Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEKNOLOGI BAHAN
PENGARUH KERUSAKAN PADA BETON

DOSEN PENGAMPU :

FARIS RIZAL ANDARDI, ST., MT

DISUSUN OLEH :

RENNY DWI PUTRI SEPTYANA

202210340311244

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadırat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah Teknologi Bahan yang berjudul "Pengaruh Kerusakan pada Beton"
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi Bahan
semester III dengan dosen pengampu Faris Rizal Andardi., ST.MT.. Tidak lupa saya sampaikan
terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Teknologi Bahan yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini dan orang tua yang selalu mendukung
kelancaran tugas saya.
Akhirnya, penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini dan
saya berharap semoga makalalı ini bermanfaat bagi kita semua dengan segala kerendahan hati
saran dan kritik sangat penulis harapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah
pada tugas yang lain pada waktu mendatang.

Malang, Desember 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
LANDASAN TEORI.......................................................................................................................6
2.1 Teori Retak........................................................................................................................6
2.2 Jenis-Jenis Retak...............................................................................................................6
BAB III............................................................................................................................................8
PEMBAHASAN..............................................................................................................................8
3.1 Pengertian Beton...............................................................................................................8
3.2 Pengaruh Kerusakan pada Beton......................................................................................8
3.3 Kerusakan Pada Beton....................................................................................................10
3.4 Cara Memperbaiki Kerusakan pada Beton.....................................................................11
3.5 Cara Merawat dan Mencegah terjadinya Kerusakan pada Beton...................................13
BAB IV..........................................................................................................................................14
PENUTUP.....................................................................................................................................14
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton adalah bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen, air, dan agregat
seperti kerikil dan pasir. Bahan ini umumnya digunakan dalam konstruksi bangunan
karena kemampuannya menahan gaya tekan dengan baik. Namun, beton rentan
mengalami kerusakan akibat pembebanan yang melebihi kapasitas yang telah
direncanakan atau akibat pengaruh lingkungan seperti cuaca. Kerusakan beton dapat
terjadi pada berbagai elemen struktural seperti balok, kolom, pelat, dan dinding beton.
Oleh karena itu, penelitian mengenai pengaruh kerusakan beton sangat penting untuk
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan tersebut dan bagaimana cara
mencegahnya.
Saat mengerjakan di lapangan, kita sering menemui berbagai permasalahan pada
saat dan setelah konstruksi, seperti kerusakan pada beton. Kerusakan tersebut terdapat
pada komponen beton seperti kolom, balok, pelat, dan dinding beton. Permasalahan ini
seringkali menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemangku proyek karena jika terjadi
kerusakan pada komponen beton dapat mengakibatkan melemahnya struktur apabila
terjadi pada tingkat anggota struktur beton.
Kerusakan pada beton dapat disebabkan oleh pengaruh pembebanan dan pengaruh
lingkungan seperti cuaca. Beton memiliki kelemahan seperti pengerasan yang lama, berat
jenis yang besar, kekuatan tarik yang rendah, ketahanan kimia yang rendah dan
penyusutan ketika proses pengeringan yang besar. Kerusakan paa beton dapat disebabkan
oleh salah perhitungan atau kesalahan dalam perencanaan awal, dan karena kesalahan
dalam pengerjaan atau penggunaan bahan yang tidak sesuai.
Seperti halnya biasa ditemui di lapangan, seperti beton retak, rongga atau sarang
lebah. Berbagai jenis kerusakan yang sering terjadi beton dapat diperbaiki melalui
berbagai jenis perbaikan beton. Namun beberapa kasus, perbaikan beton dengan kualitas
yang buruk juga dapat memperburuk kondisi dan berisiko menyebabkan kerusakan lebih
lanjut pada struktur.
Kerugian akibat kerusakan beton tidak hanya merugikan pemilik Gedung tetapi
juga kontraktor selaku pelaksana. Hal ini terjadi karena kontraktor harus melakukan
kegiatan perbaikan atau pengerjaan ulang dimana kegiatan tersebut memerlukan waktu
dan biaya yang lebih banyak sehingga menimbulkan kerugian finansial. Selain itu, citra
kontraktor sendiri akan terpuruk jika beton yang dihasilkan mengalami kerusakan. Oleh
karena itu, untuk menghindari terjadinya kerusakan beton maka perlu dilakukan
penelitian terhadap kasus-kasus tertentu penyebab kerusakan beton untuk meminimalisir
kerusakan beton.

