Anda di halaman 1dari 29

STUDI PERBANDINGAN NILAI KUAT TEKAN

BETON DENGAN MENGGUNAKAN PASIR


WILAYAH TEGAL DAN PASIR WILAYAH BREBES
(USULAN PENELITIAN)

Tugas ini untuk memenuhi nilai mata kuliah Metodologi Penelitian


Dosen pengampu : Mustaqim, ST, M.Eng

Disusun oleh :
Arif Maulana 6516500021
Bangun Nur Sakti 6516500025
Muhammad Mahfudz 6516500062
Aditya Yudha Rustanto 6516500088
Novan Dwi Anggoro 6516500082

Kelas 3C

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2017
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis diberi kesehatan untuk mengerjakan dan menyelesaikan Usulan Penelitian
dengan lancar. Pembuatan usulan peneltian ini tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari segala pihak lain baik secara langsung maupun tidak langsung.
Usulan penelitian ini juga tak luput dari keslahan karena keterbatasan
kemampuan penulis. Penulis meminta maaf atas kesalahan yang dalam menulis
usulan peneltian ini. Demi perbaikan dan kemajuan di masa mendatang penulis
mengharap kritik dan saran yang membangun. Penulis berbaharap usulan penetian
ini bermanfaat bagi semua pihak dan pembaca.

Tegal, 20 Nopember 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
ABSTRAK............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.1 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.2 Tujuan Peneltian ...................................................................................... 1
1.3 Manfaat Peneltian .................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA .............................. 2
2.1 Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka .................................................... 3
2.2 Tinjauan Pustaka .................................................................................... 3
2.2.1 Pengertian Beton .................................................................................. 3
2.2.2 Material Pembentuk Beton .................................................................. 3
2.2.3 Pengujian Kuat Tekan Beton ............................................................... 4
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 6
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 6
3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................... 6
3.3 Tahapan Penelitian ............................................................................ 6
BAB IV LAPORAN PENELITIAN ...................................................................... 7
4.1 Laporan Penelitian ...................................................................................7
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 8
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 8
5.2 Saran ........................................................................................................ 8

iii
ABSTRAK

Di zaman yang sudah modern seperti ini pembangunan infrastruktur


semakin ditingkatkan sehingga kebutuhan bahan-bahan konstruksi terus
mengalami peningkatan.. Dalam struktur gedung, jembatan ataupun jalan raya
beton menjadi pilihan utama karena sifat-sifat beton itu sendiri mampu menahan
beban-beban yang relatif berat. Dalam beton sendiri bahan-bahan penyusunnya
adalah semen, pasir dan split. Dan tentunya kualitas mutu beton sangat
dipengaruhi oleh bahan-bahan tersebut, khususnya pasir. Pada kondisi ini telah
membawa sebuah rencana untuk melakukan sebuah penelitian bahan-bahan
penyusun beton tersebut.
Dalam melakukan peneltian nantinya akan dilakukan sebuah studi
perbandingan kualitas mutu pasir berdasarkan kuat tekan beton dengan metode
design “ACI”. Pasir tersebut akan diambil dari dua wilayah yang berbeda.
Hasil penelitian nanti diharapkan bisa melakukan perencanaan campuran
beton dengan kualitas yang terbaik serta bisa memberikan banyak kontribusi serta
manfaat dalam setiap pekerjaan konstruksi.

Kata kunci : Kuat tekan, Metode design ACI

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kebutuhan bahan bangunan untuk pekerjaan sipil terus
meningkat,dalam membangun suatu struktur bangunan baik itu struktur
gedung, jalan raya hingga jembatan terus meningkat dan banyak
mengguanakan bahan bangunan beton sebagai struktur utamanya.
Definisi beton sendiri adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir,
kerikil, batu pecah atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu
dengan suatu pasta yang terdiri dari semen dan air membentuk suatu massa
mirip batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk
menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu.
Kualitas beton itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kualitas pasir, jika
bahan campuran pasir itu bagus tentunya akan menghasilkan kuat tekan beton
yang tinggi dan begitu juga sebaliknya jika kualitas pasir itu jelek akan
mnghasilkan kuat tekan beton yang rendah. Dengan demikian, maka perlu
dilakukan sebuah study perbandingan nilai kuat tekan beton dengan
menggunakan pasir yang berbeda yang berasal dari wilayah tertentu.

I.2 Rumusan Masalah


Masalah yang diteliti kali ini merupakan penggunaan beton dengan
campuran pasir dari wilayah Tegal dan beton dengan campuran pasir dari
wilayah Brebes yang akan digunakan untuk perkuatan struktur baru. Untuk
memperjelas masalah yang akan diteliti, maka permasalahan tersebut
dirumuskan sebagai berikut :
1. Berapakah selisih kuat tekan beton dari kedua jenis pasir tersebut?
2. Hal apa saja yang menyebabkan perbedaan kekuatan dari beton oleh
masing-masing pasir?
3. Apakah kuat tekan beton dari masing-masing pasir telah memenuhi
Standar Nasional Indonesia?
4. Berapakah hasil kuat tekan beton dari masing-masing pasir yang ditambah
bahan aditif?

