Anda di halaman 1dari 27

TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS JAMBI

TEKNOLOGI
BAHAN
PERENCANAAN CAMPURAN BETON
KATA PENGANTAR

Pertama tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan
YME atas berkat rahmat-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan buku
panduan ini. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku panduan ini.
Melalui buku panduan ini kami berharap dapat membantu pembaca dalam
upaya untuk meningkatkan pengetahuan terkait subjek yang dibahas.
Kami menyadari bahwa buku panduan ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca untuk
menyempurnakan isi buku panduan ini.
Semoga buku panduan ini dapat berguna dan bermanfaat di kemudian hari
bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................1

BAB II DASAR TEORI


2.1 Pengertian Beton..........................................................................................2
2.2 Unsur Bahan Penyusun Beton......................................................................3
2.3 Perhitungan Properties Agregat...................................................................7
2.4 Perencanaan Campuran Beton sesuai SNI 7657-2012.................................9

BAB III DATA TEKNIS PERENCANAAN


3.1 Data Agregat..............................................................................................14
3.2 Soal.............................................................................................................18

BAB IV PELAKSANAAN TUGAS


4.1 Ketentuan Pelaksanaan...............................................................................19
4.2 Ketentuan Penulisan...................................................................................22
4.3 Pengumpulan..............................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada abad ke-21 ini, manusia tidak pernah jauh dari penggunaan bangunan
yang terbuat dari beton. Beton adalah material konstruksi yang pada saat ini sudah
sangat umum digunakan. Pentingnya peranan konstruksi beton menuntut suatu
kualitas beton yang memadai. Penelitian-penelitian telah banyak dilakukan untuk
memperoleh suatu penemuan alternatif penggunaan konstruksi beton dalam
berbagai bidang secara tepat dan efisien, sehingga akan diperoleh mutu beton
yang lebih baik.
Beton adalah material komposit yang rumit. Beton dapat dibuat dengan
mudah bahkan oleh mereka yang tidak punya pengertian sama sekali tentang
teknologi beton, tetapi pengertian yang salah dari kesederhanaan ini sering
menyebabkan reputasi jelek dari beton sebagai materi bangunan. Sebagai material
komposit, keberhasilan penggunaan beton bergantung pada perencanaan dan
pelaksanaan yang baik. Masalah yang sering dihadapi dalam pembuatan beton
adalah bagaimana cara merencanakan takaran dari bahan-bahan pembentuk beton
(job mix design) agar mendapatkan nilai kuat tekan beton yang diinginkan. Maka
dari itu perlu dilakukan percobaan-percobaan agar mendapatkan takaran yang
tepat agar beton yang dibuat mencapai nilai kuat tekan sesuai dengan yang
diinginkan.
Sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa teknik sipil
Universitas Jambi, pada matakuliah Teknologi Bahan mahasiswa akan diberikan
sebuah tugas besar. Tugas besar ini berupa perencanaan campuran beton (mix
design) berdasarkan data yang telah diberikan yang bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman mahasiswa terkait tata cara perhitungan sebuah komposisi beton.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan tugas besar Teknologi Bahan adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui tata cara pengolahan data pengujian agregat.
2. Mampu merencanakan job mix design beton untuk mendapatkan nilai kuat
tekan yang direncanakan.
1
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Beton


Menurut SNI 2847-2019, beton merupakan campuran semen portland atau
semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa
bahan campuran tambahan (admixture). Campuran beton terdiri dari agregat halus
dan agregat kasar yang dicampur dengan air dan semen yang nantinya akan
mengikat komponen penyusun beton sehingga didapatkan adonan beton yang
akan dibuat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas beton terdiri dari kualitas
bahan penyusun, gradasi agregat, ukuran maksimum agregat, nilai faktor air-
semen, cara pengerjaan beton meliputi pencampuran, pengangkutan, pemadatan
dan perawatan, serta umur beton. Hasil perancangan beton (mix design) sangat
penting untuk melihat berapa komposisi campuran beton, dan mendapatkan nilai
kekuatan dari struktur yang telah direncanakan serta dapat memenuhi aspek
ekonomis.
Beton terdiri dari beberapa jenis, beberapa jenis beton diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Beton bertulang, yaitu beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan
yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau tanpa
prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material
bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.
2. Beton normal, merupakan beton yang mempunyai berat satuan 2.200 kg/m 3
sampai 2.500 kg/m3 dan dibuat menggunakan agregat alam yang dipecah atau
tanpa dipecah. Beton jenis ini paling banyak digunakan dalam pelaksanaan
proyek konstruksi dikarenakan proses pembuatannya (mix design) yang relatif
mudah untuk dikerjakan.
3. Beton pracetak, yaitu beton elemen atau komponen beton tanpa tulangan
yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan. Beton ini
sengaja dibuat ditempat lain yang lebih praktis, mutunya terjaga dengan baik,
serta tidak mengotori lokasi kerja.

