Anda di halaman 1dari 53

48

BAB III
ANALISA PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.1 Pengamatan Struktur
Pada awal melaksanakan PKL yang terhitung sejak tanggal 17 Juni
2013 sampai dengan 11 Oktober 2013 dengan mengamati beberapa
pengamatan struktur yang meliputi bored pile, pile cap, caping beam, plat
lantai, Ground Water Thank (GWT), Sewage Treatment Plant (STP) dan
retaining wall.
3.1.1 Pekerjaan Konstruksi
Pengamatan konstruksi yang dilakukan meliputi bored pile, pile cap,
caping beam, plat lantai, Ground Water Thank (GWT), Sewage Treatment
Plant (STP) dan retaining wall. Adapun pengamatan pekerjaan struktur
tersebut uraikan di bawah ini:
3.1.1.1 Konstruksi Bored Pile
Pondasi yang digunakan pada proyek pembangunan Bassura City
adalah pondasi jenis bored pile dan pondasi jenis soldier pile. Pondasi bored
pile adalah merupakan struktur vertikal yang berfungsi menahan beban yang
bekerja (beban aksial & beban lateral). Tulangan yang digunakan pada
pondasi bored pile ini adalah tulangan 14 D 22 dengan tulangan sengkang
D10 150. Pondasi bored pile memiliki ukuran 1000 mm dengan mutu
49

beton K-350, f
c
29 MPa dan slump 18. Adapun langkah-langkah metode
kerja dari pondasi bored pile, antara lain :
1. Koordinasikan dengan pemberi tugas mengenai urutan urutan kerja atau
prioritas kerja dengan mempertimbangkan urutan penyelesaian pekerjaan
yang diminta dan aksesibilitas kerja agar tercapainya produktivitas yang
baik.
2. Tentukan/tetapkan penggunaan tanda-tanda yang disepakati untuk
digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan pematokan
(uitzet) agar tidak jadi kesalahan atau kerancuan dalam membedakan titik-
titik pengeboran dengan titik as bangunan atau titik-titik bantu lainnya.
3. Untuk menghindari pergeseran as tiang dari koordinat yang telah
ditentukan. Maka gunakanlah titik bantu (reference point ) selama proses
pengeboran
4. Proses pengeboran dimulai dengan menggunakan auger soil/ clay hingga
mencapai permukaan air tanah seperti pada gambar 3.1. Langkah kedua
dilanjutkan dengan menggunakan drilling bucket hingga mencapai
kedalaman lubang yang ditentukan (dalam kasus untuk lubang <600 mm
hanya digunakan auger soil karena diameter kecil, sehingga tanah yang
terisi apabila menggunakan drilling bucket lebih sedikit dibandingkan
dengan auger soil, sehingga terkadang apabila kita menggunakan drilling
bucket untuk diameter kecil, lubang akan longsor).
50


Gambar 3.1 Proses Pengeboran bored pile
5. Untuk menghindari kelongsoran dinding tanah saat pelaksanaan
pengeboran, maka setelah pengeboran dengan kedalaman 2 4 m
(tergantung dengan kondisi tanah) dilakukan pemasangan preliminary
temporary casing seperti pada gambar 3.2 di bawah ini.

Gambar 3.2 Pemasangan Casing Bored Pile
6. Setelah dasar lubang bersih dari endapan atau lumpur, maka dilanjutkan
dengan pemasangan keranjang besi (memasukan tulangan yang telah
dibentuk ke dalam lubang).
51


Gambar 3.3 Pemasangan Besi Bored Pile
7. Selanjutnya, pengecoran dilakukan dengan menggunakan beton mutu f
c

29 MPa dengan slump 18cm pada lubang menggunakan concrete bucket
dengan beton yang dialirkan dari truck mixer. Hal itu guna mempercepat
dan mempermudah pekerjaan dibandingkan dengan menggunakan pipa
tremi. Pekerjaan pengecoran dapat dilihat pada gambar 3.4.

Gambar 3.4 Pengecoran Bored Pile
52

8. Rekaman hasil kerja harian (pengeboran dan pengecoran) harus dimintai
persetujuan kepada pengawas dari pihak pemberi tugas atau owner setiap
hari. Dokumen ini selanjutnya harus disimpan dengan rapi sebagai
dokumen otentik proyek.
3.1.1.2 Konstruksi Soldier Pile
Pondasi soldier pile merupakan struktur yang berfungsi sebagai
penahan galian tanah dalam (lateral) untuk lokasi yang kedalaman muka air
tanahnya lebih rendah dari dasar galian. Struktur dari soldier pile tersusun
dari barisan pile beton bertulang yang disusun membentuk dinding. Diantara
space (jarak) antar tiang soldier pile, diisi dengan bahan bentonite yang
berfungsi untuk menahan rembesnya air tanah yang dapat mengganggu
pekerjaan galian. Tulangan yang digunakan dalam tiang soldier pile ini
adalah tulangan 16 D 22 dengan tulangan sengkang D10 150. Pondasi
soldier pile memiliki 600 mm dengan mutu beton K-250, f
c
20 MPa dan
slump 18. Untuk langkah-langkah metode kerja dari soldier pile hampir
sama dengan bored pile, namun ada sedikit penambahan beberapa urutan
pekerjaan, diantaranya :
1. Urutan pertama adalah pengerjaan tiang bentonite semen dengan proses
pembuatan tiangnya hampir sama dengan tiang bored pile. Bedanya
adalah materi pengisinya berupa bentonite dan semen yang diaduk
dengan komposisi 1000 liter air +300 kg semen +50 kg bentonite untuk
53