I.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Kuat tekan beton dari masing-masing pasir.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton dari masing-masing
pasir

1
2

I.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pedoman untuk pasir sejenis yang memiliki kemiripan dari
berbagai aspek dari pasir yang diteliti.
2. Memberikan informasi tentang penggunaan bahan aditif yang paling
efektif pada pasir-pasir yang telah diteliti dalam kaitannya dalam
pekerjaan konstruksi.

2
BAB II
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


1. Penyelidikan sifat-sifat pasir dan agregat yang berdasarkan PBI 1971.
2. Perencanaan concrete mix design dengan menggunakan metode ACI.
3. Pengujian kuat tekan beton yang berdasarkan SNI 03-1974-1990.

2.2 Tinjauan Pustaka


2.2.1 Pengertian Beton
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah
atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan sutu pasta yang
terdiri dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang,
satu atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan
karakteristik tertentu.

2.2.2 Bahan-Bahan Pembentuk Beton


a. Semen
Semen merupakan bahan hidrolis yang dapat bereaksi secara kimia dengan
air, sehingga membentuk material yang padat.
Semen portland dibagi menjadi lima jenis sebagai berikut :
1. Jenis I : Semen untuk umum tidak memiliki persyaratan khusus
2. Jenis II : Semen untuk beton tahan sulfat dan memiliki panas hidrasi
sedang
3. Jenis III : Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat
mengeras)
4. Jensi IV : Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah
5. Jenis V : Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat.

b. Agregat Halus (Pasir).


1) Ukuran butir maksimum 4,75 mm
2) Kualitas pasir mempengaruhi kekuatan tekan hancur beton
3) Syarat-syarat PBI untuk pasir
 Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (dihitung terhadap
berat), apabila lumpurnya lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.
 Pasir tidak boleh mengandung bahan organis (sisa-sisa hewan,
tumbuhan) terlalu banyak. Dapat di uji dengan percobaan warna
Abrams-Harder. Jika percobaan tersebut tidak memenuhi standar,
maka pasir tersebut bisa dipakai asalkan kekuatan tekan hancurnya
pada umur 7 hari dan 28 hari lebih besar atau sama dengan 95%

3
dari kekuatan tekan hancur beton yang menggunakan pasir tersebut
tapi sudah dilarutkan dalam larutan 3% NaOH.
 Pasir harus terdiri butir-butir yang tajam dan keras.
 Pasir harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam, dan
apabila diayak dengan susunan ayakan 4mm-2mm-1mm-0,5mm-
0,25mm (ayakan ISO) harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
 Sisa di atas ayakan 4 mm minimum 2% berat total.
 Sisa di atas ayakan 1 mm minimum 10% berat total.
 Sisa di atas ayakan 0,25 mm minimum 80%-90% berat
total.
 Pasir laut tidak boleh dipakai.

4) Pengujian Pasir
a) Kadar lumpur dalam pasir (“mud content”).
 Berdasarkan volume (“by volume”)
 Berdasarkan berat (“by weight”)
b) Kotoran organis (“organic impurities”).
c) Berat jenis dan penyerapan (“spesific gravity and absorption”).
d) Gradasi atau tes ayakan (“sieve analysis”).
e) Berat isi (“unit weight”).
f) Kadar air dalam pasir (“surface moisture content”).

a) Pengujian Kadar lumpur.


a.1) Alat-alat yang diperlukan.
 Timbangan kapasitas 2 kg ketelitian 10 gram
 Gelas ukur kapasitas 500 mm
 Oven pengering (suhu maksimum 200ºC)
a.2) Pengujian berdasarkan volume.
 Ambil pasir, isikan kedalam gelas ukur kira-kira 250 ml, lalu isi
air sampai penuh.
 Mulut gelas ditutup tapak tangan lalu gelas ukur tersebut
dibolak-balik.
 Diamkan 24 jam.
 Lalu baca pada gelas tersebut.
 % lumpur = 𝑎−𝑏 𝑎
𝑥 100%

a.3) Pengujian berdasarkan berat.


 Timbang pasir 1000 gram, keringkan dalam oven pengering
pada temperatur 100ºC. Berat kering = A

4
 Lalu dicuci bersih hingga lumpurnya hilang semua. Masukan
dalam oven pengering 24 jam. Lalu ditimbang beratnya = B.
 Kadar lumpur = 𝐴−𝐵 𝐴
𝑥 100%.

b) Pengujian kotoran organis.


b.1) Alat-alat yang diperlukan.
 Gelas ukur kapasitas 500 ml atau 1000 ml.
 Larutan 3% NaOH (3 cc NaOH dalam 1 liter air).
b.2) Prosedur pengujian.
 Gelas ukur diisi pasir kira-kira 130 ml, lalu larutan 3% NaOH
dimasukan kedalamnya, hingga 200 ml.
 Pasir + larutan tersebut dibiarkan selama 24 jam (sebelumnya
dikocok dulu).
 Keesokan harinya dilihat warna cairan tersebut. Apakah jernih,
kuning muda, kuning tua, merah kuning, atau coklat tua.
 Jika jernih dan kuning muda artinya tidak ada kotoran organis
dan pasir baik, dapat dipakai. Jika kuning tua pasir tersebut
mengandung kotoran organis, pasir tidak dapat dipakai.
Demikian juga merah kuning atau coklat tua, pasir tak dapat
dipakai.

c) Pengujian berat jenis dan penyerapan pasir


c.1) Tujuan pengujian.
Untuk menentukan berat jenis (spesific gravity) pasir dan penyerapan
air (absorption). (ASTM C 128-73).
c.2) Alat-alat yang diperlukan.
 Timbangan kapasitas 1 kg atau lebih.
 Piknometer kapasitas 500 ml.
 Kerucut logam (terpancung), tinggi 75 mm ± 3 mm, tebal 0,8
mm, Ɵ lubang atas 40 mm ± 3 mm, Ɵ lubang bawah 90 ± 3 mm.
 Penumbuk terbuat dari logam, berat 340 ± 15 gram, dengan
permukaan bulat Ɵ 25 ± 3 mm.

c.3) Prosedur pengujian


 Dengan jalan “quartering” (membagi empat), ambil kira 1000
gram pasir, masukan kedalam oven pengering 100ºC, lalu
dinginkan dan direndam dalam air selama 24 jam.
Penjelasan “quartering”.
1. Tebarkan pasir di lantai.

5
2. Dengan sendok semen 9atau sekop), lapisan tersebut dibagi
4. Lalu ambil salah satu bagian misalnya A,B,C,D atau
kombinasi A + B atau B + D.
 Keesokan harinya air dibuang lalu pasir basah ditebarkan di atas
pan (sebelumnya dilapisi kertas atau koran dahulu) untuk
diangin-anginkan sampai keadaan “saturated surface dry”
(SSD) = kering jenuh permukaan.
Keadaan SSD untuk pasir dapat diketahui sebagai berikut :
1. Ambil pasir tersebut lalu masukan kedalam cetakan kerucut
(dengan posisi Ɵ kerucut yang besar berada dibawah,
kerucut tersebut diletakan di atas lantai. Ratakan permukaan
pada air tersebut.
2. Tumbuk dengan penumbuk logam 25 kali perlahan-lahan.
3. Lalu kerucut diangkat.
4. Jika pasir tidak ada yang melekat pada permukaan dalam
kerucut dan begitu kerucut diangkat, pasir menjadi buyar,
berarti pasir tersebut sudah mencapai keadaan SSD. Tapi
jika diangkat, pasir tersebut masih dalam bentuk kerucut
berarti masih basah/lembab, pasir tersebut harus dianginkan
lagi.
 Timbang 500 gram pasir yang sudah SSD lalu masukan kedalam
piknometer yang telah diisi air setengahnya. Tambahkan air
kedalam piknometer sampai mencapai leher piknometer.
 Tutup mulut piknometer dengan telapak tangan lalu piknometer
dibolak-balik agar udara dalam pasir dapat keluar, temperatur
diusahakan 23ºC. Piknometer + air + pasir ditimbang, beratnya
= C.
 Pasir dituangkan bersama-sama kedalam pan, lalu dikeringkan
dalam oven pengering temperatur 100ºC selama 24 jam.
Keesokan harinya berat pasir kering ditimbang = A.
 Piknometer kosong diisi air sampai batas leher, lalu ditimbang
beratnya = B.

c.4) Hasil perhitungan.


1. Berat jenis menyeluruh (Bulk Spesific Gravity).
Yaitu perbandingan berat (dalam udara) suatu volume contoh
(termasuk pori-pori yang kedap air maupun tembus air) dan
berat (dalam udara) suatu volume yang sama besarnya dari air
suling pada temperatur yang sama.

6
Bulk spesific gravity
Berat contoh kering udara
= Berat air yang volumenya sama dengan volume contoh

Berat contoh kering udara = A


Berat air = (berat piknometer berisi air + berat contoh kering
permukaan) – (berat piknometer berisi pasir + air) = (B+500) –
C

A
Bulk spesific gravity = B+500−C
2 Bulk spesific gravity untuk keadaan SSD (kering permukaan).
500
Bulk Sp Gr = B+500−C
3 Apparent spesific gravity (berat jenis tampak).
Yaitu perbandingan antara berat bagian kedap air dari suatu
volume contoh (dalam udara) yang tembus air dan berat suatu
volume (dalam udara) yang sama besarnya dari air suling pada
temperatur yang sama.
A
App. sp gravity = B+A−C

d) Analisa ayakan (“sieve analysis”). (ASTM C136 – 76)


d.1) Tujuan pengujian.
Untuk mengetahui gradasi pasir dan modulus kehalusan (“fines
modulusí”).

d.2) Alat-alat yang diperlukan.


1. 1 set ayakan terdiri atas :
Ɵ 9,50 mm (3/8”), Ɵ 4,75 mm (no. 4), Ɵ 2,36 (no. 80), Ɵ1,18
mm (no. 16), Ɵ 0,6 mm (no. 30), Ɵ 0,3 mm (no. 50), Ɵ 0,15 mm
(no. 100), pan.
2. Timbangan kapasitas 10 kg ketelitian 1 gram.
3. Alat pengayak (mesin ayak).

d.3) Prosedur pengujian.


1. Susun ayakan seperti urutan di atas, lalu letakan di bawah mesin
ayakan.
2. Timbang 100 gram pasir kering (setelah dikeringkan dalam
oven pengering), lalu masukan ke ayakan, lalu ayakan paling
atas ditutup.
3. Lakukan pengayakan selama 10 menit.

7
4. Setelah selesai, berat pasir yang tertinggal pada masing-masing
ayakan ditimbang.

e) Berat isi pasir (“unit weight”).


e.1) Alat yang digunakan.
1. Timbangan kapasitas 5 kg.
2. Silinder baja (kosong) kapasitas 2 liter.
3. Batang baja bundar panjang 60 cm, diameter 16 mm slah satu
ujungnya dibuat bulat.

e.2) Tujuan pengujian.


Untuk menentukan berat isi pasir yang berguna untuk mengkonversi
berat ke volume dan sebaliknya.

e.3) Prosedur pengujian.


1. Masukan pasir kering kedalam silinder seperti sepertiganya, lalu
ditusuk-tusuk dengan batang baja 25 kali.
2. Lalu isi lagi sepertiganya lalkukan penusukan 25 kali.
3. Tambahkan pasir sampai penuh lalu lakukan penusukan 25 kali,
ratakan permukaan pasir.
4. Timbang berat silinder + pasir = W
5. Lalu timbang berat silinder kosong = W
6. Berat isi pasir = 𝑊−𝑊1
2
kg/liter.

f) Pengujian kadar air dalam pasir (“surface moisture content”).


ASTM C70 , JIS A111 – 1976.
f.1) Alat-alat yang diperlukan.
1. Timbangan kapasitas 2 kg, ketelitian 0,5 gram.
2. Tabung gelas berskala atau piknometer.

f.2) Prosedur pengujian.


Ada 2 macam yaitu 1. Gravimetri 2. Volume.
Gravimetri.
1. Pasir ditimbang (pasir dalam keadaan sesungguhnya, lembab
atau basah, bukan SSD) seberat 400 gram = W1.
2. Gelas ukur diisi air sampai suatu tanda, lalu ditimbang misalnya
berat = W2.
3. Gelas dikosongkan lalu pasir dimasukan kedalamnya, air
ditambahkan sampai mencapai tanda seperti langkah 2. Aduk

8
pasir tersebut agar gelembung udara kaluar dari pasir lalu
timbang, misal berat pasir + air + gelas = W3.
4. Berat air yang dipindahkan oleh pasir tersebut = W
𝑊 = 𝑊1 + 𝑊2 − 𝑊3
W adalah air yang terkandung dalam pasir sebagai “surface
moisture” yaitu yang mengelilingi permukaan butir pasir.
𝑤
5. % air yang terkandung = 𝑤1 x 100 %

Volume
1. Timbang pasir yang akan diuji, beratnya = W1
2. Masukan air (ukur dulu dengan tabung gelas ukur volumenya =
V1) kedalam gelas ukur.
3. Lalu pasir dimasukan kedalam gelas ukur yang berisi air
tersebut. Pasir dan air diaduk agar gelembung udara keluar dari
campuran tersebut.
4. Volume air + pasir langsung dibaca pada gelas ukur tersebut =
V2.
5. Volume air yang dipindahkan oleh pasir = V1
𝑉 = 𝑉2 − 𝑉1
Perhitungan : % kadar air = H
𝑊−𝑊𝑠
𝐻 = 𝑊1−𝑊 x 100 %
𝑊1
Dimana 𝑊𝑠 = 𝐷𝑠
Ds = bulk spesific gravity untuk keadaan SSD
W = berat air yang dipindahkan oleh pasir
= BJ air dikalikan volume air yang dipindahkan
= 1 . V = V gram
W1 = berat pasir (gram).

c. Agregat kasar (kerikil/koral, batu pecah/split).


Syarat-syarat agregat kasar dari PBI 1971 sebagai berikut :
1) Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil (koral) sebagai hasil
desintegrasi (pembentukan) alami dari batuan atau berupa batu pecah
(split) yang diperoleh dari pemecahan batu (stone crusher). Yang
dimaksud agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar
dari 5 mm.
2) Agregat kasar tidak boleh berpori dan terdiri atas batuan yang keras.
Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih dapat dipakai asalkan
jumlahnya tidak melebihi 20 % dari berat total agregat. Butir-butir agregat

9
kasar harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
terik matahari atau hujan.
3) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih adri 1 % (terhadap
berat kering) dan tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak
beton. Yang dimaksud dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 1 % maka
agregat kasar ahrus dicuci.
4) Kekerasan adri butir-butir agregat kasar dapat diperiksa dengan bejana
penguji dari Rudeloff dengan beban penguji 20 ton, dengan mana harus
dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
 Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 – 19 mm lebih dari 24
% berat.
 Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19 – 30 mm lebih dari 22
% berat.
Kekeran dapat diketahui dengan mesin pengaus LOS ANGELES (“Los
Angeles Machine”) dimana tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari
50 %.
5) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya
dan apabila diayak dengan susunan ayakan : 31,5 mm – 16 mm – 8 mm –
4 mm – 2 mm – 1 mm – 0,5 mm – 0,25 mm (ayakan ISO).
Harus memenuhi syarat ;
 Sisa diatas ayakan 31,5 mm = 0 %
 Sisa di atas ayakan 4 mm = 90 – 98 %
 Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas 2 ayakan yang berurutan
adalah maksimum 60 %, minimum 10 %.
6) Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih besar dari 1/5 jarak
terkecil bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 tebal pelat atau ¾ dari
jarak bersih minimum diantara tulangan-tulangan.

Pengujian agregat kasar meliputi :


a) Gradasi (“sieve analysis”).
b) Spesific gravity dan penyerapan air.
c) Daya tahan terhadap pembubukan (“los angeles machineí”).
d) Berat isi agregat kasar.

a) Gradasi.
a.1) Tujuan pengujian.
Untuk mengetahui gradasi kasar dan modulus kehalusan .

a.2) Alat-alat yang diperlukan.

10
1. 1 set ayakan terdiri atas :
38,1 mm (1 ½ in), 25 mm ( 1 in), 19 mm (3/4 in), 12,5 mm (1/2 in),
9,5 mm (3/8 in), 4,75 mm (no. 4), 2,36 mm (no. 8), pan.
2. Mesin pengayak.
3. Timbangan kapasitas 10 kg, ketelitian 1 gram.

a.3) Prosedur pengujian.


Prosedur pengujian sama seperti gradasi pasir.

b) Spesific gravity (berat jenis) dan penyerapan air.


ASTM C127 – 77
b.1) Tujuan pengujian.
Menentukan berat jenis kasar dan penyerapan air.

b.2) Alat-alat yang diperlukan.


1. Timbangan kapsitas 10 kg, ketelitian 10 gram.
2. Keranjang kawat dari tembaga. Kapasitas 4 liter – 7 liter. Untuk
ukuran maksimum agregat kasar 38,1 mm.

b.3) Prosedur pengujian.


1. Contoh agregat kasar diayak melalui ayakan no. 4 (4,75 mm).
Butir-butir yang melewati ayakan tersebut dibuang.
2. Dengan cara “quartering” diambil contoh kira-kira 6 kg.
3. Masukan kedalam oven pengering pada temperatur 100ºC.
4. Keesokan harinya dikeluarkan dari oven, didinginkan lalu
direndam dalam air selama 24 jam.
5. Keesokan harinya contoh tersebut dikeluarkan dari dalam air,
lalu diangin-anginkan sebentar, dilap sampai contoh tersebut
mencapai keadaan SSD (pada permukaan agregat tidak ada
lapisan air yang menempel,hanya agak lembab – keadaan SSD).
6. Contoh ditimbang beratnya = B.
7. Setelah itu contoh dimasukan kedalam ember kawat, lalu
ditimbang dalam air. Berat agregat dalam air = C.
8. Contoh dikeringkan dalam oven pengering pada temperatur
100ºC lalu didinginkan dan diitimbang beratnya = A.

b.4) Rumus perhitungan.


𝐴
1. Bulk Spesific Gravity = 𝐵−𝐶
𝐵
2. Bulk Spesific Gravity (SSD) = 𝐵−𝐶

11
𝐴
3. Apparent Spesific Gravity = 𝐴−𝐶
𝐵−𝐴
4. % Absorption = x 100 %
𝐴

c) Daya tahan terhadap pembubukan (ASTM C131 – 76).


Menggunakan “Los angeles machine”.
c.1) Tujuan pengujian.
Untuk menentukan % pembubukan yang terjadi terhadap agregat
kasar dengan diameter kurang dari 37,5 mm.

c.2 Alat-alat yang diperlukan.


1. Los Angeles Machine, berupa silinder baja (berongga) yang
tertutup atas dan bawahnya. Diameter dalam 711 ± 5 mm,
panjang bersih 508 ± 5 mm. Berputar pada sumbu horizontal.
2. Bola-bola baja diameter 46,8 mm berat 390-445 gram,
jumlahnya 12 buah.

c.3 Prosedur pengujian.


1. Dilakukan pengayakan agregat kasar dengan susunan ayakan 37,5
mm, 25 mm, 19 mm, 12,5 mm, 9,5 mm.
2. Diambil contoh agregat pada ayakan :
 25 mm sebanyak 1250 gram
 19 mm sebanyak 1250 gram
Total 5000 gram
 12,5 mm sebanyak 1250 gram
 9,5 mm sebanyak 1250 gram
3. Contoh dicampur menjadi satu, lalu dimasukan kedalam mesin
los angeles machine berikut 12 bola baja, diputar dengan
kecepatan 3000 rpm, sebanyak 500 putaran.
4. Setelah 100 putaran, contoh dikeluarkan dari mesin diayak
dengan ayakan no. 12 (1,7 mm).
5. Bagian yang lebih besar dari ayakan 1,7 mm dimasukan lagi
kedalam mesin, lalu diputar 400 putaran lagi.
6. Setelah 500 putaran, contoh dikeluarkan dan diayak lagi dengan
ayakan no. 12. Bagian yang lebih besar dari no. 12 ditimbang.

c.4) Rumus perhitungan.


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑎𝑢𝑠𝑎𝑛 = x 100 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙

d) Berat isi agregat kasar (”unit weight”).


d.1) Tujuan pengujian.

12
Untuk menentukan berat isi agregta kasar.

d.2) Alat yang diperlukan.


Cetakan berbentuk silinder kosong kapasitas 1 liter.

d.3) Prosedur pengujian.


Prosedur pengujian sama seperti pengujian berat isi pasir.

d. Air.
Menurut PBI 1971 syarat-syarat air untuk beton adalah :
1. Air tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan
organis atau bahan-bahan yang lain yang dapat merusak beton atau baja
tulangan.
2. Apabila ada keraguan tentang air, dianjurkan membawa contoh air tersebut
ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan, untuk diuji.
3. Apabila pemeriksaan ke lembaga tersebut tidak dapat dilakukan, maka air
dapat dipakai asalkan :
 Campuran semen + air yang memakai air tersebut harus
mempunyai kekuatan tekan paling sedikit 90 % dari kekuatan
tekan semen + air yang memakai air suling pada aumur 7 hari dan
28 hari.

e. Bahan-bahan kimia tambahan (“admixture”).


Menurut ASTM C 494-79, “admixture” dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Type A yaitu “water reduring admixture”
Berfungsi untuk mengurangi pemakaian air pada beton.
2. Type B yaitu “Retarding admixture”.
Berfungsi untuk memperpanjang waktu pengikatan awal beton.
3. Type C yaitu “Accelarating admixture”.
Berfungsi untuk mempercepat waktu pengikatan awal beton.
4. Type D yaitu “Water reducing + retarding admixture”.
Berfungsi untuk mengurangi pemkaian air dan sekaligus untuk
memperlambat waktu pengikatan awal beton.
5. Type D yaitu “Water reducing + accelerating admixture”.
Berfungsi untuk mengurangi pemakaian air sekaligus untuk mempercepat
waktu pengikatan awal beton.

Bahan-bahan kimia yang beredar di Indonesia antara lain :


Pozzolith, Tricosal, Sikament, Cormix, Mighty, Daratard, dan lain-lain yang
merupakan type A s/d type E.

13
2.2.3 Kelas dan Mutu Beton.
Menurut PBI 1971, beton dibagi kedalam kelas dan mutu sebagai berikut :
Kelas mutu σ’bk σ ‘bm Tujuan Pengawasan Pengawasan
beton (kg/cm²) dgn dipakainya terhadap terhadap
s = 46 cm² beton mutu kekuatan
kg/cm² agregat tekan
I Bo - - Non Ringan Tanpa
strukturil
II B1 - - Strukturil Sedang Tanpa
K125 125 200 Strukturil Ketat Kontinue
K175 175 250 Strukturil Ketat Kontinue
K225 225 300 Strukturil Ketat Kontinue
III K> >225 >300 Strukturil Ketat Kontinue
225
Penjelasan tabel .
1. Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan non strukturil (bukan untuk
bangunan gedung dan jembatan).
2. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan strukturil secara umum.
3. Beton kelas III memerlukan keahlian khusus. Pengawasan terhadap
agregat harus mencakup keseluruhan syarat-syarat pasir dan agregat kasar
yang baik.

2.2.4 Pengertian Kekuatan Tekan Karakteristik (notasi σ ‘bk).


Adalah kekuatan tekan dimana dari sejumlah besar hasil-hasil pemeriksaan
benda uji (kubus, silinder), kemungkinan adanya kekuatan tekan yang kurang
daripada itu terbatas sampai 5 % saja.
Beton K175 maksudnya beton dengan tegangan beton karakteristik = 175 kg/cm²
(pada umur 28 hari).

2.2.5 Pengertian σ ‘bm.


Adalah kekuatan tekan beton rata-rata dari sejumlah benda uji.
∑𝑛1 σ ′b
σ ′bm =
𝑛
σ ‘b = tegangan tekan benda uji.
n = jumlah benda uji.

2.2.6 Deviasi standard (“standard deviation”), notasi = S.


Apabila sejumlah benda uji diperiksa kekuatan tekannya, maka hasilnya
akan menyebar sekitar suatu nilai rata-rata tertentu. Penyebaran ini tergantung

14
pada tingkat kesempurnaan dari pelaksanaannya. Ukuran dari besar kecilnya
penyebaran, disebut deviasi standar (S).

𝑛
∑1 (𝜎 ′𝑏 − 𝜎 ′𝑏 𝑚)2
S=√
𝑛−1

Tabel besar kecilnya (batasan-batasan) deviasi standar.

Volume pekerjaan Deviasi standar (S) kg/cm²


Keterangan Jumlah beton Baik sekali baik Dapat
(m²) diterima
Kecil <1000 45<S≤55 55<S≤65 65<S≤85
Sedang 1000-3000 35<S≤45 45<S≤55 55<S≤75
Besar >3000 25<S≤35 35<S≤45 45<S≤65

2.2.7 Workability.
Apakah adukan beton tersebut “workable” (dapat dikompaksi) atau tidak
tergantung pada banyak faktor antara lain :
1. Jumlah air di dalam adukan W/C (water cement rasio).
2. Perbandingan jumlah agregat (pasir + agregat kasar) terhadap semen
(perbandingan dalam berat.
3. Ukuran maksimum agregat kasar.
4. Gradasi, bentuk agregat kasar.
Semakin tinggi harga W/C maka untuk mendapatkan adukan beton yang
“workable”, memerlukan gradasi yang lebih halus.

