Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.7 Soundness Test Agregat Halus


2.4.7.1 Maksud
Soundess test agregat halus dilakukan untuk mengetahui
keausan/pelapukan agregat akibat pengaruh iklim/cuaca.

2.4.7.2 Landasan Teori


Soundess test dilakukan untuk menentukan resistensi agregat terhadap
disintegrasi melalui cuaca dan khususnya siklus beku dan cair. Agregat yang tahan
lama (tahan terhadap cuaca) lebih kecil kemungkinannya terdegradasi di lapangan
dan menyebabkan tekanan perkerasan HMA prematur dan berpotensi kegagalan.
Memperhatikan suhu larutan dalam ruangan pada saat pengujian agar selalu sesuai
dengan yang disyaratkan di dalam metode pengujian soundness, sebab ketelitian
pengujian soundness secara garis besar sangat bergantung pada kondisi suhu larutan
dan suhu ruangan. Peralatan yang diperlukan juga harus sesuai standar yang
ditentukan. Selain menggunakan larutan natrium sulfat dan magnesium sulfat, ada
larutan lain yang digunakan yaitu barium klorida (Ahmad, 2015).
Soundness test digunakan untuk menentukan ketahanan agregat terhadap
disintegrasi dengan pelapukan dan khususnya, siklus beku mencair. Agregat yang
tahan lama (tahan terhadap cuaca) cenderung menurun dilapangan dan
menyebabkan perkerasan marabahaya dan berpotensi gagal. Suatu agregat
dikatakan tidak bersifat kekal apabila terjadi perubahan volume yang cukup berarti.
Ini mungkin muncul dalam bentuk perubahan setempat-setempat hingga terjadi
retakan permukaan atau disintegrasi pada suatu kedalaman yang cukup besar
(Sultan, 2020).
Kekekalan atau keausan agregat dapat diuji dengan menggunakan larutan
kimia untuk memeriksa reaksinya pada agregat. Kekekalan agregat dapat diuji
dengan larutan kimia untuk memeriksa reaksinya pada agregat. Agregat harus
memenuhi syarat seperti yang tercantum dalam SK SNI S-04-1989-F. Agregat
halus jika diuji dengan menggunakan larutan garam sulfat (natrium sulfat) bagian
yang hancur maksimum 12% dan jika diuji dengan menggunakan magnesium sulfat
bagian yang hancur maksimum 10% (Anasori, 2013).

1
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.7.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan Soundness test agregaat halus
adalah sebagai berikut.
1. Beaker glass
2. Timbangan dengan ketelitian minimal 0,1%
3. Natrium sulfat/magnesium sulfat
4. Oven
5. Desikator
6. Termometer dengan ketelitian 0,1%
7. Hidrometer
8. Wadah untuk agregat halus, kawat kasa berbentuk tabung yang bagian atasnya
terbuka yang mempunyai ukuran bukan saringan No. 60
9. Saringan dengan ukuran sebagai berikut.
Tabel 2.1 ukuran saringan
Ukuran Saringan
No.4 (4,750 mm)
No. 5 (4,000 mm)
No. 8 (2,400 mm)
No. 16 (1,200 mm)
No. 30 (0,600 mm)
No. 50 (0,300 mm)
No. 100 (0,150 mm)

2.4.7.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang harus dilakukan dalam soundness test agregat
halus adalah sebagai berikut.
1. Menyiapkan larutan garam sulfat.
a. Menyiapkan larutan jenuh garam natrium sulfat/ magnesium sulfat dengan
cara melarutkan kristal 1 murni garam natrium sulfat/ magnesium sulfat
dalam air panas lalu menyaringnya.
b. Larutan harus betul-betul jenuh sehingga tidak terlihat adanya kelebihan
garam yang tidak larut.

2
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

c. Mengaduk baik-baik, kemudian menyimpan dalam desikator selama 48


jam sebelum dipergunakan.
d. Menghancurkan terlebih dahulu hablur-hablur garam yang mungkin terjadi
dengan cara mengaduk, kemudian menentukan berat jenisnya.
2. Mengambil benda uji agregat halus di atas saringan No. 50, mengeringkan
dalam oven sampai beratnya tetap kemudian menyaringnya.
Tabel 2.2 Ukuran Saringan yang digunakan untuk Agregat Halus
Lolos saringan Tertahan Saringan
9,500 mm (3/8") 4,750 mm (No. 4)
4,750 mm (No. 4) 2,360 mm (No. 8)
2,360 mm (No. 8) 1,180 mm (No. 16)
1,180 mm (No. 16) 0,600 mm (No. 30)
0,600 mm (No. 30) 0,300 mm (No. 50)

3. Mengambil benda uji ± 100 untuk masing-masing fraksi yang telah disaring,
kemudian mencatat berat totalnya. Jangan menggunakan agregat halus yang
menempel pada celah saringan.
4. Memasukkan benda uji ke dalam beaker glass, kemudian menuangkan larutan
garam natrium/ magnesium yang telah disediakan sehingga larutan tersebut
dapat merendam seluruh permukaan benda uji dengan ketinggian ± 12,5 mm
(1/2").
5. Menutup beaker glass dengan rapat untuk mengurangi penguapan dan
masuknya substansi lain. Mengatur temperatur perendaman pada suhu 20,3oC
− 21,9 oC.
6. Memasukkan beaker glass ke dalam desikator dan mendiamkan selama
minimum 16 jam dan maksimum 18 jam.
7. Mengeluarkan beda uji dari dalam larutan, membiarkannya tiris selama 15 ± 5
menit. Mengeringkan dalam oven pada temperatur 110oC ± 5oC sampai
beratnya tetap, kemudian mendinginkan benda uji sebelum direndam kembali
dalam larutan.
8. Mengulangi proses perendaman dan pengeringan benda uji minimial 5 kali.
Apabila pengujian terpakasa dihentikan sementara, menyimpan benda uji di
dalam oven pada tempratur 110 oC ± 5oC sampai pengujian dilanjutkan kembali.
3
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

