Anda di halaman 1dari 21

AGREGAT

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang " AGREGAT ".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan malalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

2
DAFTAR ISI

JUDUL..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar belakang masalah.................................................................................................4
B. Rumusan masalah..........................................................................................................5
C. Tujuan penelitian...........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................6
1. Pengertian beton.............................................................................................................6
2. Agregat...........................................................................................................................6
3. Agregat kasar.................................................................................................................7
4. Agregat halus.................................................................................................................10
5. Bahan perekat agregat kasar..........................................................................................10
6. Bahan jadi agregat kasar................................................................................................12
7. Ciri ciri penting agregat.................................................................................................13
8. Macam macam agregat kasar.........................................................................................14
BAB III PENUTUP..........................................................................................................19
Kesimpulan........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan industri konstruksi di Indonesia semakin berkembang pesat, baik pada


pembangunan perumahan, gedung-gedung, jembatan, bendungan, jalan raya, pelabuhan, bandara
dan sebagainya. Perkembangan ini diikuti oleh penemuan-penemuan inovasi bahan bangunan.
Untuk mendukung pengembangan teknologi konstruksi yang semakin maju diperlukan
material/bahan bangunan yang bermutu dan berkualitas tinggi. Oleh karena itu, perlu
pengetahuan tentang sifat dan karakteristik dari material/bahan konstruksi. Beton merupakan
campuran dari agregat kasar, agregat halus, air dan semen dengan komposisi pencampuran
tertentu. Salah satu sifat material penyusun beton yang cukup berperan adalah gradasi agregat
kasar dan agregat halus. Kandungan agregat dalam campuran beton memiliki presentasi volume
tertinggi.

Beton yang baik adalah beton yang dapat memenuhi syarat peraturan beton, dan kekuatan
dari beton itu sendiri sangat tergantung dari kualitas bahan-bahan penyusun beton yakni semen,
air dan agregat. Selain itu kekuatan beton juga dipengaruhi oleh efektivitas ikatan antara agregat
dan semen. Untuk memahami dan juga mempelajari seluruh perilaku elemen gabungan
pembentuk beton diperlukan pengetahuan tentang karakteristik masing-masing komponen
pembentuk beton yaitu semen, agregat halus, agregat kasar dan air. Kekuatan beton pada umur
tertentu tergantung pada perbandingan berat air dan berat semen dalam campuran beton. Pada
dasarnya beton mempunyai sifat dasar, yaitu kuat terhadap tegangan tekan dan lemah terhadap
tegangan tarik.

Mulyono (2003) mengemukakan agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat
berupa agregat alam atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat
dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat
halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun
demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu
4,80mm (British Standard) atau 4,75 mm (ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran

4
butirnya lebih besar dari 4,80 mm (4,75 mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil
dari 4,80 mm (4,75mm).

Salah satu sifat material penyusun beton yang cukup berperan adalah agregat kasar sebab
agregat kasar mengisi sebagian besar volume beton. Agregat kasar adalah batuan alam yang
terdiri dari butiran-butiran dalam ukuran tertentu yang jumlahnya terbesar (60% - 70%) dalam
campuran beton.

(Mulyono 2005) Agregat kasar sebagai bagian dari material pembentuk beton memiliki
kualitas yang berbeda-beda. Agregat kasar yang diambil dari suatu tempat akan memiliki kualitas
yang berbeda, hal ini disebabkan salah satunya karena permukaan setiap agregat kasar berbeda
seperti agregat kasar batu pecah dan agregat kasar batu guli berbeda walaupun dari sumber yang
sama. Kualitas agregat kasar yang digunakan untuk campuran beton dapat mempengaruhi kuat
tekan yang dihasilkan oleh beton tersebut. Karakteristik dari masing-masing sumber agregat
kasar memiliki nilai yang berlainan. Hal tersebut dipengaruhi oleh permukaan dan sumber
agregat kasar tersebut. Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa agregat kasar memiliki
peranan yang penting dalam menentukan kualitas beton yang dihasilkan.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penelitian ini, rumusan masalah yang akan dilihat terkait dengan sifat dan karakteristik
campuran beton sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh jumlah kadar semen terhadap jenis agregat kasar dalam campuran beton
2. Jenis agregat kasar apakah yang paling optimum untuk digunakan dalam campuran beto.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui jenis agregat kasar yang paling optimum untuk digunakan dalam campuran beton
2. Mengetahui sifat dan karakteristik campuran beton dari kebutuhan kadar semen pada beton
dengan agregat kasar batu pecah dan agregat kasar batu guli

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Beton

2.1.1 Pengertian Beton


Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain, agregat kasar,
agregat halus, dan air, dengan atau tanpa campuran tambahan yang membentuk massa padat (SK
SNI T-15-1991-03). Sebagai material komposit, sifat beton sangat tergantung pada sifat unsur
masing- masing serta interaksi mereka. Beton yang baik, setiap butir agregat seluruhnya
terbungkus dengan mortar. Demikian pula halnya dengan ruang antar agregat, harus terisi dengan
mortar. Jadi kualitas pasta atau mortar menentukan kualitas beton. Semen adalah unsur kunci
dalam beton, meskipun jumlahnya hanya 7-15% dari campuran.
Sifat masing-masing bahan juga berbeda dalam hal perilaku beton segar maupun pada
saat sudah mengeras, selain faktor biaya yang perlu diperhatikan. Secara volumetric beton diisi
oleh agregat sebanyak 61-76%. Jadi agregat juga mempunyai peran yang sama pentingnya
sebagai material pengisi beton (Nugraha, 2007).

2.2 Agregat
2.1.2 Agregat
Merupakan komponen beton yang paling berperan dalam menentukan besarnya. Agregat untuk
beton adalah butiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dengan ukuran butiran antara
0,063 mm — 150 mm. Agregat menurut asalnya dapat dibagi dua yaitu agregat alami yang
diperoleh dari sungai dan agregat buatan yang diperoleh dari batu pecah. Dalam campuran beton,
agregat merupakan bahan penguat (strengter) dan pengisi (filler), dan menempati 60% — 75%
dari volume total beton. Keutamaan agregat dalam peranannya di dalam beton : • Menghemat
penggunaan semen Portland • Menghasilkan kekuatan besar pada beton • Mengurangi penyusutan
pada pengerasan beton • Dengan gradasi agregat yang baik dapat tercapai beton yang padat

6
2.1.3 Agregat Kasar
Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil sebagai hasil desintegrasi
alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu, dengan
butirannya berukuran antara 4,76 mm — 150 mm. Agregat dapat dibedakan menjadi dua yaitu
agregat kasar batu pecah dan agregat kasar batu guli. 1. Batu pecah adalah salah satu jenis batu
material bangunan yang diperoleh dengan cara membelah atau memecah batu yang berukuran
besar menjadi ukuran kecil-kecil. Batu pecah juga sering disebut dengan nama batu belah, karena
disesuaikan dengan proses mendapatkannya yaitu dengan cara membelah batu.

Secara umum fungsi utama batu pecah adalah sebagai bahan campuran utama untuk
pembuatan beton cor. Selain batu pecah, bahan pembuatan beton cor adalah pasir dan semen.
Proses pembuatan beton cor ini adalah dengan mencampur batu pecah, pasir dan semen dengan
menggunakan air. Setelah tercampur maka adonan ini dicetak sesuai dengan peruntukannya.
Namun demikian setelah melihat jenis ukuran batu pecah, ternyata fungsinya tidak hanya sebagai
bahan campuran beton cor saja tetapi juga berfungsi untuk keperluan yang lain. 2.
Batu guli merupakan agregat yang berbentuk bulat dan memiliki permukaan yang relatif
lebih licin dibandingkan dengan agregat kasar batu pecah karena agregat ini mengalami
pengikisan oleh air. Partikel agregat yang bulat saling bersentuhan dengan luas bidang kontak
kecil sehingga menghasilkan interlocking yang lebih kecil.
Agregat ini juga memiliki daya lekat yang kurang baik terhadap beton karena memiliki
permukaan yang cenderung lebih halus dan licin. Selain itu, rongga yang dihasilkan oleh agregat
ini sangatlah besar karena memiliki bentuk yang relatif bulat dan tidak memiliki sudut seperti
agregat buatan. Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Untuk
menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan seperti yang diinginkan sifat-sifat ini harus
diketahui dan dipelajari agar kita dapat mengambiltindakan yang positif dalam mengatasi
masalah-masalah yang timbul

• Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori. Aggregat kasar
yang butirannya pipih hanya dapat dipakai jika jumlah butir-butir pipihnya tidak melampaui 20%
berat agregat seluruhnya.
• Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dalam berat keringnya.
Bila melampaui harus dicuci.

7
• Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton, seperti zat yang
relatif alkali.
• Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batu pecah.
• Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji Rudeloff dengan beban
uji 20 ton.
• Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga maksimum 5%.
• Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Aggregate antara 6–7,5. Gradasi
(pembagian/distribusi butir, grading)ialah distribusi ukuran butir agregat. Agregat diayak
berurutan menurut ayakan standar, yang disusun mulai dari ayakan terbesar dibagian atas.
Agregat diletakkan di bagian teratas tersebut. Setelah digetarkan cukup lama, berat agregat yang
tertahan pada setiap ayakan dicatat, dihitung persentasenya. Persentase Kumulatif Tertahan dan
Persentase Kumulatif Lolos kemudian dihitung.

Jenis gradasi agregat kasar antara lain:


1. Gradasi Baik Gradasi baik, adalah campuran agregat dengan ukuran butiran yang
terdistribusi merata dalam rentang ukuran butiran. Agregat bergradasi baik disebut juga dengan
agergat bergradasi rapat. Agregat bergardasi baik dapat dikelompokkan menjadi :
a. Agregat bergradasi kasar, adalah agregat bergradasi baik yang didominasi oleh agregat
ukuran butiran kasar
b. Agregat bergradasi halus, adalah agregat bergradasi baik yang dinominasi oleh agregat
ukuran butiran halus.
2. Gradasi Buruk Gradasi Buruk, adalah distrubusi ukuran agregat yang tidak memenuhi
persyaratan agregat bergradasi baik. Agregat bergradasi buruk dapat dikelompokkan menjadi:
a. Gradasi Seragam, adalah campuran agregat yang tersusun dari agregat dengan ukuran
butirannya sama atau hampir sama.
b. Gradasi Terbuka, adalah campuran agregat dengan distribusi ukuran butiran
sedemikian rupa sehingga pori-pori antar agregat tidak terisi dengan baik.
c. Gradasi Senjang, adalah campuran agregat yang ukuran butirannya terdistribusi tidak
menerus, atau ada bagian yang hilang.

Agregat kasar harus mempunyai susunan butiran (gradasi butir)

8
Agregat kasar adalah komponen utama pembinaan struktur konkrit. Ia memainkan
peranan yang penting dalam proses membantu konkrit. Agregat kasar adalah terdiri daripada
serpihan batu yang ukurannya melebihi 5 mm sehingga ukuran maksimum yang dibenarkan
untuk kerja – kerja konkrit yang tertentu,biasanya tidak melebihi 50 mm. Agregat kasar adalah
agregat yang tertahan saringan No. 4 (spesifikasi dari AASHTO, American Association of
State Highway and Transportation Officials, yang juga digunakan oleh Bina Marga) atau yang
tertahan saringan 2,36 mm (standard dari BSI, British Standard Institution atau lebih sering
disebut sebagai BS, British Standard).

Agregat kasar boleh didapati dari sumber natural atau artificial. Sumber natural biasanya
dari kumpulan Granit atau Batu Kapur (BS812 : Bagian 1: 1975). Kumpulan batu ini digunakan
untuk pembinaan biasa. Ketumpatan bandingan agregat biasa ini dalam julat 2,500 - 2,700 kg/m3.
Untuk pembinaan konkrit berat, Barit (Barium Sulfat) yang boleh didapati dari sumber asli boleh
digunakan. Ia mempunyai ketumpatan bandingan 4,200 – 4,300 kg/m3. Agregat berat digunakan
untuk konkrit yang terdedah pada sinar-X, sinar gamma atau vector nuclear. Agregat artificial
boleh didapati dari bahan buangan industri. Bebola besi untuk konkrit berat, klinker atau jermang
hasil pembakaran untuk konkrit ringan. Umumnya agregat ringan mempunyai kekuatan yang
rendah, dan agregat berat mempunyai kekuatan yang tinggi. Ukuran nominal yang biasa
digunakan ialah 10mm, 20mm dan 40mm. Ukuran maksimal bergantung kepada jenis binaan e.g.
tetulang padat, binaan tebal atau nipis.

Persyaratan Nilai

Abrasi, Los Angeles Abrasion Test (AASHTO Maks 40% – 50%

T 96-87)
Pelapukan berdasarkan, Soundness Test, Maks 12% (sodium sulfat) Maks
(AASTHO T 104-90) 18% (magnesium
sulfat)

Kelekatan pada Aspal (AASHTO T 182-86, Minimum 95%

1990)

9
Kekuatan terhadap Beban Tumbukan Maks 30%
(Impact),
AIV (BS 812)

Kekuatan terhadap Beban Tumbukan Maks 30%


(Crushing),
ACV (BS 812)

Indeks Kelonjongan dan Kepipihan (BS 812) Maks 25%

Tabel 1. Persyaratan Umum Fisik Agregat Kasar

Sumber: AASHTO (1990) dan BS (1975)

2.1.4 Agregat Halus


Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari
batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Agregat ini
berukuran 0,063 mm — 4,76 mm yang meliputi pasir kasar (Coarse Sand) dan pasir halus (Fine
Sand). Analisa saringan akan memperlihatkan jenis dari agregat halus tersebut.

Melalui analisa saringan maka akan diperoleh angka modulus kehalusan (Fine Modulus).
Fine Modulus adalah suatu angka yang secara kasar menggambarkan rata-rata ukuran butir
agregat. Melalui Fine Modulus ini dapat digolongkan 3 jenis pasir yaitu:

Pasir Kasar : 2.9< FM< 3.2


Pasir Sedang : 2.6< FM< 2.9
Pasir Halus : 2.2< FM< 2.6
Susunan butiran (gradasi butir)

BAHAN PEREKAT AGREGAT KASAR

Salah satu bahan perekat agregat kasar (batu baur) adalah semen. Semen (dari Latin
caementum) adalah komponen utama yang penting dalam industri pembinaan. Ia merupakan
sejenis debu lembut, yang apabila dicampur dengan air akan menjadi keras. Ini disebabkan

10
oleh berlaku tindak balas kimia yang menukarkan debu semen menjadi hablur- hablur
yang saling bepaut, sehinggalah simen itu menjadi keras.

Semen adalah bahan buatan daripada hasil campuran tanah liat dan batu baur (batu
kerikil). Campuran itu dipanaskan ke suhu setinggi 1400 °C membentuk clinker atau batu
hangus, dan kemudian ditumbuk halus menjadi tepung. Dalam kebanyakan projek pembinaan,
jenis semen yang digunakan adalah dari jenis Portland yang bergred 20.