1 pile dalam mixer dan disalurkan melalui pipa-pipa yang sudah di setting
dengan kapasitas yang dibutuhkan.
2. Sebelum digunakan, bentonite di test terlebih dahulu secara berkala
tingkat viscositas nya dengan alat marsh funnel time yang nilainya
minimal 47 detik.
3. Setelah bentonite dikerjakan, barulah tiang soldier pile dikerjakan dengan
tahapan yang sama dengan langkah-langkah metode pekerjaan bored pile.
Posisi tiang soldier pile kemudian akan mengikis tiang bentonite 20 cm
di sisi kiri dan kanan sehingga menjadi barisan tiang menerus.
4. Hal yang perlu diperhatikan saat pengerjaan tiang soldier pile, pastikan
tiang bentonite sudah cukup umur/kering.
3.1.1.3 Konstruksi Pile Cap
Pengamatan konstrusi pile cap dilakukan setelah pekerjaan pondasi
telah selesai. Pekerjaan konstruksi pile cap ini diawali dengan pekerjaan
pengukuran untuk menentukan elevasi dan as pile cap serta menandai batas
ketinggian pile cap sampai ke permukaan lantai kerja. Kemudian dilanjutkan
dengan pekerjaan pembesian pile cap. Untuk konstruksi pile cap sendiri
memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda, semua itu bergantung pada
jumlah pondasi tiang pancang dalam 1 titik pile cap. Bentuk pile cap pada
proyek Bassura City ini adalah persegi, persegi panjang dan trapesium.
3.1.1.4 Konstruksi Capping Beam
Capping Beam merupakan suatu bentuk struktur bangunan yang
berfungsi mengikat/menggabungkan beberapa tiang (soldier pile) sehingga
54

beban-beban yang diterima oleh masing-masing tiang pile menjadi merata.
Adapun perbedaan antara capping beam dengan pile cap ataupun tie beam
adalah pile cap & tie beam merupakan struktur yang
mengikat/menggabungkan tiang-tiang pondasi, sehingga menghubungkan
antar kelompok tiang untuk selanjutnya dibuat lantai kerja. Untuk capping
beam, bentuk struktur ini hanya berfungsi sebagai pengikat dan penggabung
tiang-tiang yang berfungsi sebagai penahan tanah atau beban lateral (soldier
pile). Capping beam yang digunakan dalam proyek pembangunan Bassura
City ini memiliki dimensi 400 mm x 750 mm dengan tulangan 12 D 16 dan
10 D 16. Mutu beton K-350 (350 kg/cm), f
c
29 MPa dan slump 18.
Selanjutnya akan disebutkan langkah-langkah metode kerja dari struktur
capping beam, antara lain :
1. Koordinasikan dengan pemberi tugas mengenai urutan urutan kerja atau
prioritas kerja dengan mempertimbangkan urutan penyelesaian pekerjaan
yang diminta dan aksesibilitas kerja agar tercapainya produktivitas yang
baik.
2. Pastikan tiang - tiang soldier pile sudah dalam kondisi cukup umur/kering
untuk selanjutnya memasuki pekerjaan galian pada permukaan tiang.
3. Penggalian dilakukan untuk mencari kepala tiang soldier pile dengan
kedalaman yang sesuai dengan dimensi dari balok capping beam.
4. Apabila telah didapat kepala tiang dengan kedalaman yang sesuai dengan
dimensi balok capping beam, selanjutnya adalah pekerjaan pembobokan
beton. Pembobokan beton untuk kepala tiang adalah dimana kepala tiang
55

dibobok untuk didapatkan tulangannya, guna untuk mengikat tulangan
dari struktur capping beam yang berada diatasnya.
5. Setelah semua kepala tiang selesai dibobok dengan kedalaman yang sama
antara 1 tiang dengan tiang yang lainnya, maka dilanjutkan dengan
pemasangan tulangan struktur balok capping beam.
6. Mengadakan marking posisi bekisting yang akan dipasang. Pemotongan
papan kayu dan perakitan bagian-bagian bekisting yang akan dibuat harus
disesuaikan dengan ukuran/dimensi dari balok capping beam tersebut.
Pelumasan permukaan dalam bekisting dengan mud oil, guna
memudahkan pada saat bekisting dibongkar.
7. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton readymix dengan mutu f
c

29 MPa sesuai dengan metode pelaksanaan.
8. Setelah 2 3 hari, bekisting sudah dapat dibongkar dengan syarat capping
beam tidak menerima beban diatasnya.
9. Rekaman hasil kerja harian harus dimintai persetujuan kepada pengawas
dari pihak pemberi tugas atau owner setiap hari.

Gambar 3.5 Pembesian Capping Beam
56

3.1.1.5 Konstruksi Pelat lantai
Pekerjaan pelat lantai diawali dengan pengukuran dengan pinjaman
kolom setinggi 1m. Setelah pengukuran, pasang bekisting dengan metode
konensional lalu lakukan pengecekkan elevasi. Setelah bekisting terpasang,
dilakukan pekerjaan pembesian dengan urutan pemasangannya adalah
tulangan bawah, beton decking, tulangan kaki ayam, dan tulangan atas. Ikat
semuanya dengan menggunakan bendrat. Setelah pekerjaan pembesian
selesai, lakukan pembersihan area pelat lantai yang akan dicor dengan
menggunakan compressor kemudian checklist. Setelah checklist selesai
dilakukan pengecoran menggunakan concrete pump. Permukaan pelat lantai
yang dicor diratakan dengan trowel. J ika beton sudah mengeras bisa
dilakukan proses curing dengan menggunakan sika. Pelepasan bekisting
dilakukan minimal 14 hari.
Mutu beton : K-350 (f
c
29 MPa)
Mutu baja : BJ TD 40 (400 Mpa)
Slump : 12 2
3.1.1.6 Konstruksi Retaining Wall
Retaining wall adalah struktur yang memegang kembali tanah atau
batu dari sebuah bangunan, struktur atau area. Dinding penahan gerakan atau
downslope, mencegah erosi dan menyediakan dukungan untuk vertikal atau
hampir vertikal.
57

Untuk pelaksanaan perencanaan dinding penahan tanah adapun
langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Memperkirakan ukuran atau dimensi dari dinding penahan tanah.
2. Mencari besarnya tekanan tanah, baik secara analitis maupun secara
grafis berdasarkan cara yang sesuai dengan tipe dinding penahan
tanahnya.
3. Lebar dasar dinding penahan tanah harus cukup untuk memobilisasi daya
dukung tanahnya.
4. Perhitungan kekuatan struktur dari konsruksi penahan tanah,yaitu dengan
memeriksa tegangan geser dan dan tekanan tekan yang di ijinkan dari
dinding penahan tanah.
5. Dinding penahan harus aman dari stabilitas gesernya (sliding stability)
6. Dinding penahan harus aman dari stabilitas gulingnya (overtuning
stability)
7. Tinjauan terhadap lingkungan lokasi dari penempatan dinding penahan.
3.1.2 Peralatan
Alat-alat yang digunakan dalam proses pembangunan proyek Bassura
City sebagai berikut:
3.1.2.1 Tower Crane
Tower crane merupakan alat berat yang dapat berputar 360
0
. Tower
crane berfungsi untuk mengangkut serta memindahkan material-material
dan komponen-komponen struktur secara vertikal dan horizontal ke area
pekerjaan yang dituju. Dalam pengoperasiannya tower crane ini
58

dioperasikan oleh seorang operator dengan sistem shift. Tower crane pada
Proyek Pembangunan Bassura City berjumlah 3 seperti pada gambar 3.6.
Kapasitas angkut dengan beban ujung 2,4 ton, 1,8 ton.