9. Setelah proses perendaman dan pengeringan selesai, mencuci benda uji dengan
cara megalirkan air panas (43 oC ± 6 oC) ke dalam cawan sampai meluap keluar
untuk memastikan benda uji telah bersih dari larutan natrium sulfat/ magnesium
sulfat. Selama proses pencucian, menjaga benda uji dari guncangan atau
tumbukan yang dapat membuat pecah atau retaknya benda uji.
10. Mengeringkan masing-masing fraksi benda uji dalam oven sampai memperoleh
beratnya tetap.
11. Menyaring agregat halus dengan ukuran saringan yang sama pada saat
persiapan benda uji, lalu menimbang dan mencatat berat benda uji yang tertahan
pada masing-masing saringan (B).

2.4.7.5 Perhitungan
Perhitungan pada Soundness test agregat halus dilakukan dengan runus
sebagai berikut.
A − B
Persentase agregat yang lapuk = ×100%
B

Keterangan:
A: berat agregat sebelum pengujian
B : berat agregat sesudah pengujian

4
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.8 Bulking Factor Test


2.4.8.2 Maksud
Bulking factor test dilakukan untuk mengetahui persentase peningkatan
volume pasir dengan kadar air asli dibandingkan dalam keadaan jenuh air.

2.4.8.2 Landasan Teori


Bulking factor adalah rasio dari volume pasir dalam keadaan kering
dikurangi dengan volume pasir dalam keadaan jenuh. Tujuan dari percobaan
Bulking factor test ini dilakukan untuk mengetahui persentase peningkatan volume
pasir dengan kadar air asli dibandingkan dalam keadaan jenuh. Pengembangan
volume pasir atau yang biasa disebut dengan bulking merupakan percobaan yang
dilakukan untuk menentukan persentase udara yang terkandung dalam rongga antar
butir. Material yang baik mempunyai kadar air yang baik (Sopaheluwakan, 2020).
Bulking agregat tergantung pada dua faktor yaitu persentase kadar air dan
ukuran partikel agregat halus. Faktor yang mempengaruhi kekuatan beton adalah
kadar air pasir dan volume rongga yang dimiliki. Pasir basah akan menyebabkan
lapisan air terbentuk pada partikel-partikel pasir dan tegangan permukaannya
cenderung untuk memisahkannya sehingga menyebabkan penambahan volume
atau disebut pengembangan isi. Semakin besar volume rongga udara maka volume
beton akan semakin padat dan akan memiliki kekuatan yang lebih tinggi (Kuingo,
2018).
Bulking factor test berhubungan dengan perubahan volume tanah seperti
pengurangan massa tanah yang disebabkan oleh pengurangan kadar air tanah awal
sampai dengan kadar air pada batas susut tanah. Batas susut kadar air merupakan
batas minimum ketika pengurangan kadar air tersebut tidak menyebabkan
perubahan volume tanah. Bulking factor test sangatlah penting dan harus dilakukan
untuk mendapatkan kualitas beton yang berdaya tekan tinggi (Suryono, 2016).

5
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.8.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam bulking factor test agregat halus adalah
sebagai berikut.

1. Gelas ukur 1000 ml.


2. Stopwatch.

2.4.8.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang harus dilakukan pada bulking factor test adalah
sebagai berikut.

1. Mengambil contoh pasir dengan kadar air asli.


2. Memasukkan ke dalam gelas ukur sampai skala ± 300,000 ml. Mencatat volume
pasir tersebut (A).
3. Mengisi gelas ukur dengan air sampai setengahnya.
4. Bulking sampel hingga keadaan jenuh air kemudian menunggu hingga agregat
mengendap.
5. Mencatat volume pasir (B).

2.4.8.5 Data Percobaan


Data hasil bulking factor test yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel
2.3 adalah sebagai berikut.
Tabel 2.3 Data pemeriksaan Bulking Factor Test
Parameter Nilai
Volume semula (ml) 300,000
Volume dalam keadaan jenuh air (ml) 270,000

6
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.8.6 Perhitungan
Perhitungan bulking factor test dilakukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
A − B
Bulking factor = ×100%
B

= 300,000 - 270,000 100%


270,000

= 11,111
Keterangan:
A : volume pasir dengan kadar air asli (ml)
B : volume pasir dalam keadaan jenuh air (ml)

7
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Bulking Factor Test


Parameter Hasil
Volume semula (ml) 300,000
Volume dalam keadaan jenuh air (ml) 270,000
Bulking factor (%) 11,111

8
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.8.7 Kesimpulan
Hasil data bulking factor test dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
maka dapat diketahui volume semula sebesar 300,000 ml, volume dalam keadaan
jenuh sebesar 290,000 ml dan bulking factor sebesar 3,448%..

9
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai