DISUSUN OLEH:
NAMA : CHAERUL SYAMSI
STAMBUK : 031 2019 0313
KELAS : A8
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Beton
Beton adalah suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat
suatu campuran yaitu semen, pasir, kerikil dan air untuk membuat campuran tersebut
menjadi keras dalam cetakan sesuai dengan bentuk dan dimensi struktur yang
diinginkan. Kumpulan material tersebut terdiri dari agregat yang halus dan kasar.
Semen dan air berinteraksi secara kimiawi untuk mengikat partikel-partikel agregat
tersebut menjadi suatu massa padat.
Sifat beton meliputi: mudah diaduk, disalurkan, dicor, didapatkan dan diselesaikan,
tanpa menimbulkan pemisahan bahan susunan pada adukan dan mutu beton yang
disyaratkan oleh konstruksi tetap dipenuhi.
Keunggulan lain yang dimiliki beton dibandingkan dengan material lainnya adalah
mempunyai kuat tekan dan stabilitas volume yang baik dan biaya perawatannya relatif
lebih murah. Selain itu, material beton lebih tahan terhadap pengaruh lingkungan,
tidak mudah terbakar, dan lebih tahan terhadap suhu tinggi, sehingga banyak
digunakan sebagai pelindung struktur baja terhadap pengaruh kebakaran pada
bangunan gedung.
Sifat dan karakter mekanik beton secara umum :
1. Beton sangat baik menahan gaya tekan (high compressive strength), tetapi tidak
begitu pada gaya tarik (low tensile strength). Bahkan kekuatan gaya tarik beton hanya
sekitar 10% dari kekuatan gaya tekannya.
2. Beton tidak mampu menahan gaya tegangan ( tension) yang tinggi, karena
elastisitasnya yang rendah.
Faktor – faktor yang membuat beton banyak digunakan karena memiliki keunggulan
– keunggulannya antara lain :
1. Kemudahan pengolahannya.
2. Material yang mudah didapat.
3. Kekuatan tekan tinggi.
4. Daya tahan yang tinggi terhadap api dan cuaca
merupakan bukti dari kelebihannya. Selain memiliki kunggulan-keunggulan seperti
disebutkan di atas, beton juga memiliki kekurangan seperti berikut:
2. Ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus (kedap air, korosif, dan lain-lain) 3.
Memenuhi uji kuat yang hendak dipakai.
2.1.2 Pengujian Pada Beton 2.1.2.1 Kuat Tekan Kuat tekan beton mengidentifikasi
mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi tinggkat kekuatan struktur yang
dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Kekuatan beton
dinotasikan sebagai berikut : f’c = Kekuatan tekan beton yang disyaratkan (Mpa). fck
= Kekuatan tekan beton yang didapatkan dari hasil uji coba kubus 150 mm atau dari
silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm (MPa). fc = Kekuatan tarik dari
hasil uji belah silinder beton (MPa).
f’cr = Kekuatan tekan beton rata-rata yang dibutuhkan, sebagai dasar pemilihan
perancangan campuran beton. S = Deviasi standar (s) (MPa).
Beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan suatu kuat tekan
ratarata yang disyaratkan. Pada tahap pelaksanaan konstruksi, beton yang telah
dirancang campurannya harus diproduksi sedemikian rupa sehingga memperkecil
frekuensi terjadinya beton dengan kuat tekan yang lebih rendah dari f ’c seperti yang
telah disyaratkan. Kriteria penerima beton tersebut harus pula sesuai dengan standar
yang berlaku. Menurut Standar Nasional Indonesia, kuat tekan harus memenuhi 0,85 f
’c untuk kuat tekan rata-rata dua silinder dan memenuhi f ’c +0,82 s untuk rata empat
buah benda uji yang berpasangan. Jika tidak memenuhi, maka di uji mengikuti
ketentuan selanjutnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan beton. Ada empat bagian utama
yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton : Proporsi bahan-bahan
penyusunnya. Metode perancangan. Perawatan. Keadaan pada saat pengecoran
dilaksanakan, yang terutama dipengaruhi oleh lingkungan setempat. Kekuatan tekan f
'c ditentukan dengan silinder standar (berukuran 6 inci x 12 inci) yang dirawat di
bawah kondisi standar laboratorium pada kecepatan pembebasan tertentu, pada umur
28 hari. Spesifikasi standar yang dipakai di Amerika Serikat biasanya diambil dari
ASTM C-39. Perlu di pahami bahwa kekuatan beton struktur aktual dapat saja tidak
sama dengan kekuatan silinder karena perbedaan pemadatan dan kondisi perawatan.
Pengujian kuat tekan beton dilakukan menggunakan alat Mesin Kompresor
(Compressor Mechine) dengan rumus : f’c=F/a dengan: f’c = Kuat tekan (N/cm 2) F =
Gaya Tekan (N) A = Luas bidang permukaan (cm 2)
Dalam pengujian ini juga ada luas permukaan cetakan yang berbentuk silinder dengan
rumus: Luas permukaan (A) = π r2
dengan ; A = Luas Permukaan Cetakan (cm2) r = Tinggi cetakan silinder (cm)
2.1.2.3 Porositas
Porositas dapat didefenisikan sebagai perbandingan antara jumlah volume
lubanglubang kosong yang dimiliki oleh zat padat (volume kosong) dengan jumlah
dari volume zat padat yang di tempati oleh zat padat.
Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen (%) rongga fraksi volume dari
suatu rongga yang ada dalam material tersebut. Besarnya porositas pada suatu
material bervariasi mulai dari 0 % sampai dengan 90 % tergantung dari jenis dan
aplikasi material tersebut. Ada dua jenis porositas yaitu porositas tertutup dan
porositas terbuka. Porositas tertutup pada umunya sulit untuk ditentukan pori tersebut
merupakan rongga yang terjebak didalam padatan dan serta tidak ada akses ke
permukaan luar, sedangkan porositas terbuka masih ada akses ke permukaan luar,
walaupun rongga tersebut ada ditengah-tengah padatan. Porositas suatu bahan pada
umumnya dinyatakan sebagai porositas terbuka dengan rumus :
2.2 Agregat Agregat menempati 65-80% volum total dari beton, sifat-sifatnya sangat
mempengaruhi kualitas beton. Agregat yang baik seharusnya mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut :
1. Keras dan kuat
2. Bersih
3. Tahan lama
4. Masa jenis tinggi
5. Butir bulat
6. Distribusi ukuran butir yang cocok.
Agregat dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi atau pemecahan massa
batuan induk yang lebih besar. Oleh karena itu, sifat agregat tergantung dari sifat
batuan induk. Sifatsifat tersebut diantaranya, komposisi kimia dan mineral, klasifikasi
petrografik, berat jenis,
kekerasan (hardness), kekuatan, stabilitas fisika dan kimia, struktur pori, warna dan
lain-lain. Namun, ada juga sifat agregat yang tidak bergantung dari sifat batuan induk,
yaitu ukuran dan bentuk partikel, tekstur dan absorbsi permukaan. Agregat yang
digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat buatan
(artificial aggregates). Secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya,
yaitu, agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat kasar dan agregat halus
berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian,
dapat diberikan batasan ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu 4.80
mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM). Agregat kasar adalah batuan
yang ukuran butirannya lebih besar dari 4.80 mm (4.75 mm). Agregat dengan ukuran
lebih besar dari 4.80 – 40 mm disebut kerikil beton yang lebih dari 40 mm disebut
kerikil kasar.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari
40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk pekerjaan
sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah,
bronjong atau bendungan, dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan
agregat kasar dinamakan kerikil, spilit, batu pecah, kricak dan lainnya.
2. Kerikil Alami : Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi
maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir. Kerikil memberikan kekuatan
yang lebih rendah dari pada batu pecah, tetapi memberikan kemudahan pengerjaan
yang lebih tinggi.
3. Agregat Kasar Buatan : Terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan
untuk beton berbobot ringan. Biasanya merupakan hasil dari proses lain seperti blast-
furnace dan lain-lain.
4.Agregat untuk Perlindungan Nuklir dan Berbobot Berat : Dengan adanya tuntutan
yang spesifik pada zaman atau sekarang ini, juga untuk pelindung dari radiasi nuklir
sebagai akibat dari semakin banyaknya pembangkit atom dan stasium tenaga nuklir,
maka perlu adanya beton yang dapat melindungi dari sinar x, sinar gamma, dan
neutron.
2.2.2 Agregat Halus
Agregat halus atau pasir adalah material yang dapat lolos dari saringan nomor 4, yaitu
saringan yang setiap 1 inchi panjang mempunyai 4 lubang. Material yang kasar dari
ukuran ini digolongkan sebagai agregat yang kasar atau koral.
Ukurannya bervariasi antara ukuran No. 4 dan No. 100 saringan Standar Amerika.
Agregat halus yang baik harus bebas organik, lempung, partikel, yang lebih kecil dari
saringan No.100, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Variasi
ukuran dalam suatu campuran harus mempunyai gradasi yang baik, yang sesuai
dengan standar analisis saringan dari ASTM ( American Society of Testing and
Materials ). Tabel 2.2 Syarat Mutu Kekuatan Agregat Sesuai SII.0052-08 Kekerasan
dengan bejana Kelas dan mutu Rudelloff, bagian hancur menembus ayakan 2 mm,
persen % maksimum Beton Fraksi butir 9,5-19 mm 1 Beton kelas I dan mutu B0 dan
B1 Beton kelas II dan mutu K125,K-175 dan K-225 Beton kelas III dan mutu > K-
225 atau beton pratekan Kurang dari 14 Kurang dari 16 Kurang dari 27 14-22 16-24
27-40 2 22-30 Fraksi butir 19 – 30 mm 3 24-32 Kekerasan dengan bejana geser Los
Angelos, hancur bagian menembus ayakan 1,7 mm,% maks. 4 40-50
2.3 Semen
Semen adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan
cara menghaluskan klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis), dengan batu gips sebagai bahan tambahan. Bahan baku pembuatan
semen adalah bahan-bahan yang mengandung kapur, silika, alumina, oksida besi, dan
oksida-oksida lainnya.
Fungsi utama semen adalah sebagai perekat.Bahan-bahan semen terdiri dari batu
kapur (gamping) yang mengandung senyawa: Calsium Oksida (CaO), lempung atau
tanah liat (clay) adalah bahan alam yang mengandung senyawa: Silika Oksida (SiO2),
Aluminium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3) dan Magnesium Oksida (MgO).
Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian
untuk membentuk klinker. Klinker kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips
(gypsum).
Semen dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu semen hidraulik dan semen
nonhidraulik. Semen hidraulik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras
di dalam air. Contoh semen hidraulik antara lain kapur hidraulik, semen pozollan,
semen terak, semen alam, semen portland,semen alumina dan semen expansif. Contoh
lainnya adalah semen portland putih, semen warna, dan semen-semen untuk keperluan
khusus. Sedangkan semen non-hidraulik adalah semen yang tidak dapat mengikat dan
mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen
nonhidraulik adalah kapur.
e. Tipe V ( Semen tahan sulfat ) Semen portland tipe V mempunyai C3S dibawah
50% dan C3A dibawah 50% (ASTM). Diusahakan agar kadar C3A minimum untuk
memperbesar ketaha-nan terhadap sulfat. Biasanya dipakai untuk pekerjaan beton
dalam tanah yang mengandung banyak sulfat dan yang berhubungan dengan air tanah
dan pelapisan dari saluran air dalam terowongan.
(60 – 65 %) (17 – 25 %) (3 – 8 %)
Untuk Penelitian ini digunakan semen Portland Tipe I yang diproduksi oleh
PT.Semen Padang, Sumatera Barat. Semen ini dibuat dengan standart ASTM C-150
untuk semen portland. 2.3.2 Semen Portland Pozzolan Pozzolan merupakan bahan
yang mengandung silica atau senyawanya dan alumina, yang tidak memiliki sifat
mengikat seperti semen, tetapi dalam bentuk yang halus adanya air dapat menjadi
suatu massa padat yang tidak larut dalam air. Semen pozzolan adalah bahan pengikat
hidrolis yang terbuat dari hasil penggilingan pozzolan dan kapur padam sesuai dengan
ukuran halus dan homogen yang mempunyai sifat semen dan memenuhi standar yang
diperlukan. Kegunaan semen Portland pozzolan :
1. Sebagai pengganti semen Portland.
2. Bahan komponen bangunan struktur ringan seperti lantai, dinding dan saluran air.
3. Material untuk bangunan rumah sangat sederhana di perkotaan dan pedesaan.
4. Material untuk jalan lingkungan pedesaan.
5. Mempertinggi kualitas beton.
Semen portland pozzolan merupakan campuran dari semen portland biasa dengan
serbuk halus trass atau pozzolan, atau benda-benda yang bersifat pozzolan (misalnya
abu terbang, fly ash). Kadarnya adalah antara 10% - 30% dari berat.
2.3 Cara Pembuatan Beton Karakteristik dan sifat beton sangat tergantung dari design
campuran dan kwalitas bahan-bahan penyusunnya, setiap tahapan dalam prosen
produksi beton dilapangan memegang peranan penting dalam menghasilkan beton
yang berkwalitas.
1. Penempatan dan penyimpanan material Pasir & Split Kesalahan penempatan dan
penyimpanan material, dapat menyebabkan menurunnya kwalitas beton. Penempatan
pasir dan split (koral) harus sedemikian rupa jangan sampai tercampur oleh bahan-
bahan lain. Penggunaan landasan untuk stok material sangat dianjurkan agar dapat
mencegah terbawanya tanah saat pengambilan barang.
Semen Dijaga agar tidak lembab, disimpan didalam ruangan atau gudang dan
dibawahnya di beri landasan agar uap lantai tidak langsung mengenai semen, karna
apabila uap mengenai semen, mengakibatkan kwalitas semen menurun dan sebagian
akan mengeras, berubah menjadi butiran butiran kasar.
2. Persiapan dan Proses Pencampuran. Untuk menghasilkan beton dengan kwalitas
yang seragam, bahan- bahan penyusun beton harus disiapkan dan ditakar dengan teliti
karna akan mempengaruhi homogenitas campuran, pencampuran dapat dilakukan
dengan cara manual atau mekanis, pencampuran manual yaitu menggunakan tenaga
manusia dengan peralatan cangkul dan skop, disarankan untuk pekerjaan volume
beton yang besar sebaiknya dilakukan dengan cara mekanis. Pencampuran mekanis
yaitu dengan cara mixer (mollen), utnuk mendapatkan campuran yang baik diperlukan
minimal 50 kali putaran mixer atau tidak kurang dari 1 menit untuk volume
pengecoran 1 m3. Kekentalan adukan beton , harus disesuiakan dengan cara
transportasi, cara pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan dari
tulangan. Kekentalan tersebut bergantung pada berbagai hal. Jumlah dan jenis semen,
nilai factor air semen, jenis dan susunan butir dari agregat serta bahan pembantu lain.
Untuk mencegah penggunaan beton terlalu encer atau padat, ambil nilai slump
minimum 5 cm dan maksimum 15 cm.
4. Perawatan beton Sipat-sipat beton seperti kekuatan dan daya tahan akan bertambah
dengan perkembangan umur beton, perkembangan ini akan sangat cepat pada umur
awal dan berlangsung terus namun dalam kecepatan yang makin melambat.
Hilangnya air yang terlalu cepat akan mengakibatkan lambatnya perkembangan mutu
beton, dan juga volume beton menyusut mengakibatkan timbulnya tegangan tarik
pada permukaan yang mongering, jika tegangan tarik ini terjadi sebelum beton
mencapai kekuatan yang memadai maka akan timbul retak pada beton, disarankan
sebelum beton mencapai umur dari setelah beton agak mongering sebaiknya di tutupi
dengan karung/zak yang basah,digenangi air selama 2 minggu. Beton akan mencapai
kekuatan maksimal yaitu pada umur 21 hari. Bila dikehendaki umur beton lebih cepat
dapat menggunakan bahan campuran yang dikususkan untuk mempercepat umur
beton.
2.5 Cara Perawatan Beton
Campuran beton bertulang yang baru mengalami proses pengecoran, biasanya suhu
yang adal di dalam beton sangat panas. Jadi kemungkinan terjadi kerusakan apabila
tidak dilakukan perawatan adalah mungkin terjadi. Sehabis di cor, beton dalam waktu
pengikatan dan pengerasan harus mendapat perawatan baik, supaya mutu beton yang
diharapkan dapat tercapai. Selama 24 jam sesudah selesai di cor, beton harus
dilindungi terhadap pengaruh hujan lebat, air mengalir, dan getaran. Waktu ikatan
campuran yang mangalami waktu puncak adalah 3 jam setelah pengecoran. Pada
waktu waktu tersebut usahakan beton tetap dalam keadaan yang stabil.
Beton memiliki karakteristik yang unik yaitu memiliki kekuatan yang baik dibanding
dengan material yang lain. Dalam pelaksanaan pembangunan dibidang teknik sipil
manfaat dari beton antara lain:
1. Sebagai penopang jalan di flyover
2. Sebagai struktur bangunan gedung bertingkat
3. Sebagai struktur penopang jembatan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengenalan atas sifat-sifat fisik dan mekanik akan sangat membantu dalam
menentukan jenis-jenis mutu beton untuk tujuan pengunaan tertentu. Diharapkan
dengan memahami sifatsifat beton dan jenis-jenis mutu beton, cara pembuatan,
pemeliharaan, standar dalam struktur bangunan untuk penggunaan tertentu khususnya
dalam bidang teknik sipil akan semakin membantu dalam pembangunan dibidang
teknik sipil
3.2 Saran
Untuk menghindari kegagalan struktur beton, seperti keruntuhan yang diakibatkan
oleh gempa yang akhir ini sering terjadi. Maka kualitas beton perlu direncanakan
mengikuti standart, agar bisa diperoleh suatu struktur kolom sesuai dengan yang
disyaratkan, maka perlu mempergunakan mutu beton yang lebih tinggi. Mutu beton
yang lebih tidak hanya memperoleh suatu struktur kolom beton bertulang yang kuat,
tetapi juga menghasilkan suatu struktur kolom yang sangat efisien.
DAFTAR PUSTAKA