Gambar 3.6 Tower Crane
3.1.2.2 Truck Mixer
Truck Mixer merupakan kendaraan sejenis truck yang dilengkapi
dengan mixer (molen). Setiap truck mixer dilengkapi surat jalan (docket)
yang berisi keterangan dari beton readymix yang dibawanya. Cara kerja
truck mixer adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengendalikan perputaran molen digunakan dua buah tuas yang
letaknya di bawah molen (belakang truk).
b. Tuas 1 berfungsi untuk mengatur laju perputaran mixer pada saat
membawa readymix.
59

c. Tuas 2 berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya frekuensi penuangan
readymix pada saat dikeluarkan.
d. Apabila perputaran molen berlawanan arah jarum jam (dilihat dari
belakang) beton akan tetap terjaga dalam molen. Hal ini umumnya
dilakukan untuk mencegah readymix mengalami setting (perkerasan)
pada saat diperjalanan atau saat menunggu readymix dituangkan.
e. J ika molen berputar searah jarum jam maka beton yang ada di dalamnya
akan bergerak ke luar.
Truck Mixer yang digunakan pada Proyek Pembangunan Bassura City
berasal dari PT. Pionir Beton selaku supplier beton Ready-Mixed. Pada
umumnya setiap truk berkapasitas 8 m
3
seperti terlihat pada gambar 3.7.

Gambar 3.7 Truck Mixer
3.1.2.3 Generator Set (Genset)
Generator set (Genset) adalah alat pembangkit listrik yang digunakan
untuk kegiatan pekerjaan dilapangan yang membutuhkan tenaga listrik
60

seperti sebagai alat mensuplai listrik untuk penerangan pekerjaan pada
malam hari dan untuk menjalankan tower crane. Dalam proyek ini,
digunakan 1 buah genset.

Gambar 3.8 Generator Set
3.1.2.4 Concrete Bucket
Concrete Bucket atau biasa disebut bucket cor adalah alat berbentuk
corong besi dimana pada bagian bawahnya dilengkapi lubang di bawahnya
dan katup yang dapat dibuka dan ditutup. Lubang di bawah bucket tersebut
dipasang sejenis pipa yang disebut pipa tremi untuk mempermudah
penuangan beton ke area pengecoran. Concrete Bucket digunakan untuk
mengangkut beton dari truck mixer menuju ke tempat pengecoran dengan
bantuan alat tower crane. Bucket pada proyek ini berkapasitas 0,8 m
3
. Cara
kerja concrete bucket adalah sebagai berikut :
a. Concrete Bucket diletakkan pada landasan / area datar untuk kemudian
diisi dengan beton readymix. (umumnya beton yang dituangkan ke dalam
concrete bucket tidak terisi penuh untuk menghindari tumpahnya beton
saat pengangkatan dengan tower crane).
61

b. Concrete bucket dikaitkan dengan kait pada tower crane dan diangkut
ke zona pengecoran.
c. Concrete bucket diturunkan untuk menaikkan seorang pekerja yang
bertugas mengendalikan tuas buka tutup katup concrete bucket.
d. Pada saat pengecoran, kondisi concrete bucket tergantung pada kait tower
crane.

Gambar 3.9 Concrete Bucket
3.1.2.5 Concrete Pump
Concrete Pump pada proyek pembangunan Bassura City disewa dari
PT. Pionir Beton. Concrete Pump digunakan untuk memompa beton ready-
mixed dari truck mixed. Concrete Pump digunakan untuk pengecoran dengan
volume pengecoran lebih dari 70 m
3
, pengecoran tersebut biasanya
merupakan pengecoran pada pelat, balok dan tangga atau pekerjaan
horizontal. Proses pendistribusian readymix dimulai dari truck mixer yang
62

dimasukan ke dalam concrete pump yang berada di bagian belakang truck
yang kemudian readymix langsung dialirkan melalui pipa-pipa baja yang
dapat di lepas dan pasang pada tiap segmennya sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 3.10 Concrete Pump
3.1.2.6 Vibrator
Vibrator adalah alat yang digunakan untuk menggetarkan beton yang
baru dicor agar beton tersebut rata di dalam bekisting dan juga untuk
mengurangi rongga udara yang ada di dalam beton sehingga ketika beton
tersebut kering, beton dalam keadaan padat dan tidak keropos. Dalam
penggunaan vibrator beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
a. Batang penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan beton secara
vertikal, tetapi dalam keadaan khusus diperbolehkan miring maksimal
45.
b. Penggetaran harus dilakukan ketika adukan beton dituang ke dalam
bekisting dan dihentikkan bila permukaan beton sudah tampak mengkilap
63

dan air semen sudah tampak mengkilap mulai menggenang diatas
permukaan beton serta permukaan beton tidak lagi mengeluarkan
gelembung-gelembung udara (maksimal 30 detik) dan tidak boleh lebih
dari kedalaman 4 meter.
c. Batang penggetaran tidak boleh mengenai tulangan, sebab getarannya
akan mempengaruhi proses pengikatan yang sedang berlangsung antara
beton yang sudah mulai mengering dengan tulangan tersebut.

Gambar 3.11 Vibrator
3.1.2.7 Air Compressor
Air Compressor merupakan alat yang digunakan untuk membersihkan
area pengecoran agar terbebas dari segala macam sisa-sisa kotoran seperti
serpihan besi, sisa kawat, tanah, debu, sampah, dll karena dapat mengurangi
mutu beton nantinya. Alat ini dapat mengeluarkan udara bertekanan tinggi
sehingga mampu untuk membersihkan partikel kotoran yang ukurannya
relatif lebih kecil.
64


Gambar 3.12 Air Compresssor
3.1.2.8 Bar Cutter
Bar Cutter adalah alat yang digunakan untuk memotong besi tulangan
pada tempat pabrikasi. Cara kerja alat ini sangat sederhana dan terdiri dari 2
orang yaitu pekerja satu mempersiapkan dan merapikan besi tulangan dan
pekerja lainnya mengoperasikan alat dengan menekan tombol ataupun
menginjak pedal seperti yang terlihat pada gambar 3.13 di bawah ini.

Gambar 3.13 Bar Cutter
3.1.2.9 Bar Bender
Bar Bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokan besi
tulangan, khususnya yang memiliki diameter besar. Pada alat ini besarnya
65

sudut pembengkokan dapat diatur sesuai kebutuhan. Cara kerja alat ini yaitu
dengan meletakkan tulangan pada suatu tumpuan, dan pekerja menginjak
pedal yang ada di bawahnya. Mesin ini akan membengkokkan besi tersebut
sesuai sudut yang telah direncanakan secara otomatis. Gambar bar bender
dapat dilihat pada gambar 3.14.

Gambar 3.14 Bar Bender
3.1.2.10 Alat ukur
Alat-alat ini merupakan perlengkapan yang dipakai oleh tim surveyor
untuk melaksanakan tugas-tugas pengukuran dilapangan, seperti: penentuan
elevasi bangunan, kerataan dan ketegakan bekisting, pembuatan garis
marking, penentuan batas stop cor, dll. Adapun alat-alat pengukuran terdiri
dari :
a. Pesawat Theodollite Topcon
b. BAAK
c. Statif / Tripod / kaki tiga
66

d. Rambu ukur
e. Sipatan Waterpass Air
f. Meteran, pilox , benang ,pensil, dll.

Gambar 3.15 Alat Ukur
3.1.2.11 Mesin Las
Mesin Las adalah Alat ini digunakan untuk mengelas sambungan
material besi pada pekerjaan struktur dan pekerjaan yang berhubungan
dengan mekanikal elektrikal.

Gambar 3.16 Mesin Las
67

3.1.2.12 Bekisting
Merupakan alat yang berfungsi sebagai cetakan beton baik itu berupa
kolom, balok maupun plat. Fungsi dari bekisting adalah sebagai berikut :
1. Sebagai cetakan beton sesuai dengan ukuran beton yang diinginkan.
2. Menentukan posisi dari kerangka beton.
3. sebagai alat penahan/penyangga pada saat terjadi pengecoran.
Adapun bagian bekisting sebagai berikut :
1. Bekisting Kolom
Bekisting kolom dan core wall dapat di set sesuai dengan ukuran dari
masing masing struktur tersebut. adapun bagian bagiannya antara lain:
a. Steel waller
Steel waller adalah acuan berbentuk lurus dengan memiliki
beberapa jenis untuk panjangnya, steel waller terbuat dari besi baja. steel
waller biasa digunakan dalam pekerjaan bekisting vertikal.
b. Bracing
Bracing adalah alat yang digunakan untuk menyanggah steel waller
agar tegak lurus. Bracing ini terbuat dari besi bulat dengan diameter 2
inchi. Alat ini bekerja dengan sistem ulir.


68

c. Stek
Stek adalah besi baja yang dipasang pada waktu pengecoran plat
lantai yang berfungsi sebagai dudukan bracing.
d. Wing Nut
Wing Nut adalah alat yang digunakan untuk mengencangkan dua
buah panel bekisting kolom, alat ini bekerja dengan system ulir seperti
mur pada baut.
e. Tie Rod
Tie rod adalah sejenis besi ulir yang digunakan untuk
mengencangkan dua buah panel bekisting kolom.
2. Bekisting Balok dan Pelat
Bekisting untuk balok dan pelat merupakan satu kesatuan. adapun
bagian bagiannya antara lain :
a. Plywood
Plywood adalah kayu multiplek berlapis polyfilm. Pada proyek ini
digunakan plywood ukuran 120 x 80 cm dengan tebal 4 cm.
b. Girder
Girder berfungsi sebagai penyanggah plywood agar tidak melendut
pada pengecoran karena desakan beton girder dari kayu dengan panjang
yang bermacam-macam sesuai kebutuhan panjang yang dibutuhkan,
biasanya sering digunakan dengan panjang 240 mm dan 390 mm.
69

c. Bottom Form
Bottom Form adalah rangkaian yang terdiri dari plywood, batang
siku dan kaso sebagai dudukan balok dengan ukuran sesuai yang
dibutuhkan.
d. Side Form.
Side form Sama seperti bottom form yang merupakan suatu
rangkaian cetakan, tetapi dalam penempatannya di samping sebagai
pencetak balok.
e. Scaffolding
Scaffolding merupakan alat yang terbuat dari besi baja, dimana
berfungsi untuk menahan bekisting dan juga pekerjaan finishing.
Penggunaan scaffolding perlu memperhatikan spesifikasi dari pabrik
mengenai ukuran dan kekuatannya sehingga dapat berfungsi dengan baik
dan efisiensi.
f. Timber
Timber adalah kayu ukuran 6/12 yang digunakan sebagai las
bekisting yang diletakkan pada plywood sehingga plywood bawah tidak
rusak akibat berhubungan langsung dengan pelat lantai.
g. Beam Clamp
Beam Clamp adalah besi siku untuk mengencangkan kedua sisi agar
pada saat pengecoran tetap rapat.
70

h. Horry Beam
Horry Beam adalah besi penghubung antar bekisting balok yang
berfungsi sebagai penopang bekisting plat.