Sejarah semen :

Telah dikenal sejak pembuatan piramida oleh bangsa Mesir (memakai campuran batu
kapur dan tanah liat yang dapat mengeras bila tercampur air, bersifat hidrolis)

Bangsa Yunani, bangsa Etruria dan bangsa Romawi menggunakan semen dalam
bangunan mereka seperti Koleseum (Roma), Pont du Gard (Nimes), Pantheon (Roma).

Semen yang dipakai merupakan pembakaran campuran batu kapur dan debu volkanis
(batuan tuff) dari daerah Pozzuoli (sekitar gunung berapi Vesuv dan Napoli).

John Smeaton (1756) menemukan adukan semen yang terbaik adalah campuran kapur
Blue Lias dan tanah liat yang digiling di waktu membangun mercu suar Eddystone

James Parker mengembangkan semen hidrolis yang dikenal dengan semen Romawi

Joseph Aspdin (1824) mematenkan semen Portland yang didapat dengan memanaskan
campuran tanah liat halus dengan batu kapur di tungku sampai seluruh karbon dioksida
(CO2) lenyap.

Isaac Johnson (1845) menemukan semen yang merupakan prototip dari semen Portland
yang sekarang yaitu dengan membakar batu kapur dan tanah liat hingga menjadi lahar
yang mengeras (until clinkering), sehingga menghasilkan bahan semen yang berkualitas
baik.

Semen merupakan bahan hidrolis yang dapat bereaksi kimia dengan air , yang disebut
hidrasi.
Terdiri dari silikat + lime ( batu kapur + tanah liat yang digerinda ) => dicampur => dibakar
=> dihaluskan ( semen Portland )

11
2.3 BAHAN JADI AGREGAT KASAR

2.1.1 Beton

Beton bertulang = beton polos ( kuat terhadap tekan lemah terhadap tarik ) + tulangan-
tulangan baja (kuat terhadap tekan ).
bekerja sama
Baja + beton kekuatannya tergantung kepada :

A. Lekatan ( bond ).

B. Kecepatan muai yang hampir bersamaan.


C. Campuran beton yang memadai.

Beton polos : campuran semen, agregat kasar, agregat halus, air.


Kekuatan beton polos : a. Proporsi campuran.

b. Kondisi temperatur.

c. Kelembaban.

Campuran Beton :

a. Semen : Merupakan bahan hidrolis yang dapat bereaksi kimia dengan air, yang disebut
hidrasi.
Terdiri dari silikat + lime ( batu kapur + tanah liat yang digerinda ) => dicampur =>
dibakar => dihaluskan ( semen Portland ).
14 hari akan mencapai kekuatan cukup.

Kekuatan maksimal 28 hari.

b. Agregat : 75 % isi total beton.

Agregat halus ( pasir ) & agregat kasar ( kerikil ).

c. Air : tawar, bersih dan tidak mengandung zat kimia.

12
CIRI – CIRI PENTING AGREGAT

1. Agihan partikel

Ciri ini penting untuk rekabentuk campuran. Agihan yang baik penting untuk
mempastikan konkrit yang terhasil adalah padat. Longgokan agregat yang tidak baik
agihan saiz partikelnya (gap-graded distribution) boleh menghasilkan konkrit yang
berongga dan memberi kesan kepada kekuatan. Agihan partikel juga memberi kesan
keapa kebolehkerjaan konkrit. Agihan partikel boleh di lakukan melalui Analisis Ayak.

Sampling yang betul mesti dilakukan supaya sampel yang diambil untuk Analisis Ayak
mewakili longgokan agregat.

Proses sampling yang betul ialah dengan mengikuti proses 'quartering'.

