Anda di halaman 1dari 6

BAB V

PEMERIKSAAN ZAT ORGANIK PADA AGREGAT HALUS

5.1 Tujuan
Praktikum pemeriksaan zat organik pada agregat halus memiliki beberapa
tujuan dengan uraian sebagai berikut :
1) Menentukan kandungan bahan organik yang ada pada agregat halus
berdasarkan standar warna hellige tester (ASTM C-40).
2) Menentukan bisa tidaknya agregat yang direncanakan digunakan untuk
campuran pembuatan beton.

5.2 Landasan Teori


Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan
oleh alat pemecah batu. Agregat ini berukuran 0,063 mm — 4,76 mm yang
meliputi pasir kasar (Coarse Sand) dan pasir halus (Fine Sand). Beton penahan
radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai agregat halus.
Menurut PBI, agregat halus yang memenuhi syarat :
1) Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras, dan bersifat
kekal artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan temperatur, seperti
terik matahari hujan, dan lain-lain.
2) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % berat kering,
apabila kadar lumpur lebih besar dari 5%, maka agregat halus harus dicuci
bila ingin dipakai untuk campuran beton atau bisa juga digunakan
langsung tetapi kekuatan beton berkurang 5 %.
3) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organik (zat hidup) terlalu
banyak dan harus dibuktikan dengan percobaan warna dari ABRAMS-
HARDER dengan larutan NaOH 3%.
4) Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Fine Sand antara 2,2–3,2.
5) Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Sand antara 3,2–4,5.
6) Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam besarnya.
Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan tersebut juga dapat dipakai,
asal saja kekuatan tekan adukan agregat pada umur 7 dan 28 hari tidak
Laporan Praktikum Beton Pemeriksaan Zat Organik Pada Agregat Halus

kurang dari 95% dari kekuatan adukan agregat yang sama, tetapi dicuci
terlebih dahulu dalam larutan NaOH 3% yang kemudian dicuci bersih
dengan air pada umur yang sama.
Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam dan apabila diayak
dengan ayakan susunan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Sisa diatas ayakan 4 mm minimum beratnya 2%
2) Sisa diatas ayakan 1mm minimum beratnya 10%
3) Sisa diatas ayakan 0,025 beratnya berkisar antara 80% sampai 95%.
Zat organik yang terkandung dalam agregat halus umumnya berasal dari
penghancuran zat-zat tumbuhan, terutama yang berbentuk humus dan lumpur
organk. Zat organik adalah senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon
kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Zat organik yang merugikan
diantaranya gula, minyak dan lemak. Gula dapat menghambat pengikatan semen
dan pengembangan kekuatan beton, sedangkan minyak dan lemak dapat
mengurangi daya ikat semen. Pengujian agregat diperlukan untuk menentukan
bisa tidaknya agregat digunakan dalam campuran pembuatan beton. Pasir tidak
boleh banyak mengandung bahan organik, bahan-bahan organik seperti sisa-sisa
tanaman dan humus umumnya banyak tercampur pada pasir alam, adapun bahan-
bahan organik ini berpengaruh negatif pada semen.
Pengujian zat organik pada agregat halus salah satunya adalah dengan cara
kalori meter. Pengukuran kalorimeter pada zat organik dinetralkan dengan larutan
NaOH 3% dan warna yang terjadi dibandingkan dengan warna standar setelah
didiamkan selama ±24 jam. Sesuaikan warna larutan yang terlihat pada botol bayi
dengan warna yang terdapat pada tabel warna standar :
1) 1-2 untuk kadar lumpur rendah
2) 3 untuk kadar lumpur normal
3) 4-5 untuk kadar lumpur tinggi
Menurut metoda SNI untuk uji warna, apabila warna hasil uji terletak pada No.3
dan No.2 maka dapat digunakan untuk beton normal, apabila terletak pada No.1
dapat digunakan untuk beton mutu tinggi, semakin besar no warna semakin tua
warnanya.

Kelompok 3
Laporan Praktikum Beton Pemeriksaan Zat Organik Pada Agregat Halus

5.3 Peralatan
Berikut adalah alat dan bahan dalam melaksanakan pratikum pemeriksaan
zat organik pada agregat halus :
5.3.1 Alat
1) Botol gelas kaca tembus pandang dengan penutup yang tidak bereaksi
dengan NaOH. Volume gelas = 350 ml, berfungsi sebagai wadah agregat
halus dan larutan NaOH.
2) Standar warna (hellige tester), berfungsi sebagai perbandingan warna
dengan benda uji
5.3.2 Bahan
1) Agregat halus (pasir) yang sudah lolos sarinngan No.4 dengan volume 130
ml, sebagai bahan uji.
2) NaOH 3% 200 ml, berfungsi sebagai larutan pereaksi