Gambar 3.17 Bekisting
3.1.2.13 Scaffolding
Scaffolding adalah alat yang terbuat dari rangakian besi yang berfungsi
menahan bekisting dan pekerjaan lain yang jangkauannya tinggi. Bagian-
bagian dari scaffolding antara lain :
a. U-Head
Dipasang pada bagian paling atas dari Schafolding. Berfungsi
sebagai tempat dudukan balok-balok kayu penyanggah bekisting.
b. Ladder Frame 90
Adalah batang Scaffolding yang biasanya dirangkai diatas Main
Frame apabila Main Frame tidak memungkinkan untuk mencapai
71

ketinggian yang dikehendaki sehingga membutuhkan penyambungan.
Tinggi Ladder Frame yang digunakan yaitu 90 cm.
c. Join Pint
Ujung bagian bawah dari main frame yang berfungsi untuk
menghubungkan atau menyambung antara frame yang satu dengan frame
berikutnya apabila konstruksi perancah cukup tinggi.
d. Main Frame 170
Batang Scaffolding yang berfungsi menahan beban diatasnya secara
vertikal baik beban manusia maupun beban material. Main Frame 170
memiliki tinggi 170 cm, mempunyai lebar 120 cm.
e. Cross Base
Batang menyilang yang menghubungkan 2 buah Main Frame,
berfungsi untuk menjaga kekuatan dan kekakuan Main Frame agar tidak
bergoyang ketika menopang beban.
f. Jack Base
Adalah alat yang dipasang pada bagian bawah atau landasan Main
Frame, berfungsi sebagai alas Main Frame sehingga tidak mudah
bergoyang pada saat menerima beban.
72


Gambar 3.18 Scaffolding
3.1.3 Bahan
Bahan yang diguanakan dalam pembangunan ini harus memenuhi
syarat syarat dan spesifikasi bahan yang telah ditentuakan dan sesuai
peraturan peraturan yang berlaku di Indonesia agar mendapatkan produk
yang berkualitas dan bermutu tinggi. Hal ini bertujuan agar menghasilkan
konstruksi yang kuat dan bermutu. Spesifikasi bahan yang digunakan dalam
proyek pembangunan Bassura City yaitu :
3.1.3.1 Beton Ready-Mix
Beton ready mix yang digunakan berasal dari PT. Pionir Beton dengan
penggunaan mutu beton sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah
ditentukan untuk setiap jenis pekerjaan struktur. Semua Pekerjaan struktur
menggunakan beton ready mix dengan mutu K-350 dan K-450 Mpa Untuk
keseluruhan pekerjaan struktur

73

3.1.3.2 Portland Cement (PC)
Semen sebagai bahan pengikat dalam pekerjaan konstruksi, antara lain
digunakan untuk pasangan batu bata, plesteran, pekerjaan lantai kerja.
3.1.3.3 Agregat
Agregat yang digunakan dalam pembangunan proyek Bassura City
terdiri dari :
a. Agregat Halus (pasir)
- Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton.
- Mutu pasir yang digunakan untuk pekerjaan beton harus terdiri dari:
butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak mengandung lumpur lebih
dari 5%, dan bahan-bahan organik.
b. Agregat kasar (kerikil, batu pecah)
- Agregat kasar yang dimaksud adalah kerikil hasil desintegrasi alami
dari batu-batuan atau batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu,
dengan butir lebih dari 5mm sesuai SNI-2487-2002.
- Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (terhadap berat kering)

Gambar 3.19 Agregat Halus dan Agregat Kasar
74

3.1.3.4 Baja Tulangan (Besi Beton)
Baja tulangan yang digunakan pada proyek pembangunan Bassura
City yaitu BJTD 40 Tegangan Leleh 400 Mpa, Ulir untuk D10 mm. Untuk
memperoleh baja tulangan yang baik mutunya maka harus diperhatikan
pengiriman dan cara penyimpanannya:
a. Batang tulangan dari berbagai jenis baja dan besi harus diberi label atau
tanda yang jelas dan ditempatkan terpisah antara jenis satu dengan yang
lainnya sehingga tidak mungkin saling tertukar.
b. Penimbunan batang tulangan terbuka sebaiknya dihindari karena dapat
menyebabkan korosi atau berkarat yang berakibat berkurangnya kualitas
baja.

Gambar 3.20 Tulangan Baja
3.1.3.5 Kawat Pengikat
Kawat pengikat dari baja lunak yang berfungsi sebagai pengikat
tulangan agar tulangan tidak bergerak/ berpindah tempat selama proses
75

pengecoran serta pemadatan dengan Vibrator untuk dapat membentuk
struktur yang dikehendaki.

Gambar 3.21 Kawat Pengikat
3.1.3.6 Metal Deck
Metal deck adalah plat baja berprofil khusus berlapis zinc yang tahan
korosi. Dengan tambahan emboss atas serta tulangan positif dua arah yang
bila dikombinasi dengan cor beton akan membentuk struktur lantai komposit
yang sangat kuat dan sempurna sekaligus lebih ringan dan tipis.
Pelat metal deck sebagai pengganti bekisting konvensional karena
dapat di cor langsung. Pada proyek Bassura City menggunakan metaldeck
berwarna silver ukuran 375 cm x 120 cm dan 367 cm x 120 cm.

Gambar 3.22 Metal Deck
76

3.1.3.7 Wiremesh
Wiremesh adalah jaring kawat baja las yang berkualitas tinggi, setiap
detil Wiremesh dibuat dengan pengawasan yang sangat teliti. Dimana mulai
dari pemilihan material atau bahan yaitu besi melalui kontrol yang ketat
kemudian di las dengan mesin las otomatis yang berteknologi tinggi
terdepan dikelasnya. Pada pembangunan proyek Bassura City
menggunakan wiremesh sebagai material dalam mempercepat penyelesaian
proyek dengan ukuran 6 m x 3 m seperti pada gambar 3.23.

Gambar 3.23 Wiremesh
3.1.3.8 Beton Decking
Beton deking berfungsi sebagai penyangga supaya besi tidak
mengalami defleksi (perubahan bentuk saat terjadi pengecoran), sebagai
selimut beton pada kolom, balok, plat lantai dan dinding basement, sebagai
pemisah antara tulangan dengan bekisting pada pengecoran. Ukuran beton
tahu berbagai macam sesuai dengan kegunaannya, yaitu :
77

a. Ukuran 2 cm : untuk selimut balok dan plat lantai
b. Ukuran 4 cm : untuk selimut kolom dan dinding
Pembuatan beton deking dilakukan dilokasi proyek dengan campuran
adukan 1: 2 yang dicetak ditas papan persegi. Kemudian beton deking
tersebut dipotong secara horizontal dan vertikal sesuai dengan ukuran yang
dibutuhkan. Setelah itu disetiap potongan beton deking diberi kawat untuk
pengikat. Setelah kering beton deking direndam didalam drum yang berisi
air.

Gambar 3.24 Beton Decking
3.1.3.9 Tulangan Kaki Ayam
Merupakan bahan yang digunakan untuk penyangga antara tulangan
pelat agar tidak mengalami defleksi (lendutan) dan menjaga ketebalan pelat
itu sendiri. Tulangan kaki ayam terbuat dari besi ulir diameter 10 mm.
Tulangan kaki ayam mempunyai jarak antara tulangan kaki ayam lainnya
yaitu radius 1m
2
.
78


Gambar 3.25 Tulangan Kaki Ayam
3.1.3.10 Calbond
Calbond digunakan untuk menyatukan antara beton yang lama dengan
beton yang baru yang akan dilakukan pengecoran agar tidak terjadi
keretakan pada garis pertemuan beton tersebut. Cara pelaksanaan cukup
mudah yaitu dengan mengoleskan Calbond pada beton lama sebelum
memulai pekerjaan pengecoran yang baru.

Gambar 3.26 Calbond
3.1.3.11 Bahan untuk Pengeras Beton (Hardener)
Pada proyek Bassura City menggunakan bahan pengeras beton agar
dapat mempercepat pengerasan beton yang telah dicor. Hardener pada
79

proyek ini dengan merk Sika Chapdur. Hardener merupakan suatu bahan
yang dapat mempercepat pengerasan beton setelah dicor, terutama
pengecoran plat. Cara menggunakan bahan ini cukup dengan
menaburkannya pada saat keadaan beton setengah kering kemudian di
ratakan dengan menggunakan mesin trawel. Satu kilogram hardener dapat
digunakan untuk 4 m
2
.

Gambar 3.27 Hardener
3.1.4 Pengujian Mutu Beton
Untuk mendapatkan beton yang diinginkan maka harus dilaksanakan
pengujian terhadap mutu beton, apakah beton tersebut memenuhi syarat atau
tidak sehingga beton yang akan dicor adalah beton yang benar-benar dengan
mutu yang baik dan telah memenuhi syarat. Pada proyek ini dilakukan dua
macam pengujian yaitu:
3.1.4.1 Slump Test
Dalam proses pengecoran slump test merupakan pengujian yang
pertama kali dilakukan dilapangan saat truck mixer tiba, tujuannya untuk
80

mengetahui sejauh mana tingkat kekentalan beton dari beton ready mix yang
dipesan, sehingga akan mendapatkan mutu beton yang direncanakan. Beton
yang terlalu encer atau terlalu kental dapat merubah mutu beton yang
direncanakan pada saat pengecoran beton terlihat sudah mengeras
nantinya.Tujuan dari slump test adalah untuk mengetahui kekentalan adukan
beton yang akan dicor. Peralatan yang digunakan adalah:
1. Kerucut Abrams dari besi atau baja dengan ukuran :
- Diameter atas : 10 cm
- Diameter bawah : 20 cm
- Tinggi : 30 cm
2. Pelat dasar dari baja dan besi
3. Tongkat pemadat dengan panjang 60 cm dan diameter 16 mm.
4. Sendok semen
5. Mistar ukur/meteran

Gambar 3.28 Peralatan Uji Slump
81

Prosedur pelaksanaan :
1. Beton segar dari truck mixer dituang ke kereta dorong
2. Basahi cetakan dan pelat dasar dengan lap basah
3. Letakkan cetakan pada pelat dasar pada bidang datar
4. Tekan dengan kedua telapak kaki bagian bawah cetakan, dengan posisi
badan membungkuk pada waktu pengisian benda uji kedalam cetakan.
5. Masukan adukan beton kedalam cetakan dalam tiga lapis, setiap lapisan
(1/3 volume) dipadatkan dengan menusuk-nusuk tongkat pemadat
sebanyak 25 kali setiap lapisan.

Gambar 3.29 Pemadatan Uji Slump
6. Ratakan permukaan adukan beton dan pelat slump.
7. Angkat cetakan perlahan-lahan tegak lurus ke atas.
82


Gambar 3.30 Angkat Kerucut
8. Letakkan cetakan disamping benda uji secara terbalik, kemudian letakkan
tongkat secara horizontal diatas kerucut

Gambar 3.31 Letakan Tongkat di atas Kerucut
9. Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi
permukaan adukan beton tersebut terhadap tinggi kerucut abrams. Hasil
dari pengukuran kemudian dirata rata kan sehingga didapat nilai
slump dari benda uji tersebut yang dinyatakan dalam cm
83

10. Pada proyek ini slump test, dilakukan di lokasi proyek yang disaksikan
oleh konsultan pengawas dan kontraktor, jika nilai slump tidak sesuai
dengan slump rencana yaitu 12 2 maka pihak pengawas ataupun
konsultan berhak untuk menolak beton tersebut.

Gambar 3.32 Pengukuran Uji Slump
11. Nilai slump test diambil secara acak sesuai permintaan dari pihak owner
atau kontraktor.
3.1.4.2 Crushing Test
Kuat tekan beton adalah muatan tekan maksimum yang dapat dipikul
oleh beton persatuan luas penampang akibat adanya beban yang bekerja
diatasnya.
Pada Crushing test menggunakan silinder beton dengan diameter 15
cm dan tinggi 30 cm. Pembuatan benda uji dilakukan saat beton ready mix
tiba dilokasi proyek, sebelumnya cetakan-cetakan sudah dioleskan oli atau
vaselin agar nantinya adukan beton tidak melekat pada cetakan. Prosedur
pelaksanaan pembuatan benda uji :
84

1. Ambil adukan beton yang masih segar dari truck mixer dan dituangkan
secukupnya ke kereta dorong, masukkan dalam cetakan silinder dalam 3
lapis (1/3 volume), setiap lapis ditusuk-tusuk sebanyak 25 kali tusukan
dengan tongkat pemadat.
2. Lakukan hal diatas hingga beton benar-benar penuh dan padat.
3. Pada setiap 1 benda uji diberi keterangan yang berisikan nama proyek,
tanggal pengecoran, nomor mixer, mutu beton, dan strukturnya.
4. Ratakan permukaan beton, biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam
dan letakkan pada tempat bebas getaran serta ditutup dengan bahan kedap
air.
5. Setelah 24 jam buka cetakan dan keluarkan benda uji, rendam beton uji
ke dalam bak air sampai batas waktu pengujian kuat tekan.
6. Sampel beton dari proyek ini dikerjakan di Laboratorium Pionir.
7. Hasil test beton dari laboratorium Pionir untuk umur 7, 14, 21, dan 28
hari sebagai patokan untuk mutu beton.
3.2 Pengamatan Struktur Pile Cap
Pengamatan konstrusi pile cap dilakukan setelah pekerjaan pondasi
telah selesai. Pekerjaan konstruksi pile cap ini diawali dengan pekerjaan
pengukuran untuk menentukan elevasi dan as pile cap serta menandai batas
ketinggian pile cap sampai ke permukaan lantai kerja. Kemudian dilanjutkan
dengan pekerjaan pembesian pile cap. Untuk konstruksi pile cap sendiri
memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda, semua itu bergantung pada
85

