A. REFERENSI
1. ASTM C 469 – 94 . Test Method for Static Modulus of Elasticity and Poisson’s Ratio of
Concrete in Compression.
2. ASTM C 31 / C 31 M – 96. Practice for Making and Curing Concrete Test Specimens in
The Fields.
B. TUJUAN
Untuk menentukan Modulus Elastisitas suatu beton dari hasil rancangan.
C. DASAR TEORI
Pada umumnya bahan, termasuk beton, memiliki daerah awal pada diagram tcgangan-
regangannya dimana bahan berkelakuan secara elastis dan linier. Kemiringan diagram
tegangan-regangan dalam daerah elastis linier itulah yang dinamakan Modulus Elastisitas (E)
atau Modulus Young.
Modulus elastisitas adalah kemampuan beton untuk berubah bentuk akibat pembebanan
tekan tanpa terjadi deformasi plastis atau permanen. Nilai modulus elastis beton bervariasi
menurut kekuatannya, hal ini disebabkan oleh sifat agregat, sifat semen, umur beton,
kecepatan pembebanan dan ukuran benda uji yang berbeda–beda. Akibat pembebanan yang
terus menerus diberikan terhadap benda uji maka benda uji akan mengalami tiga kondisi,
yaitu :
- Kondisi plastis
- Kondisi elastis
- Kondisi patah
Pada kondisi elastis, beton yang telah dibebani akan berubah dimensi atau ukurannya.
Tetapi setelah beban ditiadakan beton kembali ke ukuran semula. Sedangkan pada kondisi
plastis, akibat pembebanan ukurannya tidak akan kembali ke bentuk semula bila beban
ditiadakan.
Nilai Modulus Elastisitas suatu beton rencana dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
E 3200 fc' 69000(Mpa)
Nilai Modulus Elastisitas suatu beton hasil rancangan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Pelastis ΔL
σ ε
A o
Modulus Elastisitas dari suatu beton sangat dibutuhkan, agar diketahui batas plastis
aman dari suatu beton.
Tegangan (MPa)
Regangan (mm/mm)
5 Sendok Untuk
mengambil/menuangkan
belerang ke dalam ring
caping
4.3 Bahan
No. Nama Gambar Keterangan
1 Silinder Beton 1
Dengan diameter 150
cm, tinggi 30 cm
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Keluarkan benda uji dari tempat penyimpanan,lap permukaannya kemudian timbang.
3. Ukur dimensi dari benda uji, diameter ( D ) dan tingginya ( L ). Kemudian timbang
beratnya ( w ).
4. Caping salah satu permukaan benda uji yang kasar dengan menggunakan
campuran belerang dan pasir kwarsa (dipanaskan hingga mencair) tebal
maksimum 10 mm ( ASTM C.39 ), dengan bantuan ring caping dan waterpass agar
permukaannya sama rata.
5. Letakkan benda uji pada alat ukur compressometer. Posisikan sentries dan level ke
semua arah dengan bantuan waterpass. Kemudian ukur tinggi compressometer (
Lo ).
6. Letakkan compressometer yang berisi benda uji pada mesin tekan secara sentries,
posisikan jarum dial pada angka nol saat sebelum pembebanan.
7. Hitung beban P elastis ( 40 % dari P minimum hasil uji kuat tekan ), lalu tentukan interval
pembebanan dan catat pada lembar kerja.
8. Jalankan mesin penekan dengan kecepatan pembebanan 1,4 Kg/cm2 sampai 3,5 Kg/cm2 (
20 – 50 Psi ) untuk setiap detiknya.
9. Baca dan catat deformasi pada dial untuk setiap kenaikan pembebanan sesuai dengan
interval yang telah ditentukan, sampai mencapai beban maksimum yang telah ditentukan.
10. Kembalikan pembebanan ke posisi nol.
11. Lakukan kembali langkah 7 dan 8 untuk yang kedua kalinya, namun kali ini dilakukan
pembebanan maksimum hingga benda uji retak / hancur.
12. Catat data pengujian dan masukkan dalam lembar kerja.
13. Hitung tegangan tekan dan regangan untuk setiap kenaikan pembebanan tekan, kemudian
gambarkan kurva tegangan dan tegangan.
14. Hitung Elastisitas beton yang didapat ( aktual ).
F. HASIL PENGUJIAN
G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan di atas di ketahui bahwa
1. MoE teoritis = 21747.5 Mpa
2. MoE aktual = 57202.0 Mpa
3. MoE teoritis > MoE actual
Anggota Kelompok
Vivi Andriani
NIM. 161111061
Kelas : 2B – KGE