Perkiraan jumlah air yang diperlukan untuk harga slump yang berbeda-beda dan
ukuran maksimum agregat .
Ukuran agregat Jumlah air (kg) yang diperlukan untuk 1 m³ beton
maksimum Slump 25-50 Slump 75-100 Slump 150-175 mm
(mm) mm mm
koral Split Koral Split Koral Split
9,5 mm 190 210 200 225 230 255
19 mm 170 195 190 210 210 225
38,1 mm 160 170 170 190 190 210
50,8 mm 150 165 165 180 180 195
76,2 mm 135 155 155 165 160 185
Diambil dari “properties of concrete” vy AM Neville

Pengukuran “workability” dari adukan beton.


1. Slump test.

15
2. Compacting factor test.
3. Flow test.
4. Kelly Ball test.
5. Vee bee consistometer test.
Pada point ini hanya dijelaskan slump test saja.
1. Slump test.
Tujuan pengujian.
Untuk mengetahui konsistensi (kekentalan adukan beton). Dapat dipakai
di laboratorium beton atau di lapangan.

Alat-alat yang diperlukan.


a. Kerucut Abrams berbentuk kerucut terpancung
Diameter bawah = 203 mm (8 in)
Diameter atas = 102 mm (4 in)
Tinggi = 305 mm (12 in)
Tebal kerucut tersebut minimal 1,6 mm.
b. Pelat baja ukuran 50 cm x 50 cm untuk alas tempat kerucut berdiri.
Dapat juga diapai lantai kerja yang rata sebagai alas tempat kerucut
berdiri.
c. Batang baja diameter 16 mm panjang 600 mm, salah satu ujungnya
dibulatkan.
d. Sekop kecil.

Prosedur pengujian.
1) Adukan beton dimasukan kedalam kerucut Abrams mula-mula
sebanyak 1/3 tinggi kerucut. Lalu ditusuk-tusuk dengan batang baja Ɵ
16 mm (ujung bulat berada dibawah,batang harus pada posisi vertikal).
Sebanyak 25 kali pada tempat berlainan.
2) Tambahkan lagi 1/3 tinggi kerucut berikutnya lalu ulangi langkah ke 1.
3) Tambahkan lagi 1/3 tinggi kerucut terakhir, lakukan seperti langkah 1,
lalu permukaan atas diratakan dengan bibir atas kerucut. Untuk point
1) s/d 3), pada saat pengisian kedua kaki menginjak kerucut bagian
bawah, badan membungkuk.
4) Selubung kerucut diangkat keatas (pada saat itu posisi kaki
dipindahkan, tidak menginjak lagi kaki kerucut), aduakn beton akan
turun. Besarnya penurunan ini diukur dengan alat ukur tinggi slump.
Turunnya puncak kerucut adukan beton disebut slump.

2.2.8 Rancangan Campuran Beton (“Concrete Mix Design”).

16
Tujuan menentukan/mempelajari sifat-sifat material (bahan baku) untuk
adukan beton adalah agar benar-benar dapat merencanakan campuran beton yang
memenuhi syarat. Untuk merencanakan campuran beton, ada 4 faktor yang harus
dipertahankan yaitu :
1. Water cement ratio (W/C).
Yaitu jumlah air (kg) yang diapai dalam aduakn berbanding dengan
jumalah semen (kg) yang diapakai.
2. Cement-agregat ratio.
Perbandingan jumlah pemakaian semen dan agregat (pasir + agregat).
3. Gradasi dari agregat.
4. Konsistensi adukan
Berguna agar penempatan adukan beton lebih mudah.

Beberapa metode “mix design”.


1. Maximum Density Method
2. Fineness Modulus Method
3. ACI (American Method Institute) method
4. Grading Curve Method
5. Hight Strength Concrete Mix Design
6. Current British Method

Pada bagian ini hanya diberikan penjelasan rancanngan campuran beton dengan
menggunakan metode ACI.
1. Data pengujian material yang diperlukan.
Agregat kasar:
 Berat jenis SSD
 Berat isi (unit weight)
 Penyerapan air
 Gradasi
 Modulus kehalusan
 Kadar air dalam split
Agregat halus.
 Berat jenis (SSD)
 Penyerapan air
 Berat isi
 Gradasi
 Modulus kehalusan
 Kadar air dalam pasir

Semen.

17
 Berat jenis

2. Data-data lain
Mutu beton (umur 28 hari) yang diminta k175
Standar deviasi bisa diambil 50 kg/cm²
Slump yang dikendaki antara

3. Langkah perhitungan
a. Berdasarkan ukuran maksimum agregat (batu pecah/split) dan slump
yang diminta, dapat ditentukan perkiraan air yang digunakan.
Tabel dibawah ini diambil dari tabel 10.16 buku referensi “properties
of concrete” by AM Neville.
Ukuran Jumlah air yang % udara dalam Jumlah air
maksimum diperlukan beton yang
agregat (mm) (tidak ada udara diperlukan
dalam beton) (ada udara
kg/m³ dalam beton)
kg/m³
10 225 3 200
12,5 215 2,5 190
20 200 2 180
25 195 2,5 175
40 175 1 160
50 170 0,5 155
70 160 0,3 150
150 140 0,2 135
Keterangan tabel :
 Jumlah air yang diperlukan untuk agregat yang ukurannya lebih
besar dari 40 mm, tidak diberikan untuk aduakn dengan slump
kurang dari 30 mm.
 Tabel ini berlaku untuk keadaan konsistensi adukan beton yang
plastis (slump antara 80 mm – 130 mm).

