BANGUNAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur Saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan Pengajuan Proposal
sebagai syarat Tugas Akhir dan Saya mengambil judul tentang METODE
PERBAIKAN KERUSAKAN BETON PADA KONSTRUKSI BANGUNAN. Dan
juga Saya berterima kasih pada Bapak Yudi Setiawan,ST selaku Dosen mata kuliah
Metodelogi Penelitian yang telah memberikan tugas ini kepada Saya agar kita dapat
lebih mengetahui akan cara penanggulangan maupun perbaikan pada beton saat
konstruksi sedang berjalan maupun setelah peroses konstruksi.
Saya sangat berharap proposal ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai dampak yang akan ditimbulkan dari kerusakan
beton pada konstruksi dan juga bagaimana cara memperbaikinya agar tidak terjadi
masalah yang besar dikemudian hari terhadap bangunan yang telah selesai proses
konstruksinya. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam proposal pengajuan
judul ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
Saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan Proposal pengajuan
judul yang telah Saya buat sebagai bagian dari Tugas Akhir, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga Proposal ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi Saya pribadi maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya Saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan yang kurang berkenan dan Saya memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan pengajuan proposal ini.
ABSTRAK
Untuk menunjang dan meningkatkan perekonomian yang lebih baik seperti halnya
di Ibu Kota Jakarta sekarang ini bisa dibilang pembangunan dalam bidang
konstruksi terutama gedung – gedung bertingkat bahkan yang tertinggi
di Indonesia pun saat ini sudah selesai proses pekerjaan konstruksinya. Akan tetapi
perlu disadari bahwa proses konstruksi tidak selamanya berjalan mulus dan
kegagalan dalam konstruksi bisa saja terjadi baik dari segi bahan maupun
manusianya sendiri yang salah prosedur dalam proses konstruksinya (pengecoran)
karena adanya target yang harus diselesaikan sesuai dengan schedule awal.
Salah satu material penting dalam konstruksi suatu bangunan adalah Beton.
Dimana Beton sendiri merupakan suatu material yang secara harfiah merupakan
bentuk dasar dari kehidupan social modern. Beton sendiri adalah merupakan
campuran yang homogen antara semen, air dan aggregat. Karakteristik beton
adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi serta tegangan hancur tarik
yang rendah.Menurut Nawy (1985:8) beton dihasilkan dari sekumpulan interaksi
mekanis dan kimia sejumlah material pembentuknya.
Dalam dunia konstruksi beton menjadi salah satu elemen yang utama akan tetapi
dalam proses pelaksanaanya masih ada yang belum mengetahui langkah – langkah
dalam proses pengecoran sehingga dapat menimbulkan beberapa gejala yang dapat
ditimbulkan oleh pelaksanaan yang kurang baik yaitu timbulnya kerusakan pada
beton yang sudah mengering diantaranya Keretakan, Keropos dan Diformasi.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................1
ABSTRAK.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3 - 4
BAB 1............................................................................................................................5
PENDAHULUAN.........................................................................................................5
1.3 MANFAAT.....................................................................................................7
1.4 TUJUAN.........................................................................................................7
BAB 2............................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................8
BAB 3..........................................................................................................................16
METODE PENELITIAN............................................................................................16
3.4 PENANGANAN...................................................................................20 - 23
3.5 PENCEGAHAN....................................................................................24 - 27
BAB 4..........................................................................................................................28
PENUTUP...................................................................................................................28
4.1 KESIMPULAN.............................................................................................28
4.2 SARAN.........................................................................................................28
4.3 LAMPIRAN..........................................................................................29 - 33
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................34
BAB 1
PENDAHULUAN
Di Era globalisai seperti sekarang ini, maka suatu Kota dituntut dapat lebih
meningkatkan sektor pembangunan untuk menunjang dan meningkatkan
perekonomian yang lebih baik seperti halnya di Ibu Kota Jakarta sekarang ini
bisa dibilang pembangunan dalam bidang konstruksi terutama gedung – gedung
bertingkat bahkan yang tertinggi di Indonesia pun saat ini sudah selesai proses
pekerjaan konstruksinya.
