Kelompok III:
Gambar H.08.1
2. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminer ke
aliran turbulen. Ketika kecepatan aliran itu bertambah atau viskositasnya
berkurang (dapat disebabkan temperatur meningkat) maka gangguan-
gangguan akan terus teramati dan semakin membesar serta kuat yang
akhirnya suatu keadaan peralihan tercapai. Keadaan peralihan ini
tergantung pada viskositas fluida, kecepatan dan lain-lain yang
menyangkut geometri aliran dimana nilai bilangan Reynoldsnya antara
2000 sampai dengan 4000.
3. Aliran Turbulen
Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang dimana
pergerakan dari partikel-partikel fluida sangat tidak menentu karena
mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang
mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida ke bagian
fluida yang lain dalam skala yang besar di mana nilai bilangan
Reynoldsnya lebih besar dari 4000. Dalam keadaan aliran turbulen maka
turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata
diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian-kerugian aliran.
Gambar H.08.2
v12 hf
Sf
2g v22
P1 Sw 2g
P2
τ 0
Z1 W sin
Z2
W
Datum
Gambar H.08.3
16. v 16 D .V
f= = → ℜ=
D. V ℜ v ( )
ℜ=bilangan Reynold
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat
membedakan suatu aliran dinamakan laminer, trasnsisi atau turbulen.
Osborn Reynolds telah mempelajari untuk mencoba menentukan bila dua
situasi aliran yang berbeda akan serupa secara dinamik bila memenuhi:
1. Kedua aliran tersebut serupa secara geometrik, yakni ukuran-ukuran
linear yang bersesuaian mempunyai perbandingan yang konstan.
2. Garis-garis aliran yang bersesuaian adalah serupa secara geometrik,
atau tekanan-tekanan dititik-titik yang bersesuaian mempunyai
perbandingan konstan.
Dalam menyimak dua situasi aliran yang serupa secara geometrik,
Reynolds menyimpulkan bahwa aliran-aliran tersebut akan serupa secara
dinamik jika persamaan-persamaan diferensial umum yang
menggambarkan aliran-aliran tersebut identik.
Pada fluida air suatu aliran diasumsikan laminer bila aliran tersebut
mempunyai bilangan Reynolds (Re) kurang dari 2000, untuk aliran transisi
berada pada bilangan Reynolds (Re) 2000-4000. Sedangkan untuk aliran
turbulen mempunyai bilangan Reynold (Re) lebih dari 4000.
Menurut Wibishana (2009) bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya
inersia terhadap viskos yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya
tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk
mengidentifikasikan jenis aliran yang berbeda. Rumus bilangan Reynolds
umumnya diberikan sebagai berikut:
V x d pipa x p air
ℜ=
μ
dimana:
vs= Kecepatan fluida
L = Panjang karakteristik
µ = Viskositas absolut fluida dinamis
v = Viskositas kinematic fluida: v = µ/ρ
ρ = Kerapatan (densitas) fluida
Menurut Reynolds, ada tiga faktor yang mempengaruhi keadaan
aliran yaitu:
1. kekentalan zat cair,
2. rapat massa zat cair
3. diameter pipa.
Gambar H.08.2
Keterangan Gambar :
1. Pipa aliran masuk 8. Pengatur tekanan
2. Pipa masuk tangki 9. Katup pengatur aliran
3. Pipa pengalir keluar tangki 10. Kaki penyangga
4. Pengatur tekanan 11. Tangki
5. Pipa uji (∅ 5 mm) 12. Katup keluar/masuk udara
6. Manometer air 13. Pompa tangan
7. Manometer air raksa 14. Pipa pelimpas
g=9.81 m/ s2
V
ol
u
Diameter Panjang Viskositas
No. m Waktu (s) Area (m2)
(m) (m) (m²/s)
e
(m
³)
1 0.003 0.5 0. 30.13 0.000000836 0.000007065
00
00
3
0.
00
2 0.003 0.5 30.06 0.000000836 0.000007065
00
5
0.