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan suatu pokok
masalah yang kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan beton ?
2. Jelaskan pengaruh kerusakan pada beton ?
3. Jelaskan kerusakan apa saja yang terjadi pada beton ?
4. Bagaimana cara memperbaiki kerusakan pada beton ?
5. Bagaimana cara perawatan dan mencegah terjadinya kerusakan pada beton ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari beton
2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja pengaruh kerusakan pada beton
3. Untuk mengetahui kerusakan apa saja yang terjadi pada beton
4. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara memperbaiki apabila terjadi
kerusakan pada beton
5. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara merawat dan mencegah terjadinya
kerusakan pada beton

5
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Teori Retak
Retak secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi retakan structural dan non
structural. Retakan struktur dapat terjadi karena kesalahan desain atau dapat juga
disebabkan beban yang melebihi daya dukung sehingga dapat membahayakan bangunan.
Retak pada beton juga dapat disebabkan oleh pengaruh pembebanan dan pengaruh
lingkungan seperti cuaca. Retak pada beton dapat terjadi sebelum beton mengeras
maupun setelah beton mngeras. Retakan memanjang atau melebar pada balok bertulang
merupakan salah satu contoh retak struktur. Retakan nonstruktural terjadi terutama
karena tegangan internal yang ditimbulkan pada bahan bangunan dan biasanya tidak
secara langsung menyebabkan pelemahan struktur.

2.2 Jenis-Jenis Retak


Ada beberapa jenis retak pada beton yang dapat terjadi, antara lain :
1. Retak plastis akibat penyusutan
Retak ini terjadi dalam waktu 1 sampai 8 jam setelah penempatan campuran beton,
ketika beton dengan sangat cepat mengalami kehilangan air yang disebabkan
beberapa faktor meliputi udara, suhu beton, kelembapan, dan kecepatan angin di
permukaan beton.Tegangan - tegangan tarik berkembang di beton yang lemah
mengakibatkan terjadinya retak-retak dangkal dengan berbagai kedalaman yang dapat
membentuk retak yang acak, bentuk polygon (RDSO, 2004).
2. Retak plastis akibat penurunan
Setelah pengecoran, penggetaran, dan sampai beton selesai dicor, beton yang
memiliki kecenderungan untuk terus mampat. Selama periode ini, beton plastis
mungkil ditahan oleh tulangan, beton yang ditempatkan lebih dahulu, atau bekisting.
Perletakan setempat ini dapat menyebabkan rongga di bawah tulangan dan retak di
atas tulangan. Ketika berhubungan dengan tulangan, retak plastis akibat penurunan
meningkat seiring dengan meningkatnya diameter tulangan, meningkatnya nilai
slump, dan berkurangnya selimut beton (Dakhil, et al., 1975).
3. Drying Shrinkage Cracking
Susut akibat pengeringan disebabkan dari kehilangan kadar air dari campuran semen,
yang dapat menyusut hingga 1%. Untungnya, partikel agregat memberikan tahanan
internal yang mereduksi besarnya perubahan volume sekitar 0.06%. Pada sisi lain,
beton cenderung mengembang ketika dibasahi (peningkatan volume bisa sebanding
dengan besarnya penyusutan beton). Perubahan volume akibat perubahan kadar air ini
adalah karakteristik dari beton. Kalau susut pada beton dapat terjadi tanpa batasan,
beton tidak akan retak. Akibat kombinasi dari susut dan batasan (diberikan oleh
bagian lain dari struktur, dari tanah dasar, atau dari kelembapan interior beton itu
sendiri) yang menyebabkan berkembangnya tegangan-tegangan tarik. Ketika batasan
tegangan tarik dari material sudah dilewati, beton akan retak.

6
7
4. Cocrete crazing
Crazing adalah pengembangan jaringan retak acak halus atau celah pada permukaan
beton yang disebabkan oleh penyusutan lapisan permukaan. Retak ini jarang lebih
dalam dari 3mm, dan lebih terlihat pada permukaan yang tergenang secara
berlebihan. Umumnya, retak craze berkembang pada usia dini dan terlihat jelas sehari
setelah penempatan atau setidaknya pada akhir hari pertama. Seringkali mereka tidak
mudah terlihat sampai permukaan telah dibasahi dan mulai kering. Mereka tidak
mempengaruhi integritas struktural beton dan jarang mereka mempengaruhi daya
tahan. Namun permukaan craze tak sedap di pandang (RDSO, 2004).
5. Thermal cracking
Perbedaan suhu dalam struktur beton dapat disebabkan oleh bagian dari struktur
kehilangan panas hidrasi pada tingkat yang berbeda, kondisi cuaca yang dingin, panas
dari suatu bagian struktur yang berubah. Perbedaan suhu ini menghasilkan perubahan
volume yang berbeda-beda, yang menyebabkan retak. Perubahan suhu mungkin
disebabkan oleh salah satu pusat beton lebih panas dari bagian luar karena
pembebasan panas selama hidrasi semen atau pendinginan yang lebih cepat yang
relatif antara eksterior ke interior. Kedua kasus mengakibatkan tegangan tarik pada
eksterior dan, jika kekuatan tarik terlampaui, retak akan terjadi.
6. Cracking due to chemical reaction
Reaksi kimia yang merusak dapat menyebabkan retak pada beton. Reaksi ini mungkin
terjadi karena bahan yang digunakan untuk membuat beton atau material lain yang
bertemu dengan beton setelah beton kering. Beton dapat pecah seiring dengan waktu
akibat reaksi ekspansif yang berkembang secara perlahan antara agregat yang
mengandung silika aktif dan basa yang berasal dari hidrasi semen, admixture atau
sumber eksternal (misalnya air curing, air tanah, dan alkaline yang ditaruh atau
digunakan pada pada permukaan beton yang sudah kering).

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Beton


Beton terdiri atas agregat, semen dan air yang dicampur bersama-sama dalam
keadaan plastis dan mudah untuk dikerjakan. Karena sifat ini menyebabkan beton mudah
untuk dibentuk sesuai dengan keinginan pengguna. Sesaat setelah pencampuran, pada
adukan terjadi reaksi kimia yang pada umumnya bersifat hidrasi dan menghasilkan suatu
pengerasan dan pertambahan kekuatan.
Mulyono (2006) mengungkapkan bahwa beton merupakan fungsi dari bahan
penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik, agregat kasar, agregat halus, air, dan
bahan tambah. Sedang Sagel dkk. (1994) menguraikan bahwa beton adalah suatu
komposit dari bahan batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Sifat beton dipengaruhi oleh
bahan pembentuknya serta cara pengerjaannya. Semen mempengaruhi kecepatan
pengerasan beton. Selanjutnya kadar lumpur, kebersihan, dan gradasi agregat
mempengaruhi kekuatan pengerjaan yang mencakup cara penuangan, pemadatan, dan
perawatan, yang pada akhirnya mempengaruhi kekuatan beton.
Sifat-sifat beton pada umumnya dipengaruhi oleh kualitas bahan, cara pengerjaan,
dan cara perawatannya. Karakteristik semen mempengaruhi kualitas beton dan kecepatan
pengerasannya. Gradasi agregat halus mempengaruhi pengerjaannya, sedang gradasi
agregat kasar mempengaruhi kekuatan beton. Kualitas dan kuantitas air mempengaruhi
pengerasan dan kekuatan (Murdock dan Brook, 2003).
Pada saat keras, beton diharapkan mampu memikul beban sehingga sifat utama
yang harus dimiliki oleh beton adalah kekuatannya. Kekuatan beton terutama dipengaruhi
oleh banyaknya air dan semen yang digunakan atau tergantung pada faktor air semen dan
derajat kekompakannya. Adapun faktor yang mempengaruhi kekuatan beton adalah
perbandingan berat air dan semen, tipe dan gradasi agregat, kualitas semen, dan
perawatan (curing).

