Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton yaitu suatu campuran yang berisi pasir ,kerikil, batu pecah atau
agregat lain yang dicampurkan menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari
semen dan air yang membentuk suatu massa yang sangat mirip seperti batu, dapat
digunakan dengan untuk membuat pondasi, balok, plat cangkang, dan plat lantai.
Beton yang digunakan sebagai struktur dalam kontruksi teknik sipil,dapat
dimanfaatkan untuk banyak hal.struktur beton digunakan untuk bangunan
pondasi, kolom, balok, pelat, dan masih banyak lagi,dalam teknik sipil sumber
daya air beton digunakan untuk bangunan air seperti bendungan,saluran drainase
perkotaan, dalam teknik sipil transportasi beton juga digunakan seperti jalan
rambat beton, gorong-gorong, saluran samping dan lainnya, jadi beton hamper
digunakan dalam semua aspek ilmu teknik sipil. Artinya semua struktur dalam
teknik sipil akan menggunakan beton, minimal dalam pekerjaan pondasi
(Mulyono, 2003).
Beton sering digunakan sebagai struktur dalam kontruksi teknik sipil, maka
mutu beton yang akan digunakan perlu diperhatikan, mutu beton ini sangat
mempengaruhi nilai kuat beton itu sendiri. Mutu beton dipengaruhi oleh
parameter-parameter seperti kualitas semen,kebersihan agregat,takaran dari
bahan-bahan pembentuk beton, dan lain lain.
Masalah yang sering terjadi dalam pembuatan beton adalah bagaimana cara
merencanakan takaran dari bahan-bahan pembentuk beton (mix design) agar
mendapatkan nilai kuat tekan beton yang diinginkan. Pembuatan perencanaan
diperlukan percobaan-percobaan supaya mendapatkan takaran yang tepat, supaya
beton yang dibuat mencapai nilai kuat tekan sesuai dengan yang diinginkan.

1.2 Tujuan
Pelaksanaan praktikum beton memiliki beberapa tujuan dapat dilihat
sebagai berikut :
1) Mampu melakukan pemeriksaan berat isi agregat.

1
Laporan Praktikum Beton
Pendahuluan
2) Mampu melakukan pemeriksaan analisis saringan agregat kasar dan halus.
3) Mampu melakukan pemeriksaan bahan yang lolos di saringan No. 200.
4) Mampu menentukan kandungan bahan organik pada agregat halus
berdasarkan standar hellige tester.
5) Mampu menentukan persentase lumpul yang terkandung pada agregat halus.
6) Mampu menentukan kadar air yang terkandung pada agregat kasar dan
halus.
7) Mampu menganalisa specific grafity dan absorption pada agregat kasar dan
halus.
8) Mampu melakukan pemeriksaan keausan dengan mesin los anggeles.
9) Mampu menentukan komposisi komponen suatu beton (mix design).
10) Mampu mengetahui takaran bahan campuran beton.
11) Mampu menentukan penentuan ukuran derajat kemudahan pengecoran
adukan beton basah (workability).
12) Mampu melakukan perawatan terhadap beton.
13) Mampu menentukan kekuatan tekan benda uji yang berbentuk silinder dan
balok yang dibuat dan dirawat di laboratorium.

1.3 Landasan Teori


1.3.1 Beton
Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material,
yang bahan utamanya terdiri dari campuran semen, agregat halus, agregat kasar,
air dan atau tanpa bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu ,karena
beton merupakan komposit, maka kualitas beton sangat tergantung dari kualitas
masing-masing material pembentuk (Tjokrodimulyo,2007).
Berdasarkan fungsi dan kegunaannya beton memiliki beberapa jenis,
diantaranya sebagai berikut :
1) Beton mortar
Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri atas mortar, pasir, dan air. Ada
tiga ragam mortar yang sering digunakan antara lain semen, kapur, dan
lumpur. Beton mortar semen yang dipasangi anyaman tulangan baja di
dalamnya dikenal sebagai ferro cement. Beton mortar memiliki kekuatan
tarik dan daktilitas yang baik.

2) Beton hampa

Gerardo Houtlas Naibaho– M1C118030


2
Laporan Praktikum Beton
Pendahuluan
Pembuatan beton ini dilakukan dengan menyedot air pengencer adukan
beton menggunakan alat vacum khusus sehingga disebut dengan beton
hampa. Beton hampa merupakan beton dengan kekuatan yang sangat tinggi
karena air yang tersisa adalah air yang telah bereaksi dengan semen saja.
Beton hampa banyak diaplikasikan pada bangunan–bangunan tinggi seperti
halnya gedung pencakar langit.
3) Beton Ringan
Seperti dengan namanya, beton ringan menggunakan agregat yang bobotnya
ringan, beberapa orang juga sering menambahkan zat aditif yang dapat
membentuk gelembung–gelembung udara di dalam beton. Apabila pori–pori
dalam beton semakin banyak maka ukuran beton tersebut juga akan
meningkat dan menghasilkan bobot beton yang lebih ringan dari pada beton
lain dengan ukuran yang sama.
4) Beton non-pasir
Beton non-pasir dibuat dengan menggunakan agregat berupa kerikil, semen
dan air yang sama sekali tidak menggunakan pasir di dalamnya. Dengan
begitu juga akan terbentuk rongga–rongga berukuran kecil diantara kerikil
tersebut sehingga memiliki bobot yang lebih ringan pula. Beton non-pasir
juga membutuhkan semen yang lebih sedikit karena tidak menggunakan
pasir di dalamnya. Pengaplikasian beton non-pasir adalah pada struktur
ringan, kolom dan dinding sederhana, bata beton, serta buis beton.
5) Beton bertulang
Beton bertulang dibuat dengan paduan atau campuran beton dan tulangan
baja, beton bertulang mempunyai sifat yaitu kuat terhadap gaya tekan
namun lemah dengan gaya tarik. Tulangan baja ditambahkan ke dalam beton
untuk menambah kekuatan beton dalam gaya tariknya. Beton bertulang ini
biasanya dipasang pada bagian pelat lantai, kolom bangunan, jalan,
jembatan dan sebagainya.
6) Beton pra-tegang
Pembuatan beton pra-tegang dengan beton bertulang hampir sama,
perbedaannya hanya terletak pada tulangan baja yang akan dimasukkan ke
beton yang harus melewati proses penegangan lebih dahulu. Hal ini

Gerardo Houtlas Naibaho– M1C118030


3
Laporan Praktikum Beton
Pendahuluan
bertujuan agar beton dapat menahan beban lenturan yang besar dan tidak
membuatnya retak. Beton pra-tegang banyak digunakan untuk menyangga
struktur bangunan bentang lebar.
7) Beton pra-cetak
Beton pra-cetak merupakan beton yang dicetak di luar area pengerjaan
proyek
pembangunan yang memang sengaja dibuat di tempat lain agar kualitasnya
lebih baik. Beton pra-cetak digunakan untuk proyek yang memang memiliki
lahan yang sempit atau terbatasnya tenaga di lokasi proyek. Beton pra-cetak
juga biasanya dibuat oleh perusahaan yang memang bergerak di bidang
konstruksi.
8) Beton massa
Beton massa merupakan beton yang dibuat dalam jumlah yang cukup
banyak dimana penuangan beton ini juga sangat besar di atas kebutuhan
rata–rata. Untuk perbandingan antara volume dan luas permukaannya juga
sangat tinggi yang pada umumnya beton massa memiliki dimensi yang
berukuran lebih dari 60 cm dan banyak digunakan untuk pembuatan pondasi
besar, pilar bangunan dan bendungan.
9) Beton siklop
Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat cukup besar
sebagai bahan pengisi tambahannya dengan besar ukuran penampang
agregat tersebut berkisar antara 15 – 20 cm. Bahan tersebut kemudian
ditambahkan ke adukan beton normal sehingga dapat meningkatkan
kekuatannya yang banyak digunakan pada bendungan, jembatan dan
bangunan air lainnya.
10) Beton serat
Beton serat merupakan jenis beton yang menggunakan serat – serat
tambahan ke dalam adukan beton tersebut. Serat yang biasa ditambahkan ke
dalam beton adalah asbestos, plastik, kawat baja hingga tumbuh –
tumbuhan. Penambahan serat bertujuan untuk menaikkan daktailitas pada
beton tersebut sehingga tidak mudah mengalami keretakan.
Selain jenis-jenis beton yang sudah dijelaskan diatas beton juga memliki
kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut :

Gerardo Houtlas Naibaho– M1C118030


4
Laporan Praktikum Beton
Pendahuluan
1) Kelebihan beton
a) Kekuatannya tinggi dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan struktur
sepert beton mutu K-225, K-250, K-300 dan seterusnya.
b) Tahan terhadap temperatur tinggi jadi aman jika terjadi kebakaran
bangunan, atau setidaknya masih memberikan kesempatan kepada
penghuni pada saat bencana terjadi.
c) Mudah dibentuk menggunakan bekisting sesuai dengan kebutuhan
struktur.
d) Biaya pemeliharaan rendah karena setelah mengeras menjadi batu,
asalkan besi tulangan berada pada posisi yang baik didalam beton maka
kemungkinan terjadinya karat dapat dikurangi.
e) Lebih murah jika dibandingkan dengan baja dan kayu.
f) Mempunyai kuat tekan yang tinggi.
g) Bahan bakunya mudah didapatkan.
h) Umurnya tahan lama.
2) Kekurangan beton
a) Bentuk beton yang sudah dibuat sulit untuk diubah kembali.
b) Pelaksanaan pekerjaan memerlukan ketelitian yang tinggi
c) Berat.
d) Daya pantul suara besar
e) Membutuhkan cetakan sebagai alat pembentuk
f) Kuat tarik yang kecil.
g) Beton yang mengeras sebelum pengecoran tidak bisa digunakan kembali
(daur ulang).
1.3.2 Unsur campuran beton
Pembuatan beton ada beberapa unsur-unsur bahan campuran beton sebagai
berikut :
1) Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang merupakan hasil disentegrasi alami
batu –batuan atau juga berupa hasil mesin pemecah batu dengan memecah batu
alami(Tjokrodimulyo,2007).
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam
yang telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan

Gerardo Houtlas Naibaho– M1C118030


5
Laporan Praktikum Beton
Pendahuluan
dan aberasi yang berlangsung lama. Agregat dapat juga diperoleh dengan
memecah batuan induk yang lebih besar. Agregat halus untuk beton adalah
agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau
berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir 5 mm. Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil
sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm. Besar
butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian. (Asri
Nurdin, 2017)

Berdasarkan SNI No. 1737 – 1989 – F agregat adalah sekumpulan butir–butir


batu pecah, batu kerikil,pasir, atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun
buatan.Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun demikian
peranan agregat dalam beton sangat lah penting .kandungan agregat dalam beton
kira-kira mencapai 70% - 75% dari volume beton , agregat sangat berpengaruh
terhadap sifat –sifat beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian
penting dalam pembuatan beton. Penggolongan agregat berdasarkan ukurannya,
yaitu dan agregat kasar (coarse aggregates) agregat halus (fine aggregates).
Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri
pemecah batu, dengan butirannya berukuran antara 4,76 mm - 150 mm. Ketentuan
agregat kasar antara lain:

1) Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori.
Aggregat kasar yang butirannya pipih hanya dapat dipakai jika jumlah
butir-butir pipihnya tidak melampaui 20% berat agregat seluruhnya.
2) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dalam berat
keringnya. Bila melampaui harus dicuci.
3) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton, seperti
zat yang relatif alkali.
4) Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batu pecah.

Gerardo Houtlas Naibaho– M1C118030


6
Laporan Praktikum Beton
Pendahuluan
5) Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji Rudeloff
dengan beban uji 20 ton.
6) Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga maksimum
5%.
7) Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Aggregate antara 6–7,5.
Digunakan dalam sebuah bangunan yang memperhitungkan berat dirinya.
Agregat kasar digunakan dalam bermacam produk beton, misalnya bahan-
bahan untuk isolasi atau lahan, pra-tekan, dan agregat kasar dan halus paling
banyak digunakan untuk beton-beton pra-cetak. Beton yang dibuat dengan agregat
kasar mempunyai sifat tahan api yang baik. Kelemahan dari beton adalah ukuran
pori pada beton yang dibuat dengan agrergat besar, sehingga penyerapannya
besar pula. Jika tidak diperhatikan hal ini akan menyebabkan beton yang
dihasilkan menjadi kurang baik kualitasnya. Agregat kasar dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu yang dihasilkan melalui pembekahan (expanding) dan yang
dihasilkan dari pengolahan bahan alam. Disarankan agar penakarannya
menggunakan volume. Berat isi agregat ini berkisar 350-880 kg/m3 untuk agregat
kasarnya. Campuran agregat tersebut mempunyai berat isi maksimum 1040 kg/m3.
Agregat kasar yang digunkan dalam campuran beton harus memenuhi syarat mutu
dari ASTM C-330
a) Agregat kasar
Agregat kasar berupa pecahan batu, pecahan kerikil atau kerikil alami
dengan ukuran butiran minimal 5 mm dan ukuran butiran maksimal 40 mm.
ukuran butiran maksimum dari agregat kasar dalam beton bertulang diatur
berdasarkan 17 kebutuhan bahwa agregat tersebut harus dengan mudah dapat
mengisi cetakan dan lolos dari celah-celah yang terdapat di antara batang-batang
baja tulangan. Jenis agregat kasar yang umum adalah :
a) Batu pecah alami, bahan ini didapatkan dari cadas atau batu pecah alami
yang digali, batu ini dapat berasal dari gunung apijenis sedimen, atau
jenis metamorf. Meskipun dapat menghasilkan kekuatan yang tinggi

Gerardo Houtlas Naibaho– M1C118030


7
Laporan Praktikum Beton
Pendahuluan
terhadap beton, batu pecah kurang memberikan kemudahan pengerjaan
dan pengecoran dibandingkan dengan jenis agregat lainnya.
b) Kerikil alami, kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi
maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir, kerikil memberikan
kekuatan yang lebih rendah dari pada batu pecah, tetapi memberikan
kemudahan pengerjaan yang lebih tinggi.
c) Agregat kasar buatan, terutama berupa slag dan shale yang biasa
digunakan untuk beton berbobot ringan, biasanya merupakan hasil dari
proses lain seperti dari blast-furnace.
Berdasarkan berat jenisnya, agregat kasar dibedakan menjadi tiga golongan
(Tjokrodimulyo,2007),yaitu:
a) Agregat normal
Agregat normal adalah agregat yang berat jenisnya antara 2,5-2,7 gr/cm 3.
Agregat ini biasanya berasal dari agregat basalt, granit, kuarsa dan
sebagainya. Beton yang dihasilkan mempunyai berat jenis sekitar 2,3 g4/cm3.
b) Agregat berat
Agregat berat adalah agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8
gr/cm3, misalkan magnetic (FeO4) atau serbuk besi. Beton yang dihasilkan
mempunyai berat jenis tinggi sampai 5 gr/cm3.
c) Agregat ringan
Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai berat jenis kurang dari
2,0 gr/cm3 yang biasanya dibuat untuk beton non structural atau dinding
beton.
Menurut PBI 1971 (Peraturan Beotn Bertulang Indonesia 1971), ketentuan
mengenai penggunaan agregat kasar untuk beton harus memenuhi syarat, antara
lain:
a) Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu, pada umumnya yang dimaksudkan dengan agregat kasar
adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm.

Gerardo Houtlas Naibaho– M1C118030


8
Laporan Praktikum Beton
Pendahuluan
b) Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori, apabila jumlah
butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari agregat seluruhnya.
Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
hancur oleh pngaruh – pengaruh cuaca,
c) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (ditentukan
terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-
bagian yang dapat lolos melalui ayakan 0,063 mm. apabila kadar lumpur
melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.
d) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti zat-zat reaktif alkali.
e) Kekerasan dari butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari
rudeloff dengan beban penguji,dengan menggunakan syarat-syarat sebagai
berikut :
a) Tidak terjadi pembubukan dampai fraksi 9,5 – 19 mm lebih dari 24%
berat.
b) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19 – 30 mm lebih dari 22 %
berat atau dengan mesin pengaus los angeles ysng mana tidak boleh
terjadi kehilangan berat lebih dari 50 %.
f) Agregat kasar harus terdiri dari butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan yang ditentukan harus memenuhi syarat –
syarat sebagai berikut:
a) Sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat.
b) Sisa diatas 4 mm, ahrus berkisar antara 90 % dan 98 % berat.
c) Selisih antara sisa-sisa komulatif diatas dua ayakan berurutan adalah
maksimum 60 % dan minimum 10 %.
g)Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada 1/5 jarak terkecil
antara bidang –bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal plat atau ¾ dari
jarak bersih minimum.
b)Agregat halus
Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil disentegrasi alami batuan atau
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batuan Dan mempunyai ukuran butir
terbesar 5,0 mm . (tukangbata.blogspot.com).