2
4. Beton prategang, merupakan beton bertulang yang telah diberikan tekanan
tekan dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat
beban kerja.
5. Beton ringan, yaitu beton yang mengandung agregat ringan dan mempunyai
berat satuan tidak lebih dari 1.900 kg/m3. Beton ringan juga ada beberapa
jenis, yaitu beton ringan pasir, yang merupakan beton ringan yang semua
agregat halusnya adalah pasir berat normal dan beton ringan total yaitu beton
ringan yang agregat halusnya bukan merupakan pasir alami.

2.2 Unsur Bahan Penyusun Beton


Beton dibentuk dan disusun dari beberapa komponen bahan campuran
yang nantinya akan dicampur menjadi pasta beton. Beton adalah suatu campuran
yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah atau agregat agregat lain yang dicampur
jadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu
massa mirip batuan. Dalam beberapa kasus, pada campuran beton diberikan bahan
tambah (admixtures).

Gambar 2.1 Ilustrasi Bahan Pencampur Beton


1. Semen
Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti bahan perekat.
Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah
berhubungan dengan air. Semen merupakan bahan ikat yang penting dan
banyak digunakan dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil, jika
ditambah air, semen akan menjadi pasta semen, jika ditambah agregat halus,
pasta semen akan menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat
kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan
menjadi beton keras (concrete).

3
2. Agregat
Agregat merupakan bahan pengisi beton. Agregat yang baik adalah agregat
yang dapat bereaksi dengan unsur-unsur semen serta memiliki distribusi
ukuran sedemikian rupa sehingga ukuran rongga-rongga antar agregat terisi
oleh partikel-partikel padat. Berdasarkan ukurannya, agregat terbagi atas
agregat halus dan agregat kasar.
Modulus kehalusan didefinisikan sebagai jumlah persen kumulatif sisa
saringan diatas ayakan dibagi 100. Makin besar nilai modulus kehalusan
menunjukkan bahwa makin besar butir-butir agregat. Nilai modulus
kehalusan sendiri bisa didapatkan dari pengujian analisa saringan di
laboraturium.
a. Agregat kasar
Berdasarkan SNI 1969:2008 agregat kasar yaitu kerikil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm (No.
4) sampai 40 mm (No. 1 1 /2 inci)
Agregat kasar harus memenuhi persyaratan SK SNI S-04-1989-F tentang
Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A, sebagai berikut:
1) Butirannya keras dan tidak berpori, indeks kekerasan < 5%.
2) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Jika diuji dengan
larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum 12%, jika
dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18%.
3) Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06) lebih
dari 1%. 16
4) Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif terhadap alkali.
5) Butiran agregat yang pipih dan panjang tidak boleh lebih dari 20%.
6) Modulus halus butir antara 6 – 7,1 dan dengan variasi butir sesuai
standar gradasi.
7) Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari: 1/5 jarak terkecil
antara bidang-bidang samping cetakan, 1/3 tebal pelat beton, 3/4 jarak
bersih antar tulangan atau berkas tulangan.

4
b. Agregat halus
Berdasarkan SNI 1970:2008, agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil
disintegrasi ‘alami’ batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75 mm (No.4).
Agregat halus yang digunakan sebagai bahan pengisi beton harus
memenuhi persyaratan SK SNI S-04-1989-F diantaranya:
1) Butirannya tajam dan keras, dengan indeksi kekerasan < 2,2.
2) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Jika diuji dengan
larutan Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum 12%, jika
dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18%.
3) Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm)
lebih dari 5%.
4) Tidak mengandung zat organik terlalu banyak, yang dibuktikan dengan
percobaan warna menggunakan larutan NaOH sebanyak 3% yaitu
warna cairan diatas endapan agregat halus tidak boleh gelap daripada
warna standar atau pembanding.
5) Modulus halus butir antara 1,50 – 3,80 dan dengan variasi butir sesuai
standar gradasi.
6) Agregat halus dari laut atau pantai, diperbolehkan tetapi dengan
petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan.

3. Air
Air merupakan salah satu bahan yang diperlukan dalam campuran pembuatan
beton. Perbandingan air terhadap semen biasa disebut dengan Faktor Air
Semen (FAS). Air harus selalu ada dalam campuran beton karena diperlukan
untuk hidrasi semen dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton
(workability). Penggunaan air sangat berpengaruh pada kuat tekan beton.
Penggunaan FAS yang terlalu tinggi mengakibatkan bertambahnya kebutuhan
air sehingga mengakibatkan pada saat kering beton mengandung banyak pori
yang nantinya akan berdampak pada kuat tekan beton yang rendah. Semakin
tinggi mutu beton yang diinginkan, maka semakin rendah nilai FAS yang
digunakan. Untuk menambah daya workability (kelecakan, sifat mudah
dikerjakan) diperlukan nilai FAS yang lebih tinggi.

5
Air sebagai bahan bangunan harus memenuhi persyaratan yang tercantum
dalam SK SNI S-04-1989-F, diantaranya:
a. Air harus bersih.
b. Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda melayang lainnya, yang
dapat dilihat secara visual. Benda-benda tersuspensi ini tidak boleh lebih
dari 2 gram/liter.
c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat dapat
merusak beton (asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 1,5
gram/liter.
d. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter. Khusus untuk
beton prategang kandungan klorida tidak boleh lebih dari 0,05 gram/liter.
e. Tidak mengandung senyawa sulfat (sebagai SO3) lebih dari 1 gram/liter.

4. Bahan Tambah / Admixture


Admixture atau sering disebut orang awam sebagai “obat cor beton”
merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam campuran beton pada
saat atau selama pencampuran beton berlangsung. Admixture terdiri dari dua
jenis bahan tambah yang berupa mineral (additive) dan bahan tambah kimia
(chemical admixture). Bahan tambah admixture ditambahkan pada saat
pengadukan atau pada saat pengecoran. Sedangkan bahan tambah additive
ditambahkan pada saat pengadukan. Bahan tambah admixture biasanya
dimaksudkan untuk mengubah perilaku beton pada saat pelaksanaan atau
untuk meningkatkan kinerja beton pada saat pelaksanaan.
a. Tipe A, Water Reducing Admixture. Bahan tambah yang berfungsi untuk
mengurangi penggunaan air pengaduk untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu.
b. Tipe B, Retarding Admixture. Bahan tambah yang berfungsi untuk
memperlambat proses waktu pengikatan beton. Biasanya digunakan pada
saat kondisi cuaca panas, memperpanjang waktu untuk pemadatan,
pengangkutan dan pengecoran.
c. Tipe C, Accelarating Admixture. Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk
mempercepat proses pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton.
Bahan ini digunakan untuk memperpendek waktu pengikatan semen
sehingga mempecepat pencapaian kekuatan beton.

6
d. Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixture. Jenis bahan tambah
yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi jumlah air pengaduk yang
diperlukan pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan konsistensi
tertentu sekaligus memperlambat proses pengikatan awal dan pengerasan
beton.
e. Tipe E, Water Reducing and Accelarating Admixture. Jenis bahan tambah
yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi jumlah air pengaduk yang
diperlukan pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan konsistensi
tertentu sekaligus mempercepat proses pengikatan awal dan pengerasan
beton.
f. Tipe F, Water Reducing, High Range Admixture. Jenis bahan tambah yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12 % atau lebih.
Dengan menmbahkan bahan ini ke dalam beton, diinginkan untuk
mengurangi jumlah air pengaduk dalam jumlah yang cukup tinggi
sehingga diharapkan kekuatan beton yang dihasilkan tinggi dengan jumlah
air sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan (workability beton) juga
lebih tinggi.
g. Tipe G, Water Reducing, High Range Retarding Admixture. Jenis bahan
tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu,
sebanyak 12 % atau lebih sekaligus menghambat pengikatan dan
pengerasan beton. Bahan ini merupakan gabungan superplasticizer dengan
memperlambat waktu ikat beton. Digunakan apabila pekerjaan sempit
karena keterbatasan sumberdaya dan ruang kerja.

2.3 Perhitungan Properties Agregat


Terdapat beberapa cara perhitungan agregat dari hasil pengujian yang
dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Berat volume agregat


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡
Berat isi agregat = (Kg/m3)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑊𝑎𝑑𝑎ℎ

7
2. Analisis saringan agregat
Jumlah berat tertahan(n) = Jumlah berat tertahan(n-1) + berat tertahan(n)
jumlah berat tertahan
Persentase tertahan = x100%
jumlah

Persentase lolos = 100% − jumlah persentase tertahan

∑jumlah persen kumulatif tertahan diatas No.100


Modulus kehalusan = 100

3. Kadar air

(Berat awal − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔)


Kadar air (%) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 × 100 %
4. Berat jenis agregat
a. Agregat kasar
𝐵𝑗
Berat jenis curah (jenuh kering permukaan) =
(𝐵𝑗−𝐵𝑎 )
𝐵𝑘
Berat jenis curah kering = (𝐵𝑗−𝐵𝑎 )
𝐵𝑘
Berat jenis semu =
(𝐵𝑘−𝐵𝑎 )

Keterangan:
Bk adalah berat benda uji kering oven (gram);
Bj adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram);
Ba adalah berat benda uji dalam air (gram);

b. Agregat halus
BK
Berat jenis jenuh (Bulk) = B+500−Bt
500
Berat jenis kering permukaan (SSD) =
B+500−Bt
BK
Berat jenis kering (Apparent) = B+BK−Bt
500−BK
Penyerapan (absorption) = x100%
BK

Keterangan:
Berat benda uji kering oven (Bk)
Berat piknometer diisi air (B)
Berat piknometer + benda uji + air ( Bt)

8
2.4 Perencanaan Campuran Beton sesuai SNI 7656-2012
Tujuan utama mempelajari sifat-sifat beton adalah untuk perencanaan
campuran (mix design), yaitu pemilihan dari bahan-bahan beton yang memadai,
serta menentukan proporsi masing-masing bahan untuk menghasilkan beton yang
ekonomis dengan kualitas yang baik. Prosedur meliputi tiga tahap. Tahap pertama
adalah mengumpulkan persyaratan penggunaan struktur beton tersebut, kondisi
lingkungan, ukuran penampang, dsb. Dari persyaratan tersebut ditentukan tahap
kedua, ysng merupakan dasar perencanaan campuran, yaitu kuat rencana, slump,
ukuran butir terbesar dan sebagainya. Dari dasar inilah perhitungan dibuat, yaitu
tahap ketiga. Ada banyak metode yang bisa digunakan pada tahap ini.
Terdapat beberapa regulasi yang dapat digunakan untuk merencanakan
komposisi campuran beton, salah satu motede yang digunakan adalah SNI 7656-
2012. Berdasarkan SNI 7656-2012, informasi yang diperlukan mengenai data dari
bahan-bahan yang akan digunakan untuk penentuan proporsi campuran yaitu:
1. Analisa ayak (gradasi) agregat halus dan agregat kasar;
2. Bobot isi agregat;
3. Berat jenis, penyerapan air, dan kadar air agregat;
4. Air pencampur yang dibutuhkan beton berdasarkan pengalaman
dengan menggunakan agregat yang ada;
5. Hubungan antara kekuatan dan rasio air-semen atau rasio air terhadap semen
+ bahan bersifat semen lainnya;
6. Berat jenis semen atau bahan bersifat semen lainnya bila digunakan.
Tahapan perencanaan campuran beton normal berdasarkan SNI 7657-2012
adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan slump
Slump (mm)
Tipe Konstruksi Maksimum Minimum
Pondasi beton bertulang (dinding dan pondasi
75 25
telapak)
Pondasi telapak tanpa tulangan, pondasi tiang
75 25
pancang, dan dinding bawah tanah
Balok dan dinding bertulang 100 25
Kolom bangunan 100 25
Perkerasan dan pelat lantai 75 25
Beton massa 50 25

9
2. Pemilihan ukuran besar butir agregat maksimum
Ukuran nominal agregat maksimum tidak boleh melebihi:
a. 1/5 dari ukuran terkecil dimensi antara dinding-dinding cetakan/bekisting,
b. 1/3 tebalnya pelat lantai,
c. 3⁄4 jarak minimum antar masing-masing batang tulangan, berkas-berkas
tulangan, atau tendon tulangan pra-tegang (pretensioning strands).
Jika memiliki data hasil analisis saringan agregat, nominal agregat
maksimum dapat dilihat pada data tersebut.
3. Perkiraan air pencampur dan kandungan udara
Air (kg/m3) untuk ukuran nominal agregat maksimum batu pecah
9,50 12,7 19 25 37,5 50 75 150
Slump (mm) mm mm mm mm mm mm mm mm
Beton tanpa tambahan udara
25 – 50 207 199 190 179 166 154 130 113
75 – 100 228 216 205 193 181 169 145 124
150 – 175 243 228 216 202 190 178 160 -
>175 - - - - - - - -
Banyaknya
udara dalam 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0,3 0,2
beton (%)
Beton dengan tambahan udara
25 – 50 181 175 168 160 150 142 122 107
75 – 100 202 193 184 175 165 157 133 119
150 – 175 216 205 197 184 174 166 154 -
>175 - - - - - - - -

Jumlah kadar udara yang


disarankan untuk tingkat
pemaparan sebagai berikut

Ringan (%) 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0
Sedang (%) 6,0 5,5 5,0 4,5 4,5 4,0 3,5 3,0
Berat (%) 7,5 7,0 6,0 6,0 5,5 5,0 4,5 4,0

4. Pemilihan rasio-air semen


Rasio air-semen (berat)
Kekuatan beton umur 28 hari
Beton tanpa tambahan Beton dengan
(MPa)
udara tambahan udara
40 0,42 -
35 0,47 0,39
30 0,54 0,45
25 0,61 0,52
20 0,69 0,6
15 0,79 0,7

10
Untuk tingkat pemaparan yang sangat buruk, w/c atau w/(c+p) harus
dipertahankan tetap rendah sekalipun persyaratan kekuatan mungkin dicapai
dengan nilai lebih tinggi. Batasan-batasan nilainya adalah sebagai berikut:
Struktur selalu/seringkali
Struktur yang
basah dan terpapar
Tipe Struktur dipengaruhi air laut
pembekuan serta
atau sulfat
pencarian
Bagian tipis (pegangan
tangga,
gili-gili, sills, talang,
ornamental
work) dan bagian selimut
beton
kurang dari 25 mm.
0,45
Struktur lain
0,50 0,40

0,45

5. Perhitungan kadar semen


Kebutuhan semen adalah sama dengan perkiraan kadar air pencampur
(langkah 3) dibagi rasio air-semen (langkah 4).
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ 3 (𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟)
Kadar semen = 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ 4 (𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑎𝑖𝑟−𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛)

6. Perkiraan kadar agregat kasar

Ukuran nominal agregat Modulus kehalusan agregat halus


maksimum (mm) 2,40 2,60 2,80 3,00
9,5 0,50 0,48 0,46 0,44
12,5 0,59 0,57 0,55 0,53
19,0 0,66 0,64 0,62 0,60
25,0 0,71 0,69 0,67 0,65
37,5 0,75 0,73 0,71 0,69
50,0 0,78 0,76 0,74 0,72
75,0 0,82 0,80 0,78 0,76
150,0 0,87 0,85 0,83 0,81

Berat agregat kasar = Kadar agregat kasar x berat volume kering agregat kasar

11
7. Perkiraan kadar agregat halus
Dengan sudah diketahuinya jumlah air, semen dan agregat kasar, maka
bahan lain yang akan digunakan untuk membuat 1 m3 beton adalah agregat
halus dan udara yang akan terperangkap.
Perkiraan awal berat beton (kg/m3)
Ukuran nominal agregat
Beton tanpa tambahan Beton dengan
maksimum (mm)
udara tambahan udara
9,5 2280 2200
12,5 2310 2230
19 2345 2275
25 2380 2290
37,5 2410 2320
50 2445 2345
75 2490 2405
150 2530 2435

Pencarian kadar agregat halus dapat dilakukan dengan menggunakan cara


berikut:
a. Berdasarkan massa
1) Berat material lainnya = Air (langkah 3)
= Semen (langkah 4)
= Agregat kasar (langkah 6 ) +

2) Berat agregat halus = Berat awal beton – berat material lainnya

b. Berdasarkan volume absolut


𝐿𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ 3
1) Volume air =
1000
𝐿𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ 5
2) Volume semen =
𝐵𝐽 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑥 1000
𝐿𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ 6
3) Volume agregat kasar =
𝐵𝐽 𝑆𝑆𝐷 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑥 1000

4) Volume udara terperangkap = persen kadar udara x 1


5) Jumlah volume selain agregat halus = (1) + (2) + (3) + (4)
6) Volume agregat halus dibutuhkan = 1 – (5)
7) Berat agregat halus kering = (6) x BJ SSD AH x 1000

12
8. Penyesuaian terhadap kelembaban agregat
Jumlah agregat yang harus ditimbang untuk beton harus memperhitungkan
banyaknya kandungan air yang terserap dalam agregat. Umumnya, agregat
ada dalam keadaan lembab, sehingga berat keringnya harus ditambah
sebanyak persentase air yang dikandungnya baik yang terserap maupun yang
ada dipermukaan. Banyaknya air pencampuran yang harus ditambahkan ke
dalam campuran haruslah dikurangi sebanyak air bebas yang didapat dari
agregat, yaitu jumlah air dikurangi air terserap.

Penyesuaian massa agregat


Kadar air agregat kasar = a
Kadar air agregat halus = b

Agregat kasar (basah) = Hasil langkah 6 (1+a) =


Agregat halus (basah) = Hasil langkah 7 (1+b) =

Penyesuaian air

Air permukaan agregat kasar = Penyerapan AK – (a) =x


Air permukaan agregat halus = Penyerapan AH – (b) =y

Hasil langkah 3 – (Hasil langkah 6 (x)) – (Hasil


Berat air disesuaikan =
langkah 7 (y))

9. Perkiraan berat campuran untuk satu m3

beton Air (yang disesuaikan) =


Semen =
Agregat kasar (basah) =
Agregat halus (basah) =

13
BAB III
DATA TEKNIS PERENCANAAN

3.1 Data Agregat


Data agregat dalam tugas perencaan campuran beton ini terdiri dari dua
sampel agregat, yaitu sebagai berikut:
1. Data I
a) Pengujian berat isi agregat

Hasil pengujian berat isi agregat kasar dan halus metode lepas
Agregat Halus Agregat Kasar
Berat Isi Lepas Satuan I II I II
Berat Contoh +
Kg 6,655 6,614 20,845 20,673
Tempat
Berat Tempat Kg 2,817 2,817 5,995 5,995
Berat Contoh Kg
Volume Tempat m3 0,003092 0,003092 0,01045 0,01045
Berat Isi Contoh Kg/m3
Rata-Rata Berat Isi Kg/m3

Hasil pengujian berat isi agregat kasar dan halus metode padat
Agregat Halus Agregat Kasar
Berat Isi Padat Satuan I II I II
Berat Contoh +
Kg 7,065 7,334 21,565 21,393
Tempat
Berat Tempat Kg 2,817 2,817 5,995 5,995
Berat Contoh Kg
Volume Tempat m3 0,003092 0,003092 0,01045 0,01045
Berat Isi Contoh Kg/m3
Rata-Rata Berat Isi Kg/m3

b) Analisis saringan
Data analisis saringan agregat kasar
Persentase kumulatif (%)
Berat Tertahan Jumlah berat
Saringan
(gram) tertahan (gram) Tertahan Lolos
11/2” 0
1” 726
3/4" 2141
1/2” 1330
3/8” 353,5
No. 4 122
No. 8 10,3
No. 16 2,2
Pan 315 5000

14
Data analisis saringan agregat halus
Berat Persentase kumulatif (%)
Jumlah berat
Saringan Tertahan
tertahan (gram) Tertahan Lolos
(gram)
No. 4 0
No. 8 163
No.16 121
No.30 195
No. 50 225
No. 100 310
No. 200 32
Pan 54 1100

c) Kadar air
Data kadar air agregat
Agregat Halus Agregat Kasar
Nomor Contoh dan Berat Contoh
(gram) (gram)
Nomor krus yang dipakai I I
Berat contoh basah (W3) 500 3000
Berat air
Berat contoh kering (W5) 462 2965
Persentase kadar air

d) Berat jenis dan penyerapan


Data berat jenis dan penyerapan agregat kasar
Kondisi saat menimbang agregat I II Satuan
Berat agregat kering (Bk) 4671 4740 Gram
Berat agregat kering permukaan (Bj) 4724,1 4806,4 Gram
Berat agregat dalam air (Ba) 2932,9 2981,3 Gram

Data berat jenis dan penyerapan agregat halus


Kondisi saat menimbang Agregat I II Satuan
Berat benda kering permukaan jenuh
500 500 Gram
(SSD)
Berat benda uji kering oven (Bk) 477,1 489,3 Gram
Berat piknometer diisi air (B) 705,8 714,2 Gram
Berat piknometer + benda uji + air (Bt) 1000,7 1023,2 Gram

15
2. Data II
a) Pengujian berat isi agregat

Hasil pengujian berat isi agregat kasar dan halus metode lepas
Agregat Halus Agregat Kasar
Berat Isi Lepas Satuan I II I II
Berat Contoh +
Tempat Kg 6,835 6,812 19,922 20,174
Berat Tempat Kg 2,811 2,811 5,928 5,928
Berat Contoh Kg
Volume Tempat m3 0,003092 0,003092 0,01045 0,01045
Berat Isi Contoh Kg/m3
Rata-Rata Berat Isi Kg/m3

Hasil pengujian berat isi agregat kasar dan halus metode padat
Agregat Halus Agregat Kasar
Berat Isi Padat Satuan I II I II
Berat Contoh +
Tempat Kg 7,06 7,081 21,294 21,600
Berat Tempat Kg 2,811 2,811 5,928 5,928
Berat Contoh Kg
Volume Tempat m3 0,003092 0,003092 0,01045 0,01045
Berat Isi Contoh Kg/m3
Rata-Rata Berat Isi Kg/m3

b) Analisis saringan
Data analisis saringan agregat kasar
Berat Jumlah berat Persentase kumulatif (%)
Saringan Tertahan tertahan
(gram) (gram) Tertahan Lolos
11/2” 0
1” 1442,6
3/4" 2257,8
1/2” 1040,3
3/8” 62,8
No. 4 16,1
No. 8 4,5
No. 16 2,18
Pan 174 5000

16
Data analisis saringan agregat halus
Berat Jumlah berat Persentase kumulatif (%)
Saringan Tertahan tertahan
(gram) (gram) Tertahan Lolos
No. 4 0
No. 8 102
No.16 79
No.30 135
No. 50 423
No. 100 292
No. 200 24,6
Pan 54,4 1100

c) Kadar air
Data kadar air agregat
Agregat Halus Agregat Kasar
Nomor Contoh dan Berat Contoh
(gram) (gram)
Nomor krus yang dipakai I I
Berat contoh basah (W3) 500 3000
Berat air
Berat contoh kering (W5) 465 2921
Persentase kadar air

d) Berat jenis dan penyerapan


Data berat jenis dan penyerapan agregat kasar
Kondisi saat menimbang agregat I II Satuan
Berat agregat kering (Bk) 4501 4593 Gram
Berat agregat kering permukaan (Bj) 4712,1 4619,5 Gram
Berat agregat dalam air (Ba) 2746,8 2858 Gram

Data berat jenis dan penyerapan agregat halus


Kondisi saat menimbang Agregat I II Satuan
Berat benda kering permukaan jenuh
(SSD) 500 500 Gram
Berat benda uji kering oven (Bk) 406,4 479,5 Gram
Berat piknometer diisi air (B) 714,1 713,7 Gram
Berat piknometer + benda uji + air (Bt) 1015,7 1017,2 Gram