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas perbaikan kerusakan beton pada
konstruksi bangunan dimana komponen penting dalam proses konstruksi tersebut
yaitu beton. Tapi perlu disadari bahwa proses konstruksi tidak selamanya
berjalan mulus dan kegagalan dalam konstruksi bisa saja terjadi baik dari segi
bahan maupun manusianya sendiri yang salah prosedur dalam proses pengecoran
karena adanya target yang harus diselesaikan sesuai dengan schedule awal.
Perusahaan yang menyediakan Beton pastinya akan memberikan jaminan mutu
terhadap beton yang disuplai untuk sebuah konstruksi.
Akan tetapi tidak sedikit ditemukan kasus kerusakan pada beton setelah
melakukan pegecoran dan inilah yang mendorong Saya untuk menjelaskan
kasus – kasus kerusakan beton pada konstruksi bangunan diantaranya adalah :
1. Keretakan Beton
2. Keropos Beton
3. Deformasi Beton (Beton tidak rata atau gelembung/bunting pada
permukaan beton)
1. KERETAKAN BETON
Dibalik kelebihan – kelebihan yang dimiliki oleh beton dibandingkan dengan
bahan material lainnya, beton juga memiliki masalah dalam keretakan yang
terjadi pada bahan tersebut. Keretakan pada beton dapat timbul saat pembuatan
beton tersebut atau keretakan yang terjadi setelah beton selesai dibuat.
Sebenarnya setiap beton yang dibuat untuk pembangunan suatu bangunan pasti
akan terjadi suatu retakan. Hal ini disebabkankan oleh pengaruh dari sifat beton
itu sendiri maupun faktor lingkungan luar yang mempengaruhi beton secara
langsung. Sehingga seberapaun kualitas beton yang akan dibuat keretakan tidak
bisa dihindarkan.
2. KEKEROPOSAN BETON
Jenis kerusakan ini timbul karena pengerjaan beton yang kurang baik, agregat
terlalu kasar,kurangnya butiran halus yang termasuk semen, faktor air semen
tidak tepat, pemadatan yang tidak sempurna karena rapatnya tulangan, pasta
semen keluar dari cetakan yang tidak rapat dan lain-lainnya. Kerusakan
semacam ini biasanya disebabkan oleh cetakan (bekisting) yang tidak rapi atau
rapat. Hal ini menyebabkan pasta semen mengalir keluar, yang mengakibatkan
beton menjadi keropos.
3. DEFORMASI BETON
Deformasi adalah perubahan BENTUK struktur akibat adanya gaya dari luar
maupun dari dalam. Contoh, balok yang tadinya lurus menjadi lengkung akibat
beban di atasnya. (Beton tidak rata atau gelembung/bunting pada permukaan
beton)
1.3 MANFAAT
Dari judul pengauan TA ini kita akan mengetahui tujuan – tujuannya antara lain :
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kerusakan beton pada konstruksi
2. Untuk mengetahui akibat yang ditimbukan dari kerusakan beton pada
konstruksi
3. Untuk mendapatkan solusi penanganan pada kerusakan beton
4. Untuk mengetahui cara pencegahan awal agar dapat meminimalisir kerusakan
beton.
1.4 TUJUAN
Manfaat yang dapat dicapai melalui proposal pengajuan Tugas Akhir (TA) ini
adalah memperluas wawasan pembaca mengenai sifat – sifat dari beton dan
jenis – jenis kerusakan pada beton yang dapat terjadi akibat kelalaian manusia
maupun faktor alam dimana dapat berdampak pada kerugian secara biaya &
materil, sehingga diharapkan pada propal ini kita semua dapat meningkatkan
kesadaran dalam pelaksanaan dilapangan mengenai struktur bangunan yang
aman.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Seperti disebutkan oleh L.J. Murdock dan K.M. Brock bahwa “kecakapan
tenaga kerja adalah salah satu faktor penting dalam produksi suatu bangunan.
3 kinerja yang dibutuhkan dalam pembuatan beton :
1. Memenuhi kriteria konstruksi yaitu mudah dikerjakan dan dibentuk
serta mempunyainilai ekonomi;
2. Kekuatan tekan tinggi; dan
3. Durabilitas atau keawetan tinggi
Agregat yang dipakai untuk campuran beton :
1. Agregat halus ( pasir ) dengan diameter maksimal 1 mm; dan
2. Agregat kasar ( split ) dengan diameter 2 cm atau lebih.
Kelebihan beton :
1. Dapat dibentuk sesuai keinginan;
2. Mampu memikul beban tekan yang berat;
3. Tahan terhadap temperatur tinggi; dan
4. Biaya pemeliharaan rendah/ kecil.
Kekurangan Beton :
1. Bentuk yang sudah dibuat sulit diubah;
2. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi Berat;
3. Daya pantul suara besar;
4. Membutuhkan cetakan sebagai alat pembentuk;
5. Tidak memiliki kekuatan tarik;
6. Setelah dicampur beton segera mengeras; dan
7. Beton yang mengeras sebelum pengecoran, tidak bisa didaur ulang.
Menurut SNI-15-1990-03, untuk penggunaan beton dengan kekuatan tidak lebih dari
10 MPa boleh menggunakan campuran 1 pc:2 psr:3 batu pecah/split dengan slump
untuk pengukuran pengerjaannya tidak lebih dari 100 mm.
Pengerjaan beton dengan kekuatan tekan hingga 20 MPa boleh menggunakan
penakaran volume, tetapi pengerjaan beton dengan kekuatan tekan lebih dari 20 MPa
harus menggunakan campuran berat.
Salah satu yang kita kenal adalah Beton Ringan (lightweight concrete) atau yang
lebih dikenal dengan sebutan Hebel. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat
jenis (density) lebih ringan daripada beton pada umumnya. Beton ringan bisa disebut
sebagai beton ringan aerasi (Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut
juga (Autoclaved Aerated Concrete/AAC) yang mempunyai bahan baku utama terdiri
dari pasir silika, kapur, semen, air, ditambah dengan suatu bahan pengembang yang
kemudian dirawat dengan tekanan uap air.
Pada umumnya berat beton ringan berkisar antara 600 – 1600 kg/m3. Teknologi
material bahan bangunan berkembang terus, salah satunya beton ringan aerasi
(Aerated LightweightConcrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated
Concrete/ AAC). Sebutan lainnyaAutoclaved Concrete, Cellular Concrete (semen
dengan cairan kimia penghasil gelembung udara), Porous Concrete, dan di Inggris
disebut Aircrete and Thermalite.
Beton ringan AAC ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923
sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan.
Beton ringan AAC ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman
Barat di tahun 1943. Pada tahun 1967 bekerjasama dengan Asahi Chemicals dibangun
pabrik Hebel pertama di Jepang.
Sampai saat ini Hebel telah berada di 29 negara dan merupakan produsen beton aerasi
terbesar didunia. Di Indonesia sendiri beton ringan mulai dikenal sejak tahun 1995,
saat didirikannya PTHebel Indonesia di Karawang Timur, Jawa Barat. Ada beberapa
kelebihan dari Beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete (AAC), yaitu :
1. Balok AAC mudah dibentuk;
2. Karena ukurannya yang akurat tetapi mudah dibentuk, sehingga dapat
meminimalkansisa-sisa bahan bangunan yang tak terpakai;
3. AAC dapat mempermudah proses konstruksi;
4. Bobotnya yang ringan mengurangi biaya transportasi;
5. Karena ringan, tukang bangunan tidak cepat lelah;
6. Mengurangi biaya penguat atau pondasi;
7. Waktu pembangunan lebih pendek;
8. Kedap suara;
9. Anti jamur;
10. Anti serangga;
11. Nyaman
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dimana
peneliti berusaha untuk mengetahui bagaimana proses perbaikan perbaikan
kerusakan beton pada konstruksi bangunan. Menurut Robert Yin studi kasus
adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks
kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak
dengan tegas, dan dimana multi sumber bukti dimanfaatkan. Studi kasus lebih
banyak berkutat pada atau berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan ”how”
(bagaimana) dan “why” (mengapa) , serta pada tingkatan tertentu juga menjawab
pertanyaan ”what” (apa/apakah) , dalam kegiatan penelitian (Burhan Bungin,
2005).
Peneliti mengumpulkan data dan mendeskripsikan proses perbaikan kerusakan
beton pada konstruksi bangunan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya yang
terjadi didunia konstruksi. Agar tidak terjadi kesalahan dalam proses perbaikan
beton tersebut agar kualitas atau mutu bangunan tetap terjaga dengan baik sesuai
dengan keinginan dan proses konstruksi tetap berjalan sesuai dengan sesuai
dengan schedule.
Metode ini dipergunakan karena data – data yang diambil sebagian besar dari
konstruksi yang sedang berjalan dan bisa dipergunakan untuk proses perbaikan
ditempat lain.
menghindari penambahan air pada beton saat penuangan apabila hanya untuk
alas an kemudahan pekerjaan.
Kerusakan lainnya adalah lendutan atau deformasi pada beton hal ini
dikarenakan oleh faktor – faktor sebagai berikut :
1. Beban terpasang dan berat sendiri.
2. Besarnya gaya prategang
3. Profil kabel
4. Momen inersia penampang
5. Modulus elastisitas beton
6. Susut, rangkak dan relaksasi tegangan tendon
7. Jarak bentang balok
8. Kondisi tumpuan / perletakan
3.4 PENANGANAN
Berikut akan dijelaskan metode perbaikan pada kerusakan beton dalam
konstruksi bangunan :
A. Keretakann Beton
Keretakan pada beton dapat timbul saat pembuatan beton tersebut atau
keretakan yang terjadi setelah beton selesai dibuat. Sebenarnya setiap beton
yang dibuat untuk pembangunan suatu bangunan pasti akan terjadi suatu
retakan. Hal ini disebabkankan oleh pengaruh dari sifat beton itu sendiri
maupun faktor lingkungan luar yang mempengaruhi beton secara langsung.
Sehingga seberapaun kualitas beton yang akan dibuat keretakan tidak bisa
dihindarkan. Dan oleh sebab itu akan dijelaskan cara perbaikan pada beton
yang mengalami keretakan < 0,4mm & > 0,4mm :
B. Keropos
Kerusakan semacam ini biasanya disebabkan oleh cetakan (bekisting) yang
tidak rapi atau rapat. Hal ini menyebabkan pasta semen mengalir keluar, yang
mengakibatkan beton menjadi keropos. Dan oleh sebab itu akan dijelaskan
bagaimana cara perbaikan pada beton yang mengalami keropos :
3.5 PENCEGAHAN
Adapun pencegahan – pencegahan untuk meminimalisir terjadinya kerusakan
beton adalah pada saat proses sebelum pengecoran, proses pengecoran dan proses
setelah pengecoran.
Berikut penjelasannya mengenai persiapan dalam memulai proses pengecoran
dan sesudah pengecoran :
a. Pengecoran Beton (Pengangkutan dan Pengecoran)
Setelah pencampuran komponen beton maka selanjutnya adalah pengecoran,
akan tetapi salah satu hal yang perlu kita perhatikan sebelum pengecoran adalah
pengangkutan beton dari tempat pencampuran ke lokasi beton akan dicor.
b. Pengangkutan beton / transportasi beton
Prinsip utama pengangkutan beton (tranportasi beton) adalah dilakukan secepat
mungkin agar bisa menghindari segregesi dan tercecernya material.
