Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TEKNOLOGI DAN BAHAN

BAHAN CAMPURAN BETON


PADA BANGUNAN JEMBATAN

DISUSUN OLEH:
NAMA : CHAERUL SYAMSI
STAMBUK : 031 2019 0313
KELAS : A8

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang masih sangat banyak dipakai
dalam pembangunan fisik. Harganya yang relatif murah dan kemudahan dalam
pelaksanaannya membuat beton semakin tak tergantikan dalam dunia konstruksi.
Namun selain keuntungan yang dimilikinya beton juga memiliki beberapa kekurangan
seperti tegangan tarik yang rendah, daktibilitas rendah, dan keseragaman mutu yang
bervariatif. Karena kekurangan yang dimiliknya maka diperluakan pengetahuan yang
cukup luas,antara lain mengenai sifat bahan dasarnya, cara pembuatannya, cara
evaluasi, dan variasi bahan tambahnya agar dapat meningkatkan fungsi beton itu
sendiri menjadi lebih maksimal. Dalam pembuatannya, keseragaman kualitas beton
sangat dipengaruhi oleh keseragaman bahan dasar dan metode pelaksanaan. Pada
prakteknya dilapangan, umumnya beton yang disuplai oleh perusahaan pembuatan
beton (ready mix) telah terjamin keseragaman bahan dasarnya. Untuk mendapatkan
kualitas dan keseragaman beton sesuai seperti yang disyaratkan maka pelaksanakan
pembuatan beton harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur. Yang
dimaksud dengan kualitas beton seperti yang disyaratkan disini adalah kuat tekan
beton pada umur ke-28 hari. Oleh karena sebab-sebab diatas maka diperlukan adanya
kontrol kualitas yang dapat mengetahui kemungkinan terjadinya output yang tidak
sesuai dengan yang disyaratkan sedini mungkin. Dengan adanya penelitian ini
diharapkan pekerjaan konstruksi di lapangan akan menjadi lebih optimal. Hal ini
disebabkan karena pelaksana dapat memeriksa kuat tekan beton terhadap persyaratan
yang ada tanpa perlu menunggu waktu 28 hari dan memutuskan melakukan kegiatan
selanjutnya berdasar hasil tersebut. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi kerja dari
suatu kontraktor dengan signifikan yang tentu saja berimbas terhadap peningkatan
keuntungan yang didapatkan. Selain itu, karena output yang dihasilkan lebih akurat
maka quality control dan quality assurance terhadap pekerjaan beton menjadi semakin
meningkat.
1.2 Tujuan Tujuan
dari pembuatan makalah tentang “Beton” adalah untuk memenuhi tugas dalam mata
kuliah Teknologi Bahan I, untuk mengetahui tentang sifat-sifat dari beton, untuk
mengetahui cara pembuatan beton yang baik, cara perawatan beton yang benar, agar
kita mengetahui mutu beton yang baik dalam struktur bangunan, serta penggunaan
dalam bidang teknik sipil.

1.3 Kegunaan Teoritis dan Praktis


Didalam menyusun makalah ini, penulis berharap nantinya makalah ini dapat berguna
bagi para pembacanya baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penulis
berharap makalah ini dapat berguna bagi siapa saja, terutama yang bergelut di dalam
bidang engineering. Secara praktis, penulis berharap makalah ini dapat berguna dan
memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang beton.

1.4 Metode Penulisan


Di dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan dua metode penulisan, antara
lain: Metode deskriptif, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, pembahasan ini
bertujuan untuk memberikan gambaran tentang beton, untuk mengetahui cara
pembuatan beton yang baik, cara pemeliharaan beton, agar kita mengetahui criteria /
mutu beton yang baik dalam struktur bangunan, penggunaan dalam bidang teknik
sipil, serta sifat-sifatnya. Penelitian kepustakaan, yakni penelitian yang dilakukan
dengan mengumpulkan keterangan dari buku-buku, internet dan bahan
lainnya/sumber lainnya yang ada hubungannya dengan beton.

1.5 Rumusan Masalah


1. Apa saja sifat-sifat dari beton ?
2. Bagaimana cara pembuatan beton yang baik?
3. Apa saja kriteria beton yang bermutu baik untuk digunakan dalam struktur
bangunan?
4. Bagaimana cara pemeliharaan beton agar tahan lama?
5. Apa saja penggunaan dari beton dalam bidang teknik sipil?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Beton
Beton adalah suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat
suatu campuran yaitu semen, pasir, kerikil dan air untuk membuat campuran tersebut
menjadi keras dalam cetakan sesuai dengan bentuk dan dimensi struktur yang
diinginkan. Kumpulan material tersebut terdiri dari agregat yang halus dan kasar.
Semen dan air berinteraksi secara kimiawi untuk mengikat partikel-partikel agregat
tersebut menjadi suatu massa padat.

Pada umumnya beton terdiri dari ± 15 % semen, ± 8 % air, ± 3 % udara, selebihnya


pasir dan kerikil. Campuran tersebut setelah mengeras mempunyai sifat yang berbeda-
beda, tergantung pada cara pembuatannya. Perbandingan campuran, cara
pencampuran, cara mengangkut, cara mencetak, cara memadatkan, dan sebagainya
akan mempengaruhi sifat-sifat beton.

Sifat beton meliputi: mudah diaduk, disalurkan, dicor, didapatkan dan diselesaikan,
tanpa menimbulkan pemisahan bahan susunan pada adukan dan mutu beton yang
disyaratkan oleh konstruksi tetap dipenuhi.

Material beton mempunyai beberapa keunggulan teknis jika dibanding dengan


material konstruksi lainnya. Bahan baku pembuatan beton, seperti semen, pasir dan
koral atau batu pecah, sangat mudah diperoleh.

Keunggulan lain yang dimiliki beton dibandingkan dengan material lainnya adalah
mempunyai kuat tekan dan stabilitas volume yang baik dan biaya perawatannya relatif
lebih murah. Selain itu, material beton lebih tahan terhadap pengaruh lingkungan,
tidak mudah terbakar, dan lebih tahan terhadap suhu tinggi, sehingga banyak
digunakan sebagai pelindung struktur baja terhadap pengaruh kebakaran pada
bangunan gedung.
Sifat dan karakter mekanik beton secara umum :

1. Beton sangat baik menahan gaya tekan (high compressive strength), tetapi tidak
begitu pada gaya tarik (low tensile strength). Bahkan kekuatan gaya tarik beton hanya
sekitar 10% dari kekuatan gaya tekannya.

2. Beton tidak mampu menahan gaya tegangan ( tension) yang tinggi, karena
elastisitasnya yang rendah.

3. Konduktivitas termal beton relatif rendah.


Dalam keadaan yang mengeras, beton bagaikan batu karang dengan kekuatan tinggi.
Dalam keadaan segar, beton dapat diberi bermacam bentuk, sehingga dapat digunakan
untuk membentuk seni arsitektur atau semata-mata untuk tujuan dekoratif. Beton juga
akan memberikan hasil akhir yang bagus jika pengolahan akhir dilakukan dengan cara
khusus umpamanya diekspose agregatnya (agregat yang mempunyai bentuk yang
bertekstur seni tinggi diletakkan di bagian luar, sehingga nampak jelas pada
permukaan betonnya).

Faktor – faktor yang membuat beton banyak digunakan karena memiliki keunggulan
– keunggulannya antara lain :
1. Kemudahan pengolahannya.
2. Material yang mudah didapat.
3. Kekuatan tekan tinggi.
4. Daya tahan yang tinggi terhadap api dan cuaca
merupakan bukti dari kelebihannya. Selain memiliki kunggulan-keunggulan seperti
disebutkan di atas, beton juga memiliki kekurangan seperti berikut:

1. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah


2. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi
3. Berat (bobotnya besar)
4. Daya pantul suara yang besar.
Sebagian besar bahan pembuat beton adalah bahan lokal (kecuali semen portland atau
bahan tambah kimia), sehingga sangat menguntungkan secara ekomoni. Namun
pembuatan beton akan menjadi mahal jika perencana tidak memahami karakteristik
bahan-bahan penyusun beton yang harus disesuaikan dengan perilaku struktur yang
akan dibuat.

2.1.1 Adukan Beton


Beton yang berasal dari pengadukan bahan-bahan penyusun agregat kasar dan agregat
halus kemudian diikat dengan semen yang bereaksi dengan air sebagai bahan perekat,
harus dicampur dan diaduk dengan benar dan merata agar dapat dicapai mutu beton
yang baik. Pada umumnya pengadukan bahan beton dilakukan menggunakan mesin
pengaduk kecuali jika hanya untuk mendapatkan beton mutu rendah pengadukan
dapat dilakukan tanpa menggunakan mesin pengaduk. Kekentalan adukan beton harus
diawasi dan dikendalikan dengan cara memeriksa kemerosotan (slump) pada setiap
adukan beton baru.
Nilai slump digunakan sebagai petunjuk ketepatan jumlah pemakaian air dalam
hubungannya dengan faktor air semen yang ingin dicapai. Waktu pengadukan
lamanya tergantung pada kapasitas isi mesin pengaduk, jumlah adukan, jenis serta
susunan butir bahan penyusun, dan slump beton, pada umumnya tidak kurang dari
1,50 menit dimulai semenjak pengadukan, dan hasil umumnya menunjukkan susunan
dan warna merata. Sesuai dengan tingkat mutu beton yang dihasilkan memberikan:

1. Keenceran dan kekentalan adukan yang mmungkinkan pengerjaan beton


(penuangan, perataan, pemadatan) dengan mudah kedalam adukan tanpa
menimbulkan kemungkinan terjadinya segregation atau pemisahan agregat.

2. Ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus (kedap air, korosif, dan lain-lain) 3.
Memenuhi uji kuat yang hendak dipakai.
2.1.2 Pengujian Pada Beton 2.1.2.1 Kuat Tekan Kuat tekan beton mengidentifikasi
mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi tinggkat kekuatan struktur yang
dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Kekuatan beton
dinotasikan sebagai berikut : f’c = Kekuatan tekan beton yang disyaratkan (Mpa). fck
= Kekuatan tekan beton yang didapatkan dari hasil uji coba kubus 150 mm atau dari
silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm (MPa). fc = Kekuatan tarik dari
hasil uji belah silinder beton (MPa).

f’cr = Kekuatan tekan beton rata-rata yang dibutuhkan, sebagai dasar pemilihan
perancangan campuran beton. S = Deviasi standar (s) (MPa).

Beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan suatu kuat tekan
ratarata yang disyaratkan. Pada tahap pelaksanaan konstruksi, beton yang telah
dirancang campurannya harus diproduksi sedemikian rupa sehingga memperkecil
frekuensi terjadinya beton dengan kuat tekan yang lebih rendah dari f ’c seperti yang
telah disyaratkan. Kriteria penerima beton tersebut harus pula sesuai dengan standar
yang berlaku. Menurut Standar Nasional Indonesia, kuat tekan harus memenuhi 0,85 f
’c untuk kuat tekan rata-rata dua silinder dan memenuhi f ’c +0,82 s untuk rata empat
buah benda uji yang berpasangan. Jika tidak memenuhi, maka di uji mengikuti
ketentuan selanjutnya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan beton. Ada empat bagian utama
yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton :     Proporsi bahan-bahan
penyusunnya. Metode perancangan. Perawatan. Keadaan pada saat pengecoran
dilaksanakan, yang terutama dipengaruhi oleh lingkungan setempat. Kekuatan tekan f
'c ditentukan dengan silinder standar (berukuran 6 inci x 12 inci) yang dirawat di
bawah kondisi standar laboratorium pada kecepatan pembebasan tertentu, pada umur
28 hari. Spesifikasi standar yang dipakai di Amerika Serikat biasanya diambil dari
ASTM C-39. Perlu di pahami bahwa kekuatan beton struktur aktual dapat saja tidak
sama dengan kekuatan silinder karena perbedaan pemadatan dan kondisi perawatan.
Pengujian kuat tekan beton dilakukan menggunakan alat Mesin Kompresor
(Compressor Mechine) dengan rumus : f’c=F/a dengan: f’c = Kuat tekan (N/cm 2) F =
Gaya Tekan (N) A = Luas bidang permukaan (cm 2)

Dalam pengujian ini juga ada luas permukaan cetakan yang berbentuk silinder dengan
rumus: Luas permukaan (A) = π r2
dengan ; A = Luas Permukaan Cetakan (cm2) r = Tinggi cetakan silinder (cm)

2.1.2.2 Penyerapan Air (Water Absorbtion)


Penyerapan air (water absorbtion) merupakan salah satu parameter yang sangat
penting untuk memprediksi dan mengetahui kekuatan dan kualitas beton polimer yang
dihasilkan. Beton polimer yang berkualitas baik memiliki daya serap air yang kecil
dimana jumlah pori-pori pada permukaan sedikit dan rapat. Pengukuran penyerapan
air (water absorbtion) menggunakan rumus:

Water Absorbtion (%) = m b  mk x100% mk

dengan: WA = Penyerapan air (%) mb = Massa basah sampel setelah direndam


(gram) mk = Massa kering sampel setelah direndam (gram)

2.1.2.3 Porositas
Porositas dapat didefenisikan sebagai perbandingan antara jumlah volume
lubanglubang kosong yang dimiliki oleh zat padat (volume kosong) dengan jumlah
dari volume zat padat yang di tempati oleh zat padat.
Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen (%) rongga fraksi volume dari
suatu rongga yang ada dalam material tersebut. Besarnya porositas pada suatu
material bervariasi mulai dari 0 % sampai dengan 90 % tergantung dari jenis dan
aplikasi material tersebut. Ada dua jenis porositas yaitu porositas tertutup dan
porositas terbuka. Porositas tertutup pada umunya sulit untuk ditentukan pori tersebut
merupakan rongga yang terjebak didalam padatan dan serta tidak ada akses ke
permukaan luar, sedangkan porositas terbuka masih ada akses ke permukaan luar,
walaupun rongga tersebut ada ditengah-tengah padatan. Porositas suatu bahan pada
umumnya dinyatakan sebagai porositas terbuka dengan rumus :

Porositas= mb  mk 1 x x100% Vb  air


dengan:
P = Porositas (%)
mb = Massa basah sampel setelah direndam (gram)
mk = Massa kering sampel setelah direndam (gram)
Vb = Volume benda uji (cm3)
ρair = Massa jenis air (gr/cm3)
Dalam pengujian ini juga di dapat kan volume benda uji berbentuk silinder dengan
rumus:

Volume benda uji = 2 d L 4

2.2 Agregat Agregat menempati 65-80% volum total dari beton, sifat-sifatnya sangat
mempengaruhi kualitas beton. Agregat yang baik seharusnya mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut :
1. Keras dan kuat
2. Bersih
3. Tahan lama
4. Masa jenis tinggi
5. Butir bulat
6. Distribusi ukuran butir yang cocok.

Agregat dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi atau pemecahan massa
batuan induk yang lebih besar. Oleh karena itu, sifat agregat tergantung dari sifat
batuan induk. Sifatsifat tersebut diantaranya, komposisi kimia dan mineral, klasifikasi
petrografik, berat jenis,

kekerasan (hardness), kekuatan, stabilitas fisika dan kimia, struktur pori, warna dan
lain-lain. Namun, ada juga sifat agregat yang tidak bergantung dari sifat batuan induk,
yaitu ukuran dan bentuk partikel, tekstur dan absorbsi permukaan. Agregat yang
digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat buatan
(artificial aggregates). Secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya,
yaitu, agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat kasar dan agregat halus
berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian,
dapat diberikan batasan ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu 4.80
mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM). Agregat kasar adalah batuan
yang ukuran butirannya lebih besar dari 4.80 mm (4.75 mm). Agregat dengan ukuran
lebih besar dari 4.80 – 40 mm disebut kerikil beton yang lebih dari 40 mm disebut
kerikil kasar.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari
40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk pekerjaan
sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah,
bronjong atau bendungan, dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan
agregat kasar dinamakan kerikil, spilit, batu pecah, kricak dan lainnya.

2.2.1 Agregat Kasar


Jenis agregat kasar yang umum adalah :
1. Batu Pecah Alami : Bahan ini di dapat dari cadas atau batu pecah alami yang
digali.batu ini dapat berasal dari gunung api, jenis sedimen, atau jenis metamorf.
Meskipun dapat menghasilkan kekuatan yang tinggi terhadap beton, batu pecah
kurang memberikan kemudahan pengerjaan dan pengecoran dibandingkan dengan
jenis agregat kasar lainnya.

2. Kerikil Alami : Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi
maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir. Kerikil memberikan kekuatan
yang lebih rendah dari pada batu pecah, tetapi memberikan kemudahan pengerjaan
yang lebih tinggi.

3. Agregat Kasar Buatan : Terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan
untuk beton berbobot ringan. Biasanya merupakan hasil dari proses lain seperti blast-
furnace dan lain-lain.

4.Agregat untuk Perlindungan Nuklir dan Berbobot Berat : Dengan adanya tuntutan
yang spesifik pada zaman atau sekarang ini, juga untuk pelindung dari radiasi nuklir
sebagai akibat dari semakin banyaknya pembangkit atom dan stasium tenaga nuklir,
maka perlu adanya beton yang dapat melindungi dari sinar x, sinar gamma, dan
neutron.
2.2.2 Agregat Halus
Agregat halus atau pasir adalah material yang dapat lolos dari saringan nomor 4, yaitu
saringan yang setiap 1 inchi panjang mempunyai 4 lubang. Material yang kasar dari
ukuran ini digolongkan sebagai agregat yang kasar atau koral.
Ukurannya bervariasi antara ukuran No. 4 dan No. 100 saringan Standar Amerika.
Agregat halus yang baik harus bebas organik, lempung, partikel, yang lebih kecil dari
saringan No.100, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Variasi
ukuran dalam suatu campuran harus mempunyai gradasi yang baik, yang sesuai
dengan standar analisis saringan dari ASTM ( American Society of Testing and
Materials ). Tabel 2.2 Syarat Mutu Kekuatan Agregat Sesuai SII.0052-08 Kekerasan
dengan bejana Kelas dan mutu Rudelloff, bagian hancur menembus ayakan 2 mm,
persen % maksimum Beton Fraksi butir 9,5-19 mm 1 Beton kelas I dan mutu B0 dan
B1 Beton kelas II dan mutu K125,K-175 dan K-225 Beton kelas III dan mutu > K-
225 atau beton pratekan Kurang dari 14 Kurang dari 16 Kurang dari 27 14-22 16-24
27-40 2 22-30 Fraksi butir 19 – 30 mm 3 24-32 Kekerasan dengan bejana geser Los
Angelos, hancur bagian menembus ayakan 1,7 mm,% maks. 4 40-50

2.3 Semen
Semen adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan
cara menghaluskan klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis), dengan batu gips sebagai bahan tambahan. Bahan baku pembuatan
semen adalah bahan-bahan yang mengandung kapur, silika, alumina, oksida besi, dan
oksida-oksida lainnya.

Fungsi utama semen adalah sebagai perekat.Bahan-bahan semen terdiri dari batu
kapur (gamping) yang mengandung senyawa: Calsium Oksida (CaO), lempung atau
tanah liat (clay) adalah bahan alam yang mengandung senyawa: Silika Oksida (SiO2),
Aluminium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3) dan Magnesium Oksida (MgO).
Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian
untuk membentuk klinker. Klinker kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips
(gypsum).
Semen dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu semen hidraulik dan semen
nonhidraulik. Semen hidraulik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras
di dalam air. Contoh semen hidraulik antara lain kapur hidraulik, semen pozollan,
semen terak, semen alam, semen portland,semen alumina dan semen expansif. Contoh
lainnya adalah semen portland putih, semen warna, dan semen-semen untuk keperluan
khusus. Sedangkan semen non-hidraulik adalah semen yang tidak dapat mengikat dan
mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen
nonhidraulik adalah kapur.

2.3.1 Semen Portland


Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam
pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen portland didefinisikan sebagai
semen hidraulik yang dihasilkan dengan menggiling kliner yang terdiri dari kalsium
silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat
sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.
Ditinjau dari penggunaannya, menurut ASTM Semen Portland dapat dibedakan
menjadi lima tipe :

a. Tipe I ( Semen penggunaan umum )


Sifat dari semen portland tipe I yaitu MgO dan SO3 hilang pada saat pembakaran.
Kehalusan dan kekuatannya secara berturut-turut juga ditentukan. Secara umum
mempunyai sifat-sifat umum dari semen. Digunakan secara luas sebagai semen untuk
teknik sipil dan konstruksi arsitektur misalnya pembangunan jalan, bangunan beton
bertulang, jembatan dan lain-lain.

b. Tipe II ( Semen pengeras pada panas sedang )


Semen Portland tipe II mempunyai C3S kurang dari 50% dan C3A kurang dari 8%.
Kalor hidrasi 70 kal atau kurang (7 hari) dan 80 kal atau kurang (28 hari) pada kondisi
sedang. Peningkatan dari kekuatan jangka panjang diinginkan. Seca-ra umum dipakai
untuk mencegah serangan sulfat dan lingkungan sistem drainase dengan kadar
konsentrat tinggi didalam tanah.
c. Tipe III ( Semen berkekuatan tinggi awal )
Semen portland tipe III mengandung C3S maksimum. Kekuatan awal (1 hari dan 3
hari) diintensifkan, ditentukan untuk mempunyai kekuatan di atas 40 kg/cm2 selama
penekanan 1 hari dan di atas 90 kg/cm2 selama penekanan 3 hari. Kegunaannya yaitu
untuk menggantikan semen penggunaan umum untuk pekerjaan yang mendesak.
Cocok untuk pekerjaan dimusim dingin. Biasanya dipakai untuk konstruksi bangunan,
pekerjaan pembuatan jalan, dan produk semen.

d. Tipe IV ( Semen jenis rendah )


Pada semen Portland tipe IV, kalor hidrasi lebih rendah l0 kal dari pada semen
pengeras pada panas sedang, ditentukan dibawah 60 kal (7hari) dan diba-wah 70 kal
yaitu 28 hari (ASTM).Memberikan kalor hidrasi minimum seperti semen untuk
pekerjaan bendungan. Kegunaannya yaitu digunakan pada struktur-struktur dam dan
bangunan masif. Dimana panas yang terjadi sewaktu hidrasi merupakan faktor
penentu bagi kebutuhan beton/mortar.

e. Tipe V ( Semen tahan sulfat ) Semen portland tipe V mempunyai C3S dibawah
50% dan C3A dibawah 50% (ASTM). Diusahakan agar kadar C3A minimum untuk
memperbesar ketaha-nan terhadap sulfat. Biasanya dipakai untuk pekerjaan beton
dalam tanah yang mengandung banyak sulfat dan yang berhubungan dengan air tanah
dan pelapisan dari saluran air dalam terowongan.

2.3.1.1 Semen Portland Tipe I


Semen portland tipe I adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam
pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen portland didefinisikan sebagai
semen hidraulik yang dihasilkan dengan menggiling kliner yang terdiri dari kalsium
silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat
sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.
Semen Portland dibuat dari serbuk halus kristalin yang komposisi utamanya adalah
kalsium dan aluminium silkat. Bahan baku utama dalam pemnuatan semen Portland
adalah sebagai berikut :
Kapur (CaO) – dari batu kapur Silika (SiO2) – dari lempung Alumina (Al2O3) – dari
lempung

(60 – 65 %) (17 – 25 %) (3 – 8 %)

Untuk Penelitian ini digunakan semen Portland Tipe I yang diproduksi oleh
PT.Semen Padang, Sumatera Barat. Semen ini dibuat dengan standart ASTM C-150
untuk semen portland. 2.3.2 Semen Portland Pozzolan Pozzolan merupakan bahan
yang mengandung silica atau senyawanya dan alumina, yang tidak memiliki sifat
mengikat seperti semen, tetapi dalam bentuk yang halus adanya air dapat menjadi
suatu massa padat yang tidak larut dalam air. Semen pozzolan adalah bahan pengikat
hidrolis yang terbuat dari hasil penggilingan pozzolan dan kapur padam sesuai dengan
ukuran halus dan homogen yang mempunyai sifat semen dan memenuhi standar yang
diperlukan. Kegunaan semen Portland pozzolan :
1. Sebagai pengganti semen Portland.
2. Bahan komponen bangunan struktur ringan seperti lantai, dinding dan saluran air.
3. Material untuk bangunan rumah sangat sederhana di perkotaan dan pedesaan.
4. Material untuk jalan lingkungan pedesaan.
5. Mempertinggi kualitas beton.
Semen portland pozzolan merupakan campuran dari semen portland biasa dengan
serbuk halus trass atau pozzolan, atau benda-benda yang bersifat pozzolan (misalnya
abu terbang, fly ash). Kadarnya adalah antara 10% - 30% dari berat.

2.3.3 Faktor Air Semen (FAS)


Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi FAS, semakin rendah mutu kekuatan
beton. Namum demikian, nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu brarti bahwa
kekuatan beton semakin tinggi. Ada batas-batas dalam hal ini. Nilai FAS yang rendah
akan menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan
pemadatan yang pada akhirnya menyebabkan mutu beton menurun. Umumnya nilai
FAS minimum yang diberikan sekitar 0,4 dan maksimum 0,65. Rata-rata ketebalan
lapisan yang memisahkan antar partikel dalam beton sangat tergantung pada faktor air
semen yang digunakan dan kehalusan butir semennya. 2.4 Air Air sebagai bahan
pencampur smen berperan sebagai bahan perekat, sehinnga penambahan air dalam
pembuatan spesi beton merupakan unsur yang sangat penting. Peranan air sebagai
bahan perekat terjadi melalui reaksi hidrasi, yaitu semen dan air akan membentuk
pasta semen dan mengikat fragmen-fragmen agregat. Secara umum, air yang dapat
diminum cocok digunakan sebagai air pencampur, sebab telah memenuhi persyaratan
teknis sebagai air pencampur. Air yang digunakan dalam pembuatan beton pra-tekan
dan beton yang akan ditanami logam alumunium (termasuk air bebas yang terkandung
dalam agregat) tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan. Untuk perlindungan terhadap korosi, konsentrasi ion klorida
maksimum yang terdapat dalam beton yang telah mengeras pada umur 28 hari yang
dihasilkan dari bahan campuran termasuk air, agregat, bahan bersemen dan bahan
campuran tambahan tidak boleh melampaui nilai batas yang diberikan. Batas
Maksimum Ion Klorida Jenis beton Batas (%) Beton pra-tekan Beton bertulang yang
selamanya berhubungan dengan klorida Beton bertulang yang selamanya kering atau
terlindung dari Basah Konstruksi beton bertulang lainnya 0,06 0,15 1,00 0,30

2.3 Cara Pembuatan Beton Karakteristik dan sifat beton sangat tergantung dari design
campuran dan kwalitas bahan-bahan penyusunnya, setiap tahapan dalam prosen
produksi beton dilapangan memegang peranan penting dalam menghasilkan beton
yang berkwalitas.

1. Penempatan dan penyimpanan material Pasir & Split Kesalahan penempatan dan
penyimpanan material, dapat menyebabkan menurunnya kwalitas beton. Penempatan
pasir dan split (koral) harus sedemikian rupa jangan sampai tercampur oleh bahan-
bahan lain. Penggunaan landasan untuk stok material sangat dianjurkan agar dapat
mencegah terbawanya tanah saat pengambilan barang.
Semen Dijaga agar tidak lembab, disimpan didalam ruangan atau gudang dan
dibawahnya di beri landasan agar uap lantai tidak langsung mengenai semen, karna
apabila uap mengenai semen, mengakibatkan kwalitas semen menurun dan sebagian
akan mengeras, berubah menjadi butiran butiran kasar.
2. Persiapan dan Proses Pencampuran. Untuk menghasilkan beton dengan kwalitas
yang seragam, bahan- bahan penyusun beton harus disiapkan dan ditakar dengan teliti
karna akan mempengaruhi homogenitas campuran, pencampuran dapat dilakukan
dengan cara manual atau mekanis, pencampuran manual yaitu menggunakan tenaga
manusia dengan peralatan cangkul dan skop, disarankan untuk pekerjaan volume
beton yang besar sebaiknya dilakukan dengan cara mekanis. Pencampuran mekanis
yaitu dengan cara mixer (mollen), utnuk mendapatkan campuran yang baik diperlukan
minimal 50 kali putaran mixer atau tidak kurang dari 1 menit untuk volume
pengecoran 1 m3. Kekentalan adukan beton , harus disesuiakan dengan cara
transportasi, cara pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan dari
tulangan. Kekentalan tersebut bergantung pada berbagai hal. Jumlah dan jenis semen,
nilai factor air semen, jenis dan susunan butir dari agregat serta bahan pembantu lain.
Untuk mencegah penggunaan beton terlalu encer atau padat, ambil nilai slump
minimum 5 cm dan maksimum 15 cm.

3. Pemadatan Dilakukan sesaat setelah beton dituangkan, dengan tujuan untuk


meminimalkan jumlah rongga yang terbentuk didalam beton sehingga beton
mempunyai kekuatan yang tinggi. Dan menambah kekedapan air.

4. Perawatan beton Sipat-sipat beton seperti kekuatan dan daya tahan akan bertambah
dengan perkembangan umur beton, perkembangan ini akan sangat cepat pada umur
awal dan berlangsung terus namun dalam kecepatan yang makin melambat.
Hilangnya air yang terlalu cepat akan mengakibatkan lambatnya perkembangan mutu
beton, dan juga volume beton menyusut mengakibatkan timbulnya tegangan tarik
pada permukaan yang mongering, jika tegangan tarik ini terjadi sebelum beton
mencapai kekuatan yang memadai maka akan timbul retak pada beton, disarankan
sebelum beton mencapai umur dari setelah beton agak mongering sebaiknya di tutupi
dengan karung/zak yang basah,digenangi air selama 2 minggu. Beton akan mencapai
kekuatan maksimal yaitu pada umur 21 hari. Bila dikehendaki umur beton lebih cepat
dapat menggunakan bahan campuran yang dikususkan untuk mempercepat umur
beton.
2.5 Cara Perawatan Beton
Campuran beton bertulang yang baru mengalami proses pengecoran, biasanya suhu
yang adal di dalam beton sangat panas. Jadi kemungkinan terjadi kerusakan apabila
tidak dilakukan perawatan adalah mungkin terjadi. Sehabis di cor, beton dalam waktu
pengikatan dan pengerasan harus mendapat perawatan baik, supaya mutu beton yang
diharapkan dapat tercapai. Selama 24 jam sesudah selesai di cor, beton harus
dilindungi terhadap pengaruh hujan lebat, air mengalir, dan getaran. Waktu ikatan
campuran yang mangalami waktu puncak adalah 3 jam setelah pengecoran. Pada
waktu waktu tersebut usahakan beton tetap dalam keadaan yang stabil.

Cara perawatan beton sehabis di cor adalah sebagai berikut:


1. Untuk mencegah pengeringan bidang bidang beton selama paling sedikit 2 minggu
beton haris di basahi terus menerus, antara lain dengan menutupinya dengan karung
basah. Atau dapat juga dengan dibuatkan tanggulan tanggulan untuk genangan air.
2. Pasa proses tersebut (2 minggu) hindarkan beton dari proses pengangkutan benda
benda berat (angkutan truk / mobil) , karena waktu tersebut beton baru berproses
untuk mencapai kekuatan maksimal.
3. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi (steem). Uap bertekanan tinggi tinggi /
pemanasan dapat mempersingkat waktu untuk proses pengerasan.Tetapi cara ini harus
disetujui oleh pengawas ahli.

2.4 Fungsi Beton

Beton memiliki karakteristik yang unik yaitu memiliki kekuatan yang baik dibanding
dengan material yang lain. Dalam pelaksanaan pembangunan dibidang teknik sipil
manfaat dari beton antara lain:
1. Sebagai penopang jalan di flyover
2. Sebagai struktur bangunan gedung bertingkat
3. Sebagai struktur penopang jembatan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengenalan atas sifat-sifat fisik dan mekanik akan sangat membantu dalam
menentukan jenis-jenis mutu beton untuk tujuan pengunaan tertentu. Diharapkan
dengan memahami sifatsifat beton dan jenis-jenis mutu beton, cara pembuatan,
pemeliharaan, standar dalam struktur bangunan untuk penggunaan tertentu khususnya
dalam bidang teknik sipil akan semakin membantu dalam pembangunan dibidang
teknik sipil

3.2 Saran
Untuk menghindari kegagalan struktur beton, seperti keruntuhan yang diakibatkan
oleh gempa yang akhir ini sering terjadi. Maka kualitas beton perlu direncanakan
mengikuti standart, agar bisa diperoleh suatu struktur kolom sesuai dengan yang
disyaratkan, maka perlu mempergunakan mutu beton yang lebih tinggi. Mutu beton
yang lebih tidak hanya memperoleh suatu struktur kolom beton bertulang yang kuat,
tetapi juga menghasilkan suatu struktur kolom yang sangat efisien.
DAFTAR PUSTAKA

digilib.its.ac.id repository.usu.ac.id www.ryarif.com www.wonosari.com

Anda mungkin juga menyukai