5.4 Prosedur Kerja


Berikut ini langkah-langkah yang harus diperhatikan pada pemeriksaan zat
organik pada agregat halus:
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Bersihkan botol bayi sebagai tempat menuangkan agregat halus dan
larutan NaOH.
3) Masukkan agregat halus yang lolos saringan No.4 kedalam botol susu bayi
sebanyak 130 ml.
4) Tambahkan larutan natrium hidroksida (NaOH) 200 ml sampai agregat
halus larut .
5) Tutuplah botol dengan rapat dan kocok kurang lebih selama 10 menit .
6) Diamkan selama 24 jam ditempat yang minim getaran dan amatilah
perubahan warna pada bahan uji
7) Bandingkan warna bahan uji dengan standar warna hellige tester.

Kelompok 3
Laporan Praktikum Beton Pemeriksaan Zat Organik Pada Agregat Halus

1) Siapkan agregat halus (pasir) 2) Siapkan botol bayi dan


sebanyak 130 ml larutan NaOH 200ml

3) Masukkan agregat halus 4) Tambahkan larutan NaOH


kedalam botol bayi sebanyak kedalam botol bayi sebanyak
130 ml 200 ml

5) Tutup botol bayi, lalu kocok 6) Bandingkan warna cairan yang


selama kurang lebih 10 menit sudah didiamkan selama 24
jam dengan Hellige Tester.

Gambar 5.1 Pemeriksaan Zat Organik Pada Benda Uji Agregat Halus

Kelompok 3
Laporan Praktikum Beton Pemeriksaan Zat Organik Pada Agregat Halus

5.5 Hasil Analisis Data


Pelaksanaan praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan agregat
halus pada campuran beton. Indikator yang digunakan sebagai acuan adalah tabel
hubungan antara warna cairan dan pengurangan (reduksi) kuat tekan akibat bahan
organik dapat dilihat pada:
Tabel 5.1 Hubungan warna cairan dengan kuat tekan
Nomor Standar Reduksi Kuat Warna Cairan Pasir
Pelaksanaan Tekan
1 0 Tidak ada warna Dapat dipakai
sampai dengan
warna kuning
muda
2 10-20 Kuning muda Kadang –kadang
dapat dipakai
3 15-30 Merah kekuning – Digunakan untuk
kuningan lantai biasa
4 25-50 Coklat kemerah – Tidak dapat
merahan digunakan
5 50-100 Coklat tua Tidak dapat
digunakan

Pemeriksaan yang dilakukan dengan membandingkan warna cairan


dengan Hellige Tester menunjukkan warna merah kekuning-kuningan. Standar
yang digunakan warna cairan hasil pratikum dari bahan uji agregat halus dalam
rentang 15-30 reduksi kuat tekan menunjukkan bahwa agregat tersebut dapat
digunakan untuk lantai biasa.
Pengamatan warna yang telah dilakukan merupakan faktor yang
mempengaruhi hubungan antara warna dengan kuat tekan. Pengamatan yang di
lakukan pada ruangan yang kurang pencahayaan dapat mempengaruhi warna
cairan pada botol bayi, sehingga sulit untuk membandingkan dengan Hellige
Tester.

Kelompok 3
Laporan Praktikum Beton Pemeriksaan Zat Organik Pada Agregat Halus

5.6 Kesimpulan
Hasil pemeriksaan zat organik pada agregat halus dapat ditarik
kesimpulan, sebagai berikut:
1) Hasil reaksi campuran agregat halus dengan NaOH yang didiamkan
selama 24 jam mengalami perubahan warna menjadi merah kekuning-
kuningan.
2) Hasil pemeriksaan zat organik agregat halus memiliki 15-30 reduksi kuat
tekan
Hasil pengujian zat organik agregat halus dapat diketahui bahwa agregat
halus bisa digunakan untuk lantai biasa sesuai dengan No.3 standar pelaksanaan.

5.7 Saran
Saran untuk praktikum pemeriksaan zat organik pada agregat halus ini
dapat dilihat uraian sebagai berikut:
1) Prosedur yang digunakan sebaiknya sesuai dengan ketetapan yang sudah
ditetapkan pada SNI
2) Saat menkocok botol yang berisi agregat halus dan NaOH sebaiknya
dilakukan dengan sedikit kuat agar bahan benar-benar tercampur.
3) Saat mendiamkan cairan pada botol bayi selama 24 jam, carilah tempat
yang minim getaran dan tidak terkena langsung sinar matahari.

Kelompok 3

Anda mungkin juga menyukai