Pengangkutan beton bisa mengunakan gerobak dorong, ember, truk beton juga
bisa menggunakan pompa beton (concrete pump).
c. Pengecoran Beton
Sebelum melakukan pengecoran hal-hal penting yang harus anda perhatikan
adalah:
Yakinkan bahwa begisting atau cetak cor anda sudah benar yaitu sesuai
dengan bentuk yang anda inginkan, kuat, tidak ada lobang atau bocoran,
bersih dari kotoran terutama bahan-bahan organik
Pastikan tulangan sudah sesuai dengan yang direncanakan. Beton deking
apakah sudah berada pada posisinya dan tulangan harus bersih dari kotoran
Slump test (jika akan dilakukan). Apa dan bagaimana slump test akan kita
rencanakan pada posting selanjutnya
Alat-alat, material pengecoran harus sudah siap tersedia
1. Pekerjaan bekisting.
Bekisting dibuat dari multiplex 9 mm yang diperkuat dengan kayu usuk 4/6
dan diberi skur-skur penahan agar tidak mudah roboh. Jika perlu maka
dipasang tie rod untuk menjaga kestabilan posisi bekisting saat pengecoran.
2. Pekerjaan kontrol kualitas.
Sebelum dilakukan pengecoran, perlu dilakukan kontrol kualitas yang terdiri
atas dua tahap yaitu :
A. Sebelum pengecoran.
Sebelum pengecoran dilakukan kontrol kualitas terhadap :
• Posisi dan kondisi bekisting.
• Posisi dan penempatan pembesian.
• Jarak antar tulangan.
• Panjang penjangkaran.
• Ketebalan beton decking.
• Ukuran baja tulangan yang digunakan.
• Posisi penempatan water stop
3. Pekerjaan pengecoran.
Pengecoran dilakukan secara langsung dan menyeluruh yaitu dengan
menggunakan Concrete Pump Truck. Pengecoran yang berhubungan dengan
sambungan selalu didahului dengan penggunaan bahan Bonding Agent.
4. Pekerjaan curing
Curing dilakukan sehari ( 24 jam ) setelah pengecoran selesai dilakukan
dengan dibasahi air dan dijaga/dikontrol untuk tetap dalam keadaan basah.
Jadi, untuk kolom pada bangunan berlantai 2 atau lebih, di butuhkan kolom
yang kuat dan kokoh sebagai dasar penopang beban yang besar dari atas,
kolom yang baik untuk bangunan ini adalah dengan ukuran 30/40 atau 40/40
ke atas. Ukuran kolom ini disesuaikan dengan kebutuhan pada beban
bangunan.
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa memiliki beberapa sifat serta
memiliki kelebihan dan kekurangan.
Maka pada setiap pekerjaan konstruksi terutama konstruksi gedung diatas 2
lantai harus memiliki metode dalam proses pelaksanaan pengecoran. Hal ini
dikarenakan untuk meminimalisir terjadinya kegagalan dalam proses pengecoran
dan dapat mengakibatkan kerusakan berupa Retak, Keropos maupun Deformasi.
Kerusakan setelah proses pengecoran dapat berdampak pada proses konstruksi,
maka langkah – langkah dalam melakukan proses pengecoran baik sebelum
maupun sesudah harus dilaksanakan dengan benar untuk meminimalisir
terjadinya kerusakan pada beton setelah proses pengecoran.
4.2 SARAN
Pengecoran adalah bagian paling utama dalam proses konstruksi
bangunan.dimana prosesdur – prosedur sebelum dan sesudah pengecoran harus
dijalankan dengan benar untuk meminimalisir terjadinya kerusakan pada beton
setelah proses pengecoran.
Kerusakan yang dapat terjadi akibat prosedur yang tidak dijalakan diantaranta
adalah Keretakan, Keropos dan Deformasi.
Karena akan berdampak pada mutu bangunan yang sedang dikerjakan serta
berimbas kepada schedule penyelesaian konstruksi dan biaya.
4.3 LAMPIRAN
A. Foto Crack < 0,4 mm & Bahan untuk Perbaikan (Sika 215 New)
B. Foto Crack < 0,4 mm & Bahan untuk Perbaikan (Interplast Z & Sika 752)
C. Foto Beton kerospos dan Produk Sika (Sika Bond NV, Sika monotop 613 &
215 New)
DAFTAR PUSTAKA