Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Teknologi Beton
yang diampu oleh Anisah, S.T, M.T.
Disusun Oleh:
Witri Widiyanti 5415165414
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini sebagai salah tugas dari mata kuliah Teknologi Beton.
Tidak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan membimbing penulis yaitu :
1. Ibu Anisah, S.T, M.T, selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi Beton;
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2 Rumusan Masalah
3 Tujuan
ISI
2.1.1 Variabilitas
f ' cr =f ' c+ k . S
dimana fcr adalah kekuatan tekan rencana rata-rata, fc adalah kekuatan tekan
rencana, S nilai standar deviasi dan k adalah suatu konstanta yang diturunkan dari
distribusi normal kekuatan tekan yang diijinkan biasanya diambil sebesar 1,64.
Nilai k di Amerika adalah 1,64, di Inggris dibulatkan menjadi 1,64, sedangkan di
Australia 1,65.
2.2.2 Pengertian
1 Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tampa bahan tambah
membentuk massa padat;
2 Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi (2200 2500) kg/m 3
menggunakan agregat alam yang dipecah;
3 Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alami
dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm
4 Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir antara 5 mm 40 mm
5 Kuat tekan beton yang disyaratkan fc adalah kuat tekan yang ditetapkan
oleh perencana struktur (berdasarkan benda uji berbentuk silinder diameter
150 mm, tinggi 300 mm);
6 Kuat tekan beton yang ditargetkan fcr adalah kuat tekan rata rata yang
diharapkan dapat dicapai yang lebih besar dari fc;
7 Kadar air bebas adalah jumlah air yang dicampur ke dalam beton untuk
mencapai konsistensi tertentu, tidak termasuk air yang diserap oleh
agregat;
8 Factor air semen adalah angka perbandingan antara berat air bebas dan
berat semen dalam beton;
9 Slump adalah salah satu ukuran kekentalan adukan beton dinyatakan
dalam mm ditentukan dengan alat kerucut abram (SNI 03-1972-1990
tentang Metode Pengujian Slump Beton Semen Portland);
10 Pozolan adalah bahan yang mengandung silica amorf, apabila dicampur
dengan kapur dan air akan membentuk benda padat yang keras dan bahan
yang tergolongkan pozolan adalah tras, semen merah, abu terbang, dan
bubukan terak tanur tinggi
11 Semen Portland-pozolan adalah campuran semen Porland dengan pozolan
antara
15% - 40% berat total camnpuran dan kandungan SiO2 + Al2O3 + Fe2O3
dalam pozolan minimum 70%;
12 Semen Portland tipe I adalah semen Portland untuk penggunaan umum
tanpa persyaratan khusus;
13 Semen Portland tipe II adalah semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahan terhadap sulfat dan kalor hidrasi sedang;
14 Semen Portland tipe III adalah semen Portland yang dalam
penggunaannya
memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan
terjadi;
15 Semen Portland tipe V adalah semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahan yang tinggi terhadap sulfat;
16 Bahan tambah adalah bahan yang ditambahkan pada campuran bahan
pembuatan beton untuk tujuan tertentu.
2.2.3 Persyaratan-Persyaratan
x
n
2
i x
sd i 1
n 1
dengan:
sd : deviasi standar
xi : kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji
n
x i
x i 1
x n
: kuat tekan beton rata-rata ( )
n : jumlah data/nilai hasil uji (minimum 30 buah)
M =1,64 Sr
dengan
M adalah nilai tambah
1,64 adalah tetapan statistic yang nilainya tergantung pada
persentase kegagalan hasil uji sebesar maksimum 5 %
Sr adalah deviasi standar rencana
' '
f cr =f c+ M
Tabel 1.c. Nilai deviasi standar untuk berbagai tingkat pengendalian mutu
pekerjaan
Tabel 2. Perkiraan kekuatan tekan (MPa) beton dengan Factor air semen, dan
agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia.
Jumlah Semen
Nilai fas
Jenis Pembetonan minimum per-m
maksimum
beton (kg)
Beton di dalam ruang bangunan
a. keadaan keliling non-korosif 275 0,60
b. keadaan keliling korosif disebabkan oleh kondensasi atau
325 0,52
uap korosif
Beton di luar ruangan bangunan
a. tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 325 0,55
b. terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 275 0,60
Beton masuk ke dalam tanah
a. mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti 325 0,55
b. mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah tabel 5
Beton yang kontinu berhubungan dengan air tawar dan air laut tabel 6
Tabel 5. Fas maksimum untuk beton yang berhubungan air tanah yang
mengandung sulfat
Kandungan
Konsentrasi Sulfat
Semen
Kadar Dalam Tanah Sulfat minimum
SO3
gang- Total (SO3) (kg/m)
dalam
campura Tipe Semen Ukuran fas
Guan SO3 dalam
n Agregat
air : maksimum
Sulfat (%) air tanah
tanah (mm)
= 2:1
(g/l) 40 20 10
(g/l)
tipe I dengan atau tanpa 35
1 < 0,2 < 1,0 < 0,3 280 300 0,50
Puzolan (15-40%) 0
tipe I dengan atau tanpa 35
290 330 0,50
Puzolan (15-40%) 0
tipe I Puzolan (15-40%) 36
2 0,2 - 0,5 1,0 - 1,9 0,3 - 1,2 atau 270 310 0,55
Semen Portlant Puzolan 0
34
tipe II atau tipe V 250 290 0,55
0
tipe I Puzolan (15-40%) 43
atau 340 380 0,45
Semen Portlant Puzolan 0
3 0,5 - 1,0 1,9 - 3,1 1,2 - 2,5
38
tipe II atau tipe V 290 330 0,50
0
42
4 1,0 - 2,0 3,1 - 5,6 2,5 - 5,0 tipe II atau tipe V 330 370 0,45
0
tipe II atau tipe V dan 42
5 > 2,0 > 5,6 > 5,0 330 370 0,45
lapisan pelindung 0
3 Slump
Slump ditetapkan sesuai dengan kondisi pelaksanaan pekerjaan (tabel
7) agar diperoleh beton yang mudah dituangkan/dicor, dipadatkan dan
diratakan.
2 1
Wh Wk
3 3
dengan:
P K
bjagr. gab .bjagr.halus .bjagr.kasar
100 100
Dengan:
Ah A1 Ak A2
A .B .C
100 100
Air
Ah A1
B .B
100
Agregat halus
Ah A2
B .C
100
Agregat kasar
dengan:
1 Tentukan kuat tekan beton yang direncanakan sesuai dengan syarat teknik
atau yang dikehendaki oleh pemilik. Kuat tekan (fc) ini ditentukan pada
umur 28 hari.
2 Hitung deviasi standar (s) berdasarkan data lalu.
3 Hitung nilai tambah (m), dimana m = 1,64 . s. Jika data deviasi standar tidak
ada, ambil m = 12 MPa.
4 Hitung kuat tekan rata-rata yang ditargetkan (fcr) dimana fcr = fc + m,
yaitu langkah 1 + 2.
5 Tetapkan jenis semen yang digunakan.
6 Tentukan jenis agregat yang digunakan, untuk agregat halus dan kasar.
7 Tentukan FAS, jika menggunakan Grafik 1 atau 2. Ikuti langkah-langkah
beikut:
a Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari berdasarkan jenis
menggunakan Tabel 2 untuk FAS 0,5 sesuai dengan jenis semen dan
agregat yang digunakan.
b Lihat Grafik 1 untuk benda uji silinder dan Grafik 2 untuk kubus.
c Tarik garis tegak lurus pada FAS 0,50 sampai memotong kurva kuat
tekan yang ditentukan.
d Tarik garis mendatar dari kuat tekan yang didapat dari Grafik 1 atau 2
sampai memotong garis tegak lurus untuk FAS 0,5. Gambarkan kurva
baru.
e Dari kurva baru tersebut tarik garis mendatar untuk kuat tekan yang
ditargetkan sampai memotong kurva baru tersebut. Kemudian tarik ke
bawah hingga didapatkan nilai FAS.
8 Tetapkan FAS maksimum menurut Tabel 4 dan untuk lingkungan khusus
Tabel 5 dan 6. Dari langkah 7 dan 8 pilih yang paling rendah.
9 Tetapkan nilai slump.
10 Tetapkan ukuran butir nominal agregat maksimum.
11 Tentukan nilai kadar air bebas dari Tabel 3.
12 Hitung jumlah semen yang besarnya dihitung dari kadar air bebas dibagi
Faktor Air Semen (FAS), yaitu langkah 11:8.
13 Jumlah semen maksimum diabaikan jika tidak ditetapkan.
14 Tentukan jumlah semen minimum dari Tabel 4 dan untuk lingkungan
khusus Tabel 5 dan 6.
15 Tentukan FAS yang disesuaikan. Jika jumlah semen berubah karena
jumlahnya lebih kecil dari jumalh semen minimum atau lebih besar dari
jumlah semen maksimum, maka FAS harus dihitung kembali. Jika jumlah
semen yang dihitung dari langkah 12 berada di antara maksimum dan
minimum, atau lebih besar dari minimum namun tidak melebihi jumlah
maksimum kita bebas memilih jumlah semen yang akan kita gunakan.
16 Tentukan jumlah susunan butir agregat halus, sesuai dengan syarat SNI 03-
2834-1993.
17 Tentukan presentase agregat halus terhadap campuran berdasarkan nilai
slump, FAS, dan besar nominal agregat maksimum. (Grafik 3 sampai 5)
18 Hitung berat jenis relatif agregat.
19 Tentukan berat jenis beton menurut Grafik 6, berdasarkan nilai berat jenis
agregat gabugan dan kadar air bebas (langkah 11).
20 Hitung kadar agregat gabungan yaitu berat jenis beton dikurangi dengan
berat semen ditambah air. Langkah 19-(15+11).
21 Hitung kadar agregat halus yang besarnya adalah kadar agregat gabungan
dikalikan presentase agregat halus dalam campuran. Langkah 20x16.
22 Hitung kadar agregat kasar, yaitu agregat gabungan dikurangi kadar
agregat halus. Langkah 20-21.
Jika kondisi bahan di lapangan tidak lagi sesuai dengan yang direncanakan
maka harus dilakukan koreksi proporsi campuran, kemudian dibuat contoh ujinya.
1 Jenis agregat hanya ditetapkan dari batu pecah dan alami saja sehingga
tidak akurat karena kadang agregat alami tidak memiliki bentuk
permukaan tidak bulat atau halus. Hal ini akan berpengaruh pada jumlah
air yang dibutuhkan, sehingga perlu dilakukan koreksi.
2 Diagram proporsi agregat campuran (langkah 16) sulit dipenuhi.
5 CONTOH HITUNGAN
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
2 SARAN
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam makalah ini adalah
agar kita dapat memahami tentang mix design. Karena untuk menciptakan
beton yag sesuai rencana harus dengan perhitungan yang teliti. Apabila terjadi
kesalahan maka akan menyebabkan hasil beton yang kurang
baik.
Dalam makalah ini masih banyak hal-hal yang belum lengkap atau
sempurna tentang penjelasan agregat, untuk itu diharapkan kepada pembaca agar
dapat mendalaminya dengan referensi-referensi lain yang mungkin lebih lengkap
lagi.
DAFTAR PUSTAKA