jumlah pondasi tiang pancang dalam 1 titik pile cap. Bentuk pile cap pada
proyek Bassura City ini adalah persegi, persegi panjang dan trapesium.
Setelah pekerjaan pile yang meliputi pengeboran dan pemotongan pile
yang tersisa dipermukaan tanah, maka dilakukan penulangan untuk membuat
pile cap. Pile cap tersusun atas tulangan baja berdiameter D13, D16, D22
dan D25 yang membentuk suatu bidang lebar yang berbeda-beda tergantung
dari jumlah tiang yang tertanam.
Fungsi dari pile cap adalah untuk menerima beban dari kolom yang
kemudian akan terus disebarkan ke bored pile dimana masing-masing pile
menerima 1/N dari beban oleh kolom dan harus daya dukung yang di
izinkan (Y ton) (N=Jumlah kelompok pile). J adi beban maksimum yang
bisa diterima oleh pile cap dari suatu kolom adalah sebesar N x (Y ton). Pile
cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan kolom
di bagian atasnya. Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar
berada dititik pusat pondasi seehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang
dapat menyebabkan beban tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya
kepala kolom, pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari
pembebanan yang ada.
Selain itu bentuk dari pile cap juga bervariasi dengan betuk trapesium,
persegi dan persegi panjang. J umlah kolom yang diikat pada tiap pile cap
pun berbeda-beda tergantung kebutuhan atas beban yang akan diterimanya.
86

Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada yang mengikat 2, 3, 4, dan 8
buah bored pile diikat menjadi satu.
3.2.1 Tahapan-Tahapan Pengerjaan Pile Cap
Adapun tahap-tahap dalam pengerjaan pile cap adalah sebagai berikut:
1. Setelah dilakukan penggalian tanah, dilakukan pemotongan pile sesuai
elevasi pile cap yang diinginkan.
2. Tanah disekeliling pile digali lagi sesuai dengan bentuk pile cap yang
telah direncanakan.
3. Pada pile dilakukan pemboran pada bagian betonnya hingga tersisa
tulangan besinya yang kemudian dijadikan sebagai stek pondasi sebagai
pengikat dengan pile cap. Pemboran hanya sampai elevasi dasar pile cap
saja.
4. Melakukan pemasangan bekisting dari batako disekeliling daerah pile.
Penggunaan batako ini dipilih karena batako cukup kuat untuk menahan
beban sebagai bekisting serta cukup murah untuk pada akhirnya ditimbun
bersama saat pengecoran.
5. Sebagai landasan pile cap, dibuat lantai kerja terlebih dahulu dengan
ketebalan 5 cm.
6. Melakukan pemasangan tulangan-tulangan pile cap yang meliputi
tulangan utama atas dan bawah, persiapan stek pondasi, pemasangan kaki
ayam, beton decking dan pemasangan stek pile cap sebagai penghubung
menuju kolom.
87

7. Sebelum dilakukan pengecoran, tanah disekitar bekisting di timbun
kembali untuk menahan beban pengecoran dan meratakan kondisi tanah
seperti semula.
8. Setelah semua persiapan sudah matang, maka dapat dilakukan
pengecoran pada pile cap.
3.2.2 Metode pelaksanaan Pile Cap
Setelah mengetahui tahap-tahap pengerjaan pile cap, maka selanjutnya
adalah metode pelaksanaan. Adapun metode pelaksanaan pile cap adalah
sebagai berikut:
1. Pekerjaan pile cap diawali dengan pekerjaan persiapan, yaitu menentukan
as pile cap dengan menggunakan theodolit dan waterpass berdasarkan
shop drawing yang dilanjutkan dengan pemasangan patok as pile cap.
2. Pekerjaan Galian
Kedalaman penggalian disesuaikan dengan dimensi pile cap. Lihat
gambar 3.33.

Gambar 3.33 Pekerjaan Galian
88

3. Pekerjaan potongan kepala bored pile
Kepala bored pile dibobok sampai dengan elevasi yang diinginkan 40 D
(1m)

Gambar 3.34 Pekerjaan Potongan Kepala Bored Pile
4. Pekerjaan Urugan Pasir, Lantai Kerja, Bekisting
Pekerjaan urugan pasir setebal 5 cm dilanjutkan dengan pekerjaan lantai
kerja setebal 10 cm. Kemudian pekerjaan bekisting dengan batako putih
dilakukan setelahnya.

Gambar 3.35 Pekerjaan Bekisting Pile Cap
89

5. Pekerjaan penulangan pile cap
Penulangan pile cap dikerjakan berdasarkan spesifikasi dan gambar
rencana.

Gambar 3.36 Pekerjaan Penulangan Pile Cap
6. Pekerjaan pengecoran
Pengecoran menggunakan beton K-350 dengan nilai slump 12 cm.

Gambar 3.37 Pengecoran Pile Cap

90

3.3 Perhitungan Struktur Pile Cap Tipe P2-100

Gambar 3.38 Gambar struktur pile cap yang diamati
Diketahui :
Q
u
=500 kN
D =1000 mm
Mutu beton =K-350 (29 MPa)
Diameter tulangan rencana =25 mm
Ukuran kolom diatas pile cap = 450 x 800 mm
Tebal efektif d =1000 selimut .dia tulangan =1000 -150-0,5.25 =
837,5 mm
91


Gambar 3.39 Gambar Rencana Pile Cap
3.3.1. Penentuan Ukuran Panjang Pile Cap:
Perhitungan panjang pile cap untuk pile cap dengan dua buah
pile (berdasarkan sumber : Pile Design and Construction Practice
(Fifth Edition), M. Thomlinson & J . Woodward, 2009) adalah sebagai
berikut :
l
w
=(k +1) +0,3 m
Keterangan :
l
w
=panjang pile cap (m)
92

