Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Disusun Oleh :

1. Tito Widhi Satria (1212000008)

2. Rafi Nabhan Purnama (1212000012)

3. Dwi Harti Indah Seh (1212000032)

4. Billal Abdillah (1212000014)

5. Muhammad Harizal (1211700031)

Fakultas Teknik

Program Studi Teknik Sipil

Institut Teknologi Indonesia

2021
MODUL PRAKTIKUM : Pemeriksaan Berat Jenis Semen ASTM C - 188

TANGGAL PRAKTIKUM : 7 Oktober 2021

PENYUSUN MODUL : Rafi Nabhan Purnama

ASISTEN PJ : Ranis Puji Yuliadi

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui berat jenis semen Portland. Berat jenis semen adalah
perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu kamar dengan berat air
suling pada suhu 25oC yang isinya sama dengan semen.
2. Untuk keperluan perhitungan dalam penggunaan semen sebagai campuran
bahan beton.
1.2 Dasar Teori
Semen adalah bahan perekat kimia yang memberikan perkerasan terhadap
material campuran lainnya menjadi suatu bentuk yang kaku dan tahan lama.
Semen Portland merupakan bahan pengikat hidrolisis hasil penggilingan
bersama sama yang dibentuk dari batu kapur berkadar kalsium tinggi yang
diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa
digunakan sebagai perekat untuk memplester. Dengan menetapkan batas-batas
tertentu pada kombinasi kimianya,
Ada kemungkinan untuk mengubah sifat-sifat semen Portland, sehingga
menjadi lebih cocok bagi penggunaannya dalam keadaan-keadaan khusus.
Berdasarkan persentase kandungannya, semen ini terdiri atas lima tipe. sesuai
dengan klasifikasi yang ditentukan oleh ASTM

Tipe 1, semen Portland jenis umum, yaitu jenis semen Portland untuk


penggunaan dalam konstruksi beton secara umum yang tidak memerlukan sifat-
sifat khusus. Semen jenis ini biasa digunakan untuk semua bangunan beton
yang tidak akan mengalami perubahan cuaca yang dahsyat atau dibangun dalam
lingkungan yang sangat koresif.

Tipe 2, semen jenis umum dengan perubahan-perubahan, yaitu jenis semen yang
tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Semen jenis ini dibuat mencegah
terjadinya retakan pada bangunan akibat pendinginan beton. Semen ini
digunakan untuk bangunan yang menggunakan pembetonan secara masal,
seperti dam, panas hidrasi tertahan dalam bangunan untuk jangka waktu
lama

Tipe 3, semen Portland dengan kekuatan awal tinggi. Jenis ini untuk


membangun struktur bangunan yang menuntut kekuatan tinggi atau cepat
mengeras. Semen jenis ini digunakan pada pembuatan jalan yang harus cepat
dibuka untuk lalu-lintas juga apabila acuan itu harus bisa dibuka dalam waktu
singkat.

Tipe 4, semen Portland dengan panas hidrasi yang rendah. Jenis ini khusus


untuk penggunaan panas hidrasi serendah-rendahnya. Penggunaan semen ini
banyak ditujukan untuk struktur Concrette (beton) yang massive dan dengan
volume yang besar, seprti bendungan, dam, lapangan udara

Tipe 5, semen Portland tahan sulfat. Jenis ini merupakan jenis khusus untuk


digunakan pada bangunan yang terkena sulfat seperti ditanah, atau di air yang
tinggi kadar alkalinya. Semen jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton
pada daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi

Proses pembuatan semen di terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu:

1. Penambangan dan penyediaan bahan baku (mining).


 Pembersihan (clearing)
 Pelucutan (stripping)
 Pengeboran (drilling)
 Peledakan (blasting)
 Pemuatan (loading)
 Penghancuran (crushing)
 Pengiriman (conveying)

2. Proses produksi, yang meliputi :

a. Proses Basah
Dalam proses basah, raw material dihancurkan kemudian digiling dalam
raw mill sambil diiringi penambahan air sehingga kadar airnya menjadi
25-40% dari total material. Selama penggilingan berlangsung, bahan
baku yang telah berbentuk slurry dicampur hingga dicapai komposisi
yang memenuhi pabrik. Setelah itu, slurry tersebut dimasukkan ke dalam
silo untuk kemudian dibakar. Adapun keuntungan dari proses basah
adalah sebagai berikut :
 Pencampuran dari komposisi slurry lebih mudah karena berupa
luluhan.
 Kadar alkali tidak menimbulkan gangguan penyempitan dalam
saluran
 Debu yang dihasilkan relatif sedikit.
 Deposit yang tidak homogen tidak berpengaruh karena mudah
mencampur dan mengkoreksinya.
Sedangkan kerugiannya
 Konsumsi bahan bakar lebih banyak.
 Kiln yang dipakai lebih panjang.
 Kapasitas rendah.
 Memerlukan air proses dalam jumlah besar.

b. Proses Semi Basah


Dalam proses semi basah, umpan dalam bentuk cake. Penyediaan umpan
kiln sama dengan proses basah, hanya umpan kiln disaring terlebih
dahulu. Selanjutnya cake yang digunakan sebagai umpan kiln disyaratkan
memiliki kandungan air antara 17-27%
.
c. Proses Semi Kering
Dalam proses semi kering, umpan dalam bentuk butiran. Bahan baku
yang telah dihancurkan, digiling dalam raw mill. Selanjutnya dibentuk
butiran-butiran dalam inti granulasi dan dicampur untuk mencapai
homogenitas. Kadar air yang disyaratkan dalam umpan kiln sekitar 10-
15%. Setelah homogen baru diumpankan ke kiln. Di dalam kiln, umpan
dibakar hingga membentuk clinker. Setelah dingin, digiling ke cement
mill bersama gypsum hingga terbentuk semen.

d. Proses Kering
Pada proses kering, bahan baku dipecah dan digiling sampai kadar air
maksimal 1%. Bahan baku yang telah digiling, dicampur dalam blending
silo untuk mendapatkan campuran yang homogen dengan menggunakan
udara tekan. Tepung baku yang telah homogen ini diumpankan ke kiln
selanjutnya didinginkan dan dicampur dengan gypsum dengan kadar
gypsum sebanyak 4% untuk kemudian digiling dalam finish mill hingga
menjadi semen. Keuntungan dari proses kering:
 Kiln yang digunakan relatif pendek.
 Heat comsumption rendah sehingga bahan bakar yang digunakan
relatif lebih sedikit.
 Kapasitas produksi besar.
 Biaya operasi rendah.

Sedangkan kerugian dari proses kering adalah:

 Kadar air sangat mengganggu operasi karena material menjadi


lengket.
 Campuran kurang homogen.
 Banyak debu yang dihasilkan, maka diperlukan alat penangkap
debu.
Proses kering merupakan proses yang paling banyak dipilih untuk
diaplikasikan dalam proses produksi. Ini disebabkan karena proses
tersebut mampu menghemat pemakaian bahan bakar dan pemakaian alat-
alat produksi.

3. Pengepakan (packing)
Dalam proses atau teknologi pembuatan semen Portland dibedakan menjadi

Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering pada suhu
kamar dan berat isi kering air suling pada suhu 4oC, yang isinya sama dengan isi
semen. Pengujian berat jenis semen dilakukan untuk pencampuran beton metode
ACI.
Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3,15. Pada
kenyataannya, berat jenis semen yang diproduksi berkisar antara 3,05 sampai
3,25. Berat jenis semen Portland komposit tidak sama dengan berat jenis semen
Portland biasa. Apabila semen Portland memiliki berat jenis kisaran 3,0-3,2
maka semen Portland komposit memiliki berat jenis kurang dari 3,00. Variasi ini
akan berpengaruh pada proporsi campuran semen dalam campuran. dan apabila
pada percobaan tidak di peroleh hasil demikian maka pembakarannya tidak
sempurna. Pengujian berat jenis dapat dilakukan dengan menggunakan Le
Chatelier Flask menurut standar ASTM C-188. Dalam praktikum pemeriksaan
berat jenis semen ASTM C – 188 menggunaka alat BotolLe Chatelier sebagai
alat utama dalam menentukan BJ semen dengan kapasitas 24 ml
Bila semen berada dibawah standar artinya semen:
1.Telah mengalami pelepasan panas.
2.Semen terlalu lama disimpan.
3.Bahwa ukuran semen telah mengalami perubahan berat jenis semen diuji
dengancara yang sama.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi BJ semen adalah:

1. Tempat penyimpanan semen


Semen dalam kantong harus tersimpan pada gudang yang tertutup, terhindar
dari basah dan lembab dan tidak tercampur dari bahan lain.
2. Suhu udara kamar
Untuk penyimpanan semen dalam gudang harus berada pada suhu normal
kamar, suhunya tidak terlalu tinggi. Ini bertujuan menghindari pelepasan
panas hidrasi awal.
3. Lama penyimpanan semen
Semen sebaiknya disimpan tidak pada waktu yang lama, karena ini akan
menyebabkan semen menjadi keras atau menggumpal dan tidak dapat lagi
dipakai.
4. Cara penyusunan semen
Semen dari jenis berbeda harus dikelompokkan sedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinan tertukarnya jenis semen dengan jenis lain. Urutan
penyimpanan harus diatur sehingga semen yang lebih awal masuk gudang
terpakai lebih dahulu. Untuk menghindari pecahnya kantong semen, tinggi
maksimum timbunan zak semen adalah 2 m atau 10 zak semen. Jarak bebas
antara lantai dan semen 30 cm.

Untuk mengetahui berat jenis semen maka digunakan rumus sebagai berikut.

w
BJ= xd
(V 2−V 1)
BJ = Berat jenis semen Portland (gram/ml) W Berat semen Portland (gram)
VI= Volume awal (ml)
V2 Volume akhir (ml)
d =Massa jenis air pada suhu ruang yang tetap 4°C (1 gram/ml)
1.3 Alat dan Bahan
1. Alat:

N Nama Peralatan Gambar Peralatan Keterangan


O
1 Botol Le Chatelier Tebuat dari
gelas berbentuk
labu sesuai
ASTM C-188

Sumber: (imimg.com)

2 Thermometer 34oc

Sumber: (alicdn.com)
3 Timbangan dengan
kekelitian 1,0
gram

Sumber: (indodacin.com)

No Nama Bahan Keterangan


1 Semen Portland 64 gram. Merek Tiga Roda
2 Kerozen bebas air Berat jenis 62 API
BAB II

PELAKSANAAN DAN PERCOBAAN


II.1 Persiapan Percobaan

Sebelum melaksanakan percobaan pemeriksaan BJ semen ini, terlebih dahulu harus


dilakukan persiapan-persiapan sebagai berikut:

- Membersikan dinding botol sampai tembus pandang. Kemudian


mengeringkannya.
- Memasukkan minyak tanah sampai skala antara 0 -1 pada leher botol. Lalu
mengeringkan leher botol bagian atas dengan kertas tissue. Selanjutnya merendam
botol tersebut kedalam air selama 15 menit.

II.2 Langkah Kerja

1. Siapkan ala dan bahan yang akan digunakan.


2. Isi botol Le Chatelier dengan kerozen atau naptha sampai antara skala 0 -1 dengan
bantuan corong
3. Kemudian bagian dalam botol diatas permukaan cairan dikeringkan.
4. Masukan botol kedalam bak air sebagai usaha menjaga suhu konstan dalam waktu
yang cukup untuk menghindari variasi suhu botol yang lebih besar dari 0,2oC.
5. Setelah suhu air sama dengan cairan dalam botol baca skala pada botol (A)
6. Masukan semen / benda uji sedikit dimi sedikit kedalam botol jangan terjadi ada
semen yang menempel pada dinding dalam botol diatas cairan.
7. Setelah semua benda uji dimasukan, putar botol diatas cairan secara perlahan
lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan.
8. Ulangi pekerjaan pada no. 2. Setelah suhu air sama dengan cairan dalam botol,
baca skala botol (B)
BAB III

HASIL PERCOBAAN

III.1 Hasil Percobaan dan Perhitungan

Berat jenis didapatkan dari 2 kali percobaan dengan berat isi semen yang sama
yaitu 64gram namun volume zat cair yang berbeda.

III.2 Perhitungan

Percobaan 1

 Berat isi semen Portland (W) = 64 gram


 Pembacaan skala awal (V1) = 0,3 ml
 Pembacaan skala akhir (cairan+ benda uji) setelah diputar (V2) = 20,6 ml
 Berat jenis semen setelah dihitung = 3,153 g/cm³

Percobaan 2

 Berat isi semen Portland (W) = 64 gram


 Pembacaan skala awal (V1) = 0,8ml
 Pembacaan skala akhir (cairan+ benda uji) setelah diputar (V2) = 21 ml
 Berat jenis semen setelah dihitung = 3,168 g/cm³

Menghitung berat jenis semen

Percobaan 1
w
BJ= xd
(V 2−V 1)
64
BJ= x1
(20,6)−(0,4)
BJ = 3,168 g/cm³
Percobaan 2
w
BJ= xd
(V 2−V 1)
64
BJ= x1
(21)−( 0,9)
BJ = 3,184 g/cm³

LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA

Specific Gravity Cement

ASTM C-188

Laporan NO. = 01 Tgl. Pengujian = 7 Oktober 2021

Jenis Semen = Portland Pelaksana =

Merek Semen = Tiga Roda Diperiksa Oleh = Ranis Puji Yuliadi

Untuk = Praktikum

Penyusun modul = Rafi Nabhan Purnama (1212000012)

Deskripsi Unit I II
Berat Semen gram 64 64
Pembacaan skala awal (V1) cm³ 0,4 0,9
Pembacaan skala akhir (cairan+ cm³ 20,6 21
benda uji) setelah diputar (V2)
Volume benda uji (V2-V1) cm³ 20,2 20,1
Berat Jenis Semen
g/cm³ 3,168 3,184
w
BJ= xd
(V 2−V 1)

Berat jenis semen rata rata g/cm³ 3,176


BAB IV

PENUTUP
IV.1 Kesimpulan

Hasil dari pengujian ini didapatkan berat jenis semennya yaitu 3,176 g/cm³.
Berdasarkan data hasil pengujian beton yang telah diberikan, berat jenis semen yang
diuji memenuhi syarat ASTM yaitu 3,15 dan memenuhi syarat berat jenis semen
Portland yang dijual secara umum yaitu 3,00 – 3,20 g/cm³.

IV.2 Saran

1. Dalam menggunakan alat praktikum harus berhati – hati karena alat mudah rusak.
2. Dalam melaksanakan praktikum harus lebih teliti (contohnya untuk menimbang
dan saat memasukan semen kedalam botol) agar memperoleh hasil yang
maksimal.
3. Pada saat memutar botol dengan posisi miring harus secara perlahan-lahan agar
gelembung udara tidak timbul lagi.
Lampiran

Berat semen yang di timbang le chatelier

Sample 1 (V1) sample 1 (V2)


Sample 2(v1) Sample 2(v2)

Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/doc/117086512/PENGUJIAN-BERAT-JENIS-SEMEN-
PORTLAND

https://sobat-sipil.blogspot.com/2017/02/pengujian-berat-jenis-semen-secara_4.html

https://fadhilsii03.blogspot.com/2017/06/pengujian-berat-jenis-semen-portland.html

https://kelompokapti2uty.blogspot.com/2016/04/makalah-semen.html

https://www.tekniksipil.org/2020/05/penentuan-berat-jenis-semen.html

https://ariefrvi.blogspot.com/2013/07/makalah-tentang-semen-portland.html
MODUL PRAKTIKUM : Pengujian Konsistensi Normal ASTM C-187

TANGGAL PRAKTIKUM : 7 Oktober 2021

PENYUSUN MODUL : Tito Widhi Satria & Dwi Harti Indah Seh

ASISTEN PJ : Ranis Puji Yuliadi

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum

Menetukan konsitensi dari semen hidrolis untuk keperluan penentuan waktu


pengikatan semen.

1.2 Dasar Teori

Semen secara kimiawi menghasilkan produk yang sama dengan hidrasi


dari masing-masing senyawa. Kandungan kalsium silikat pada semen merupakan
senyawa cementious yang utama dalam semen dan perilaku fisik dari kedua
senyawa ini Ketika berhidrasi sendiri adalah serupa dengan semen ketika mengalami
hidrasi. Istilah setting digunakan untuk mendefinisikan pengerasan dari pasta semen
atau proses perubahan dari fliuda menjadi solid. Walaupun ketika proses pasta ini
juga mengalami peningkatan kekuatan, perlu dipisahkan pengertian setting dengan
hardering, dimana hardering merupakan kondisi peningkatan kekuatan pasta semen.
Setting disebabkan oleh proses bertahap dari hidrasi. Proses ini bergantung pada
temperatur sekitar.

Dalam kondisi false set perlu dihindari, yaitu dimana semen mengeras secara
cepat dalam beberapa menit setelah ditambahkan air. Beberapa penyebab dari false
set adalah berasal dari dehidrasi dari gypsum ketika diberikan pada clinker yang
temperaturnya terlalu tinggi, maka senyawa akan terbentuk dan ketika semen
ditambahkan air, maka ketika hidrasi berlangsung, gypsum mendominasi reaksi
yang mengakibatkan pada pengerasan semen.Tingkat semen tergantung pada
kehalusan semen dan untuk peningkatan kekuatan yang cepat, permukaan semen
yang halus sangat diperlukan. Jumlah air yang dibutuhkan juga dari pasta yang
terkonsistensi adalah lebih banyak pada semen yang permukaannya halus. Namun
sebaliknya, semakin halus semen, semakin meningkatnya kekuatan tekan pada
campuran beton.

Metode ini menentukan tingkat perkembangan cepat kaku dari pasta semen
untuk menghasilkan konsistensi yang sama yang dapat menghasilkan kuat tekan
sedikit lebih rendah dan memperbesar penyusutan. Pengikatan cepat akan
mengakibatkan kesulitan dalam penanganan dan pengecoran beton yang biasannya
menyebabkan semen gagal memenuhi persyaratan waktu pengikatan. Konsistensi
normal pasta semen didapatkan ketika jarum alat vicat berdiameter 10 mm terjadi
penurunan 10 mm di bawah permukaan asli pasta pada waktu ke 30 detik setelah
jarum dilepaskan. Dari data yang diperoleh, buat grafik persentase air yang
diperlukan sebagai absis dan penurunan jarum sebagai ordinat. Berdasarkan grafik
dapat diketahui jumlah air untuk mencapai konsistensi normal. Konsistensi normal
berkisar 22% – 28% untuk semen portland yang diperdagangkan.

Perhitungan : konsistensi = berat air/berat benda uji x 100%.


1.2 Alat dan Bahan

A. Alat

Nama Alat Gambar Alat


1. Mesin pengaduk (mixer) dengan
daun-daun pengaduk dari baja
tahan karat serta mangkuk yang
dapat dilepas.

Sumber : Google Gambar


2. Alat Vicat.

Sumber : Google Gambar


3. Timbangan dengan kepekaan
sampai 0,1 gram.

Sumber : Google Gambar


4. Alat pengorek (scraper) di buat
dari karet yang agak kaku.

Sumber : Google Gambar


5. Gelas ukur dengan kapasitas 150
atau 200 ml.

Sumber : Google Gambar


6. Sendok perata (trowel).

Sumber : Google Gambar


7. Sarung tangan karet.

Sumber : Google Gambar


8. Stop watch.

Sumber : Google Gambar

B. Bahan

1. Semen Portland 500 gram


2. Air Bersih Temperatur Ruangan

BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
2.1 Langkah Kerja

a. Persiapan pasta.
1. Pasangan daun pengaduk serta mangkuk yang kering pada mesin pengaduk.
2. Masukan bahan untuk percobaan dalam mangkuk dengan cara sebagai berikut :
- Tuangkan air + 125-155 cc.
- Masukkan 500gram semen kedalam air dan biarkan untu penyerapan selama
30 detik
3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (140+ 5) putaran permenit
selama 30 detik.
4. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik. Selama waktu itu kumpulkan pasta
semen dari dinding mangkuk.
5. Jalankan mesin aduk dengan kecepatan sedang (285+10) putaran permenit dan
aduk selama 1 menit.

b. Percetakan benda uji


1. Setelah ambil pasta dari mangkuk dan bentuklah menjadi bola dengan kedua
tangan (gunakan sarung tangan). Lemparkan bola pasta tersebut dari tangan yang
satu ketangan yang lain dengan jarak + 15 cm sebanyak 6 kali.
2. Masukan pasta kedalam cincin konis (G) pada alat vicat dengan satu tangan.
3. Kelebihan pasta pada cincin diambil dengan jalan meletakan cincin dengan
lubang yang besar pada pelat kaca dan potonglah kelebihan dari pasta pada
lubang cincin yang kecil dengan pisau perata sekali gerakan. Kemudian licinkan
permukaan. Selama pemotongan dan penghalusan, hindari tekanan pada pasta.

c. Penentuan konsisten normal.


1. Setelah diratakan pusatkan cincin berisi pasta tersebut dibawah batang (B).
2. Tempelkan ujung jarum C pada permukaan pasta dan kuncilah (putar kunci E)
3. Tempatkan indicator (F) tepat pada angka nol.
4. Lepaskan batang (B) dan jarum (C) kedalam pasta.
5. Konsistensi normal tercapai bila batang B dan jarum C menembus batas 10+
mm dibawah permukaan dalam waktu 30 detik setelah dilepaskan. Kerjakan
percobaan di atas dengan kadar aire pada pasta yang berbedabeda, sehingga
konsistensi normal tercapai

3.1 Hasil Percobaan dan Perhitungan

Waktu Penurunan (mm) didapatkan dari 4 kali pengambilan data percobaan,


dengan volume air yang berbeda tetapi waktu pembacaan yang sama selama 30 detik
masing-masingnya. Berikut data perhitungan yang kami peroleh saat praktikum
berlangsung :

Konsistensi air Penurunan Tiap 30


No Berat Semen (gram) Volume air (cc)
(%) detik (mm)

1 500 125 25% 3

2 500 130 26% 5

3 500 135 27% 7

4 500 140 28% 10

- Grafik

Konsistensi Normal
12

10

0
23% 24% 25% 26% 27% 28% 29% 30% 31% 32%

Column2

3.2 Perhitungan
Berat
Σ Konsistensi= x 100 %
Berat benda uji
125
Konsistensi pengujuan 1= x 100 %=25 %
500
130
Konsistensi pengujuan 2= x 100 %=26 %
500
135
Konsistensi pengujuan 3= x 100 %=27 %
500
140
Konsistensi pengujuan 1= x 100 %=28 %
500
Penurunan jarum tiap 30 detik (mm) nilai ukuran dari alat:
 Pengujian 1 = 3 mm
 Pengujian 2 = 5 mm
 Pengujian 3 = 7 mm
 Pengujian 4 = 10 mm

BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian telah didapatkan bahwa :
- Pengujian pertama menghasilkan konsistensi sebesar 25%,
- Pengujian kedua menghasilkan konsistensi sebesar 26%,
- Pengujian ketiga menghasilkan konsistensi sebesar 27%,
- Pengujian ketiga menghasilkan konsistensi sebesar 28%,
Sehingga berdasarkan grafik konsistensi-penetrasi jarum vicat diperoleh konsistensi
rata-rata sebesar 26,5%. didapat bahwa dengan adanya berat semen dalam jumlah yang
sama yaitu 500 gram, dengan volume air yang berbeda dengan interval 5ml dan
pembacaan waktu 30 detik yang mengalami penurunan (mm) yang berbeda-beda.
Sehingga table grafiknya menjadi seperti yang ada di gambar diatas. Oleh karena itu
konsistensi normal semen ASTM C – 187 mengalami penurunan dengan adanya faktor-
faktor tertentu atau terjadinya kesalahan pada praktikum, sehingga mengalami
penurunan seperti data diatas.

IV.2 Saran
1. Penggunaan alat diharuskan kehati-hatian, karenakan alat yang digunakan mudah
rusak dan tingkat keakuratan yang tidak stabil
2. Kalibrasi ulang alat-alat yang digunakan dalam praktikum sangat membantu
praktikan dalam mendapatkan pengukuran yang maksimum.
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA

Penentuan Waktu Ikat Awal Semen

ASTM C-191

Laporan NO. =3 Tgl. Pengujian = 7 Oktober 2021

Jenis Semen = Portland Pelaksana =

Merek Semen = Tiga Roda Diperiksa Oleh = Ranis Puji Yuliadi

Untuk = Praktikum

Penyusun modul = Tito Widhi Satria & Dwi Harti Indah Seh

Konsistensi Penurunan Tiap


No Berat Semen (gram) Volume air (cc)
air (%) 30 detik (mm)

1 500 125 25% 3

2 500 130 26% 5

3 500 135 27% 7

4 500 140 28% 10


Lampiran

Berat semen yang ditimbang Alat vicat

Konsistensi 25% Konsistensi 26%


Konsistensi 27% Konsistensi 28%

DAFTAR PUSTAKA

- http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123688-R010824-Studi%20perilaku-
Literatur.pdf
- Pedoman Praktikum Beton ITI, Dr. Sc-ing. Ir. Riana Herlina Lumingkewas, MT
- https://id.scribd.com/doc/312963762/Pengujian-Konsistensi-Semen
MODUL PRAKTIKUM : Waktu Ikat Awal Semen

TANGGAL PRAKTIKUM : 7 Oktober 2021

PENYUSUN MODUL : Bilal Abdillah & Muhammad Harizal

ASISTEN PJ : Ranis Puji Yuliadi

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum

Menentukan waktu pengikatan permulaan semen hidrolis (dalam keadaan


konsistensi normal) dengan alat vicat. Waktu pengikatan permulan adalah jangka
waktu dari mulainya pengukuran pasta pada konsistensi normal sampai pasta
keahlian sebagai sifat plastis (menjadi beku).

1.2 Dasar Teori

Semen portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara


menghaluskan klinker terutama dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan
gips sebagai bahan tambahan. Semen merupakan bahan pengikat yang paling terkenal
dan paling banyak digunakan dalam proses konstruksi beton. Semen yang umum
dipakai adalah semen tipe I dan ketergantungan kepada pemakaian semen jenis ini
masih sangat besar. Semen portland jika dilihat dari sisi fungsi masih memiliki
kekurangan dan keterbatasan yang pada akhirnya akan mempengaruhi mutu beton.

Pembagunan infrastruktur semakin meningkat mengakibatkan permintaan


jumlah semen meningkat pula. Oleh sebab itu, penggunaan suatu bahan bangunan
semen yang cocok dengan peruntukannya sangat diperlukan guna mengurangi adanya
pemborosan yang tidak diinginkan tanpa mengenyampingkan persyaratan teknis yang
harus dipenuhi. Salah satu untuk mengurangi penggunaan biaya besar tersebut maka
akan diproduksi semen berdasarkan ASTM.

Oleh karena itu diperlukan sebuah penelitian untuk menyelidiki karakteristik


semen dengan melihat waktu pengikatan, dari semen. Sehingga dapat diketahui, semen
yang bagus untuk pembangunan.

- Waktu Pengikatan
Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras, terhitung mulai
bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta semen cukup kaku untuk
menahan tekanan. Pengujian waktu ikat bertujuan untuk menentukan jumlah air
yang dibutuhkan untuk menghasilkan pasta dengan konsistensi normal. Waktu ikat
semen dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Waktu ikat awal (initial setting time) yaitu waktu dari pencampuran semen
dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat plastis. Waktu ikat awal
sangat penting untuk kontrol pekerjaan beton.

b. Waktu ikat akhir (final setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta semen
hingga beton mengeras.