3.2 Pengaruh Kerusakan pada Beton


Beton memang menjadi pilihan karena bahannya yang kuat dan kokoh yang dapat
menghasilkan permukaan yang rata. Untuk menggunakan beton juga cukup terjangkau
dari pada menggunakan bahan besi ataupun baja yang juga memiliki kesamaan dalam
tingkat kekokohan. Namun, selain faktor kekokohan ada juga kekurangannya, dan
kerusakannya juga memiliki tingkat yang berbeda - beda. Mulai dari kerusakan yang
ringan hingga kerusakan berat.
Pengaruh kerusakan pada beton dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :
1. Tinggi jatuh pengecoran

9
Ketinggian pengecoran beton dapat mempengaruhi kualitas akhir struktur beton,
sehingga bisa menyebabkan kerusakan pada beton. Terlalu tinggi jatuhnya beton dari
tempat penuangan ke tempat penempatannya dapat menyebabkan beberapa
masalah,termasuk segresi yang di mana jatuhnya beton dari ketinggian menyebabkan
pemisahan antara agregat kasar dan bahan semen sehingga menyebabkan
penumpukan agregat kasar di bagian bawah struktur sedangkan di bagian atasnya
akan terdiri lebih banyak dari bahan semen dan air.
Terbentuknya retak atau voids di dalam beton, yan dapat mengurangi kekuatan
dan keawetan struktur. Beton akan mengalami penurunan kekuatan sehingga dapat
mengalami deformasi dan kompaksi yang tidak diinginkan. Tinggi jatuh pengecoran
juga dapat menghasilkan permukaan yang tidak rata dan tidak merata yang membuat
pekerjaan pengecoran berikutnya lebih sulit, terutama jika permukaan yang dihasilkan
tidak sesuai dengan desain yang diinginkan.
2. Kesalahan pelepasan bekisting
Kegagalan melepas bekisting dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada
beton. Pelepasan bekisting yang tidak tepat atau terlalu cepat dapat menyebabkan
segregasi, yaitu pemisahan antara agregat dan bahan pengikat. Hal ini dapat
mengakibatkan beton tidak konsisten secara struktural dan estetis.
Dalam beberapa kasus, pelepasan bekisting yang buruk dapat menyebabkan
keretakan pada permukaan beton. Hal ini dapat terjadi jika bekisting dilepas terlalu
cepat atau jika terdapat tekanan yang tidak merata selama pelepasan. Jika bekisting
dilepas terlalu cepat atau terjadi kesalahan dalam desain atau pemasangan bekisting,
dapat terjadi deformasi struktur pada beton. Hal ini dapat menyebabkan bentuk dan
ukuran struktur yang tidak diinginkan.
Pelepasan bekisting yang tidak tepat dapat mempengaruhi kekuatan dan
ketahanan beton. Jika bekisting dilepas terlalu cepat, beton mungkin tidak
memperoleh kekuatan yang cukup, sehingga dapat menurunkan kinerja struktur.
Kesalahan pada saat pelepasan bekisting dapat menyebabkan tekanan yang tidak
merata pada tulangan sehingga dapat merusak atau mengubah bentuk tulangan.
3. Kesalahan pembesian
Kesalahan dalam proses pembesian dapat merusak struktur beton. Penataan
tulangan yang tidak sesuai dengan rencana desain dapat mengakibatkan kelemahan
struktur dan menurunkan kekuatan beton. Distribusi tulangan yang tidak merata pada
struktur beton dapat menyebabkan kekuatan struktur dan daya dukung struktur tidak
merata. Jika tulangan tidak ditempatkan dengan benar pada saat pengecoran, dapat
mengakibatkan tulangan terjerat atau tergelincir.
Hal ini dapat mengurangi efektivitas tulangan baja dalam menopang struktur.
Tulangan yang tidak dipasang dengan baik atau tidak memenuhi standar konstruksi
dapat menimbulkan masalah pada kekuatan dan ketahanan beton. Baja tulangan dapat
rusak pada saat pemasangan, misalnya bengkok atau rusak permukaannya. Hal ini
dapat mempengaruhi integritas struktur dan ketahanan tulangan baja.
10
Memaparkan tulangan pada kondisi lingkungan yang korosif, seperti air yang
mengandung garam atau bahan kimia, dapat menyebabkan korosi. Korosi pada
tulangan baja dapat merusak struktur beton dan menurunkan kekuatan beton.
Penggunaan diameter tulangan yang tidak sesuai dengan desain struktur dapat
menimbulkan ketidakseimbangan distribusi beban dan mempengaruhi kekuatan
struktur.
4. Kesalahan dalam penggunaan vibrator
Menggunakan vibrator terlalu lama pada satu lokasi atau menggoyang beton
terlalu keras dapat menyebabkan segregasi bahan, dengan pemisahan agregat dan
pasta semen. Jika beton dicor terlalu cepat setelah proses penggetaran, voids udara
mungkin tidak sempat keluar dan dapat menyebabkan penurunan kekuatan dan
ketahanan. Jika beton dicor terlalu cepat setelah mematikan vibrator, bisa
menyebabkan pemisahan agregat dan pasta semen karena efek kecepatan gerak beton.
5. Curing
Kesalahan pada saat perawatan dapat berdampak buruk pada kualitas beton dan
menimbulkan potensi kerusakan. Perawatan yang tidak dilakukan dalam jangka
waktu yang cukup dapat menyebabkan beton tidak mencapai kekuatan yang
diinginkan. Perawatan yang terlalu cepat juga dapat menyebabkan keretakan atau
lengkungan karena beton belum mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan
beban. Kurangnya kelembapan selama proses pengawetan dapat menghambat reaksi
hidrasi beton, sehingga menyebabkan hilangnya kekuatan dan daya tahan. Jika
perawatan tidak dilakukan secara merata pada seluruh permukaan beton, maka dapat
mengakibatkan kekuatan dan tampilan beton tidak merata. Menghentikan proses
pengawetan terlalu cepat dapat menurunkan kekuatan dan keawetan beton. Proses
pengawetan tidak boleh berhenti sampai beton mencapai kekuatan yang cukup.
6. Pengaruh lingkungan
Paparan baja tulangan terhadap air yang mengandung garam atau bahan kimia
korosif dapat menyebabkan korosi.Korosi baja tulangan dapat melemahkan struktur
beton dan menyebabkan retakan serta kerusakan pada permukaan beton.Air yang
meresap ke dalam pori-pori beton, kemudian membeku dan mencairkan selama
perubahan suhu, dapat menyebabkan tekanan internal dan merusak struktur
beton.Paparan beton terhadap bahan kimia seperti asam, garam, atau bahan kimia
industri dapat merusak struktur beton.Siklus berulang dari kondisi kering dan basah
dapat menyebabkan perubahan volume dalam beton, yang dapat mengakibatkan
retakan dan kerusakan.

3.3 Kerusakan Pada Beton


Beton memang menjadi pilihan karena bahannya yang kuat dan kokoh yang dapat
menghasilkan permukaan yang rata. Untuk menggunakan beton juga cukup terjangkau
dari pada menggunakan bahan besi ataupun baja yang juga memiliki kesamaan dalam
tingkat kekokohan. Namun, selain faktor kekokohan ada juga kekurangannya, dan
11
kerusakannya juga memiliki tingkat yang berbeda-beda. Mulai dari kerusakan yang
ringan hingga kerusakan berat. Kerusakan pada beton dapat disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain:
1. Retak (cracks)
Retak merupakan kejadian pecah pada beton, berupa garis-garis panjang yang sempit.
Retak ini biasa terjadi akibat cuaca yang panas dan berangin. Jenis kerusakan ini
sifatnya dangkal dan saling berhubungan. Kerusakan akibat keadaan alam pada beton
dengan steel structure (reinforced concrete) maupun prestressed concrete memang
seringkali tidak bisa dihindari. Dengan penanganan yang tepat, kerusakan ini tidak
akan menimbulkan permasalahan berarti bagi konstruksi.
2. Serangan bahan kimia
a. Karbonasi
Karbonasi terjadi ketika karbon dioksida menembus beton melalui retakan mikro
dan pori-pori, bereaksi dengan hidroksida seperti kalsium hidroksida, dan
membentuk kalsium karbonat. Hal ini mengurangi pH dalam beton dan dapat
menyebabkan korosi pada batang baja yang tertanam.
b. Serangan sulfat
Serangan sulfat terjadi ketika beton terkena air yang mengandung ion sulfat, yang
dapat bereaksi dengan kalsium aluminat dan kalsium trikalsium aluminate dalam
beton, membentuk ettringite dan gipsum. Hal ini dapat menyebabkan
pembengkokan, pembengkokan, dan pembengkokan beton.
c. Serangan asam
Serangan asam terjadi ketika beton terkena asam, yang dapat menyebabkan
pelarutan dan degradasi beton. Hal ini dapat terjadi, misalnya, pada struktur beton
yang terkena asam hujan atau lingkungan industri yang mengandung asam.
Selain karbonasi, serangan sulfat, dan serangan asam, beton juga rentan terhadap
serangan bahan kimia lainnya seperti amonium, magnesium, dan hidroksida alkali.
Serangan bahan kimia ini dapat mengurangi performa dan kekuatan beton.

3.4 Cara Memperbaiki Kerusakan pada Beton


Perbaikan kerusakan pada beton merupakan aspek penting dalam pemeliharaan
dan perpanjangan umur bangunan. Beton, sebagai bahan konstruksi yang umum
digunakan dalam pembangunan, dapat mengalami kerusakan seiring berjalannya waktu
akibat berbagai faktor seperti cuaca, beban berlebih, dan perubahan lingkungan.
Kerusakan pada beton dapat berupa retak, pengikisan permukaan, atau bahkan degradasi
struktural yang serius. Ada beberapa cara memperbaiki kerusakan pada beton, antara
lain :
1. Grouting
Grouting dilakukan dengan menutup bagian beton yang keropos menggunakan
material semen grout. Metode ini dapat membantu memperbaiki kerusakan pada
beton yang keropos atau retak.
2. Pemugaran beton
Pemugaran beton dilakukan dengan mempertebal dimensi kolom dengan
memasang besi tulangan tambahan pada luar kolom dan mengecornya lagi sampai

12
menyelimuti kolom yang lama. Metode ini dapat membantu memperbaiki kerusakan
pada beton yang keropos atau retak.
3. Peaching or sealing
Metode ini adalah metode perbaikan lantai beton yang mengalami kerusakan
ringan seperti retak kecil sampai retak sedang. Metode ini dapat membantu
memperbaiki kerusakan pada beton yang ringan.
4. Injeksi grout
Teknik ini umumnya dipergunakan pada jenis kerusakan seperti retakan akan
tetapi cukup dalam. Nantinya perbaikan dilakukan melalui cara menuangkan bahan
berupa campuran semen pada celah yang ada di dalam beton dengan tujuan mengisi
kekosongan serta memperbaiki kekuatan betonnya.
Metode ini juga bisa diterapkan untuk kerusakan pada beton yang diakibatkan
karena pengeroposan. Untuk mengatasi pengeroposan biasanya dilakukan dengan
cara menutup permukaan beton memakai material seperti epoxy.
Nantinya akan dibuat lubang pada bagian beton yang mengalami keropos lalu
masukkan bahan campuran sampai seluruh bagian kerusakannya terisi. Jadi pada
intinya teknik ini menyuntikan atau mengisi bahan pada bagian yang mengalami
keretakan ataupun pengeroposan.
5. Pemasangan plat baja
Teknik-teknik untuk memperbaiki beton rusak/cacat selanjutnya dengan cara
pemasangan plat baja. Teknik ini bertujuan melakukan perbaikan beton yang
mengalami kerusakan ataupun patah di bagian strukturnya. Tentunya untuk
melakukan perbaikan menggunakan bahan tambahan berupa plat baja.
Nantinya plat baja diletakan pada bagian bawah maupun atas beton yang
mengalami kerusakan lalu diikat memakai baut ataupun paku. Sehingga struktur baja
menjadi lebih kokoh dibandingkan sebelumnya.
6. Teknik elektrokimia
Teknik ini umumnya dipakai untuk bisa melakukan perbaikan beton yang
diakibatkan korosi. Teknik ini menggunakan arus listrik yang nantinya diterapkan
pada permukaan beton guna memulihkan kekuatan serta mengembalikan kualitas dari
betonnya.
Korosi yang terjadi pada beton bertulang diakibatkan karena struktur beton tadi
terpapar pada kondisi lingkungan agresif semacam lokasi bangunan yang terlampau
dekat dengan laut, kondisi lingkungan memiliki keasaman tinggi, bangunan dekat
jalan raya, dan lainnya.
Kerusakan tadi dapat terjadi berupa keretakan, selimut beton terkelupas yang
diakibatkan karena proses korosi pada bagian dalam tulang. Jika kondisi tersebut
sudah terjadi maka teknik-teknik untuk memperbaiki beton rusak/cacat elektrokimia
diperlukan.
7. Teknik hydrodemolition
Cara ini untuk memperbaiki beton rusak/cacat satu ini dimanfaatkan guna
menghapus beton yang mengalami cacat ataupun rusak dengan cara memakai air
bertekanan tinggi. teknik ini dapat digunakan menghilangkan beton yang telah rusak
serta tidak bisa diperbaiki lagi.
Metode ini mampu menciptakan permukaan ikatan bagus guna aplikasi perbaikan
ataupun pelapisan baru. Metode ini menggunakan robot yang nantinya akan

13
memancarkan air dengan tekanan tinggi dan bergerak secara konstan di permukaan
beton.
Selanjutnya memanfaatkan permeabilitas beton dalam menciptakan tekanan
berlebih guna memecahnya. Otomatisasi pada robot hydrodemolition sangat
memungkinkan operator dalam melakukan penghapusan non-selektif dan selektif.
Penghapusan selektif digunakan Ketika beton mengalami kondisi memburuk serta
perlu dihilangkan. Nantinya robot menghilangkan beton dengan selektif di tingkat
kualitas yang sudah di tentukan. Sedangkan penghapusan non-selektif digunakan saat
beton yang mengalami kerusakan perlu dipindahkan pada kedalaman yang sudah
ditentukan serta terlepas pada kualitas betonnya.
Teknologi ini mampu menciptakan permukaan kasar optimal guna melakukan
perekatan pada beton baru dan tidak akan menimbulkan retakan mikro maupun
kerusakan di struktur yang ada. Teknik ini secara bersamaan akan membuat tulang
beton utuh serta bersih dari korosi dan karat.

