Anda di halaman 1dari 7

Dasar Teori

Fluida merupakan zat cair yang memiliki bentuk beragam dan memiliki
perilaku tertentu. Fluida dapat mengalir di dalam pipa atau saluran dengan dua
cara. Pertama, pada pipa atau saluran dengan laju aliran rendah terjadi penurunan
tekanan dalam fluida, bertambah secara langsung menurut kecepatan fluidanya.
Kedua, pada laju aliran tinggi adanya pertambahan jauh lebih besar atau lebih
cepat lagi, yaitu berkisar pangkat dua dari kecepatan. Perbedaan antara kedua
jenis aliran pertama kali ditunjukkan dalam percobaan oleh Osborne Reynolds
(1883). Dimana dalam percobaan tersebut, sebuah gelas dibenamkan dalam tangki
gelas silinder yang berisi air. Aliran awal yang stabil kemudian dilakukan
beberapa kondisi di dalam tabung itu dengan membuka salah satu katup. Pintu
masuk ke dalam tabung dilebarkan dan disediakan fasilitas untuk measukkan satu
filamen air berwarna dari suatu bejana yang ditempatkan di atas, ke dalam arus
pada lubang masuk tabung (Mc Cabe dkk., 1993).
Reynolds menemukan bahwa pada laju alir rendah berwarna tersebut
mengalir tanpa gangguan serta bersamaan dengan aliran utama dan tidak terlihat
adanya campuran yang menyilang. Perlakuan ini dapat menunjukkan bahwa air
mengalir menurut garis lurus yang sejajar dan aliran tersebut bersifat laminar. Bila
laju alir ditingkatkan maka dicapai suatu kecepatan yang disebut kecepatan kritis
dimana benang warna menjadi gelombang dan berangsur menghilang karena
tersebar ke seluruh penampang air. Perilaku ini menunjukkan bahwa aliran air
tidak lagi laminar tetapi bergerak kemana-mana dalam bentuk aliransilang dengan
pusaran yang dinamakan aliran turbulen (Mc Cabe dkk., 1993).
Reynolds mempelajari kondisi pada dua aliran dimana kecepatan kritis
tergantung pada diameter tube, kecepatan fluida, densitas dan viskositas.
Selanjutnya Reynolds menunjukkan kombinasi keempat faktor tersebut sebagai
berikut:
D× V × ρ
NRe = .......(5.1)
μ
Dimana : NRe = Bilangan Reynolds

D = Inside diameter pipa (m)

V = Kecepatan rata-rata liquid (volume rata-rata aliran per suctional


area dari pipa) (m/s)

ρ = Densitas (kg/m3)
μ = Viskositas (Pa.s)

Fungsi-fungsi ini dikenal sebagai Reynolds Number yang tidak berdimensi untuk
pipa lurus sirkular, saat Reynolds Number kurang dari 2000, aliran akan selalu
viskos. Namun ketika Reynolds Number lebih dari 4000, aliran akan menjadi
turbulen kecuali dalam keadaan yang sangat khusus. Daerah antara nilai ini
mungkin laminar atau turbulen (Mc Cabe dkk., 1993).
Reynold menyatakan formasi olakan dimulai di tengah tube untuk
membentuk inti dari aktivitas olakan. Kesimpulan yang didapat ditunjukkan dari
eksperimen Reynold adalah (Foust, 1991) :
1. Di atas kecepatan tertentu luas permukaan dari olakan menyeberang aliran
dengan gerakan alat.
2. Pergerakan atau olakan terjadi lebih besar di tengah tube.

3. Kenaikan kecepatan memperluas inti turbulen sampai tube dipenuhi aktivitas


olakan.
Aliran dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, aliran incompressible
dan aliran compressible. Umumnya, cairan termasuk dalam kategori
incompressible sedangkan gas termasuk compressible. Fluida ideal dapat ditandai
sebagai fluida nonviskos dari incoduting. Aliran fluida incompressible
diklasifikasikan oleh rasio gaya inersia terhadap gaya viskos. Rasio ini
ditunjukkan oleh bilangan Reynold (NRe). Pada bilangan Reynold yang rendah
aliran disebut aliran laminar, sedangkan pada ilangan Reynold yang tinggi aliran
disebut aliran turbulen (Perry, 1997).
Perilaku zat cair yang mengalir sangat bergantung pada kenyataan apakah
fluida itu berada di bawah pengaruh bidang batas padat atu tidak. Di bawah
apabila ada pengaruh banding, tegangan geser mungkin mendekati perilaku fluida
ideal yang tidak mampu mampat dan memiliki viskositas nol. Di dalam arus batas
padat terdapat empat efek yang sangat penting, yaitu (Mc Cabe dkk., 1993) :
1. Gabungan antara medan gradien kecepatan dengan medan tegangan geser.