2. Kekuatan agregat.

Kekuatan agregat memberi kesan yang banyak kepada ciri- ciri konkrit seperti kekuatan
konkrit, ubahbentuk, ketahanlasakah, perubahan isipadu, graviti tentu, ketelusan dan
tindakbalas kimia. Biasanya kekuatan agregat ialah lebih tinggi dari kekuatan konkrit
yang hendak di rekabentuk. Kekuatan konkrit selalunya berada di sekitar 30-50MPa,
sementara kekuatan agregat dalam lingkungan 80-350MPa. Secara umumnya batu
Igneous lebih kuat dari batu Sedimentary dan batu Metamorphic. Ujikaji kekuatan
biasanya dilakukan atas sampel silinder yang diambil dari 'parent rock'.

3. Ketelusan (Porosity)

Ketelusan agregat mempengaruhi kandungan lembapan yang terdapat dalam agregat.


Kandungan lembapan pula mempengaruhi rekabentuk campuran dan juga kekuatan
konkrit terkeras. Agregat yang mempunyai ketelusanyang tinggi biasanya kurang lasak.
Ketelusan diukur dengan kadar serapan air (absorption) oleh agregat. Kadar resapan ialah
peratus air yang terserap oleh agregat kering sehingga menjadikan agregat tepu.
Kandungan air dalam agregat boleh berada dalam keadaan kering, kering udara, tepu dan
basah. Rekabentuk campuran adalah berdasarkan agregat yang mempunyai kandungan air
tepu. Memandangkan

13
agregat biasanya terdapat dalam keadaan kering udara atau basah, kandungan air yang
dikira dalam rekabentuk campuran mesti diubahsuai dengan kandunga lembapan yang
berada dalam agregat.

4. Perubahan isipadu

Perubahan isipadu disebabkan oleh perubahan kandungan lembapan dalam agregat


memberi kesan kepada sifat pengecutan (shrinkage). Kadar pengecutan agregat yang lebih
tinggi dari konkrit akan mengakibatkan retakan dalaman konkrit. Perubahan isipadu
berkait rapat dengan ketelusan agregat.

5. Graviti tentu

Graviti tentu sesuatu bahan adalah nisbah unit berat bahan tersebut berbanding dengan
unit berat air. Memandangkan agregat boleh meresap air, graviti tentunya bergantung
kepada kandungan lembapannya. Graviti tentu agregat berada dalam julat 2.5 - 2.8.

6. Rintangan kepada hakisan

Ciri ini penting untuk binaan yang terdedah kepada hakisan seperti lantai konkrit di
kilang-kilang atau jalanraya/jambatan konkrit. Ujikai Los Agelas digunakan untuk
mengira peratus agregat yang terhakis.

7. Bentuk partikel dan keadaan permukaan

Ciri diperolehi melalui tinjauan sahaja. Ia memberi kesan yang besar ketika konkrit basah
atau terkeras. Agregat yang bulat dan licin mempunyai darjah kebolehkerjaan yang baik
tetapi menghasilkan kekuatan yang kurang baik berbaanding dengan agregat yang bersegi
dan berpemukaan kasar. Bentuk secara umumnya mempengaruhi kepadatan dan juga
ikatan dalam konkrit.

14
MACAM-MACAM AGREGAT KASAR

TANAH URUG
Tanah urug merupakan tanah penutup hasil lapukan batuan gunung api muda dan menempati kaki
perbukitan dan sebagian membentuk bukit kecil pada bentang alam dataran. Tanah urug bersifat
pasir lempungan hingga lempung pasiran, berwarna coklat kemerahan, gembur, mengandung
komponen batuan beku andesitik, berukuran kerikil sampai bongkahan. Tanah mudah digali
dengan peralatan sederhana.

Penggunaan urugan di atas suatu lapisan tanah lunak selalu menimbulkan pernurunan jangka
panjang yang sangat besar. Pada bangunan yang terlanjur didirikan di atas tanah jenis ini akan
timbul berbagai persoalan yang dapat mengganggu kegiatan sehari-hari. Untuk mengatasi
masalah ini, seringkali digunakan pondasi tiang yang dipasang secara group di bawah tanah urug.
Efek busur yang terjadi di dalam tanah urug menyebabkan beban tanah urug hampir seluruhnya
diterima oleh pondasi tiang dan tanah lunak hampir tidak terpengaruh oleh beban tersebut.
Settlement point yang diletakkan di beberapa kedalaman di bawah preloaded bulb menunjukkan
bahwa beban urugan dapat dipindahkan dari tanah lunak ke preloaded bulbs. Semakin besar
jumlah kumulatif gaya tekan yang digunakan dalam proses pembentukan bulbs akan semakin
besar penurunan yang dapat direduksi.

15
PASIR
Pasir adalah salah satu bahan agregat halus yang berbentuk butiran-butiran kecil. Agregat halus
pasir dapat
berupa pasir alam atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, harus
terdiri dari butir-butir yang tajam, keras dan tidak hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca.
Agregat halus pasir tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 5% berat kering dan tidak boleh
mengandung bahan- bahan organis terlalu banyak. Pasir untuk spesi pasangan dan plesteran,
harus seluruhnya dapat melalui saringan dengan lubang-lubang persegi 3 mm.

Menurut kegunaannya, pasir dapat dibedakan menjadi :

a. Pasir Urug
Pasir urug adalah pasir yang digunakan untuk mengurug pondasi dan bagian bawah keramik yang
biasanya dicampur dengan batuan kecil dan kayu.

b. Pasir Batu (Sirtu)


Pasir umumnya sebagai endapan aluvium, sedangkan endapan kegiatan gunung api berupa
lahar akan menghasilkan sirtu (pasir dan batu). Lokasi bahan galian pasir dan sirtu terletak di
kecamatan-kecamatan Leuwigoong, Samarang, Garut Kota, Banyuresmi, Tarogong, Leles dan
Cibatu. Potensi produksi pasir dan sirtu yang memiliki kelayakan untuk ditambang adalah
yang terdapat di kecamatan Banyuresmi :
17.310 m3/tahun, Samarang : 3.850 m3/tahun, Cibatu :455 m3/tahun.

16
KERIKIL

Kerikil adalah agregat kasar yang berguna untuk gampuran beton dan dasar jalan
Kerikil mengandung mineral seperti batu,karena pengerasan dan anyaknya kuarsa. Waenaya
kuning hingga abu-abu, dan sifatnya tahan terhadap ouaca, keras.

Agregat kasar kerikil dapat berupa kerikil alam atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu, dengan ukuran butir umumnya lebih besar dari 5 mm dan terdiri
Jenis batuan lainnya yang memiliki struktur fisika dan asal terbentuknya sama dengan batu
apung adalah pumicit, volkanik cinter, dan scoria.
Didasarkan pada cara pembentukan, distribusi ukuran partikel (fragmen), dan material asalnya,
batu apung diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu: sub-areal, sub- aqueous, new
ardante, dan hasil endapan ulang (redeposit).Sifat kimia dan fisika batu apung antara lain,
yaitu: mengandung oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O, K2O, MgO, CaO, TiO2, SO3, dan Cl,
hilang pijar (Loss of Ignition) 6%, pH 5, bobot isi ruah 480 – 960 kg/cm3, peresapan air
(water absorption) 16,67%, berat jenis 0,8 gr/cm3, hantaran suara (sound transmission) rendah,
rasio kuat tekan terhadap beban tinggi, konduktifitas panas (thermal conductivity) rendah, dan
ketahanan terhadap api sampai dengan 6 jam.
Keterdapatan batu apung selalu berkaitan dengan rangkaian gunungapi berumur Kuarter
sampai Tersier. Penyebaran meliputi daerah Serang, Sukabumi, Pulau Lombok, dan Pulau
Ternate. Lokasi bahan galian ini di Desa Nagrek, Kecamatan Bl. Limbangan, tersebar secara
tidak merata dalam batuan breksi gunung api.
a. Batu Belah Pondasi

Batu belah merupakan batu bulat yang dipecah menjadi bongkahan-bongkahan yang
lebih kecil. Batu belah sangat baik untuk pondasi lajur dan pondasi setempat karena
ujungnya

b. Batu Tempel Hitam

Untuk menghasilkan dinding yang lebih ekspresif, tak melulu polos dengan
polesan cat, biasanya kita memberikan 'sentuhan' khusus pada dinding rumah.
Caranya tentu saja bermacam-macam. Sebagian dari Anda mungkin lebih
memilih wallpaper untuk menghadirkan warna-warni dan motif yang lebih
hidup. Itu sah-sah saja.

17
Batu bata harus bersisi tajam dan berbentuk persegi panjang tanpa salah baker atau
retak-retak, pada bidang patahan yang baru, harus terlihat pembakarannnya masak merata dan
tanah liat yang dibakar tidak mengandung tras kapur atau bahan-bahan yang dapat merusak,
sedang jumlah batu bata yang pecah tidak boleh lebih dari 5 %.
Rata-rata kokoh tekan dari batu bata dalam keadaan jenuh air, tidak boleh kurang dari
60 kg/cm2, dan tidak boleh ada batu bata yang kokoh tekannya kurang dari 30 kg/cm 2. Ukuran
batu bata umumnya adalah:
Tebalnya : 4,8 – 7,3 cm

Lebar : 10,5 – 11,5 cm

Panjang : 22 – 24 cm

Berat : kira-kira 3 kg per biji

Sehingga untuk pasangan batu bata 1 m3 diperlukan jumlah batu bata 450 – 600 biji.

18
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini bahwa yang disebut dengan
agregat adalah material yang dominan dalam konstruksi kongkrit. Hampir 70% - 80 % lebih
berat konstruksi kongkrit adalah agregat. Yang mana agregat terbagi atas dua bagian yaitu
agregat kasar dan agregat halus. Agregat kasar adalah suatu material bangunan yang berupa
batu dimana diameternya 0,5 cm – 0,75 cm. Agregat halus adalah suatu material bangunan
yang berupa butiran-butiran halus berdiameter antara 0,075 cm - 0,5 cm. Bahan perekat ialah
bahan yang digunakan untuk merekatkan atau mengikat agregat kasar dan agregat halus
(ditambah air) sehingga terjadi suatu ikatan yang kuat atau kokoh.

Dalam suatu campuran, terdapat hubungan yang erat antara agregat dengan bahan
perekat (ditambah air) sehingga ada saling keterkaitan antara keduanya. Agregat tanpa bahan
perekat tidak akan menjadi ikatan yang kuat, begitu juga sebaliknya.
Agregat kasar terdiri dari batu kerikil yang biasanya diambil dari batu gunung, batu sungai (batu
kali) dan hasil smpingan proses penambangan. Bahan perekat agregat kasar adalah semen.
Sedangkan yang termasuk bahan jadi agregat kasar adalah beton, campuran beraspal dan beton
aspal

19
DAFTAR PUSTAKA

Wahyono, Tri, 2015, Pengaruh penambahan filler semen dan lama rendaman terhadap sifat
durabilitas dannilai struktural split mastic asphalt (SMA),
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/6245/2.%
20SNTT_2015_submission_26%20Br1.pdf?sequence=1&isAllowe d=y, April 2016.

Widodo, Dian Cahyo, 2010, Pengaruh Penambahan Filler Semen dan Lama Perendaman Banjir
terhadap Karakteristik Campuran SMA, Tugas Akhir, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Rahmawati, Anita, 2015, Perbandingan Pengaruh Penambahan Plastik High Density


Polyetilene (HDPE) dalam Laston – WC dan Lataston – WC terhadap Karakteristik
Marshall,https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/6488/Pap
er_Anita%20Rahmawati.pdf?sequence=1&isAllowed=y, April 2016

20
21

Anda mungkin juga menyukai