3.5 Cara Merawat dan Mencegah terjadinya Kerusakan pada Beton


Ada beberapa cara untuk mencegah kerusakan pada beton, antara lain:
1. Curing beton
Curing beton adalah proses perawatan beton setelah pengecoran untuk menjaga agar
kadar air atau kelembapan dalam dan permukaan beton tidak cepat kering sehingga
tingkat kekerasan dan mutu terbaik bisa didapatkan. Proses ini dilakukan dengan
menyemprotkan air atau menutup permukaan beton dengan kain basah untuk
mencegah penguapan air terlalu cepat. Hal ini dapat membantu mencegah retak akibat
pengeringan dini dan menjaga kelembaban pada permukaan dan bagian dalam cor.
2. Penggunaan penguapan
Metode penguapan dilakukan dengan menyimpan beton dalam suhu tertentu dan
melakukan penguapan bertekanan tinggi atau rendah setelah beton mencapai
kekuatan tekan yang diinginkan
3. Pemilihan bahan yang baik
Pemilihan bahan yang baik, termasuk semen, agregat, dan air, sangat penting untuk
mencegah kerusakan pada beton. Penggunaan bahan berkualitas tinggi dapat
mengurangi risiko kerusakan akibat serangan bahan kimia dan faktor lingkungan
lainnya.
4. Pemeliharaan yang teratur
Pemeliharaan yang teratur, termasuk pembersihan dan perawatan rutin, dapat
membantu mencegah kerusakan pada beton. Hal ini termasuk juga perbaikan cepat
terhadap retak atau kerusakan kecil lainnya untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
5. Desain yang baik
Desain yang baik, termasuk pemilihan ukuran dan bentuk yang tepat, dapat
membantu mencegah kerusakan pada beton. Hal ini termasuk juga perhitungan yang
tepat terhadap beban yang akan diberikan pada beton
6. Penerapan teknologi yang tepat

14
Penerapan teknologi yang tepat, seperti penggunaan aditif atau bahan tambahan
lainnya, dapat membantu meningkatkan kualitas beton dan mencegah kerusakan

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh apa saja yang dapat
menyebabkan kerusakan pada beton, seperti tinggi jatuh pengecoran, kesalahan pelepasan
bekisting, kesalahan pembesian, vibrator, curing, dilatasi pengecoran, kegagalan design,
dan beban tambahan. Penting juga untuk melakukan studi kasus mengenai penyebab
kerusakan pada beton sehingga penyebab kerusakan dapat diketahui dan diminimalisir.
Oleh karena itu, untuk mencegah kerusakan pada beton perlu dilakukan perawatan dan
pemeliharaan yang tepat, serta pemilihan bahan dan desain yang sesuai dengan
lingkungan penggunaannya
Upaya pencegahan dan pemeliharaan yang baik, pemilihan material yang sesuai,
dan pemahaman yang baik tentang kondisi lingkungan dan desain struktur dapat
membantu mengurangi risiko kerusakan pada beton. Perencanaan yang hati-hati,
konstruksi yang baik, dan perawatan rutin dapat memperpanjang umur layanan dan
memastikan kinerja optimal dari struktur beton

16
DAFTAR PUSTAKA

Arkis, Z. (2020). Pengaruh Metode Perawatan Beton Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Jurnal Teknik
Sipil Institut Teknologi Padang, 7(2), 5-5.

Ahmad, I. A., Taufieq, N. A. S., & Aras, A. H. (2009). Analisis pengaruh temperatur terhadap kuat tekan
beton. Jurnal Teknik Sipil ITB, 16(2), 63-70.

e-journal.uajy.ac.id/15515/2/TS147431

Saputra, Andry G., et al. "Identifikasi Penyebab Kerusakan Pada Beton Dan Pencegahannya." Jurnal
Dimensi Pratama Teknik Sipil, vol. 3, no. 2, 2014.

17

Anda mungkin juga menyukai