2. Terbentuknya turbulen.

3. Terbentuknya dan berkembangnya lapisan atas.

4. Pemisahan lapisan batas kontak dengan batas padat.

Kecepatan linear sejumlah fluida yang mengalir melalui sebuah pipa tidak
terbatas. Pada aliran turbulen, kecepatannya linear tetapi berbandinglurus dengan
berbagai diameter pipa. Pada aliran turbulen, kecepatannya tidak linear dan
konstan setiap diameter pada pipa. Artinya kecepatannya ditentukan oleh volume
fluida yang mengalir memberikan poin atau yang dilepaskan sistem alir per detik
oleh luas penampang pipa. Di dalam aliran laminar, cairan bergerak memberikan
pengaruh atas fluida yang mengalir ditentukan oleh besarnya sifat cairan terutama
viskositas cairan (Brown, 1956).
Pada aliran laminar, fluida berlaku sebagai lapisan konsentrasi yang
mengalir dengan kecepatan maksimum. Pada bagian dinding pipa dengan
parabola. Jika warna diinjeksikan pada laju aliran rendah, zat warna mengalir
tanpa adanya gangguan bersama laju aliran umum dan tidak terlihat adanya difusi
molekular.

Gambar 5.1 Pola Aliran Laminar

Pada aliran pipa yang turbulen, zat warna yang diinjeksi akan tercampur secara
cepat karena pergerakan lateral di dalam aliran dan perilaku zat warna terlihat
tidak beraturan akibat ketidakseimbangannya. Gambar 5.1 mewakili daerah
laminar untuk bilangan Reynold di bawah 2000. Pada permukaan pipa cairan
mengalir secara efektif mengenai dinding pipa dan kekerasan pipa hanya
memcerikan pengaruh atas fluida yang mengalir yang ditentukan oleh besarnya
sifat cairan terutama viskositas (Mc Cabe dkk., 1999).

terutama viskositas (Mc Cabe dkk., 1999).

Gambar 5.2 Pola Aliran Turbulen

Keadaan aliran laminar dan turbulen secara sederhana divisualisasikan


oleh eksperimen yang ditunjukkan oleh gambar berikut (Geankoplis, 1997) :

Gambar 5.3 Eksperimen Reynold untuk Membedakan Jenis Aliran (a) Laminar
dan (b) Turbulen

Profil-profil kecepatan dan mekanisme transfer momentum untuk daerah


aliran laminar dan turbulen cukup berbeda. Aliran laminar juga terlihat mengalami
transisi ke arah turbulen pada bilangan Reynolds tertentu. Sejauh ini peristiwa
untuk aliran transisi telah dinyatakan lewat bilangan Reynolds saja, sementara
berbagai faktor selain Re sebenarnya mempengaruhi tansisi. Bagaimanapun juga,
bilangan Reynolds tetap menjadi parameter utama untuk memprediksi transisi.
Tabel 5.1 menunjukkan pengaruh beberapa faktor tersebut pada bilangan
Reynolds transisi (Welty dkk., 2004) :

Tabel 5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bilangan Reynolds pada Transisi


dari Aliran Laminar sampai Turbulen
Faktor Pengaruh
Gradien tekanan Gradien tekanan yang diharapkan akan

memperlambat transisi
Turbulensi arus-bebas Turbulensi arus-bebas menurunkan bilangan

Reynolds transisi
Kekasaran Menurunkan transisi dalam aliran eksternal
Hisapan (suction) Hisapan banyak menaikkan Re transisi
Kelengkungan dinding Konveks menaikkan Re, konkaf menurunkan

Re
Temperatur dinding Dinding dingin menaikkan Re transisi, dinding
panas menurunkan Re transisi

Keadaan laminar dan turbulen secara sederhana dapat divisualisasikan oleh


eksperimen Reynolds untuk membedakan jenis aliranlaminar dan turbulen. Air
dibiarkan mengalir steady state melalui pipa transparan dengan kecepatan alir
yang dikontrol oleh sebuah kran di ujung pipa. Aliran zat warna yang perlu
diamati pada kecepatan rendah, aliran zat warna teratur dan terbentuk garis lurus
yang dihasilkan. Tipe aliran ini disebut aliran laminar. Adanya peningkatan
kecepatan, pada kecepatan tertentu menimbulkan benang atau garis zat menjadi
terdispersi dan sangat kacau. Tipe aliran ini dikenal sebagai aliran turbulen.
Kecepatan dimana aliran ini berubah disebut kecepatan kritis (Geankoplis, 1997).
DAFTAR PUSTAKA

Brown, G. G. (1956) : Unit Operations. John Wiley and Sons, Inc. New York.

Foust, A. S. dan L. A. Warzel. (1991) : Principle of Unit Operation. John Wiley and
Sons, Inc. New York.

Geankoplis, C. J. (1997) : Transport Processes and Unit Operations 3rd Edition.

Prentice-Hall International, Inc. New York.

Geankoplis, C. J. (2003) : Transport Processes and Unit Operations 4rd Edition.

Prentice-Hall International, Inc. New Jersey.

Mc Cabe, W. L., Smith J. C., dan Harriot P. (1986) : Unit Operation of Chemical
Engineering 4th Edition. Mc Graw Hill. New York.

Mc Cabe, W. L., Smith J. C., dan Harriot P. (1993) : Unit Operation of Chemical
Engineering 5th Edition. Mc Graw Hill. New York.

Perry, R. H. (1997) : Perry’s Chemical Engineering Handbook 7th Edition. Mc Graw Hill
International, Inc. New York.

Welty, J. R., dkk. (2004) : Dasar-dasar Fenomena Transport Volume 1 Edisi Keempat.
Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai