Anda di halaman 1dari 32

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5 PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS


2.5.1 Percobaan Analisis Saringan Agregat Halus
2.5.1.1 Maksud
Tujuan dari percobaan analisis saringan agregat halus adalah untuk
mengetahui ukuran butiran dan gradasi agregat halus untuk keperluan desain
campuran beton.

2.5.1.2 Landasan Teori


Agregat halus dapat berupa pasir sungai, pasir laut, dan pasir gunung yang
merupakan material yang bisa digunakan untuk membuat beton. Salah satu cara
menentukan kualitas pasir adalah dengan melihat bentuk dan warnanya. Ukuran
butiran pasir antara 0,15 mm sampai 5 mm. Seperti pada agregat kasar, perbedaan
tipe agregat halus juga mempengaruhi kemudahan proses pengolahan beton.
Proses grading yaitu analisis saringan agregat halus bertujuan untuk
mengetahui pengelompokkan jenis ukurannya. Agregat halus harus mempunyai
variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya sedikit. Mempunyai
modulus kehalusan antara 2,5-3,8. Apabila diayak dengan susunan ayakan yang
ditentukan, harus masuk salah satu daerah susunan butir menurut zone 1, 2, 3 atau
4 dan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Sisa di atas ayakan 4,8 mm, maksimal 2% dari berat.
2. Sisa di atas ayakan 1,2 mm, maksimal 10% dari berat.
3. Sisa di atas ayakan 0,30 mm, maksimal 15% dari berat

2.5.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan analisis saringan agregat halus
adalah:
1. Mesin pengguncang saringan (Shieve shaker)
2. Saringan No. 8, No. 16, No. 30, No. 50, No. 100, No. 200.
3. Pan dan cover
4. Timbangan
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

5. Oven
6. Cawan

(1) (2) (3)

(4) (5) (6)

2.5.1.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang digunakan pada percobaan analisis saringan agregat halus
adalah:
1. Mengambil contoh agregat secukupnya.
2. Menimbang contoh agregat yang akan digunakan, kemudian memasukkannya
ke dalam oven pada suhu 100oC selama 24 jam atau sampai berat agregatnya
tetap.
3. Menimbang masing-masing saringan.
4. Menyusun saringan pada shieve shaker dengan susunan saringan yang terbesar
di atas dan yang paling kecil di bawahnya sampai yang terkecil dan yang paling
bawah adalah pan.
5. Memasukkan agregat ke dalam saringan yang paling atas kemudian ditutup dan
mengguncangkannya selama 10 menit.
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

6. Mendiamkannya selama 5 menit untuk memberi kesempatan agar debu-


debunya mengendap.
7. Membuka saringan tersebut kemudian menimbang beratnya ke dalam cawan
masing-masing beserta isinya.
8. Menghitung berat masing-masing agregat yang tertahan dalam saringan
menggunakan cawan.

2.5.1.5 Data Praktikum


Data percobaan analisis saringan agregat halus beton dapat dilihat di Tabel
2.18.

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN


KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kampus G Jalan Komjen Pol M. Jassin Kelapa Dua
Cimanggis Depok

Tabel 2.18 Analisis Saringan Agregat Halus


Berat Contoh Kering : 991 Gram

Persentase

Berat
Nomor Berat Berat Berat
Saringan + Terta
Saringan Saringan Tertahan Tertah Lolos
Tertahan -han
an
(gr) (gr) (gr) (gr) (%) (%)
No. 8
405 489 84 84 8,47 91,53
(2,36 mm)
No. 16 256 369 113 197 19,87 80,13
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

(2,00 mm)
No. 30
401 787 386 583 58,82 41,14
(0,60 mm)
No. 50 250 438 188 771 77,80 22,2
No. 100
250 420 170 941 94,95 5,05
(0,15 mm)
No. 200
236 266 30 971 97,98 2,02
(0,075)
PAN 434 454 20 991 100 0

2.5.1.6 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum, dapat diperoleh pembagian butir (gradasi) agregat
halus dengan menggunakan saringan dan dari perhitungan persentase berat benda
uji yang tertahan diatas masing-masing saringan terhadap berat total benda uji.
Gradasi yang didapat dari pratikum analisis saringan agregat halus adalah agregat
halus bertipe (zone 3).
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.2 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus


2.5.2.1 Maksud dan Tujuan
Tujuan dari percobaan berat jenis dan penyerapan agregat halus adalah
untuk mengetahui berat jenis agregat halus dan kemampuannya menyerap air.
Besarnya berat jenis yang diperiksa adalah untuk agregat dalam keadaan kering,
berat kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry), berat jenis semu
(Apparent).

2.5.2.2 Landasan Teori


Agregat halus adalah agregat yang ukuran butirannya lebih kecil dari 4,75
mm (No. 4). Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus bertujuan untuk
menentukan berat jenis (Bulk Specific Grafity), berat jenis semu (Apparent Specific
Grafity) berat jenis kering permukaan (SSD). Acuan normatif berdasarkan SNI 03
– 1970 – 1990.
Dalam penggunaannya, berat jenis curah adalah suatu sifat yang pada
umumnya digunakan dalam menghitung volume yang ditempati oleh agregat dalam
berbagai campuran yang mengandung agregat termasuk beton yang diproporsikan
atau dianalisis berdasarkan volume absolute. Berat jenis curah yang ditentukan dari
kondisi jenuh kering permukaan digunakan apabila agregat dalam keadaan basah
yaitu pada kondisi penyerapannya sudah terpenuhi. Sedangkan berat jenis curah
yang ditentukan dari kondisi kering oven digunakan untuk menghitung ketika
agregat dalam keadaan kering atau diasumsikan kering. Berat jenis semu adalah
kepadatan relatif dari bahan padat yang membuat partikel pokok (tidak termasuk
ruang pori di antara partikel) tersebut dapat dimasuki oleh air. Angka penyerapan
digunakan untuk menghitung perubahan berat dari suatu agregat akibat air yang
menyerap ke dalam pori di antara partikel pokok dibandingkan dengan pada saat
kondisi kering. Standar laboratorium untuk penyerapan akan diperoleh setelah
merendam agregat yang kering ke dalam air selama 24 jam.
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan analisis saringan agregat halus
adalah:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
2. Labu ukur 500 ml
3. Kerucut kuningan (cone)
4. Penumbuk (tamper)
5. Talam
6. Oven

(1) (2) (3)

(4) (5) (6)


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.2.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang digunakan pada percobaan analisis saringan agregat halus
adalah:
1. Mengambil benda uji yang lolos saringan No. 4 sebanyak 1000 gram.
2. Mengeringkannya dalam oven pada suhu 110oC selama 24 jam lalu
mendinginkannya.
3. Merendam benda uji tersebut selama 24 jam dalam air.
4. Menebarkan contoh di atas talam lalu mengaduk-aduknya di udara terbuka
dengan panas matahari sehingga terjadi proses pengeringan yang merata atau
dengan cara memanaskannya di atas kompor.
5. Apabila suhu contoh sudah sama dengan suhu ruang, segera memasukkannya
ke dalam kerucut kuningan dan dibagi ke dalam 3 bagian, lapis pertama
memadatkannya dengan penumbuk sebanyak 8 kali, lapis kedua 8 kali dan
lapis ketiga 9 kali, sehingga jumlah keseluruhan tumbukan 25 kali dengan
tinggi jatuh 5 mm di atas permukaan contoh secara merata dan jatuh bebas.
6. Membersihkan daerah di sekitar kerucut dari butiran agregat yang tercecer.
7. Mengangkat kerucut tersebut dalam arah vertikal secara perlahan-lahan.
8. Mengamati contoh saat dibuka, apabila masih terletak rapi, maka contoh masih
basah. Mengeringkan kembali contoh tersebut dan apabila jatuh lepas
keseluruhan maka contoh terlalu kering, maka melakukan lagi seperti langkah
7 sampai didapat contoh dalam keadaan Saturated Surface Dry (SSD).
9. Memasukkannya kedalam pan dan cover untuk menghindari penguapan.
10. Mengamati benda uji yang tercetak tersebut, bila masih terdapat lapisan air
permukaanya, percobaan diulang lagi setelah mengadakan pengeringan
secukupnya. Bila tidak terdapat lapisan air dipermukaannya dan terjadi
penurunan pada permukaan benda uji tersebut, berarti benda uji tersebut telah
mencapai kering permukaan.
11. Mengisi labu ukur dengan air suling setengahnya lalu memasukkan benda uji
tersebut ke dalam labu ukur sebanyak 100 gram, jangan sampai ada butiran
yang tertinggal. Menambahkan air suling sampai 90% kapasitas labu.
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

12. Merendam air hingga suhunya mencapai 25oC, lalu menambahkan air suling
sampai tanda batas.
13. Menimbangnya dengan ketelitian 0,1 gram (C).
14. Mencari berat kering benda uji tersebut dengan memanaskannya ke dalam oven
selama 24 jam pada suhu 100oC (A).
15. Mengisi labu ukur tadi dengan air suling sampai tanda batas lalu menimbang
dengan ketelitian 0,1 gram (B).

2.5.2.5 Data Praktikum


Data percobaan berat jenis dan penyerapan agregat halus beton dapat
dilihat di Tabel 2.19 dan tabel 2.20.

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN


KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kampus G Jalan Komjen Pol M. Jassin Kelapa Dua
Cimanggis Depok

Tabel 2.19 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus


Nomor Rata-
Sampel rata
Parameter
I II

A Berat Contoh Kering Permukaan (gr) 100 100 100


B Berat Contoh Kering (A) (gr) 94,8 96 95,4

C Berat Labu + Air Temperatur 25ºC (B) (gr) 670 661 665,5

D Berat Labu + Contoh (SSD) + Air (gr) 731 722 726,5


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Temperature 25º(C)

C 2,46 2,446
E Bulk Specific Gravity = 2,43
AB
A 2,56 2,564
F Bulk Specific Gravity (SSD) = 2,56
AB
C 2,74 2,773
G Apparent Specific Gravity = 2,80
CB
AC 4,17 4,825
H Absorption =  100% (%) 5,49
C

2.5.2.6 Perhitungan
A
Bulk Spesific Gravity =
B  100  C
94,3
=
669,8  100  728,8
= 2,3
100
Bulk Spesific Gravity (SSD) =
B  100  C
94,3

669,8  94,3  728,8
= 2,7
A
Apparent Spesific Gravity =
BAC
90,60

65,92  90,60  71,30
= 1,06
100  A
Absorption/ Penyerapan = x100%
A
100  94,3
 100%
94,3
= 6,0 %
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan data praktikum dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
maka dapat diketahui nilai Bulk Spesific Gravity sebesar 2,3; Bulk Spesific Gravity
(SSD)sebesar 2,4; Apparent Spesific Gravity sebesar 2,7 dan Absorbtion
(penyerapan) sebesar 6,0%. Hasil dari perhitungan tersebut digunakan dalam
penentuan variabel-variabel pada mixed design.
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.2 Percobaan Bobot Isi Agregat Halus


2.5.3.1 Maksud
Tujuan dari percobaan bobot isi agregat halus adalah untuk menentukan
berat isi atau bobot isi agregat halus dalam kondisi lepas dan padat.

2.5.3.2 Landasan Teori


Berat isi agregat adalah agregat persatuan isi. Rongga udara dalam satuan
volume agregat merupakan ruang diantara butir butir yang tidak diisi oleh partikel
yang padat. Bobot isi ada dua yaitu bobot isi padat dan lepas.
Uji berat isi agregat diperlukan dalam perhitungan bahan campuran beton,
apabila jumlah bahan ditakar dengan ukuran volume. Semakin besar berat butiran
agregat maka semakin besar pula berat isi agregat dan sebaliknya. Berat isi agregat
berbanding lurus dengan berat butiran agregat sedangkan semakin besar volume
agregat maka semakin kecil berat isi agregat dan sebaliknya. Berat isi agregat
berbanding terbalik dengan besarnya volume agregat.

2.5.3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan bobot isi agregat adalah sebagai
berikut:
1. Timbangan
2. Batang pemadat
3. Container pengukur volume
4. Meja getar
5. Mistar perata
6. Jangka sorong
7. Sendok semen
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

(1) (2) (3) (4)

(5) (6) (7)


Gambar 2.15 Peralatan Percobaan Bobot Isi Agregat Halus

2.5.3.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang digunakan pada percobaan berat isi lepas agregat halus
adalah sebagai berikut:
1. Menimbang berat container (A) yang telah diketahui volumenya (V).
2. Memasukkan campuran agregat kasar dengan hati-hati agar tidak terjadi
pemisahan butir dari ketinggian 5 cm di atas container dengan menggunakan
sendok/ sekop sampai penuh.
3. Meratakan permukaan container dengan mistar perata.
4. Menimbang berat container + isi (C).
5. Menghitung berat isi.
Prosedur yang digunakan pada percobaan berat isi padat agregat halus
adalah sebagai berikut:
1. Mengambil container isi.
2. Menimbang berat container (A).
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

3. Memasukkan campuran agregat kasar ke dalam container tersebut kurang lebih


sepertiga bagian lalu menusuk-nusuknya dengan batang pemadat sebanyak 25
kali.
4. Mengulangi hal yang sama untuk lapis kedua.
5. Untuk lapis terakhir, memasukkan agregat kasar hingga melebihi permukaan
atas container lalu menusuk-nusuknya sebanyak 25 kali.
6. Meletakkan di atas meja penggetar lalu memasang penjepitnya.
7. Menghidupkan motor penggerak selama 5 menit sampai mencapai kepadatan.
8. Meratakan permukaan campuran dengan alat perata.
9. Untuk agregat yang kasar, mengambil kelebihan agregat lalu mengatur
sedemikian rupa hingga volume agregat yang berada di atas batas container
kurang lebih sama dengan volume rongga dipermukaan.
10. Menimbang container berikut isinya (B).

2.5.3.5 Data Praktikum


Data percobaan bobot isi agregat halus beton dapat dilihat di Tabel 2.21
dan Tabel 2.22.

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN


KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kampus G Jalan Komjen Pol M. Jassin Kelapa Dua
Cimanggis Depok

Tabel 2.21 Pemeriksaan Bobot Isi Agregat Halus Lepas

NOMOR BENDA UJI

Berat Container (A) (gr) 7838


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Berat Container + Agregat (B) (gr) 12163


Berat Agregat (C)=(B) – (A) (gr) 4325
Volume Container (D) (cm3) 3205,672
Berat Isi Agregat (C)/(D) (gr/cm3) 1,349

Tabel 2.22 Pemeriksaan Bobot Isi Agregat Halus Padat

NOMOR BENDA UJI

Berat Container (A) (g) 7838

Berat Container + Agregat (B) (g) 12875

Berat Agregat (C) = (B) – (A) (g) 5037

Volume Container (D) (cm3) 3205,672

Berat Isi Agregat (C)/(D) (g/cm3) 1,571

2.5.3.6 Perhitungan
Perhitungan berat isi dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
BA
Berat Isi 
V
Dimana:
A : berat container (g)
B : berat container beserta isinya (g)
V : volume container (cm3)

Perhitungan bobot isi agregat halus


Berat isi lepas:
A = 7520,000 g
B = 17855,000 g
Diameter Container II = 15.7 cm
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Tinggi Container II = 17,7 cm


Mengukur volume tabung Container II = π r2t
22
=  (7,850) 2  17,700
7
= 3428,000 cm3
BA
Berat isi =
V
17855,000  7520,000
Berat isi lepas (agregat halus) =
3428,000
= 3,010 g/cm3
Berat isi padat:
A = 7520 g
B = 20035 g
Diameter Container II = 15.7 cm
Tinggi Container II = 17,7 cm
Mengukur volume tabung Container II = π r2t
22
=  (7,85) 2  17,7
7
= 3428 cm3
BA
Berat isi =
V
20035  7520
Berat isi padat (agregat halus) =
3428
= 3,65 g/cm3

2.5.3.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
maka dapat diketahui berat isi lepas agregat halus sebesar 3,01 gr/cm3 dan berat isi
padat agregat halus sebesar 3,65 gr/cm3.
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.3 Percobaan Kadar Air Agregat Halus


2.5.4.1 Maksud
Tujuan percobaan kadar air agregat adalah untuk menentukan kadar air
yang terkandung dalam agregat.

2.5.4.2 Landasan Teori


Kadar air agregat adalah banyaknya air yang terkadung dalam agregat,
dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering.
Berat bahan kering adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa
waktu tertentu sehingga beratnya tetap (konstan). Ada 4 jenis kadar air dalam
agregat, yaitu:
1. Kadar air kering tungku, yaitu agregat yang benar-benar kering tanpa air.
2. Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaanya kering tetapi
mengandung sedikit air dalam porinya sehingga masih dapat menyerap air.
3. Jenuh kering permukaan SSD (Saturated Surface Dry), dimana agregat yang
pada permukaanya tidak terdapat air tetapi di dalam butirannya sudah jenuh
air. Pada kondisi ini air yang terdapat dalam agregat tidak menambah atau
mengurangi jumlah air yang terdapat dalam adukan beton.
4. Kondisi basah, yaitu kondisi dimana di dalam butiran maupun permukaan
agregat banyak mengandung air sehingga akan menyebabkan penambahan
jumlah air pada adukan beton.
Perbandingan antara berat air agregat dengan agregat dalam keadaan
kering, dinyatakan dalam persen (SK SNI 03–1971–1990). Menentukan banyaknya
kandungan air yang terdapat didalam agregat dalam keadaan jenuh permukaan
kering sangat penting karena berpengaruh terhadap banyaknya air yang diperlukan
pada campuran beton.
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar air agregat adalah sebagai
berikut:
1. Cawan kedap air/ pan aluminium
2. Timbangan ketelitian 0,01 gram
3. Oven
4. Desikator
5. Tin Box

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 2.16 Peralatan Percobaan Kadar Air Agregat Halus


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.4.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang digunakan dalam percobaan kadar air agregat halus adalah
sebagai berikut:
1. Mengambil benda uji secukupnya.
2. Menimbang cawan yang akan dipakai lalu memberinya nomor dengan spidol.
3. Memasukkan benda uji yang akan diperiksa dalam cawan kurang lebih 100
gram.
4. Menimbang cawan yang telah berisi benda uji tersebut.
5. Memasukkannya ke dalam oven dengan suhu 100o C selama kurang lebih 24
jam.
6. Setelah mengeringkannya didalam oven, selanjutnya memasukkan cawan ke
dalam desikator.
7. Setelah dingin, menimbang kembali cawan yang telah berisi agregat tersebut.
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.4.5 Data Percobaan


Data percobaan bobot isi agregat halus beton dapat dilihat berdasarkan
pada tabel 2.23.

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN


KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kampus G Jalan Komjen Pol M. Jassin Kelapa Dua
Cimanggis Depok

Tabel 2.23 Pemeriksaan Kadar Air Pada Agregat Halus

Jenis Agregat Halus


Nomor Tin Box I II III
Berat Tin Box (A) (gr) 9,0 8,5 10
Berat Tin Box + Contoh Basah (B) (gr) 27,1 25 46,5
Berat Tin Box + Contoh Kering (C) (gr) 26,5 24,3 46,1
Berat Air
(D) (gr) 0,6 0,7 0,4
D=B–C
Berat Contoh Kering
(E) (gr) 17,5 15,8 36,1
E=C–A
Kadar Air
(%) 3,43 4,43 1.108
(w) = (D/E) × 100%
Rata-rata (w) (%) 2,986
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.4.6 Perhitungan
Contoh Perhitungan :
Benda uji agregat halus I
Berat air (D) = BC

= 27,1  26,5
= 0,6 gr
Berat contoh air (E) = CA

= 26,5  9,0
= 17,5 gr
D
Kadar air (w) =  100%
E
0,6
=  100%
17,5
= 3,43%
Dimana :
A : Berat tin box
B : Berat tin box + contoh basah
C : Berat tin box + contoh kering
D : Berat air
E : Berat contoh air

2.5.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai kadar air dalam
agregat, kadar air agregat halus rata-rata yang praktikan dapatkan ialah 3,43%.
Sehingga, agregat halus tersebut dapat digunakan sebagai bahan campuran beton
karena memiliki kadar air agregat sesuai persyaratan umum.
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.4 Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus


2.5.5.1 Maksud
Tujuan dari percobaan kadar lumpur dan lempung agregat halus adalah
untuk mengetahui kandungan lumpur/ lempung dalam agregat.

2.5.5.2 Landasan Teori


Lumpur tidak diizinkan dalam jumlah banyak, untuk masing–masing
agregat kadar lumpur yang diijinkan berbeda. Kadar lumpur agregat normal yang
diizinkan SK SNI S–04–1989–F untuk agregat halus (pasir) adalah maksimal 5%
dan untuk agregat kasar (split) maksimal 1%. Kecenderungan meningkatnya
penggunaan air dalam campuran beton yang bersangkutan, jika terdapat lumpur.
Lumpur tidak dapat menjadi satu dengan semen sehingga menghalangi
penggabungan antara semen dengan agregat. Pada akhirnya kekuatan tekan beton
akan berkurang karena tidak adanya saling mengikat.
Tanah liat dan lumpur biasanya juga tercampur pada kerikil dan deposit
pasir. Dalam hal ini jumlah yang cukup banyak dapat mengurangi kekuatan beton
karena tendensinya menghambat hidrasi semen. ASTM C33 membatasi bahan-
bahan yang lolos pada sieve 0,075 mm (no. 200) tidak lebih dari 5% yang didapat
dari berat kering. Sehingga apabila kadar lumpur melampaui 5% maka agregat
halus harus dicuci.

2.5.5.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar air agregat adalah sebagai
berikut:
1. Saringan No. 50
2. Timbangan
3. Cawan
4. Oven
5. Tin box
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 2.17 Peralatan Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat

2.5.5.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang digunakan pada percobaan kadar lumpur dan lempung
agregat halus adalah sebagai berikut:
1. Mengambil benda uji dari lapangan.
2. Memasukkannya kedalam oven dengan suhu 100oC selama 24 jam.
3. Menyaring benda uji, untuk agregat kasar mengambil yang tertahan saringan
No.4.
4. Menimbang cawan kosong untuk masing-masing benda uji kering semula (A).
5. Memasukkan masing-masing benda uji ke dalan cawan, mencuci benda uji
kotor kering oven tersebut sehingga betul-betul bersih.
6. Memasukkannyake dalam oven dengan suhu 100oC selama 24 jam.
7. Memasukkannya ke dalam desikator untuk mempercepat pendinginan.
8. Menimbang cawan + benda uji bersih kering akhir (B).
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.5.5 Data Praktikum


Data percobaan kadar lumpur dan lempung agregat halus dapat dilihat di
tabel 2.24.

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN


KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kampus G Jalan Komjen Pol M. Jassin Kelapa Dua
Cimanggis Depok

Tabel 2.24 Pemeriksaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus

Nomor Tes I II III


Berat Agregat Kering (Semula) +
(gr) 80 80,6 78,9
Cawan
Berat Agregat Kering (Akhir) +
(gr) 79,2 79,1 78,5
Cawan
Berat Cawan (gr) 11,6 10,3 9,5
Berat Agregat Kering (Semula) (A) (gr) 68,4 70,3 69,4
Berat Agregat Kering (Akhir) (B) (gr) 67,6 68,8 69
Kadar Lumpur & Lempung
(%) 1,1 2,1 0,5
= (( A – B ) / A )) × 100 %
Kadar Lumpur & Lempung Rata –
(%) 1,2
Rata
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.5.6 Perhitungan
Perhitungan kadar lumpur dan lempung agregat menggunakan rumus
seperti berikut:
AB
 100%
A
Benda uji agregat halus 1
AB
Kadar lumpur dan lempung =  100%
A
68,4  67,6
=  100%
68,4
= 1,169%
Dimana:
A : berat cawan (gram)
B : berat cawan + benda uji bersih kering akhir (gram)

2.5.5.7 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai kadar lumpur dan
lempung agregat, kadar lumpur dan lempung agregat halus yang kami dapatkan
adalah 1,169% sehingga agregat halus dapat digunakan sebagai bahan campuran
beton karena memenuhi syarat maximal 5%.
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.5 Percobaan Kadar Bahan Organik Agregat Halus


2.5.6.1 Maksud dan Tujuan
Tujuan dari percobaan kadar bahan organik agregat halus adalah untuk
mengetahui kadar bahan organik yang terkandung dalam pasir yang akan digunakan
sebagai bahan campuran beton.

2.5.6.2 Landasan Teori


Sebagai salah satu komponen beton, agregat halus yang digunakan harus
memenuhi syarat-syarat tertentu, salah satunya ialah pasir tidak boleh banyak
mengandung bahan organik. Bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan
humus umumnya banyak tercampur pada pasir alam. Adapun bahan-bahan organik
ini berpengaruh negatif pada semen.
Zat organik yang tercampur dapat membuat asam-asam organis dan zat
lain bereaksi dengan semen yang sedang mengeras. Hal ini dapat mengakibatkan
berkurangnya kekuatan beton dan juga menghambat hidrasi semen sehingga proses
pengerasan berlangsung lambat.
Kandungan bahan organik dalam agregat halus dibuktikan dengan
pemeriksaan warna dari Abraham Harder (dengan memakai larutan NaOH). Pada
pemeriksaan ini agregat halus atau pasir dimasukkan dalam jumlah tertentu
kedalam botol dan ditambahkan dengan larutan NaOH 3%. Setelah mengalami
beberapa proses dan didiamkan dalam jangka waktu yang ditetapkan, bandingkan
warna campuran dengan warna standar hellige tester No. 3. Apabila warna
campuran lebih tua berarti agregat halus mempunyai kadar organik yang tinggi
(kotor).
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.6.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar bahan organik agregat
halus adalah:
1. Botol organik
2. Larutan NaOH 3%
3. Standar warna
4. Gelas ukur

(a) (b) (c) (d)

Gambar 2.18 Peralatan Percobaan Kadar Bahan Organik Agregat Halus

2.5.6.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang digunakan pada percobaan kadar bahan organik agregat
halus adalah sebagai berikut :
1. Mengambil contoh pasir dalam keadaan asli (dari lapangan).
2. Memasukkan pasir yang tadi ke dalam botol organik sebanyak 130 ml.
3. Menambahkan larutan NaOH 3% sampai batas 200 ml.
4. Menutup botol tersebut, lalu mengocok-ocoknya selama 10 menit supaya
benar-benar bercampur.
5. Membiarkannya selama 24 jam agar terjadi reaksi sempurna antara larutan
NaOH dan bahan-bahan organik.
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.6.5 Data Praktikum


Data percobaan kadar lumpur dan lempung agregat halus dapat dilihat di
tabel 2.25.

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN


KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kampus G Jalan Komjen Pol M. Jassin Kelapa Dua
Cimanggis Depok

Tabel 2.25 Pemeriksaan Zat Organik Pada Agregat

HASIL PENGAMATAN

5
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.6.6 Perhitungan
Membandingkan warna larutan dengan standar warna. Standar warna
nomor 1 dan nomor 2 yaitu pasir tersebut bisa dipakai sebagai bahan campuran
beton tanpa dicuci terlebih dahulu, jika warna larutan sama dengan standar warna
nomor 3 dan nomor 4, maka kandungan bahan organiknya tinggi sehingga pasir
tersebut perlu dicuci dahulu sebelum digunakan untuk campuran beton, dan apabila
warnanya pada nomor 5 perlu dipertimbangkan penggunaannya.

2.5.6.7 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan terhadap kadar bahan organik
agregat halus, hasil warna dari percobaan kami menunjukan warna yang sama
dengan warna nomor 3 pada standar warna, sehingga dapat disimpulkan pasir yang
dipakai untuk percobaan sebagai bahan campuran beton perlu dicuci terlebih dahulu
sebelum digunakan sebagai bahan campuran beton.
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.6 Percobaan Bulking Factor Test


2.5.7.1 Maksud
Tujuan dari percobaan bulking factor test adalah untuk mengetahui
persentase peningkatan volume pasir dengan kadar air asli dibandingkan dalam
keadaan jenuh air.

2.5.7.2 Landasan Teori


Bulking factor adalah rasio dari volume pasir dalam keadaan kering
dikurang volume dalam keadaan jenuh dengan volume dalam keadaan jenuh.
Ketika menentukan bulk density, jumlah kelembaban tanah harus ditentukan.
Bulking factor test merupakan indikator pemadatan tanah
dan kesehatan tanah. Ini mempengaruhi infiltrasi, rooting kedalaman/pembatasan,
kapasitas yang tersedia air, porositas tanah, ketersediaan unsur hara, dan aktivitas
mikroorganisme tanah, yang mempengaruhi proses tanah kunci dan produktivitas.

2.5.7.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan bulking factor test adalah
sebagai berikut:
1. Gelas ukur 500 cc/ 250 ml
2. Cawan
3. Batang pengukur

(a) (b) (c)

Gambar 2.19 Peralatan Percobaan Bulking Factor Test


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.7.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang digunakan dalam percobaan bulking factor test adalah
sebagai berikut:
1. Mengambil benda uji secukupnya.
2. Menimbang cawan yang akan dipakai lalu memberinya nomor dengan spidol.
3. Memasukkan benda uji yang akan diperiksa dalam cawan kurang lebih 100
gram.
4. Menimbang cawan yang telah berisi benda uji tersebut.
5. Memasukkannya ke dalam oven dengan suhu 100o C selama kurang lebih 24
jam.
6. Setelah mengeringkannya didalam oven, selanjutnya memasukkan cawan ke
dalam desikator.
7. Setelah dingin, menimbang kembali cawan yang telah berisi agregat tersebut.

2.5.7.5 Data Praktikum


Data percobaan kadar lumpur dan lempung agregat halus dapat dilihat
pada tabel 2.26.

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN


KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kampus G Jalan Komjen Pol M. Jassin Kelapa Dua
Cimanggis Depok

Tabel 2.26 Pemeriksaan Bulking Factor


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

NOMOR CONTOH I
Volume Semula (A) (ml) 300,00
Volume Dalam Keadaan Jenuh (B) (ml) 200,00
AB
Bulking Factor=  100% (%) 50
B
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.7.6 Perhitungan
AB
Bulking Factor =  100%
B
300,00  200,00
=  100%
200,00
= 50%

2.5.7.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
maka dapat diketahui bulking factor pada contoh pasir yang kami ambil adalah
50%. Hal ini berarti terjadi peningkatan volume pasir sebanyak 50% dengan kadar
air asli dibandingkan dalam keadaan jenuh air.

Anda mungkin juga menyukai