( m1 – m2 ) ( v1 – v2 ). γw
SL = { m2
-
m2
}x 100 %
Keterangan :
m1 = berat tanah basah dalam cawan ( gr )
m2 = berat tanah kering oven ( gr )
v1 = volume tanah basah ( cm3 )
v2 = volume tanah kering ( cm3 )
γw = berat jenis air
PI = LL - PL
Batasan mengenai indeks plastis, sifat, macam tanah dan kohesi diberikan
oleh Atterberg dalam tabel berikut.
Tabel 1. Nilai Indeks Plastisitas dan Macam Tanah
WN - PL WN - PL
LI = =
LL - PL PI
WN adalah kadar air asli. Jika W N = LL, maka indeks cair akan = 1, sedangkan jika
WN = PL indeks cair = 0. Jadi untuk tanah asli yang dalam kedudukan plastis, nilai
LL > W N > PL, nilai ini bervariasi antara 0 dan 1.
Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat butir tanah dan berat air
suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.
7. Pemeriksaan Konsistensi Atterberg
- Batas Cair (Liquid Limit)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada
keadaan batas cair. Batas cair adalah kadar air batas dimana suatu tanah
berubah dari keadaan cair menjadi keadaan plastis
- Batas Plastis (Plastic Limit)
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan kadar air suatu tanah pada
keadaan batas plastis. Batas plastis adalah kadar air minimum dimana suatu
tanah masih dalam keadaan plastis.
8. Pemeriksaan Analisa Saringan Tanah
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
tanah dengan menggunakan saringan.
9. Pemeriksaan Kepadatan Standar
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk menentukan hubungan antara
kadar air dan kepadatan tanah dengan memadatkan di dalam cetakan silinder
berukuran tertentu dengan menggunakan alat penumbuk 2,5 kg (5,5 lbs) dan tinggi
jatuh 30 cm (12").
Pemeriksaan kepadatan dibagi dalam 4 cara sebagai berikut :
Cara A : Cetakan Ǿ 102 mm (4") bahan lewat saringan 4,75 mm (No. 4).
Cara B : Cetakan Ǿ 152 mm (6") bahan lewat saringan 4,75 mm (No. 4).
Cara C : Cetakan Ǿ 102 mm (4") bahan lewat saringan 19 mm (3/4").
Cara D : Cetakan Ǿ 152 mm (6") bahan lewat saringan 19 mm (3/4").
Bila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan maka ditetapkan cara A atau D.
10. Pemeriksaan CBR Laboratorium
Untuk menentukan CBR (California Bearing Ratio) tanah dan campuran
tanah agregat yang dipadatkan di laboratorium pada kadar air tertentu.
CBR (California Bearing Ratio) adalah perbandingan antara beban penetrasi
suatu bahan terhadap bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi
yang sama.
11. Pemeriksaan Kekuatan Tekanan Bebas(Unconfined Compressive Strength)
Menentukan besarnya kekuatan tekan bebas contoh tanah dan batuan yang
bersifat kohesif dalam keadaan asli maupun buatan (remoulded).
Yang dimaksud dengan kekuatan tekan bebas adalah besarnya beban aksial
per satuan luas pada saat benda uji mengalami keruntuhan atau pada saat
regangan mencapai 20 %.
12. Pemeriksaan Kekuatan Geser Langsung (Direct Shear)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kohesi ( c ) dan sudut
geser tanah ( Ǿ ).
13. Pemeriksaan k o n s o l i d a s i
Diharapkan dapat melakukan pengujian konsolidasi yang maksudnya untuk
menentukan sifat pemampatan suatu jenis tanah, yaitu sifat-sifat perubahan isi dan
proses keluarnya air dari dalam pori tanah yang diakibatkan adanya perubahan
tekanan vertical yang bekerja pada tanah tersebut.
4
KLASIFIKASI TANAH
Cara penggunaan tabel Klasifikasi Tanah Sistem Unified misalnya dari hasil
pengujian laboratorium diperoleh data PL = 16%, LL = 42%, sedang dari analisa
saringan diperoleh :
Saringan No % Lolos
4 100
10 93,2
40 81,0
200 61,5
Karena persentase lolos saringan no 200 adalah 61,5%, berarti lebih besar
dari 50 % maka dalam tabel harus digunakan kolom bawah yaitu butiran halus.
Karena nilai LL = 42% maka termaksud CL atau ML. selanjutnya dicari nilai indeks
plastis sebesar 26%. Nilai PI dan LL selanjutnya diplot pada diagram plastisitas,
sehingga ditemukan letak titik diataas garis A, yang menempati zone CL. Jadi jenis
tanah tersebut diklasifikasikan sebagai CL.
Prosedur menentukan klasifikasi tanah sisten Unified adalah sebagai berikut :
1. Tentukan apakah tanah berupa butiran halus atau kasar secara visual atau
dengan cara menyaringnya dengan saringan no.200.
2. Jika tanah berupa butiran kasar :
a) Saring tanah dan gambarkan grafik distribusi butirannya.
b) Tentukan persen lolos saringan no.4 jika butiran yang lolos kurang dari 50%,
tanah tersebut sebagai kerikil, bila yang lolos lebih dari 50% diklasifikasikan
sebagai pasir.
c) Tentukan jumlah butiran yang lolos saringan no.200. jika persentase butiran
yang lolos kurang dari 5%, pertimbangkan bentuk grafik distribusi butiran
dengan menghitung Cu dan Cc, jika bergradasi baik maka klasifikasikan
sebagai GW ( bila kerikil ) dan SW ( bila pasir ), jika bergradsi buruk
klasifikasikan sebagai GP ( bila kerikil ) dan SP ( bila pasir ).
d) Jika persentase butiran yang lolos saringan no.200 diantara 5% – 12% tanah
mempunyai simbol dobel dan mempunyai sifat keplastisan ( GW - GM, SW –
SM, dsb ).
e) Jika persentase butiran yang lolos saringan no.200 > 12%, harus diadakan
pengujian batas – batas Atterberg dengan menyingkirkan tanah yang
tertinggal dalam saringan no.40, kemudian dengan menggunakan diagram
plastisitas tentukan klasifikasinya ( GM, GC, SM, SC, GM-GC ATAU SM-SC )
3. Jika tanah berupa butiran Halus :
a) Lakukan pengujian batas – batas Atterberg dengan menyingkirkan tanah
yang tertinggal dalam saringan no.40. jika batas cair lebih dari 50,
klasifikasikan sebagai H ( plastisitas tinggi ) dan jika kurang dari 50
klasifikasikan sebagai L ( plastisitas rendah ).
b) Untuk H, jika plot batas – batas Atterberg pada grafik plastisitas di bawah
garis A, tentukan apakh tanah organik ( OH ) atau anorganik ( MH ), jika
plotnya jatuh digaris A klasifikasikan sebagai CH.
c) Untuk L, jika plot batas – batas Atterberg pada grafik plastisitas di bawah
garis A dan area yang diarsir, tentukan apakh tanah organik ( OL ) atau
anorganik ( ML ), berdasarkan warna, bau atau perubahan batas cair dan
batas plastisnya dengan mengeringkan di dalam oven.
d) Jika plot batas – batas Atterberg pada grafik plastisitas jatuh pada area yang
diarsir dekat garis A atau nilai LL sekitar 50 maka gunakan simbol dobel.
8
Tanah granular diklasifikasikan dalam klasifikasi A-1 sampai A-3. Tanah A-1
granular yang bergradasi baik, A-3 tanah pasir yang bergradasi buruk. Tanah A-2
termaksud tanah granular ( kurang dari 35% lewat saringan no.200) tetapi masih
terdiri atas lanau dan lempung tanah berbutir halus diklasifikasikan dari A-4 sampai
A-7, yaitu tanah lempung-lanau perbedaan keduanya didasarkan pada batas –
batas Atterberg.
2
10
Contoh soal 1 :
Analisa saringan dan plastisitas pada 2 sampel tanah ditunjukan pada tabel berikut :
4 4,75 100 96
10 2,00 92 89
40 0,425 87 41
100 0,15 78 8
200 0,075 61 5
LL 21 -
PL 15 -
PI 6 Nonplastis
Kadar Air ( w )
Jumlah Pukulan
Tanah X Tanah Y
7 0,52
9 0,49
14 0,47
12
16 0,78
19 0,75
21 0,73
28 0,35
30 0,33
31 0,66
34 0,32
38 0,62
45 0,60
Penyelesaian :
Plot data pada tabel kedalam diagram batas cair seperti dalam gambar berikut.
Dari gambar di atas dapt dilihat bahwa tanah X mempunyai batas cair LL = 37%
sedang tanah Y , LL = 69%.
Tanah X.
PI = LL – PL = ( 37 – 22 )% = 15%
PI = 15% dan LL = 37%. Dari diagram plastisitas tanah adalah lempung inorganic
dengan plastisitas rendah ( CL ).
Tanah Y.
PI = ( 69 – 32 )% = 37%
PI = 37% dan LL = 32%. Dari diagram plastisitas tanah adalah lempung inorganic
dengan plastisitas tinggi ( CL ).