Disusun oleh :
Arif Maulana 6516500021
Bangun Nur Sakti 6516500025
Muhammad Mahfudz 6516500062
Aditya Yudha Rustanto 6516500088
Novan Dwi Anggoro 6516500082
Kelas 3C
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
ABSTRAK
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2
BAB II
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
3
dari kekuatan tekan hancur beton yang menggunakan pasir tersebut
tapi sudah dilarutkan dalam larutan 3% NaOH.
Pasir harus terdiri butir-butir yang tajam dan keras.
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam, dan
apabila diayak dengan susunan ayakan 4mm-2mm-1mm-0,5mm-
0,25mm (ayakan ISO) harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
Sisa di atas ayakan 4 mm minimum 2% berat total.
Sisa di atas ayakan 1 mm minimum 10% berat total.
Sisa di atas ayakan 0,25 mm minimum 80%-90% berat
total.
Pasir laut tidak boleh dipakai.
4) Pengujian Pasir
a) Kadar lumpur dalam pasir (“mud content”).
Berdasarkan volume (“by volume”)
Berdasarkan berat (“by weight”)
b) Kotoran organis (“organic impurities”).
c) Berat jenis dan penyerapan (“spesific gravity and absorption”).
d) Gradasi atau tes ayakan (“sieve analysis”).
e) Berat isi (“unit weight”).
f) Kadar air dalam pasir (“surface moisture content”).
4
Lalu dicuci bersih hingga lumpurnya hilang semua. Masukan
dalam oven pengering 24 jam. Lalu ditimbang beratnya = B.
Kadar lumpur = 𝐴−𝐵 𝐴
𝑥 100%.
5
2. Dengan sendok semen 9atau sekop), lapisan tersebut dibagi
4. Lalu ambil salah satu bagian misalnya A,B,C,D atau
kombinasi A + B atau B + D.
Keesokan harinya air dibuang lalu pasir basah ditebarkan di atas
pan (sebelumnya dilapisi kertas atau koran dahulu) untuk
diangin-anginkan sampai keadaan “saturated surface dry”
(SSD) = kering jenuh permukaan.
Keadaan SSD untuk pasir dapat diketahui sebagai berikut :
1. Ambil pasir tersebut lalu masukan kedalam cetakan kerucut
(dengan posisi Ɵ kerucut yang besar berada dibawah,
kerucut tersebut diletakan di atas lantai. Ratakan permukaan
pada air tersebut.
2. Tumbuk dengan penumbuk logam 25 kali perlahan-lahan.
3. Lalu kerucut diangkat.
4. Jika pasir tidak ada yang melekat pada permukaan dalam
kerucut dan begitu kerucut diangkat, pasir menjadi buyar,
berarti pasir tersebut sudah mencapai keadaan SSD. Tapi
jika diangkat, pasir tersebut masih dalam bentuk kerucut
berarti masih basah/lembab, pasir tersebut harus dianginkan
lagi.
Timbang 500 gram pasir yang sudah SSD lalu masukan kedalam
piknometer yang telah diisi air setengahnya. Tambahkan air
kedalam piknometer sampai mencapai leher piknometer.
Tutup mulut piknometer dengan telapak tangan lalu piknometer
dibolak-balik agar udara dalam pasir dapat keluar, temperatur
diusahakan 23ºC. Piknometer + air + pasir ditimbang, beratnya
= C.
Pasir dituangkan bersama-sama kedalam pan, lalu dikeringkan
dalam oven pengering temperatur 100ºC selama 24 jam.
Keesokan harinya berat pasir kering ditimbang = A.
Piknometer kosong diisi air sampai batas leher, lalu ditimbang
beratnya = B.
6
Bulk spesific gravity
Berat contoh kering udara
= Berat air yang volumenya sama dengan volume contoh
A
Bulk spesific gravity = B+500−C
2 Bulk spesific gravity untuk keadaan SSD (kering permukaan).
500
Bulk Sp Gr = B+500−C
3 Apparent spesific gravity (berat jenis tampak).
Yaitu perbandingan antara berat bagian kedap air dari suatu
volume contoh (dalam udara) yang tembus air dan berat suatu
volume (dalam udara) yang sama besarnya dari air suling pada
temperatur yang sama.