Gerardo Houtlas Naibaho– M1C118030


9
Laporan Praktikum Beton
Pendahuluan
Cara membedakan jenis agregat yang paling banyak dilakukan adalah
dengan berdasarkan pada ukuran butir-butirnya ,agregat yang mempunyai butir-
butir yanga besar disebut agregat kasar yang ukurannya lebih besar dari 4,8
mm.sedangkan butir agregat yang kecil disebut agregat halus yang memiliki
ukuran lebih kecil dari 4,8 mm.
Menurut peraturan SK-SNI-T-15-1990-03 kekasaran pasir dibagi menjadi
empat kelompok menurut gradasinya, yaitu pasir halus ,agak halus ,agak kasar,
dan kasar. Pasir yang digunakan dalam adukan beton harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
a) Pasir harus terdiri dari butir-butir tajam dankeras ,hal ini di karenakan
dengan adannya bentuk pasir yang tajam ,maka kaitan antar agregat akan
lebih baik, sedangkan sifat keras untuk menghasilkan beton yang keras
pula.
b) Butirannya harus bersifat keral ,sifat kekal ini berarti pasir tidak mudah
hancur oleh pengaruh cuaca , sehingga beton yang dihasilkan juga tahan
terhadap pengaruh cuaca.
c) Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering
pasir, lumpur yang ada akan menghalangi ikatan antara pasir dan pasta
semen,jika konsentrasi lumpur tinggi maka beton yang dihasilkan akan
berkualitas rendah.
d) Pasir tidak boleh mengandung bahan organik terlalu bergerak .
e) Gradasinya harus memenuhi syarat.
2) Air
Dalam pembentukan beton, air merupakan salah satu faktor penting karena air
dapat bereaksi dengan semen, yang akan menjadi pasta pengikat agregat, air juga
dapat berpengaruh terhadap kuat desak beton,karena kelebihan air akan
mengakibatkan beton menjadi bleeding,yaitu air bersama-sama semen akan
bergerak keatas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Selain itu
air pada campuran beton akan berpangaruh terhadap sifat workabiliy adukan
beton, besar kecilnya nilai susut beton, kelangsungan reaksi dengan semen
Portland, sehingga dihasilkan kekuatan selang beberapa waktu, perawatan
terhadap adukan beton guna menjamin pengerasan yang baik.

Gerardo Houtlas Naibaho– M1C118030


10
Laporan Praktikum Beton
Pendahuluan
Air untuk pembuatan beton minimal memenuhi syarat sebagai air minum yaitu
tawar,tidak berbau ,tidak keruh, dan lain-lain. Tetapi tidak berarti air yang
digunakan untuk pembuatan beton harus memnuhi syarat sebagai air minum.
Penggunaan air untuk beton yang baik adalah air yang memenuhi syarat sebagai
berikut :
a) Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gr/liter.
b) Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam,zat
organik) lebih dari 15 gr/liter.
c) Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/liter.
d) Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/liter.
3) Semen Portland
Semen Portland merupakan bubuk halus yang diperoleh dengan menggiling
klinker yang didapat dari pembakaran suatu campuran yang baik dan merata
antara kapur dan bahan-bahan yang mengandung silica,alumina,dan oxid besi,
dengan batu gips sebagai bahan tambah dalam jumlah yang cukup, bubuk halus
ini bila dicampur dengan air, selang beberapa waktu akan menjadi keras dan
digunakan sebagai bahan ikat hidrolis. Semen portland diklasifikasikan dalam
lima tipe yaitu sebagai berikut :
a)Tipe I (Ordinary Portland Cement)
Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti yang dipersyaratkan pada tipe-tipe lain, tipe
semen ini paling banyak diproduksi dan banyak dipasaran
b)Tipe II (Moderate sulfat resistance)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang. Tipe II ini mempunyai panas
hidrasi yang lebih rendah dibanding semen Portland Tipe I. Pada daerah–
daerah tertentu dimana suhu agak tinggi, maka untuk mengurangi
penggunaan air selama pengeringan agar tidak terjadi Srinkege
(penyusutan) yang besar perlu ditambahkan sifat moderat “Heat of
hydration”. Semen Portland tipe II ini disarankan untuk dipakai pada
bangunan seperti bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai

Gerardo Houtlas Naibaho– M1C118030


11
Laporan Praktikum Beton
Pendahuluan
adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan
pertimbangan utama.
c)Tipe III (High Early Strength)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang
tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen tipe III ini
dibuat dengan kehalusan yang tinggi biasa mencapai 5000 cm2/gr dengan
nilai C3S nya juga tinggi. Beton yang dibuat dengan menggunakan semen
Portland tipe III ini dalam waktu 24 jam dapat mencapai kekuatan yang
sama dengan kekuatan yang dicapai semen Portland tipe I pada umur 3
hari, dan dalam umur 7 hari semen Portland tipe III ini kekuatannya
menyamai beton dengan menggunakan semen portlan tipe I pada umur 28
hari
d)Tipe IV (Low Heat Of Hydration)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi
rendah. Penggunaan semen ini banyak ditujukan untuk struktur Concrette
(beton) yang massive dan dengan volume yang besar, seprti bendungan,
dam, lapangan udara. Dimana kenaikan temperatur dari panas yang
dihasilkan selama periode pengerasan diusahakan seminimal mungkin
sehingga tidak terjadi pengembangan volume beton yang bisa
menimbulkan cracking (retak). Pengembangan kuat tekan (strength) dari
semen jenis ini juga sangat lambat jika dibanding semen portland tipe I
e)Tipe V (Sulfat Resistance Cement)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi
terhadap sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton
pada daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat
tinggi seperti air laut, daerah tambang, air payau dan lain sebagainya.
1.3.3 Pemeriksaan dan Pembuatan Beton
1) Pemeriksaan berat volume agregat
Pemeriksaan berat volume agregat adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk
menentukan berat isi agregat halus dan kasar yang didefinisikan sebagai
perbandingan antara berat material kering dengan volume. Berat volume

Gerardo Houtlas Naibaho– M1C118030


12
Laporan Praktikum Beton
Pendahuluan
agregat ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat volume gembur dan berat
volume padat. Berat volume gembur merupakan perbandingan berat agregat
dengan volume literan, sedangkan berat volume padat adalah perbandingan
berat agregat dalam keadaan padat dengan volume literan.
2) Pemeriksaan analisis saringan agregat kasar dan halus
Pemeriksaan analisis saringan agregat kasar dan halus adalah pengelompokan
besar butir analisa agregat kasar dan agregat halus menjadi komposisi
gabungan yang ditinjau berdasarkan saringan dan bertujuan untuk
mendapatkan beton yang mudah dikerjakan yang mempunyai tingkat
workability yang tinggi.
3) Pemeriksaan bahan lolos saringan no. 200
Pemeriksaan bahan lolos saringan no 200adalah pemeriksaan yang bertujuan
untuk menentukan bahan dalam agregat halus yang lolos saringan no 200
(agregat halus ukuran lebih kecil dari 0.075mm) dengan cara pencucian.
4) Pemeriksaan zat organik pada agregat halus
Pemeriksaan zat organic pada agregat halus adalah pemeriksaan yang
bertujuan untuk menentukan kandungan bahan organik dalam agregat halus
berdasarkan standar warna hellige tester.
5) Pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus
Pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus adalah pemeriksaan yang
bertujuan untuk menentukan persentase lumpur yang terkandung didalam
agregat halus. Kandungan lumpur < 5% adalah ketentuan dalam peraturan
bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton.
6) Pemeriksaan kadar air agregat
Pemeriksaan kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering, dalam persen.
7) Analisis specific gravity dan penyerapan agregat kasar dan agregat halus
Analisis specific gravity dan penyerapan agregat adalah analisis yang
bertujuan untuk menentukan bulk dan apparent specific grafity dan absorption
dari agregat.
8) Pemeriksaan keausan dengan mesin los angeles
Pemeriksaan keasusan dengan mesin los angelesadalah pemeriksaan yang
bertujuan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan
dengan menggunakan mesin los angeles.
9) Perencanaan campuran beton

Gerardo Houtlas Naibaho– M1C118030


13
Laporan Praktikum Beton
Pendahuluan
Perencanaan campuran adalah tahapan untuk menentukan komposisi
komponen unsur beton dengan mutu K-300.
10) Pelaksanaan campuran beton
Pelaksanaan campuran beton adalah tahapan untuk mengetahui takaran bahan-
bahan campuran pembuatan beton yang diinginkan.
11) Percobaan slump beton
Percobaan slump beton adalah pengecekan atau penentuan ukuran derajat
kemudahan pengecoran adukan beton basah (workability).
12) Pemeriksaan berat isi beton
Pemeriksaan berat isi beton adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk
menentukan berat isi beton, berat isi beton adalah berat beton persatuan isi.
13) Pembuatan dan persiapan benda uji
Pembuatan dan persiapan benda uji adalah tahapan untuk membuat benda uji
berbentuk silinder dan balok, dan perawatan benda uji untuk persiapan
pemeriksaan.
14) Pemeriksaan kekuatan tekan beton
Pemeriksaan kekuatan tekan beton adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk
menentukan kuat tekan benda uji yang berbentuk silinder maupun balok yang
dibuat dan dirawat di laboratorium.

Gerardo Houtlas Naibaho– M1C118030


14

Anda mungkin juga menyukai