00
3 0.003 0.5 30.3 0.000000836 0.000007065
00
65
4 0.003 0.5 0.000078 30.46 0.000000836 0.000007065
5 0.003 0.5 0.0001 30.36 0.000000836 0.000007065
-1
-1.2
f(x) = 0.54 x − 0.91 -1.4
R² = 1
-1.6
-1.8
-2
Log V²
-1
-1.2 f(x) = − 0.92 x + 1.45
R² = 1
-1.4
-1.6
-1.8
Log Re
-1
-1.2
f(x) = 1.08 x − 0.91 -1.4
R² = 1 -1.6
-1.8
-2
Log V
-1
-1.2
f(x) = 0.79 x − 1.92
-1.4 R² = 0.99
-1.6
-1.8
-2
Log V²
-1.5 R² = 1
-2
-2.5
-3
Log Re
-1
-1.2
f(x) = 1.57 x − 1.92
-1.4 R² = 0.99
-1.6
-1.8
-2
Log V
ℜ=103.77948866
¿ 6018.505476
ℜxv
Vcritacal=
D
6018.505476 x 0.000000836
¿
0. 003
¿ 1.67715685 9
y=1.0759 x−0.9085
log hf praktikum=a log v +b
hf praktikum=10−0.9085 . 0.3017348311.0759
¿ 0.0340
8.6 Analisa
8.6.1 Analisa Percobaan
Percobaan kali ini merupakan percobaan H-08 dengan judul
‘Gesekan Dalam Pipa’ dengan memiliki dua tujuan yaitu menyelidiki
perubahan tekanan akibat adanya gesekan dalam pipa bundar dengan
kecepatan aliran rata-rata dan menunjukkan adanya aliran laminar dan
turbulen. Pada saat praktikum, alat peraga akibat gesekan dalam pipa telah
tersedia pada meja hidrolika dan pipa sudah tersambung pada manometer
masing-masing. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan membuka
katup pengatur aliran pada ujung pipa dan meja hidrolika, biarkan air
mengalir sampai seluruh udara terdesak keluar dari manometer, bila perlu
gunakan pompa. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan hasil pembacaan yang
lebih akurat. Setelah itu menutup kedua katup tersebut dan pada manometer
air raksa dan manometer air dalam keadaan seimbang dan berada di tengah
manometer. Kemudian katup aliran pada meja hidrolika dibuka dan pada
ujung pipa sedikit demi sedikit dan melihat beda tinggi pada manometer
kemudian dicatat. Setelah itu, menghitung debit aliran yang keluar pada ujung
pipa menggunakan gelas ukur dan stopwatch. Hal tersebut diulangi untuk
berbagai tekanan dan dicatat dalam lembar data.
v
Q= yang mana didapatkan hasil untuk manometer air dan manometer air
t
raksa yaitu
Q (m³/s) manometer air Q (m³/s) manometer air raksa
9.95685E-07 8.85609E-06
1.66334E-06 1.10497E-05
2.14521E-06 1.49254E-05
2.56074E-06 1.85529E-05
3.29381E-06 2.09472E-05
Q
raksa dengan menggunakan rumus V = dengan nilai A (area) yaitu
A
0.000007065 m2, nilai A pada manometer air dan manometer air raksa
sama karena menggnakan jenis pipa dengan diameter dan panjang yang
sama. Praktikan juga mendapatkan nilai kecepatan rata-rata aliran dari
masing-masing manometer tersebut yaitu sebesar 0.301734831 untuk
manometer air dan 2.104210554 untuk manometer air raksa. Setelah
mendapatkan nilai kecepatan aliran, praktikan mencari nilai kehilangan
energy dengan menghitung selisih antara perbedaan ketinggian pada pipa 1
dan pipa 2 pada masing-masing percobaan baik dari percobaan manometer
air maupun air raksa. Sehingga didapatkan nilai H́f sebasar 0.0342 untuk
manometer air dan sebesar 0.0406 untuk manometer air raksa.
Langkah berikutnya, yaitu praktikan menghitung nilai f (faktor
2. D . g .hf
gesekan) dengan menggunakan rumus f = ,dari rumus tersebut
L.V2
nilai f dapat mempunyai nilai-nilai dari kecepatan aliran (V), kecepatan
gravitasi (g), selisih ketinggian (hf), diameter dalam pipa (D) dan panjang
anatr manometer. Berdasarkan hasil perhitungan sesuai dengan rumus
tersebut didapatkan nilai sebesar :
f manometer air f manometer air raksa
0.088904061 0.003144552
0.055218662 0.007486901
0.043412225 0.018913801
0.037635221 0.044648933
0.029246364 0.071404569
V .D
bilangan didapat dengan menggunakan rumus ℜ= . Berdasarkan dari
v
pengolahan data didapatkan nilai dari masing-masing manometer sebesar :
Re manometer air Re manometer air raksa
505.73724 4498.262153
844.8582303 5612.472575
1089.616169 7581.026389
1300.671172 9423.539296
1673.019658 10639.67365
Hasil dari perhitungan bilangan Reynolds ini dapat disimpulkan
bahwa untuk Re manometer air kurang dari 2000. ( Re < 2000) sehingga
masuk dalam tipe aliran laminar atau seragam. Sedangkan untuk Re
manometer air raksa lebih dai 2000. (Re > 2000), masuk jenis tipe aliran
turbulen.
Dari pengolahan data, praktikan mendapatkan 6 grafik dengan
masing-masing manometer terdapat 3 grafik, yang pertama grafik
hubungan antara logaritma v2 dengan logaritma hf. Pada masing-masing
manometer baik air maupun air raksa yang mengikuti garis linear sehingga
dapat disimpulkan bahwa perbedaan setiap kecepatan signifikan terhadap
ditambahkan ketinggian. Didapatkan persamaan linear tiap manometer
yaitu y = 0.5379x - 0.9085 (manometer air) dan y = 0.785x - 1.9175
(manometer air raksa). Grafik kedua yaitu grafik hubungan antara
logaritma Re dan logaritma f. Pada grafik ini garis linear yang terbentuk
kearah bawah, dengan arti semakin besar nilai bilangan reynold maka
faktor gesekan semakin kecil.
Didapatkan persamaan y = -0.9241x + 1.4474 (manometer air) dan
y = 3.57x - 15.538 (manometer air raksa), persamaan kedua tersebut
dipergunakan untuk mencari nilai kecepatan kritikal. Diperoleh nilai
kecepatan kritikal pada kedua persamaan tersebut sebesar 1.677156859.
Grafik hubungan antara logaritma kecepatan dengan logaritma total head.
Pada grafik ketiga ini garis linear yang terbentuk kearah atas, dengan arti
semakin besar kecepatan aliran maka nilai total head juga semakin besar.
Kesalahan relatif pada manometer air sebesar 0.58 % dan 33%
kesalahan realtif pada manometer air raksa.
9. Aplikasi
Ketika air mengalir di dalam pipa, terjadi gesekan antara air dengan
dinding-dinding pipa. Pengaplikasikan gesekan aliran fluida dapat
dipergunakan dalam lifter. Lifter adalah salah satu komponen utama pada
system penggerak hidolik pendukung yang berfungsi membantu kinerja
lifting arm untuk mengangkat dan menurunkan alat pendukung dan
mengoperasikan komponen-komponen di dalamnya dan menggunakan
fluida oli sebagai medianya. Berdasarkan informasi dari mekanik di
lapangan, lifter pada unik farm tractor foton ft 824 sering mengalami
trouble (masalah). Sehingga dengan memanfaatkan gesekan aliran dapat
mengurangi masalah pada lifter farm tractor foton ft 824 (Setiawan, 2015).
Hal ini digunakan dalam desain sistem pipa air seperti sistem
perpipaan PDAM untuk mengetahui terjadinya kebocoran pada pipa atau
tidak, jaringan pasokan air, dan sistem irigasi.
10. Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Terjadinya perubahan tekanan akibat adanya gesekan pada pipa yang
disebabkan oleh kecepatan aliran rata-rata baik pada manometer air
ataupun manometer air raksa.
2. Jenis aliran pada manometer air yaitu aliran laminar (Re < 2000) dan
jenis aliran pada manometer air raksa yaitu turbulen ( Re > 2000).
3. Kesalahan relative untuk manometer air sebesar 0.58 % dan untuk
manometer air raksa sebesar 33%.
12. Lampiran-lampiran