

11. Daftar Pustaka


Sihombing, Risma. 2010. Aliran Fluida dalam Pipa. Palembang: Universitas
Sriwijaya.
Sumantri, Agus, dkk. 2012. Praktikum Dasar Teknik Kimia Aliran Fluida.
Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Welty,Jame R., dkk. 2006. Dasar-Dasar Fenomena Transport Edisi Keempat.
Jakarta: Erlangga.

12. Lampiran-lampiran

Anda mungkin juga menyukai