Anda di halaman 1dari 30

PERANCANGAN CAMPURAN BETON

BERDASARKAN METODE SNI

Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Teknologi Beton
yang diampu oleh Anisah, S.T, M.T.

Disusun Oleh:
Witri Widiyanti 5415165414

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini sebagai salah tugas dari mata kuliah Teknologi Beton.

Tidak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan membimbing penulis yaitu :

1. Ibu Anisah, S.T, M.T, selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi Beton;

2. Orang tua yang senantiasa memberi dukungan dan motivasi;

3. Teman-teman yang sudah membantu dalam proses pembuatan makalah.

Penulis telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan


semaksimal mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa yang tidak luput
dari kesalahan serta kekurangan , harapan penulis semoga bisa menjadi koreksi
dimasa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi semua pihak, Aamiin.

Jakarta, 9 Mei 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1 Latar Belakang Masalah

Campuran beton merupakan perpaduan dari komposit material


penyusunnya. Karakteristik dan sifat bahan akan mempengaruhi hasil rancangan.
Perancangan campuran beton dimaksudkan untuk mengetahui komposisi atau
proporsi bahan-bahan penyusun beton. Proporsi campuran dari bahan-bahan
penyusun beton ini ditentun melalui sebuah perancangan beton (mix design). Hal
ini dilakukan agar proporsi campuran dapat memenuhi syarat teknis serta
ekonomis. Dalam menentukan proporsi campuran dapat digunakan beberapa
metode yang dikenal antara lain: (1). Metode Ameican Concrete Institute, (2).
Portland Cement Association, (3). Road Note No. 4, (4). British Standard atau
Departement of Environment, (5). Departemen Pekerjaan Umum, dan (6). Cara
coba-coba.
Perencanaan campuran beton (mix design) dimaksudkan untuk pemilihan
material/bahan, menentukan proporsi masing-masing bahan, sehingga diperoleh
beton yang mempunyai kuat tekan seperti yang direncanakan, mudah dikerjakan
(pengadukan, pengangkutan, penuangan, pemadatan dan perataan) tanpa
kecenderungan akan terjadi segregasi dan bleeding, tahan lama, serta ekonomis.
Beton adalah material yang mempunyai kuat tekan yang besar, karena itu
mutu beton selalu diukur berdasarkan kuat tekan (fc). Sedangkan faktor-fakor
yang mempengaruhi kuat tekan beton adalah fas dan kepadatan, umur beton, jenis
semen dan jumlah semen, dan sifat agregat.

2 Rumusan Masalah

1 Apa saja kriteria perencanaan?


2 Apa yang dimaksud dengan Metode SNI 03-2834-2000 yang
digunakan dalam perancangan beton?
3 Bagaimana langkah-langkah hitungannya?
4 Apa kelebihan dan kekurangan metode SNI 03-2834-2000?
5 Bagaimana contoh hitungannya?

3 Tujuan

Dalam makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu :

1 Tujuan utama dari makalah ini, penulis ingin mengatahui Pengujian


Perancangan Campuran Beton.
2 Penulis ingin mengatahui prosedur bahan-bahan sesuai SNI.
BAB II

ISI

2.1 Kriteria Perencanaan

Perencanaan campuran beton merupakan suatu hal komplek jika dilihat


dari perbedaan sifat dan karakteristik bahan penyusunnya. Karena bahan
penyusun tersebut akan menyebabkan variasi dari produk beton yang dihasilkan.
Pada dasarnya perancangan campuran dimaksudkan untuk menghasilkan suatu
proporsi campuran bahan yang optimal dengan kekuatan maksimum. Pengertian
optimal adalah penggunaan bahan yang minimum dengan tetap
mempertimbangkan kriteria standar dan ekonomis dilihat dari biaya keseluruhan
untuk membuat truktur beton tersebut.

Kriteria dasar perancangan beton adalah kekuatan tekan dan hubungannya


dengan faktor air semen yang digunakan. Kriteria ini sebenarnya kontradiktif
dengan kemudahan pengerjaan karena menurut Abram, 1920 (Neville, 1981)
untuk menghasilkan kekuatan yang tinggi penggunaan air dalam campuran beton
harus minimum. Jika air yang digunakan sedikit, akan timbul kesulitan dalam
pengerjaan sesuai dengan pendapat Feret (1896) yang mempertimbangkan
pengaruh rongga (voids).

Kriteria lain yang harus diprtimbangkan adalah kemudahan pengerjaan.


Seperti yang disebutkan di atas, faktor air semen yang kecil akan menghasilkan
kekuatan yang tinggi, tetapi kemudahan dalam pengerjaan tak akan tercapai.
Perancangan beton tetap harus mempertimbangkan hal ini, salah satunya dengan
menggunakan bahan tambah jenis plastisizer atau super-plastisizer. Jika
pengerjaan beton menggunakan pumping-concrete, mutlak dibutuhkan keenceran
tertentu agar sifat pemompaan bwton saat pengecoran dapat berjalan dengan baik.
Pemilihan agregat yang digunakan juga mempengaruhi sifat pengerjaan.
Butiran yang besar akan menyebabkan kesulitan, terutama karena akan
menimbulkan segregasi. Jika ini terjadi, kemungkinan terbentuknya rongga-
rongga pada saat beton mengeras akan semakin besar. Selain dua kriteria utama
tersebut, hal lain yang patut dipertimbangkan adalah keawetan (durability) dan
permeabilitas beton sendiri.

2.1.1 Variabilitas

Variabilitas dalam beton akan mempengaruhi nilai kekuatan tekan dalam


perancangan. Pengertian variabilitas dalam kekuatan beton pada dasarnya
tercermin melalui standar deviasi. Asumsi yang digunakan dalam perencanaan
bahwa kekuatan beton akan terdistribusi normal selama masa pelaksanaan yang
diambil melalui hasil pengujian di laboratorium. Secara umum rumusan mengenai
kekuatan tekan dengan mempertimbangkan variabilitas ditulis sebagai:

f ' cr =f ' c+ k . S

dimana fcr adalah kekuatan tekan rencana rata-rata, fc adalah kekuatan tekan
rencana, S nilai standar deviasi dan k adalah suatu konstanta yang diturunkan dari
distribusi normal kekuatan tekan yang diijinkan biasanya diambil sebesar 1,64.
Nilai k di Amerika adalah 1,64, di Inggris dibulatkan menjadi 1,64, sedangkan di
Australia 1,65.

Beberapa peneliti di komite ACI memberikan nilai dasar k sebesar 1,64


atas variasi pengujian dari beton normal dengan kekuatan tekan 25 55 Mpa.
Untuk variasi kekuatan tekan beton dengan nilai lebih besar dari 55 MPa nilai
variasi yang digunakan merupakan nilai variasi sebenarnya dari hasil uji statistik.

2.1.2 Keamanan dan Umur Rencana

Nilai keamanan dalam perancangan beton dicerminkan dari batas yang


diijinkan ditolak sebsar 5%, yang merupakan suatu nilai variabilitas dikalikan
dengan nilai standar penyimpangan yang diduga terjadi. Nilai keamanan dalam
perancangan beton dinamakan suatu nilai tambah (margin).

Kekuatan tekan rencana dalam perancangan didasarkan atas kekuatan


tekan maksimum yang terjadi selama masa pengerasan. Kekuatan tekan beton
maksimum biasanya tercapai setelah umur 28 hari. Umur 28 hari ini dijadikan
sebagai umur recana.

2.2 METODE SNI 03-2834-1993

2.2.1 Ruang lingkup

Tata cara ini meliputi persyaratan umum dan persyaratan teknis


perencanaan proporsi campuran beton untuk digunakan sebagai salah satu acuan
bagi para perencana dan pelaksana dalam merencanakan proporsi campuran beton
tanpa menggunakan bahan tambah untuk menghasilkan mutu beton sesuai dengan
rencana.

2.2.2 Pengertian

Dalam standar ini yang dimaksud dengan:

1 Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tampa bahan tambah
membentuk massa padat;
2 Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi (2200 2500) kg/m 3
menggunakan agregat alam yang dipecah;
3 Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alami
dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm
4 Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir antara 5 mm 40 mm
5 Kuat tekan beton yang disyaratkan fc adalah kuat tekan yang ditetapkan
oleh perencana struktur (berdasarkan benda uji berbentuk silinder diameter
150 mm, tinggi 300 mm);
6 Kuat tekan beton yang ditargetkan fcr adalah kuat tekan rata rata yang
diharapkan dapat dicapai yang lebih besar dari fc;
7 Kadar air bebas adalah jumlah air yang dicampur ke dalam beton untuk
mencapai konsistensi tertentu, tidak termasuk air yang diserap oleh
agregat;
8 Factor air semen adalah angka perbandingan antara berat air bebas dan
berat semen dalam beton;
9 Slump adalah salah satu ukuran kekentalan adukan beton dinyatakan
dalam mm ditentukan dengan alat kerucut abram (SNI 03-1972-1990
tentang Metode Pengujian Slump Beton Semen Portland);
10 Pozolan adalah bahan yang mengandung silica amorf, apabila dicampur
dengan kapur dan air akan membentuk benda padat yang keras dan bahan
yang tergolongkan pozolan adalah tras, semen merah, abu terbang, dan
bubukan terak tanur tinggi
11 Semen Portland-pozolan adalah campuran semen Porland dengan pozolan
antara
15% - 40% berat total camnpuran dan kandungan SiO2 + Al2O3 + Fe2O3
dalam pozolan minimum 70%;
12 Semen Portland tipe I adalah semen Portland untuk penggunaan umum
tanpa persyaratan khusus;
13 Semen Portland tipe II adalah semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahan terhadap sulfat dan kalor hidrasi sedang;
14 Semen Portland tipe III adalah semen Portland yang dalam
penggunaannya
memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan
terjadi;
15 Semen Portland tipe V adalah semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahan yang tinggi terhadap sulfat;
16 Bahan tambah adalah bahan yang ditambahkan pada campuran bahan
pembuatan beton untuk tujuan tertentu.

2.2.3 Persyaratan-Persyaratan

Persyaratan umum yang harus dipenuhi sebagai berikut:


1 Proposi campuran beton harus menghasilkan beton yang memenuhi
persyaratan berikut:
a kekentalan yang memungkinkan pengerjaan beton (penuangan,
pemadatan, dan perataan) dengan mudah dapat mengisi acuan dan
menutup permukaan secara serba sama (homogen);
b keawetan;
c kuat tekan;
d ekonomis;
2 Beton yang dibuat harus menggunakan bahan agregat normal tanpa bahan
tambah.
4 Perhitungan Proporsi Campuran
Pemilihan proporsi campuran beton harus ditentukan berdasarkan
hubungan antara Kuat Tekan Beton dan Faktor Air Semen (fas).
Perhitungan perencanaan campuran beton harus didasarkan pada data sifat-
sifat bahan yang digunakan.
Bila pada bagian pekerjaan konstruksi yang berbeda akan digunakan bahan
yang berbeda, maka proporsi campuran yang akan digunakan harus direncanakan
secara terpisah.
Susunan campuran beton yang diperoleh dari perhitungan perencanaan
campuran harus dibuktikan melalui campuran coba yang menunjukkan bahwa
proporsi tersebut memenuhi kekuatan beton yang disyaratkan. Bahan untuk
campuran coba harus mewakili bahan yang akan digunakan pada campuran
sebenarnya.

1 Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan dihitung dari:


a Deviasi Standar yang didapat dari pengalaman di lapangan selama
produksi beton menurut rumus:

x
n
2
i x
sd i 1

n 1

dengan:
sd : deviasi standar
xi : kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji
n

x i
x i 1
x n
: kuat tekan beton rata-rata ( )
n : jumlah data/nilai hasil uji (minimum 30 buah)

Deviasi standar ditentukan berdasarkan tingkat mutu pengendali-an


pelaksanaan pencampuran beton dan volume adukan beton yang dibuat
(Tabel 1.b), makin baik mutu pelaksanaan maka makin kecil nilai deviasi
standar. Penetapan nilai ini juga berdasarkan hasil pengalaman praktek

b Nilai Tambah dihitung menurut rumus:

M =1,64 Sr

dengan
M adalah nilai tambah
1,64 adalah tetapan statistic yang nilainya tergantung pada
persentase kegagalan hasil uji sebesar maksimum 5 %
Sr adalah deviasi standar rencana

Apabila dalam suatu produksi beton, hanya terdapat 15 sampai 29 hasil


uji yang berurutan, maka nilai deviasi standar adalah perkalian deviasi
standar yang dihitung berdasarkan data uji tersebut dengan faktor
pengali (k) seperti Tabel 1.b. Sedang bila jumlah data hasil uji kurang
dari 15, maka nilai tambah (M) diambil tidak kurang dari 12 MPa.

c Kuat Tekan Rata-rata yang ditargetkan dihitung menurut rumus berikut:

' '
f cr =f c+ M

f ' cr =f ' c+ 1,64 . Sr

Tabel 1.a. Faktor pengali (k) deviasi standar

Jumlah Data 30 25 20 15 < 15


Faktor Pengali 1,00 1,03 1,08 1,15 -

Tabel 1.b. Mutu pelaksanaan, volume adukan dan deviasi standar

Volume Pekerjaan Deviasi Standar sd (MPa)


Volume Beton Mutu Pekerjaan
Sebutan
(m) Baik Sekali Baik Dapat Diterima
Kecil < 1000 4,5 < s 5,5 5,5 < s 6,5 6,5 < s 8,5
Sedang 1000 - 3000 3,5 < s 4,5 4,5 < s 5,5 5,5 < s 7,5
Besar > 3000 2,5 < s 3,5 3,5 < s 4,5 4,5 < s 6,5

Tabel 1.c. Nilai deviasi standar untuk berbagai tingkat pengendalian mutu
pekerjaan

Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan Sd (MPa)


Memuaskan 2,8
Sangat Baik 3,5
Baik 4,2
Cukup 5,6
Jelek 7,0
Tanpa Kendali 8,4

2 Pemilihan Factor Air Semen


Factor air semen yang diperlukan untuk mencapai kuat tekan rata-rata
yang ditargetkan didasarkan:
1 hubungan kuat tekan dan factor air semen yang diperoleh dari penelitian
lapangan sesuai dengan bahan dan kondisi pekerjaan yang diusulkan.
Bila tidak tersedia data hasil penelitian sebagai pedoman dapat
dipergunakan Tabel 2 dan Grafik 1 atau 2;
a Cara 1 : digunakan jika data agregat kasar tidak diketahui dengan
lengkap, yaitu nilai fas dicari dengan menggunakan Grafik 1, dan
b Cara 2 : digunakan jika data agregat kasar diketahui lengkap, disini
nilai fas dicari dengan menggunakan Tabel 2 dan Grafik 2.
2 untuk lingkungan khusus, faktor air semen maksimum harus memenuhi
SNI 03-1915-1992 tentang spesifikasi beton tahan sulfat dan SNI 03-
2914-1994 tentang spesifikasi beton bertulang kedap air, (Tabel 4., Tabel
5., dan Tabel 6.)

Fas yang digunakan adalah nilai terkecil dari nilai fas :

Persyaratan lingkungan khusus dan cara 1, atau


Persyaratan lingkungan khusus dan cara 2.

Tabel 2. Perkiraan kekuatan tekan (MPa) beton dengan Factor air semen, dan
agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia.

Kekuatan tekan (MPa)

Jenis semen Jens agregat kasar Pada umur (hari)


Bentuk uji
3 7 28 29

Semen Portland Batu tak dipecahkan 17 23 33 40


Silinder
Tipe 1 Batu pecah 19 27 37 45

Semen tahan sulfat Batu tak dipecahkan 20 28 40 48


Kubus
Tipe II, V Batu pecah 25 32 45 54

Batu tak dipecahkan 21 28 38 44


Silinder
Semen Portland Batu pecah 25 33 44 48

Tipe III Batu tak dipecahkan 25 31 46 53


Kubus
Batu pecah 30 40 53 60

Tabel 3. Perkiraan kebutuhan air per-meter kubik beton

Ukuran Jenis Batuan Slump (mm)


maksimum
Agregat (mm) 0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180
Batu tak dipecahkan 150 180 205 225
10
Batu pecah 180 205 230 250
Batu tak dipecahkan 135 160 180 195
20
Batu pecah 170 190 210 225
Batu tak dipecahkan 115 140 160 175
40
Batu pecah 155 175 190 205
Tabel 4. Persyaratan fas dan jumlah semen minimum untuk berbagai pembetonan
dan lingkungan khusus

Jumlah Semen
Nilai fas
Jenis Pembetonan minimum per-m
maksimum
beton (kg)
Beton di dalam ruang bangunan
a. keadaan keliling non-korosif 275 0,60
b. keadaan keliling korosif disebabkan oleh kondensasi atau
325 0,52
uap korosif
Beton di luar ruangan bangunan
a. tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 325 0,55
b. terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 275 0,60
Beton masuk ke dalam tanah
a. mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti 325 0,55
b. mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah tabel 5
Beton yang kontinu berhubungan dengan air tawar dan air laut tabel 6

Tabel 5. Fas maksimum untuk beton yang berhubungan air tanah yang
mengandung sulfat
Kandungan
Konsentrasi Sulfat
Semen
Kadar Dalam Tanah Sulfat minimum
SO3
gang- Total (SO3) (kg/m)
dalam
campura Tipe Semen Ukuran fas
Guan SO3 dalam
n Agregat
air : maksimum
Sulfat (%) air tanah
tanah (mm)
= 2:1
(g/l) 40 20 10
(g/l)
tipe I dengan atau tanpa 35
1 < 0,2 < 1,0 < 0,3 280 300 0,50
Puzolan (15-40%) 0
tipe I dengan atau tanpa 35
290 330 0,50
Puzolan (15-40%) 0
tipe I Puzolan (15-40%) 36
2 0,2 - 0,5 1,0 - 1,9 0,3 - 1,2 atau 270 310 0,55
Semen Portlant Puzolan 0
34
tipe II atau tipe V 250 290 0,55
0
tipe I Puzolan (15-40%) 43
atau 340 380 0,45
Semen Portlant Puzolan 0
3 0,5 - 1,0 1,9 - 3,1 1,2 - 2,5
38
tipe II atau tipe V 290 330 0,50
0
42
4 1,0 - 2,0 3,1 - 5,6 2,5 - 5,0 tipe II atau tipe V 330 370 0,45
0
tipe II atau tipe V dan 42
5 > 2,0 > 5,6 > 5,0 330 370 0,45
lapisan pelindung 0

Tabel 6. Ketentuan minimum untuk beton bertulang dalam air

Tipe Semen Kandungan Semen


Jenis Kondisi Lingkungan fas minimum (kg/m)
Beton yang berhubungan maksimum Ukuran maksimum
dengan Agregat (mm)
40 20
air tawar 0,50 tipe V 280 300
Bertulang tipe I + Puzolan
(15-40%) atau
Atau air payau 0,45 340 380
Semen Portland
Prategang Puzolan
air laut 0,45 tipe II atau V 330 370

3 Slump
Slump ditetapkan sesuai dengan kondisi pelaksanaan pekerjaan (tabel
7) agar diperoleh beton yang mudah dituangkan/dicor, dipadatkan dan
diratakan.

Tabel 7. Penetapan nilai slump

Nilai Slump (mm)


Pemakaian Beton maksimu Minimu
m m
dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak bertulang 125 50
pondasi telapak tidak bertulang, kaison, dan struktur di bawah tanah 90 25
pelat, balok, kolom dan dinding 150 75
pengerasan jalan 75 50
pembetonan masal 75 25

4 Besar Agregat Maksimum


Ukuran butir agregat maksimum tidak boleh melebihi:
1 1/5 jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan;
2 1/3 dari tebal pelat;
3 3/4 dari jarak bersih minimum di antara batang-batang atau berkas-berkas
tulangan.
Selain itu, gradasi agregat yang digunakan (agregat halus dan agregat kasar)
harus memenuhi persyaratan gradasi agregat untuk beton.