=diameter pile cap
k =jarak antara pile
Maka :
l
w
=(2,5+1)1+0,3=3,8 Jipokoi 4,5 m
3.3.2. Penentuan Ukuran Lebar Pile Cap:
Perhitungan lebar pile cap untuk pile cap dengan dua buah pile
(berdasarkan sumber : Pile Design and Construction Practice (Fifth
Edition), M. Thomlinson & J . Woodward, 2009) adalah sebagai
berikut : b
w
= +0,3 m
Keterangan :
b
w
=lebar pile cap (m)
=diameter pile cap (m)

Gambar 3.40 Pile Cap dengan dua Pile
93

Maka :
b
w
= +0,3 m =1+0,3 =1,3 m Jipokoi 2 m
Ukuran tebal pile cap dicoba 1 m.
3.3.3. Kuat Geser Satu Arah Pile Cap pada Pile :
Kuat geser satu arah adalah kuat geser nominal secara satu arah
yang disumbangkan oleh beban. Perhitungan kuat geser satu arah
berdasarkan SNI 03-2847-2002 halaman 89 ketentuan bab 13.3(1(1))
adalah sebagai berikut:
I
c1
= _

6
_b
w
t
Keterangan:
V
c1
: Kuat Geser Nominal Beton Satu Arah
f
c
: Mutu Beton (Mpa)
b
w
: Lebar Pile Cap (m)
t : Tebal Efektif Pile Cap (m)
94


Gambar 3.41 Lokasi Kritis Geser Satu Arah
I
c1
=_
c
6
_b
w
J =0,75_
29
6
_.2000.837,5.10
-3
=1127,52 kN
Nilai kuat geser satu arah yang diijinkan (V
c1
) harus lebih besar dari
gaya geser satu arah ultimit (V
u1
) agar pile cap tidak mengalami
kegagalan geser satu arah (V
c1
V
u1
; untuk geser sebesar 0,75
[berdasarkan SNI 03-2847-2002 halaman 61 ketentuan bab 11.3
(2(3))]). Gaya geser satu ara ultimit adalah besarnya gaya geser satu
arah yang dihasilakan dari daya dukung pile. Sehingga perhitungan
gaya geser satu arah ultimit adalah sebagai berikut:
I
u1
=pilc x
u


95

Keterangan:
V
u1
: Gaya Geser Satu Arah Ultimit (N)
Pile : J umlah Pile Di Bawah Pengaruh Area Geser Satu Arah
Q
u
: Daya Dukung Ultimit Satu Pile (N)
Maka:
I
u1
=pilc .
u
=2 .500 kN =1000 kN <I
c1

Maka tebal pile cap tidak perlu ditambah karena gaya geser yang
terjadi lebih kecil dari pada kuat geser
3.3.4. Kuat geser dua arah Pile Cap pada pile :

Gambar 3.42 Lokasi Kritis Geser Dua arah pada Pile
Perhitungan kuat geser satu arah berdasarkan SNI 03-2847-
2002 halaman 89 ketentuan bab 13.3(1(1)) adalah sebagai berikut:
I
c2
= _

6
_b
w
t
96

Keterangan:
V
c1
: Kuat Geser Nominal Beton Satu Arah
f
c
: Mutu Beton (Mpa)
b
w
: Lebar Pile Cap (m)
t : Tebal Efektif Pile Cap (m)
I
c2
=_
c
6
_b
w
J =0,75_
29
6
_.(1000+ 837,5).837,5.10
-3
=1035,9 kN
I
u2
=pilc .
u
=2 .500 kN =1000 kN <I
c2

Maka tebal pile cap tidak perlu ditambah karena gaya geser yang
terjadi lebih kecil dari pada kuat geser
3.3.5. Momen Lentur Pile Cap:
Momen lentur pile cap adalah momen lentur yang dihasilkan dari
besarnya beban yang dipikul dikalikan dengan jarak tegak lurus dari
setengah pile menuju titik kritis akibat pembebanan. Besarnya beban
yang dipikul adalah jumlah pile dibawah pengaruh area lentur
dikalikan dengan daya dukung pile.
P
u
=pilc
i
x
u

Keterangan:
P
u
: Beban Ultimit (N)
97

pile : J umlah Pile Di Bawah Area Lentur
Q
u
: Daya Dukung Ultimit 1 Pile (N)
P
u
=pilc .
u

=2 .500 kN =1000 kN
Pada pile cap dengan dua pile, kemungkinan lentur kritis yang
akan terjadi seperti gambar 3.42 beikut ini

Gambar 3.43 Lokasi Momen Lentur Kritis
Momen lentur kritis terjadi di tepi kolom , maka:
H
u
= P
u
_
k
2

b
c
2
]
Keterangan:
M
u1
: Momen Lentur Kritis (Nm)
P
u1
: Beban Ultimit (N)
k : Variabel J arak Pile Cap
98

D : diameter pile (m)
b
c
: lebar kolom (m)
h
c
: tinggi kolom (m)
H
u
=P
u
_
k
2

b
c
2
]
=1000_
2,5 .1
2

0,45
2
]
=1025 kNm
3.3.6. Perhitungan Tulangan Tarik Pile Cap:
k =
H
u
b.J
2
=
1025 .10
6
0,8.2000.837,5
2
=0,9133 HPo
p
htung
=
0,85 .
i
c
y
_1_1
2k
0,85.
i
c
_
=
0,85 .29
400
_1_1
2 .0,9133
0,85.29
_
=0,0023272
p
mnmum
=
1,4
y
=
1,4
400
=0,0035
p
muksmum
=_
0,85 .450
600+y
]x _
0,85 .c
y
_
99

=_
0,85 .450
600+400
]x _
0,85 .35
400
]
=0,0284
p
htung <
p
mnmum <
p
muksmum

Maka, dipakaip
mnmum
.
A
s pcIu
=p
mnmum
.b.J =0,0035 .2000.837,5=5862,5 mm
2

A
s
125 =0,25 .3,14 .25
2
=491 mm
2

Jumlah tulangan n =
A
s pcrlu
A
s
125
=11,96~12 buo
J arak antar tulangan :
s =
b
w
2.sclimut bcton
n 1
=
20002.75
121
=168 mm ~ 140 mm
J adi, dipakai D25 140 pada kedua arah pile cap.
100


Gambar 3.44 Gambar Akhir Pile Cap

Anda mungkin juga menyukai