1.3.2 Waktu Pengikatan

1. Alat

Nama Alat Gambar Alat


1. Mesin pengaduk (mixer) dengan
daun-daun pengaduk dari baja tahan
karat serta mangkuk yang dapat
dilepas.

Sumber : Google Gambar


2. Alat vicat

Sumber : Google Gambar


3. Timbangan dengan kepekaan
sampai 0,1 % dari berat contoh.

Sumber : Google Gambar


4. Gelas ukur dengan kapasitas 150
atau 200 ml.

Sumber : Google Gambar


5. Ruang lembab yang mampu -
memberikan kelembaban relative
minimum 90% .
6. Stop watch.

Sumber : Google Gambar


7. Alat pengorek dari karet yang kaku.

Sumber : Google Gambar


8. Pelat kaca.

Sumber : Google Gambar

2. Bahan

1. Semen Portland -
2. Air Bersih Temperatur kamar
BAB II

PELAKSAAN PERCOBAAN
2.1 Langkah Kerja

1. Persiapan pasta (seperti pada pengujian 02)


2. Pencetakan benda uji, dilakukan dengan ketentuan pada penentuan konsistensi normal
semen (pengujian 02)
3. Penentuan waktu pengikatan :
a. Segera masukan benda uji coba terebut kedalam ruang lembab dan biarkan diusia
terus kecuali bila mau dipakai untuk percobaan.
b. Setelah 30 menit didalam lembab, tempatkan benda uji coba pada alat vicat.
Turunan jarum D hingga menyentuh permukaan pasta semen. Keraskan skrup E dan
geser jarum penunjuk F pada bagian atas batang B dari skala dan lakukan
pembacaan awal.
c. Lepaskan batang B dengan memutar skrup E dan biarkan jarum pada permukaan
pasta selama 30 detik. Lakukan pembacaan untuk memetapkan dalamnya penetrasi.
Apabila pasta ternyata terlalu lembek, lambatkan penurunan batang B untuk
mencegah melengkungnya jarum.
a. Jarak antara setiap penetrasi pada pasta tidak boleh lebih kecil dari 6,4 mm, dan
jarak dari pinggir cicin tidak boleh kurang dari 9,4 mm. percobaab dilakukan segera
diambil dari dari ruang lembab pada setiap 15 menit
b. Waktu pengikatan tercapai bila hasil penetrasi lebih besar atau sama dengan 25 mm,
dan waktu pengikatan akhir tercapai bila jarum tidak membekas pada benda uji
BAB III

HASIL PERCOBAAN

III.1 Data Hasil Percobaan

N Berat Semen (gram) Volume air (cc) Waktu pembacaan (menit) Penurunan (mm)
o
1 500 140 30 39
2 500 140 45 38
3 500 140 60 37
4 500 140 75 37
5 500 140 90 20

Hubungan antara waktu pengikat dengan penurunan jarum vicat


45

40

35

30

25

20

15

10

0
30 45 60 75 90

Hubungan antara waktu pengikat dengan penurunan jarum vicat

III.2 Perhitungan
Untuk mendapat waktu pengikatan untuk ketika terjadi penurunan sebesar 25 mm dapat
dilakukan dengan cara interpolasi.

LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA

Penentuan Waktu Ikat Awal Semen


ASTM C-191

No Laporan : 3
Jenis Semen : Portland
Merk Semen : Tigaroda
Tgl Pengujian : 08 Oktober 2021
Penyusun Modul :
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA

Penentuan Waktu Ikat Awal Semen

ASTM C-191

Laporan NO. =3 Tgl. Pengujian = 7 Oktober


2021

Jenis Semen = Portland Pelaksana =

Merek Semen = Tiga Roda Diperiksa Oleh =

Untuk = Praktikum

Penyusun modul = Billal Abdillah & Muhammad Harizal

N Berat Semen (gram) Volume air (cc) Waktu pembacaan (menit) Penurunan (mm)
o
1 500 140 30 39
2 500 140 45 38
3 500 140 60 37
4 500 140 75 37
5 500 140 90 20
BAB IV

PENUTUP
IV.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian, setelah melakukan 5 pengujian didapatkan bahwa waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai penetrasi 25 mm yaitu 85,588 menit. Sehingga campuran
semen tersebut telah mencapai waktu pengikatan dalam waktu 85,588 menit.

IV.2 Saran

1. Penggunaan alat diharuskan kehati-hatian, karenakan alat yang digunakan mudah


rusak dan tingkat keakuratan yang tidak stabil
2. Kalibrasi ulang alat-alat yang digunakan dalam praktikum sangat membantu
praktikan dalam mendapatkan pengukuran yang maksimum.
Lampiran

Berat semen yang ditimbang Alat vicat Konsistensi 26%

Konsistensi 25% Konsistensi 28% Penurunan Waktu ikat 45 menit


Penurunan Waktu ikat 90 menit

Konsistensi 27% Penurunan Waktu ikat 30menit

Penurunan Waktu ikat 75 menit Penurunan Waktu ikat 60 menit


DAFTAR PUSTAKA

- https://media.neliti.com/media/publications/189953-ID-kuat-tekan-beton-dan-waktu-ikat-
semen-po.pdf
- http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia/article/viewFile/557/475
- https://id.scribd.com/document/335390344/Waktu-Pengikatan-Semen
- Buku Panduan Pemerksaan Bahan Beton

Anda mungkin juga menyukai