Disusun Oleh :
Fakultas Teknik
2021
MODUL PRAKTIKUM : Pemeriksaan Berat Jenis Semen ASTM C - 188
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui berat jenis semen Portland. Berat jenis semen adalah
perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu kamar dengan berat air
suling pada suhu 25oC yang isinya sama dengan semen.
2. Untuk keperluan perhitungan dalam penggunaan semen sebagai campuran
bahan beton.
1.2 Dasar Teori
Semen adalah bahan perekat kimia yang memberikan perkerasan terhadap
material campuran lainnya menjadi suatu bentuk yang kaku dan tahan lama.
Semen Portland merupakan bahan pengikat hidrolisis hasil penggilingan
bersama sama yang dibentuk dari batu kapur berkadar kalsium tinggi yang
diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa
digunakan sebagai perekat untuk memplester. Dengan menetapkan batas-batas
tertentu pada kombinasi kimianya,
Ada kemungkinan untuk mengubah sifat-sifat semen Portland, sehingga
menjadi lebih cocok bagi penggunaannya dalam keadaan-keadaan khusus.
Berdasarkan persentase kandungannya, semen ini terdiri atas lima tipe. sesuai
dengan klasifikasi yang ditentukan oleh ASTM
Tipe 2, semen jenis umum dengan perubahan-perubahan, yaitu jenis semen yang
tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Semen jenis ini dibuat mencegah
terjadinya retakan pada bangunan akibat pendinginan beton. Semen ini
digunakan untuk bangunan yang menggunakan pembetonan secara masal,
seperti dam, panas hidrasi tertahan dalam bangunan untuk jangka waktu
lama
a. Proses Basah
Dalam proses basah, raw material dihancurkan kemudian digiling dalam
raw mill sambil diiringi penambahan air sehingga kadar airnya menjadi
25-40% dari total material. Selama penggilingan berlangsung, bahan
baku yang telah berbentuk slurry dicampur hingga dicapai komposisi
yang memenuhi pabrik. Setelah itu, slurry tersebut dimasukkan ke dalam
silo untuk kemudian dibakar. Adapun keuntungan dari proses basah
adalah sebagai berikut :
Pencampuran dari komposisi slurry lebih mudah karena berupa
luluhan.
Kadar alkali tidak menimbulkan gangguan penyempitan dalam
saluran
Debu yang dihasilkan relatif sedikit.
Deposit yang tidak homogen tidak berpengaruh karena mudah
mencampur dan mengkoreksinya.
Sedangkan kerugiannya
Konsumsi bahan bakar lebih banyak.
Kiln yang dipakai lebih panjang.
Kapasitas rendah.
Memerlukan air proses dalam jumlah besar.
d. Proses Kering
Pada proses kering, bahan baku dipecah dan digiling sampai kadar air
maksimal 1%. Bahan baku yang telah digiling, dicampur dalam blending
silo untuk mendapatkan campuran yang homogen dengan menggunakan
udara tekan. Tepung baku yang telah homogen ini diumpankan ke kiln
selanjutnya didinginkan dan dicampur dengan gypsum dengan kadar
gypsum sebanyak 4% untuk kemudian digiling dalam finish mill hingga
menjadi semen. Keuntungan dari proses kering:
Kiln yang digunakan relatif pendek.
Heat comsumption rendah sehingga bahan bakar yang digunakan
relatif lebih sedikit.
Kapasitas produksi besar.
Biaya operasi rendah.
3. Pengepakan (packing)
Dalam proses atau teknologi pembuatan semen Portland dibedakan menjadi
Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering pada suhu
kamar dan berat isi kering air suling pada suhu 4oC, yang isinya sama dengan isi
semen. Pengujian berat jenis semen dilakukan untuk pencampuran beton metode
ACI.
Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3,15. Pada
kenyataannya, berat jenis semen yang diproduksi berkisar antara 3,05 sampai
3,25. Berat jenis semen Portland komposit tidak sama dengan berat jenis semen
Portland biasa. Apabila semen Portland memiliki berat jenis kisaran 3,0-3,2
maka semen Portland komposit memiliki berat jenis kurang dari 3,00. Variasi ini
akan berpengaruh pada proporsi campuran semen dalam campuran. dan apabila
pada percobaan tidak di peroleh hasil demikian maka pembakarannya tidak
sempurna. Pengujian berat jenis dapat dilakukan dengan menggunakan Le
Chatelier Flask menurut standar ASTM C-188. Dalam praktikum pemeriksaan
berat jenis semen ASTM C – 188 menggunaka alat BotolLe Chatelier sebagai
alat utama dalam menentukan BJ semen dengan kapasitas 24 ml
Bila semen berada dibawah standar artinya semen:
1.Telah mengalami pelepasan panas.
2.Semen terlalu lama disimpan.
3.Bahwa ukuran semen telah mengalami perubahan berat jenis semen diuji
dengancara yang sama.
Untuk mengetahui berat jenis semen maka digunakan rumus sebagai berikut.
w
BJ= xd
(V 2−V 1)
BJ = Berat jenis semen Portland (gram/ml) W Berat semen Portland (gram)
VI= Volume awal (ml)
V2 Volume akhir (ml)
d =Massa jenis air pada suhu ruang yang tetap 4°C (1 gram/ml)
1.3 Alat dan Bahan
1. Alat:
Sumber: (imimg.com)
2 Thermometer 34oc
Sumber: (alicdn.com)
3 Timbangan dengan
kekelitian 1,0
gram
Sumber: (indodacin.com)
HASIL PERCOBAAN
Berat jenis didapatkan dari 2 kali percobaan dengan berat isi semen yang sama
yaitu 64gram namun volume zat cair yang berbeda.
III.2 Perhitungan
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 1
w
BJ= xd
(V 2−V 1)
64
BJ= x1
(20,6)−(0,4)
BJ = 3,168 g/cm³
Percobaan 2
w
BJ= xd
(V 2−V 1)
64
BJ= x1
(21)−( 0,9)
BJ = 3,184 g/cm³
ASTM C-188
Untuk = Praktikum
Deskripsi Unit I II
Berat Semen gram 64 64
Pembacaan skala awal (V1) cm³ 0,4 0,9
Pembacaan skala akhir (cairan+ cm³ 20,6 21
benda uji) setelah diputar (V2)
Volume benda uji (V2-V1) cm³ 20,2 20,1
Berat Jenis Semen
g/cm³ 3,168 3,184
w
BJ= xd
(V 2−V 1)
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Hasil dari pengujian ini didapatkan berat jenis semennya yaitu 3,176 g/cm³.
Berdasarkan data hasil pengujian beton yang telah diberikan, berat jenis semen yang
diuji memenuhi syarat ASTM yaitu 3,15 dan memenuhi syarat berat jenis semen
Portland yang dijual secara umum yaitu 3,00 – 3,20 g/cm³.
IV.2 Saran
1. Dalam menggunakan alat praktikum harus berhati – hati karena alat mudah rusak.
2. Dalam melaksanakan praktikum harus lebih teliti (contohnya untuk menimbang
dan saat memasukan semen kedalam botol) agar memperoleh hasil yang
maksimal.
3. Pada saat memutar botol dengan posisi miring harus secara perlahan-lahan agar
gelembung udara tidak timbul lagi.
Lampiran
Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/doc/117086512/PENGUJIAN-BERAT-JENIS-SEMEN-
PORTLAND
https://sobat-sipil.blogspot.com/2017/02/pengujian-berat-jenis-semen-secara_4.html
https://fadhilsii03.blogspot.com/2017/06/pengujian-berat-jenis-semen-portland.html
https://kelompokapti2uty.blogspot.com/2016/04/makalah-semen.html
https://www.tekniksipil.org/2020/05/penentuan-berat-jenis-semen.html
https://ariefrvi.blogspot.com/2013/07/makalah-tentang-semen-portland.html
MODUL PRAKTIKUM : Pengujian Konsistensi Normal ASTM C-187
PENYUSUN MODUL : Tito Widhi Satria & Dwi Harti Indah Seh
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
Dalam kondisi false set perlu dihindari, yaitu dimana semen mengeras secara
cepat dalam beberapa menit setelah ditambahkan air. Beberapa penyebab dari false
set adalah berasal dari dehidrasi dari gypsum ketika diberikan pada clinker yang
temperaturnya terlalu tinggi, maka senyawa akan terbentuk dan ketika semen
ditambahkan air, maka ketika hidrasi berlangsung, gypsum mendominasi reaksi
yang mengakibatkan pada pengerasan semen.Tingkat semen tergantung pada
kehalusan semen dan untuk peningkatan kekuatan yang cepat, permukaan semen
yang halus sangat diperlukan. Jumlah air yang dibutuhkan juga dari pasta yang
terkonsistensi adalah lebih banyak pada semen yang permukaannya halus. Namun
sebaliknya, semakin halus semen, semakin meningkatnya kekuatan tekan pada
campuran beton.
Metode ini menentukan tingkat perkembangan cepat kaku dari pasta semen
untuk menghasilkan konsistensi yang sama yang dapat menghasilkan kuat tekan
sedikit lebih rendah dan memperbesar penyusutan. Pengikatan cepat akan
mengakibatkan kesulitan dalam penanganan dan pengecoran beton yang biasannya
menyebabkan semen gagal memenuhi persyaratan waktu pengikatan. Konsistensi
normal pasta semen didapatkan ketika jarum alat vicat berdiameter 10 mm terjadi
penurunan 10 mm di bawah permukaan asli pasta pada waktu ke 30 detik setelah
jarum dilepaskan. Dari data yang diperoleh, buat grafik persentase air yang
diperlukan sebagai absis dan penurunan jarum sebagai ordinat. Berdasarkan grafik
dapat diketahui jumlah air untuk mencapai konsistensi normal. Konsistensi normal
berkisar 22% – 28% untuk semen portland yang diperdagangkan.
A. Alat
B. Bahan
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
2.1 Langkah Kerja
a. Persiapan pasta.
1. Pasangan daun pengaduk serta mangkuk yang kering pada mesin pengaduk.
2. Masukan bahan untuk percobaan dalam mangkuk dengan cara sebagai berikut :
- Tuangkan air + 125-155 cc.
- Masukkan 500gram semen kedalam air dan biarkan untu penyerapan selama
30 detik
3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (140+ 5) putaran permenit
selama 30 detik.
4. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik. Selama waktu itu kumpulkan pasta
semen dari dinding mangkuk.
5. Jalankan mesin aduk dengan kecepatan sedang (285+10) putaran permenit dan
aduk selama 1 menit.
- Grafik
Konsistensi Normal
12
10
0
23% 24% 25% 26% 27% 28% 29% 30% 31% 32%
Column2
3.2 Perhitungan
Berat
Σ Konsistensi= x 100 %
Berat benda uji
125
Konsistensi pengujuan 1= x 100 %=25 %
500
130
Konsistensi pengujuan 2= x 100 %=26 %
500
135
Konsistensi pengujuan 3= x 100 %=27 %
500
140
Konsistensi pengujuan 1= x 100 %=28 %
500
Penurunan jarum tiap 30 detik (mm) nilai ukuran dari alat:
Pengujian 1 = 3 mm
Pengujian 2 = 5 mm
Pengujian 3 = 7 mm
Pengujian 4 = 10 mm
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian telah didapatkan bahwa :
- Pengujian pertama menghasilkan konsistensi sebesar 25%,
- Pengujian kedua menghasilkan konsistensi sebesar 26%,
- Pengujian ketiga menghasilkan konsistensi sebesar 27%,
- Pengujian ketiga menghasilkan konsistensi sebesar 28%,
Sehingga berdasarkan grafik konsistensi-penetrasi jarum vicat diperoleh konsistensi
rata-rata sebesar 26,5%. didapat bahwa dengan adanya berat semen dalam jumlah yang
sama yaitu 500 gram, dengan volume air yang berbeda dengan interval 5ml dan
pembacaan waktu 30 detik yang mengalami penurunan (mm) yang berbeda-beda.