Tabel air yang diperlukan untuk berbagai keadaan konsistensi


adukan beton

18
Keterangan Konsistensi Air yang
Slump Vebe Faktor diperlukan
(mm) (detik) kompaksi (%)

Sangat kering - 32-18 - 78


Sangat kering - 18-10 0,70 83
Keras 0-30 10-5 0,75 88
Agak plastis 30-80 5-3 0,85 92
Plastis 80-130 3-0 0,91 100
Encer 130-180 - 0,95 106

4. Menentukan harga W/C dari tabel sebagai berikut :


Hubungan W/C dan kekuatan tekan hancur beton menurut ACI standard
211.3-75
Kekuatan tekan pada umur 28 hari Water/cement ratio
Satuan Mpa Satuan kg/cm² Untuk beton Untuk beton
yang tidak ada yang ada udara
udara didalamnya
didalamnya
48 487,0 0,33 -
41 415,9 0,41 0,32
34 344,9 0,48 0,40
28 284,1 0,57 0,48
21 213,0 0,68 0,59
14 142,0 0,83 0,74
Catatan : 1 Mpa = 10,145 kg/cm²
 Harga kekuatan diatas adalah untuk silinder ukuran 15 x 30 cm.
Jadi jika contohnya adalah kubus 15x15x15 maka harus dibagi
0,83.
 Tabel diatas hanya untuk ukuran maksimum agregat adalah 25 mm
(20 mm - 25 mm).
5. Menentukan volume total agregat kasar untuk 1 satuan volume beton.
Diambil dari tabel 10.17 “properties of concrete” by AM Neville.

Volume total agregat kasar per satuan volume beton


Ukuran maksimum Volume total agregat kasar per satuan volume untuk
agregat kasar (mm) harga finennes modulus pasir
2,40 2,60 2,80 3,00
10 0,50 0,48 0,46 0,44
12,5 0,59 0,57 0,55 0,53
20 0,66 0,64 0,62 0,60
25 0,71 0,69 0,67 0,65
40 0,75 0,73 0,71 0,69
50 0,78 0,76 0,74 0,72

19
70 0,82 0,80 0,78 0,76
150 0,87 0,85 0,83 0,81
Catatan : harga diatas akan menghasilkan adukan beton yang “workabel”.
Untuk adukan yang kurang “workabel” misalanya untuk konstruksi jalan,
harga-harga diatas dinaikan 10 %. Untuk adukan yang lebih “workabel”
misalnya adukan yang dipompakan, harga diatas dikurangi 10 %.
Perhitungan :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑓𝑖𝑛𝑒𝑛𝑛𝑒𝑠 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑠𝑖

6. Menentukan jumlah pasir dalam adukan.


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 = = 𝐴 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝑎𝑖𝑟 = 𝐵 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
𝑠𝑝𝑙𝑖𝑡 = = 𝐶 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
= D Liter
Jadi volume pasir = 1000 liter – D
Berat pasir = volume pasir x BJ pasir

7. Perencanaan mix design.


Untuk 1 m³ beton (material dalam keadaan SSD)
Semen = kg
Pasir = kg
Split
Air

20
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen dimana untuk
mendapatkan data-data dan hasil penelitian dengan cara pengujian dan
penelitian di laboratorium.

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian direncanakan di laboratorium Teknik Sipil struktur dan
bahan.

3.3 Tahapan Penelitian


Didalam melakukan peneltian terdapat beberapa tahap, tahapan tersebut dapat
disusun berdasarkan diagram flowchart :

21
iMulai

Studi pustaka

Pengambilan sampel agregat


dan pasir

Penyelidikan sifat-sifat agregat dan pasir

Perencanaan concrete mix design

Pengambilan benda uji beton

Pemeliharaan benda uji beton

Pengujian kuat tekan beton

Analisis data dan hasil iSelesai

Gambar. Bagan alir penelitian

22
BAB IV
LAPORAN PENELITIAN

4.1 Laporan Penelitian


1. Data penyelidikan sifat-sifat agregat.
2. Data penyelidikan sifat masing-masing jenis pasir.
3. Data concrete mix design.
4. Data pengujian kuat tekan beton.
5. Data perbandingan kuat tekan beton dengan jenis pasir yang berbeda.

23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab
sebelumnya serta analisis data, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbandingan kualitas pasir dari daerah-daerah tertentu serta
penggunaan komposisinya yang nantinya diharapkan untuk menjadikan mutu
beton sesuai dengan syarat-syarat yang ada dan bisa dijadikan acuan dalam sebuah
pekerjaan konstruksi.

5.2 Saran
Dalam penulisan usulan peneltian ini diharapkan penulis dan pembaca bisa
mengembangkan penelitian-penelitian tentang beton dimasa yang akan datang.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Theodosius, Gunawan dan Margaret Saleh. (1987). 2002: Teori soal dan
penyelesaian konstruksi beton 1 jilid 1. Jakarta: Delta Teknik Grup
2. Badan Standarisasi Nasional. 2011: Cara Uji Kuat Tekan Beton Dengan
Benda Uji Silinder. Jakarta: BSN

25

Anda mungkin juga menyukai