17
3.2 Soal
Perhitungan komposisi campuran beton dilakukan berdasarkan
kondisi yang digambarkan pada soal berikut:
1. Dalam sebuah pekerjaankonstruksi gedung, pekerjaan yang sedang
dilaksanakan adalah pekerjaan struktur kolom. Rencanakan komposisi
campuran beton normal yang akan digunakan untuk pengecoran 7,68 m3
pekerjaan kolom!
2. Dalam sebuah pekerjaan pembangunan gedung, dibutuhkan 36 m3 beton
normal untuk melakukan pekerjaan pelat lantai. Tentukan material yang
dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan beton tersebut!
3. Sebuah pekerjaan struktur membutuhkan material beton dengan jumlah 54 m 3
yang akan digunakan dalam pekerjaan pengecoran pilecap. Lokasi
pembangunan tersebut tidak terpapar cuaca yang terlalu buruk. Tentukan
material penyusun beton yang dibutuhkan dalam pekerjaan tersebut!
4. Dinding geser merupakan salah satu elemen struktur yang umunya digunakan
pada konstruksi gedung bertingkat untuk menahan gaya lateral yang terjadi.
Rencanakan komposisi campuran beton normal yang dibutuhkan untuk
melakukan pengecoran sebesar 7,2 m3.

18
BAB IV
PELAKSANAAN TUGAS

4.1 Ketentuan Pelaksanaan


Tugas Teknologi Bahan merupakan tugas yang berupa pengolahan data
agregat dan penentuan komposisi bahan campuran beton. Tugas ini memiliki
ketentuan sebagai berikut:
1. Tugas dikerjakan secara berkelompok seperti yang terlampir pada tabel
dibawah.
2. Setiap kelompok akan mengerjakan soal yang ditentukan pada pembagian
kelompok.
3. Setiap kelompok wajib membuat dan melampirkan daftar pekerjaan yang
dilakukan setiap individu dalam kelompok disertai dengan dokumentasi
pengerjaan.
4. Setiap kelompok dipimpin oleh seorang ketua kelompok. Pemilihan ketua
kelompok dibebaskan kepada masing-masing kelompok.
5. Hasil pengerjaan dituangkan kedalam laporan yang dikerjakan dengan cara
diketik dengan mengikuti ketentuan penyusunan yang diatur pada sub 4.2
Ketentuan Penulisan.
6. Perhitungan yang dilakukan harus mencantumkan setiap satuan yang
digunakan.
7. Setelah penyusunan dilaksanakan, setiap kelompok mahasiswa akan
mempresentasikan hasil perhitungan dan juga disertai oleh teori-teori
pendukung.

19
RUANG KELAS R-001

Data
Kelompok Nama NIM Soal dan Mutu
Agrega
t Beton

Sarah Anissa F1G222025


Taufik Hastrianza F1G222043
Yosia Lumban Toruan F1G222027
Citra Khairatun Nisa F1G222015 Soal 1 (fc'30)
1
I dan Soal 3 (K-
Fenni Indriyana F1G222037
400)
Ancella Br Lubis F1G222049
Wahyu Pratama Bimantoro F1G222057
M. Erizky Rabbani F1G222017
Intan Defli Meilani F1G222013
M. Putra Laksamana F1G222035
Muhammad Taris Kiflan F1G222051
Nugraha Adhalim Putra F1G222023 Soal 3 (K-300)
2
II dan Soal 4
M.Ahlun Naza F1G222011
(fc'35)
Qhaisyabina Sanjaya F1G222061
Fiki Nuraqmal F1G222065
Dinda Widyadhana F1G222005
Riski Amelia F1G222031
Nopaldo F1G222041
Afdel Sulthan Zaky F1G222045
Elysua Fratama Sinaga F1G222047 Soal 2 (fc'25)
3 dan Soal 1 (K-
Romadhan Alfaritsi F1G222019
II 350)

Devina Nurayu Ramadhani F1G222021


Nurul Khairani F1G222033
M.Raffi Prayoga F1G222053
Galih Al Kausar F1G222029
Fadhil Akbar F1G222039
M. Iqbal Septian F1G222055 Soal 4 (fc'30)
dan Soal 2 (K-
Tiara Nanda Rezeki A F1G222009
4
I 300)
Muhammad Baihaqi F1G222059
Muhammad Fajri F1G222001
Filza Paradilla F1G222063
Izs'mi Fakhriyah F1G222003

20
RUANG KELAS R-002

Data
Kelompok Nama NIM Soal dan
Agregat
Mutu Beton

Muhammad Raffi Habibi F1G222056


Ribka Oktaviani Sitompul F1G222030
Elsy Andira Irham F1G222048
Arnol Mitra Marusaha Soal 1 (fc'25)
F1G222032
1 Sihombing I dan Soal 3
Afriyanto F1G222042 (K-450)
Bayu Hermawan F1G222050
Andi Yudha F1G222058
Nabila Athalia Dumasari F1G222018
Rangga Ade Saputra F1G222022
Rivain Manihuruk F1G222054
Marsanda Hijria Siregar F1G222028
Nur Fadilah F1G222064 Soal 2 (fc'20)
2
Ikbal Rama Danil F1G222062 II dan Soal 4
Saprico Dindo F1G222038 (K400)
Chandra Wijaya F1G222044
Wahana Prama H Sianipar F1G222006
Indah Alfania F1G222020
M. Trio Ramadon F1G222060
M. Chandra Pratama F1G222016
Taura Aqila Zahra F1G222052 Soal 2 (K-
3
Reyvaldo Andrian F1G222024 I 250) dan Soal
Saputra
Pohan Suci 4 (fc'30)
Hastati F1G222004
Fadhal Amantaraska F1G222046
Rio Surya Fadillah F1G222008
Alicia Silva Indah Putri Dinata F1G222036
Muhammad Rudi F1G222010
Dedek Hendrawan F1G222026
Nala Faizaturrohmah F1G222040 Soal 1 (K-
4
II 300) dan Soal
Rohman F1G222012
3 (fc'35)
Nisrin Alika F1G222002
Dito Hidayat F1G222034
Ilham Iskandi F1G222014