Sehingga table grafiknya menjadi seperti yang ada di gambar diatas. Oleh karena itu
konsistensi normal semen ASTM C – 187 mengalami penurunan dengan adanya faktor-
faktor tertentu atau terjadinya kesalahan pada praktikum, sehingga mengalami
penurunan seperti data diatas.
IV.2 Saran
1. Penggunaan alat diharuskan kehati-hatian, karenakan alat yang digunakan mudah
rusak dan tingkat keakuratan yang tidak stabil
2. Kalibrasi ulang alat-alat yang digunakan dalam praktikum sangat membantu
praktikan dalam mendapatkan pengukuran yang maksimum.
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
ASTM C-191
Untuk = Praktikum
Penyusun modul = Tito Widhi Satria & Dwi Harti Indah Seh
DAFTAR PUSTAKA
- http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123688-R010824-Studi%20perilaku-
Literatur.pdf
- Pedoman Praktikum Beton ITI, Dr. Sc-ing. Ir. Riana Herlina Lumingkewas, MT
- https://id.scribd.com/doc/312963762/Pengujian-Konsistensi-Semen
MODUL PRAKTIKUM : Waktu Ikat Awal Semen
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
- Waktu Pengikatan
Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras, terhitung mulai
bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta semen cukup kaku untuk
menahan tekanan. Pengujian waktu ikat bertujuan untuk menentukan jumlah air
yang dibutuhkan untuk menghasilkan pasta dengan konsistensi normal. Waktu ikat
semen dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Waktu ikat awal (initial setting time) yaitu waktu dari pencampuran semen
dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat plastis. Waktu ikat awal
sangat penting untuk kontrol pekerjaan beton.
b. Waktu ikat akhir (final setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta semen
hingga beton mengeras.
1. Alat
2. Bahan
1. Semen Portland -
2. Air Bersih Temperatur kamar
BAB II
PELAKSAAN PERCOBAAN
2.1 Langkah Kerja
HASIL PERCOBAAN
N Berat Semen (gram) Volume air (cc) Waktu pembacaan (menit) Penurunan (mm)
o
1 500 140 30 39
2 500 140 45 38
3 500 140 60 37
4 500 140 75 37
5 500 140 90 20
40
35
30
25
20
15
10
0
30 45 60 75 90
III.2 Perhitungan
Untuk mendapat waktu pengikatan untuk ketika terjadi penurunan sebesar 25 mm dapat
dilakukan dengan cara interpolasi.
No Laporan : 3
Jenis Semen : Portland
Merk Semen : Tigaroda
Tgl Pengujian : 08 Oktober 2021
Penyusun Modul :
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
ASTM C-191
Untuk = Praktikum
N Berat Semen (gram) Volume air (cc) Waktu pembacaan (menit) Penurunan (mm)
o
1 500 140 30 39
2 500 140 45 38
3 500 140 60 37
4 500 140 75 37
5 500 140 90 20
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian, setelah melakukan 5 pengujian didapatkan bahwa waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai penetrasi 25 mm yaitu 85,588 menit. Sehingga campuran
semen tersebut telah mencapai waktu pengikatan dalam waktu 85,588 menit.
IV.2 Saran
- https://media.neliti.com/media/publications/189953-ID-kuat-tekan-beton-dan-waktu-ikat-
semen-po.pdf
- http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia/article/viewFile/557/475
- https://id.scribd.com/document/335390344/Waktu-Pengikatan-Semen
- Buku Panduan Pemerksaan Bahan Beton