A
App. sp gravity = B+A−C
7
4. Setelah selesai, berat pasir yang tertinggal pada masing-masing
ayakan ditimbang.
8
pasir tersebut agar gelembung udara kaluar dari pasir lalu
timbang, misal berat pasir + air + gelas = W3.
4. Berat air yang dipindahkan oleh pasir tersebut = W
𝑊 = 𝑊1 + 𝑊2 − 𝑊3
W adalah air yang terkandung dalam pasir sebagai “surface
moisture” yaitu yang mengelilingi permukaan butir pasir.
𝑤
5. % air yang terkandung = 𝑤1 x 100 %
Volume
1. Timbang pasir yang akan diuji, beratnya = W1
2. Masukan air (ukur dulu dengan tabung gelas ukur volumenya =
V1) kedalam gelas ukur.
3. Lalu pasir dimasukan kedalam gelas ukur yang berisi air
tersebut. Pasir dan air diaduk agar gelembung udara keluar dari
campuran tersebut.
4. Volume air + pasir langsung dibaca pada gelas ukur tersebut =
V2.
5. Volume air yang dipindahkan oleh pasir = V1
𝑉 = 𝑉2 − 𝑉1
Perhitungan : % kadar air = H
𝑊−𝑊𝑠
𝐻 = 𝑊1−𝑊 x 100 %
𝑊1
Dimana 𝑊𝑠 = 𝐷𝑠
Ds = bulk spesific gravity untuk keadaan SSD
W = berat air yang dipindahkan oleh pasir
= BJ air dikalikan volume air yang dipindahkan
= 1 . V = V gram
W1 = berat pasir (gram).
9
kasar harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
terik matahari atau hujan.
3) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih adri 1 % (terhadap
berat kering) dan tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak
beton. Yang dimaksud dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 1 % maka
agregat kasar ahrus dicuci.
4) Kekerasan adri butir-butir agregat kasar dapat diperiksa dengan bejana
penguji dari Rudeloff dengan beban penguji 20 ton, dengan mana harus
dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 – 19 mm lebih dari 24
% berat.
Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19 – 30 mm lebih dari 22
% berat.
Kekeran dapat diketahui dengan mesin pengaus LOS ANGELES (“Los
Angeles Machine”) dimana tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari
50 %.
5) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya
dan apabila diayak dengan susunan ayakan : 31,5 mm – 16 mm – 8 mm –
4 mm – 2 mm – 1 mm – 0,5 mm – 0,25 mm (ayakan ISO).
Harus memenuhi syarat ;
Sisa diatas ayakan 31,5 mm = 0 %
Sisa di atas ayakan 4 mm = 90 – 98 %
Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas 2 ayakan yang berurutan
adalah maksimum 60 %, minimum 10 %.
6) Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih besar dari 1/5 jarak
terkecil bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 tebal pelat atau ¾ dari
jarak bersih minimum diantara tulangan-tulangan.
a) Gradasi.
a.1) Tujuan pengujian.
Untuk mengetahui gradasi kasar dan modulus kehalusan .
10
1. 1 set ayakan terdiri atas :
38,1 mm (1 ½ in), 25 mm ( 1 in), 19 mm (3/4 in), 12,5 mm (1/2 in),
9,5 mm (3/8 in), 4,75 mm (no. 4), 2,36 mm (no. 8), pan.
2. Mesin pengayak.
3. Timbangan kapasitas 10 kg, ketelitian 1 gram.
11
𝐴
3. Apparent Spesific Gravity = 𝐴−𝐶
𝐵−𝐴
4. % Absorption = x 100 %
𝐴
12
Untuk menentukan berat isi agregta kasar.
d. Air.
Menurut PBI 1971 syarat-syarat air untuk beton adalah :
1. Air tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan
organis atau bahan-bahan yang lain yang dapat merusak beton atau baja
tulangan.
2. Apabila ada keraguan tentang air, dianjurkan membawa contoh air tersebut
ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan, untuk diuji.
3. Apabila pemeriksaan ke lembaga tersebut tidak dapat dilakukan, maka air
dapat dipakai asalkan :
Campuran semen + air yang memakai air tersebut harus
mempunyai kekuatan tekan paling sedikit 90 % dari kekuatan
tekan semen + air yang memakai air suling pada aumur 7 hari dan
28 hari.
13
2.2.3 Kelas dan Mutu Beton.
Menurut PBI 1971, beton dibagi kedalam kelas dan mutu sebagai berikut :
Kelas mutu σ’bk σ ‘bm Tujuan Pengawasan Pengawasan
beton (kg/cm²) dgn dipakainya terhadap terhadap
s = 46 cm² beton mutu kekuatan
kg/cm² agregat tekan
I Bo - - Non Ringan Tanpa
strukturil
II B1 - - Strukturil Sedang Tanpa
K125 125 200 Strukturil Ketat Kontinue
K175 175 250 Strukturil Ketat Kontinue
K225 225 300 Strukturil Ketat Kontinue
III K> >225 >300 Strukturil Ketat Kontinue
225
Penjelasan tabel .
1. Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan non strukturil (bukan untuk
bangunan gedung dan jembatan).
2. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan strukturil secara umum.
3. Beton kelas III memerlukan keahlian khusus. Pengawasan terhadap
agregat harus mencakup keseluruhan syarat-syarat pasir dan agregat kasar
yang baik.
14
pada tingkat kesempurnaan dari pelaksanaannya. Ukuran dari besar kecilnya
penyebaran, disebut deviasi standar (S).
𝑛
∑1 (𝜎 ′𝑏 − 𝜎 ′𝑏 𝑚)2
S=√
𝑛−1
2.2.7 Workability.
Apakah adukan beton tersebut “workable” (dapat dikompaksi) atau tidak
tergantung pada banyak faktor antara lain :
1. Jumlah air di dalam adukan W/C (water cement rasio).
2. Perbandingan jumlah agregat (pasir + agregat kasar) terhadap semen
(perbandingan dalam berat.
3. Ukuran maksimum agregat kasar.
4. Gradasi, bentuk agregat kasar.
Semakin tinggi harga W/C maka untuk mendapatkan adukan beton yang
“workable”, memerlukan gradasi yang lebih halus.
Perkiraan jumlah air yang diperlukan untuk harga slump yang berbeda-beda dan
ukuran maksimum agregat .
Ukuran agregat Jumlah air (kg) yang diperlukan untuk 1 m³ beton
maksimum Slump 25-50 Slump 75-100 Slump 150-175 mm
(mm) mm mm
koral Split Koral Split Koral Split
9,5 mm 190 210 200 225 230 255
19 mm 170 195 190 210 210 225
38,1 mm 160 170 170 190 190 210
50,8 mm 150 165 165 180 180 195
76,2 mm 135 155 155 165 160 185
Diambil dari “properties of concrete” vy AM Neville
15
2. Compacting factor test.
3. Flow test.
4. Kelly Ball test.
5. Vee bee consistometer test.
Pada point ini hanya dijelaskan slump test saja.
1. Slump test.
Tujuan pengujian.
Untuk mengetahui konsistensi (kekentalan adukan beton). Dapat dipakai
di laboratorium beton atau di lapangan.
Prosedur pengujian.
1) Adukan beton dimasukan kedalam kerucut Abrams mula-mula
sebanyak 1/3 tinggi kerucut. Lalu ditusuk-tusuk dengan batang baja Ɵ
16 mm (ujung bulat berada dibawah,batang harus pada posisi vertikal).
Sebanyak 25 kali pada tempat berlainan.
2) Tambahkan lagi 1/3 tinggi kerucut berikutnya lalu ulangi langkah ke 1.
3) Tambahkan lagi 1/3 tinggi kerucut terakhir, lakukan seperti langkah 1,
lalu permukaan atas diratakan dengan bibir atas kerucut. Untuk point
1) s/d 3), pada saat pengisian kedua kaki menginjak kerucut bagian
bawah, badan membungkuk.
4) Selubung kerucut diangkat keatas (pada saat itu posisi kaki
dipindahkan, tidak menginjak lagi kaki kerucut), aduakn beton akan
turun. Besarnya penurunan ini diukur dengan alat ukur tinggi slump.
Turunnya puncak kerucut adukan beton disebut slump.
16
Tujuan menentukan/mempelajari sifat-sifat material (bahan baku) untuk
adukan beton adalah agar benar-benar dapat merencanakan campuran beton yang
memenuhi syarat. Untuk merencanakan campuran beton, ada 4 faktor yang harus
dipertahankan yaitu :
1. Water cement ratio (W/C).
Yaitu jumlah air (kg) yang diapai dalam aduakn berbanding dengan
jumalah semen (kg) yang diapakai.
2. Cement-agregat ratio.
Perbandingan jumlah pemakaian semen dan agregat (pasir + agregat).
3. Gradasi dari agregat.
4. Konsistensi adukan
Berguna agar penempatan adukan beton lebih mudah.
Pada bagian ini hanya diberikan penjelasan rancanngan campuran beton dengan
menggunakan metode ACI.
1. Data pengujian material yang diperlukan.
Agregat kasar:
Berat jenis SSD
Berat isi (unit weight)
Penyerapan air
Gradasi
Modulus kehalusan
Kadar air dalam split
Agregat halus.
Berat jenis (SSD)
Penyerapan air
Berat isi
Gradasi
Modulus kehalusan
Kadar air dalam pasir
Semen.
17
Berat jenis
2. Data-data lain
Mutu beton (umur 28 hari) yang diminta k175
Standar deviasi bisa diambil 50 kg/cm²
Slump yang dikendaki antara
3. Langkah perhitungan
a. Berdasarkan ukuran maksimum agregat (batu pecah/split) dan slump
yang diminta, dapat ditentukan perkiraan air yang digunakan.
Tabel dibawah ini diambil dari tabel 10.16 buku referensi “properties
of concrete” by AM Neville.
Ukuran Jumlah air yang % udara dalam Jumlah air
maksimum diperlukan beton yang
agregat (mm) (tidak ada udara diperlukan
dalam beton) (ada udara
kg/m³ dalam beton)
kg/m³
10 225 3 200
12,5 215 2,5 190
20 200 2 180
25 195 2,5 175
40 175 1 160
50 170 0,5 155
70 160 0,3 150
150 140 0,2 135
Keterangan tabel :
Jumlah air yang diperlukan untuk agregat yang ukurannya lebih
besar dari 40 mm, tidak diberikan untuk aduakn dengan slump
kurang dari 30 mm.
Tabel ini berlaku untuk keadaan konsistensi adukan beton yang
plastis (slump antara 80 mm – 130 mm).
18
Keterangan Konsistensi Air yang
Slump Vebe Faktor diperlukan
(mm) (detik) kompaksi (%)
19
70 0,82 0,80 0,78 0,76
150 0,87 0,85 0,83 0,81
Catatan : harga diatas akan menghasilkan adukan beton yang “workabel”.
Untuk adukan yang kurang “workabel” misalanya untuk konstruksi jalan,
harga-harga diatas dinaikan 10 %. Untuk adukan yang lebih “workabel”
misalnya adukan yang dipompakan, harga diatas dikurangi 10 %.
Perhitungan :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑓𝑖𝑛𝑒𝑛𝑛𝑒𝑠 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑠𝑖
20
BAB III
METODE PENELITIAN
21
iMulai
Studi pustaka
22
BAB IV
LAPORAN PENELITIAN
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab
sebelumnya serta analisis data, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbandingan kualitas pasir dari daerah-daerah tertentu serta
penggunaan komposisinya yang nantinya diharapkan untuk menjadikan mutu
beton sesuai dengan syarat-syarat yang ada dan bisa dijadikan acuan dalam sebuah
pekerjaan konstruksi.
5.2 Saran
Dalam penulisan usulan peneltian ini diharapkan penulis dan pembaca bisa
mengembangkan penelitian-penelitian tentang beton dimasa yang akan datang.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Theodosius, Gunawan dan Margaret Saleh. (1987). 2002: Teori soal dan
penyelesaian konstruksi beton 1 jilid 1. Jakarta: Delta Teknik Grup
2. Badan Standarisasi Nasional. 2011: Cara Uji Kuat Tekan Beton Dengan
Benda Uji Silinder. Jakarta: BSN
25