5 Kadar Air Bebas


Kadar air bebas ditentukan sebagai berikut:
1 agregat tak dipecah dan agregat dipecah digunakan nilai-nilai pada table
3 dan grafik 1 atau 2;
2 agregat campuran (tak dipecah dan dipecah), dihitung menurut rumus
berikut:

2 1
Wh Wk
3 3

dengan:

Wh adalah perkiraan jumlah air untuk agregat halus


Wk adalah perkiraan jumlah air untuk agregat kasar pada Tabel 3

6 Gradasi Agregat dan Proporsi Agregat Halus dan Agregat Kasar


Agregat yang dipergunakan merupakan campuran dari agregat halus
dan agregat kasar dengan proporsi tertentu dan harus me-menuhi
persyaratan agregat untuk beton.
Gradasi agregat halus dikelompokkan dalam 4 daerah gradasi me-
nurut kehalusan butir agregat halus (gambar 2.4 sd. 2.7), dan persyaratan
gradasi agregat kasar tergantung dari ukuran butir maksimum yang
dipergunakan (gambar 2.8, 2.9 dan 2.10).
Persyaratan gradasi agregat gabungan (agregat halus dan agregat
kasar) tergantung ukuran butir maksimum (gambar 2.11 s.d 2.13).
Proporsi/prosentase agregat halus terhadap kadar total agregat dalam
campuran beton dicari dengan menggunakan grafik 3, 4 dan 5, yang
tergantung nilai slump, fas, daerah gradasi agregat halus/pasir dan ukuran
butir maksimum agregat.

7 Berat Jenis Relatif Agregat


Berat jenis relatif agregat ditentukan sebagai berikut:
1 Berdasarkan data hasil uji (agregat yang akan digunakan untuk campuran
beton) atau bila tidak tersedia data tersebut, dapat digunakan nilai 2,5
untuk agregat tak dipecah dan 2,6 2,7 untuk agregat dipecah.
2 Berat jenis agregat gabungan dihitung dengan rumus :

P K
bjagr. gab .bjagr.halus .bjagr.kasar
100 100
Dengan:

Bj.agr.halus : bj agregat halus


Bj.agr.kasar : bj agregat kasar
P : prosentase agregat halus
K : prosentase agregat kasar
8 Proporsi Campuran Beton
Dari hasil perhitungan perencanaan bampuran ini, kebutuhan semen,
air, agregat halus/pasir dan agregat kasar/kerikil, harus di proporsikan dalam
kg per-m3 adukan beton.
9 Koreksi Proporsi Campuran
Perencanaan campuran beton didasarkan pada agregat dalam kondisi
SSD, sedangkan umumnya kondisi agregat tidak dalam ke-adaan SSD.
Kandungan air agregat di lapangan dapat lebih kecil dari kondisi SSD
(agregat lebih kering) yang menyebabkan air yang diberikan untuk
campuran sebagian terserap agregat dan fas men-jadi lebih kecil, atau dapat
juga lebih besar dari kondisi SSD (agregat lebih basah) sehingga menambah
air campuran dan fas menjadi lebih besar.
Karena itu untuk menjaga agar nilai fas tetap, harus dilakukan
koreksi proporsi campuran yang disebabkan kandungan air pada agregat,
dan koreksi paling sedikit dilaksanakan satu kali dalam sehari, dengan
menggunakan rumus :

Ah A1 Ak A2
A .B .C
100 100
Air

Ah A1
B .B
100
Agregat halus

Ah A2
B .C
100
Agregat kasar

dengan:

A : jumlah kebutuhan air (liter/m3)


B : jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m3)
C : jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m3)
Ah : kadar air sesungguhnya dalam agregat halus (%)
Ak : kadar air sesungguhnya dalam agregat kasar (%)
A1 : kadar air dalam agregat halus kondisi SSD (%)
A2 : kadar air dalam agregat kasar kondisi SSD (%)

10 Berat Isi Beton


Berat isi beton dipengaruhi oleh berat jenis agregat gabungan
(agregat halus dan agregat kasar) dan kadar air bebas. Berat isi beton dapat
diperoleh dengan menggunakan Grafik 6.

2.3 LANGKAH HITUNGAN


Langkah hitungan menurut metode SNI 03-2834-1993 terbagi dalam 22
langkah. Adapun langkahnya sebagai berikut:

1 Tentukan kuat tekan beton yang direncanakan sesuai dengan syarat teknik
atau yang dikehendaki oleh pemilik. Kuat tekan (fc) ini ditentukan pada
umur 28 hari.
2 Hitung deviasi standar (s) berdasarkan data lalu.
3 Hitung nilai tambah (m), dimana m = 1,64 . s. Jika data deviasi standar tidak
ada, ambil m = 12 MPa.
4 Hitung kuat tekan rata-rata yang ditargetkan (fcr) dimana fcr = fc + m,
yaitu langkah 1 + 2.
5 Tetapkan jenis semen yang digunakan.
6 Tentukan jenis agregat yang digunakan, untuk agregat halus dan kasar.
7 Tentukan FAS, jika menggunakan Grafik 1 atau 2. Ikuti langkah-langkah
beikut:
a Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari berdasarkan jenis
menggunakan Tabel 2 untuk FAS 0,5 sesuai dengan jenis semen dan
agregat yang digunakan.
b Lihat Grafik 1 untuk benda uji silinder dan Grafik 2 untuk kubus.
c Tarik garis tegak lurus pada FAS 0,50 sampai memotong kurva kuat
tekan yang ditentukan.
d Tarik garis mendatar dari kuat tekan yang didapat dari Grafik 1 atau 2
sampai memotong garis tegak lurus untuk FAS 0,5. Gambarkan kurva
baru.
e Dari kurva baru tersebut tarik garis mendatar untuk kuat tekan yang
ditargetkan sampai memotong kurva baru tersebut. Kemudian tarik ke
bawah hingga didapatkan nilai FAS.
8 Tetapkan FAS maksimum menurut Tabel 4 dan untuk lingkungan khusus
Tabel 5 dan 6. Dari langkah 7 dan 8 pilih yang paling rendah.
9 Tetapkan nilai slump.
10 Tetapkan ukuran butir nominal agregat maksimum.
11 Tentukan nilai kadar air bebas dari Tabel 3.
12 Hitung jumlah semen yang besarnya dihitung dari kadar air bebas dibagi
Faktor Air Semen (FAS), yaitu langkah 11:8.
13 Jumlah semen maksimum diabaikan jika tidak ditetapkan.
14 Tentukan jumlah semen minimum dari Tabel 4 dan untuk lingkungan
khusus Tabel 5 dan 6.
15 Tentukan FAS yang disesuaikan. Jika jumlah semen berubah karena
jumlahnya lebih kecil dari jumalh semen minimum atau lebih besar dari
jumlah semen maksimum, maka FAS harus dihitung kembali. Jika jumlah
semen yang dihitung dari langkah 12 berada di antara maksimum dan
minimum, atau lebih besar dari minimum namun tidak melebihi jumlah
maksimum kita bebas memilih jumlah semen yang akan kita gunakan.
16 Tentukan jumlah susunan butir agregat halus, sesuai dengan syarat SNI 03-
2834-1993.
17 Tentukan presentase agregat halus terhadap campuran berdasarkan nilai
slump, FAS, dan besar nominal agregat maksimum. (Grafik 3 sampai 5)
18 Hitung berat jenis relatif agregat.
19 Tentukan berat jenis beton menurut Grafik 6, berdasarkan nilai berat jenis
agregat gabugan dan kadar air bebas (langkah 11).
20 Hitung kadar agregat gabungan yaitu berat jenis beton dikurangi dengan
berat semen ditambah air. Langkah 19-(15+11).
21 Hitung kadar agregat halus yang besarnya adalah kadar agregat gabungan
dikalikan presentase agregat halus dalam campuran. Langkah 20x16.
22 Hitung kadar agregat kasar, yaitu agregat gabungan dikurangi kadar
agregat halus. Langkah 20-21.

Jika kondisi bahan di lapangan tidak lagi sesuai dengan yang direncanakan
maka harus dilakukan koreksi proporsi campuran, kemudian dibuat contoh ujinya.

4 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Cara ini memiliki kekuranga, yaitu:

1 Jenis agregat hanya ditetapkan dari batu pecah dan alami saja sehingga
tidak akurat karena kadang agregat alami tidak memiliki bentuk
permukaan tidak bulat atau halus. Hal ini akan berpengaruh pada jumlah
air yang dibutuhkan, sehingga perlu dilakukan koreksi.
2 Diagram proporsi agregat campuran (langkah 16) sulit dipenuhi.
5 CONTOH HITUNGAN

Tabel 8. Formulir Perencanaan Campuran Beton


No
Uraian Nilai Keterangan
.
Kuat Tekan yang disyaratkan (f'c) 29 MPa ditetapkan, s = 1,64
1 (benda uji silinder)
2 Deviasi standar (s) 7 MPa
3 Nilai tambah/margin (M) 11,48 MPa
4 Kuat Tekan yang ditargetkan (f'cr) 40,48 MPa 1+3
5 Jenis Semen Tipe I ditetapkan
Jenis Agregat kasar Batu pecah ditetapkan
6
Jenis agregat halus Alami ditetapkan
Faktor Air Semen Bebas 0,48 tabel 2 dan grafik 1 dan 2
7
Faktor Air Semen maksimum 0,6
8 Faktor Air Semen yang digunakan 0,48
9 Slump 100 mm ditetapkan
10 Ukuran Agregat maksimum 20 mm ditetapkan
11 Kadar Air bebas 205 kg/m tabel 3
12 Kadar Semen 427,083 kg/m (11)/(8)
13 Kadar Semen maksimum 427,083 kg/m
14 Kadar Semen minimum 275 kg/m tabel 4
15 Kadar semen digunakan 427,083 kg/m
16 Faktor Air Semen yg disesuaikan 0,48
17 Susunan besar butir Agregat Halus Daerah Gradasi 3 daerah gradasi
Berat jenis agregat kasar 2,7
18
Berat jenis agregat halus 2,6
19 Persen Agregat Halus 33,75 % grafik 4
20 BJ Relatif agregat (gabungan) SSD 2,65
21 Berat isi beton 2420 kg/m grafik 6
22 Kadar agregat gabungan 1787,917 21-15-11
23 Kadar agregat halus 603,42 19x22
24 Kadar agregat kasar 1178,497 22-23

Semen Air Agregat

(kg) (kg) Halus (kg) Kasar (kg)

25 Proporsi campuran teoritis (agregat kondisi


SSD):

setiap m3 427,083 205 603,42 1178,497


setiap campuran uji (m3) 2,26 1,09 3,2 6,25

Proporsi campuran dengan angka


penyusutan
26
setiap m3 491,15 235,75 693,933 1355,27

setiap campuran uji (m3) 2,6 1,3 3,68 7,19

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Dari perhitungan perencanaan yang telah dilakukan,


diperoleh proporsi dari semen, pasir, kerikil dan air yang
dibutuhkan dalam proses campuran beton.
Hasil perhitungan perencanaan ini selanjutnya digunakan
sebagai acuan untuk proporsi benda uji.
Pasir dan kerikil dalam keadaan SSD dimaksudkan agar
pasir dan kerikil yang digunakan dalam perencanaan campuran
dalam kondisi tidak menyerap air pada campuran beton tersebut,
karena apabila air dalam pasir dan kerikil dalam keadaan kering
sekali akan mengakibatkan terserapnya air yang sudah ada pada
beton tersebut menjadi kental/ keras. Sebaliknya bila pasir dan
kerikil dalam keadaan basah maka akan mempengaruhi fas.

2 SARAN
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam makalah ini adalah
agar kita dapat memahami tentang mix design. Karena untuk menciptakan
beton yag sesuai rencana harus dengan perhitungan yang teliti. Apabila terjadi
kesalahan maka akan menyebabkan hasil beton yang kurang
baik.

Dalam makalah ini masih banyak hal-hal yang belum lengkap atau
sempurna tentang penjelasan agregat, untuk itu diharapkan kepada pembaca agar
dapat mendalaminya dengan referensi-referensi lain yang mungkin lebih lengkap
lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, Tri, 2005, Teknologi Beton, Andi, Yogyakarta.

Website Dinas PU. SNI 03-2834-1993 (TATA CARA PEMBUATAN RENCANA


PEMBUATAN BETON NORMAL)
http://www.pu.go.id/uploads/services/infopublik20120809162638.pdf , Mei 2014.

Anda mungkin juga menyukai