21
4.2 Ketentuan Penulisan
Format penulisan tugas teknologi bahan mengikuti ketentuan sebagai
berikut:
1. Ketentuan Umum
a. Laporan diketik dengan menggunakan software Microsoft Office Word
dengan versi berapapun.
b. Kertas berukuran A4 dengan margin 4-3-3-3.
c. Font yang digunakan adalah Times New Roman dengan ukuran font 12.
d. Teks rata kanan kiri (justify).
e. Penggunaan kata yang sesuai dengan KBBI.
f. Penggunaan kata asing ditulis menggunakan gaya huruf italic.
g. Pada awal bab, No. halaman berada di tengah bawah, sedangkan halaman
selanjutnya No. halaman ada dikanan bawah.

2. Ketentuan Penomoran
Arifin (2008:27) menyebutkan bahwa penomoran subbab (anak bab) dan
subsubbab (subanak bab) seharusnya maksimal sampai 3 level (misal: 1.1 dan
1.1.1) serta tidak lebih dari 3 level (seperti: 1.1.1.1 atau 1.1.1.1.1). Selain itu,
penulisan nomor tidak perlu diakhiri dengan titik untuk nomor subbab pada
level 2 dan 3.
Urutan penomoran dan inden yang digunakan dalam penulisan tugas
teknologi bahan adalah sebagai berikut:
BAB II
2.1 (level 2)
2.1.1 (level 3)
1.
a.
1)
a)

22
3. Ketentuan Tabel
a. Tabel wajib mencantumkan nomor dan nama tabel beserta sumbernya
(bila diambil dari dokumen lain).
b. Nomor tabel dan keterangan tabel menggunakan font ukuran 11 dan spasi
1 (single). Nomor tabel ditulis dengan gaya bold.
c. Sumber tabel menggunakan tanda kurung dan berukuran font 10.
d. Ukuran spasi tabel adalah single (1) dan ukuran teks didalam tabel adalah
11.
e. Tabel dibuat tanpa garis vertikal.
4. Ketentuan Penulisan Angka
a. Menggunakan koma untuk pemisah desimal dan titik untuk pemisah ribuan.
b. Penggunaan desimal, untuk besaran berat, volume dan lain sejenisnya
menggunakan tiga digit dibelakang koma, sedangkan besaran waktu dan
persentase cukup menggunakan dua digit dibelakang koma.
5. Ketentuan Penulisan Persamaan
Rumus ditulis dengan menggunakan font berukuran 12. Keterangan mengenai
simbol yang digunakan dalam rumus tersebut ditulis dengan font berukuran
10 dengan spasi 1. Rumus harus dibuat secara berurutan disertai nomor
keterangan rumus tersebut. Contoh penulisan rumus:
𝐵𝑗
Berat jenis curah (jenuh kering permukaan) =
(𝐵𝑗−𝐵𝑎 ) (4.1)
𝐵𝑘
Berat jenis curah kering = (𝐵𝑗−𝐵𝑎 )
(4.2)

𝐵𝑘
Berat jenis semu =
(𝐵𝑘−𝐵𝑎 ) (4.3)
Keterangan:
Bk adalah berat benda uji kering oven (gram);
Bj adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram);
Ba adalah berat benda uji dalam air (gram);

23
4.3 Pengumpulan
Pengumpulan tugas teknologi bahan memiliki ketentuan sebagai berikut:
1. Tugas telah tersusun rapi dengan susunan sebagai berikut:
a. Cover
b. Kata Pengantar
c. Daftar Isi
d. Daftar Gambar
e. Daftar Tabel
f. BAB I Pendahuluan
1) Latar Belakang
2) Tujuan
3) Sistematis Penulisan
g. BAB II Tinjauan Pustaka
h. BAB III Hasil dan Pembahasan
1) Pengolahan data properties agregat
2) Perhitungan komposisi campuran beton
i. BAB IV Penutup
j. Daftar Pustaka
k. Lampiran
1) Daftar Kontribusi
2) Dokumentasi
2. Setiap kelompok mempersiapkan bahan berupa PPT untuk mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya disertai dengan teori pendukung.
3. Tugas dijilid dengan rapi sesuai kesepakatan kelas.

24

Anda mungkin juga menyukai