Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

JENIS DAN SIFAT AGREGAT HALUS

MATA KULIAH : TEKNOLOGI BAHAN I

DOSEN PEMBIMBING :
1. IMRAN OPPIER, S.T., M.T.
2. RABIYATUL UZDA, S.T., M.T.

DISUSUN OLEH :

NAMA : FATHADIN MALAWAT


NIM : 202073051
KELAS : C

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan tuntunan-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Jenis dan Sifat
Agregat Halus” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi UJIAN AKHIR
SEMESTER II dari Bapak Imran Oppier, S.T., M.T. dan Ibu Rabiyatul Uzda, S.T., M.T. pada mata
kuliah Teknologi Bahan I. Selain daripada itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan penulis maupun pembaca mengenai ”Jenis dan Sifat Agregat
Halus”.

Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Imran Oppier, S.T., M.T. dan Ibu
Rabiyatul Uzda, S.T., M.T. selaku Dosen Teknik Sipil mata kuliah Teknologi Bahan I yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya juga menyadari,makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Ambon, 31 Mei 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………………. ii

BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………………. 1


1.1 LATAR BELAKANG …………………………………………………………………………………………….. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ……………………………………………………………………………………….. 2
1.3 TUJUAN PENULISAN V ………………………………………………………………………………………. 2
1.4 MANFAAT PENULISAN ……………………………………………………………………………………... 2

BAB II : PEMBAHASAN …………………………………………………………………………………………….. 3


2.1 PENGERTIAN AGREGAT HALUS …………………………………………………………………………. 3
2.2 JENIS AGREGAT HALUS …………………………………………………………………………………….. 4
2.3 FUNGSI AGREGAT HALUS …………………………………………………………………………………. 4
2.4 PERSYARATAN AGREGAT HALUS DALAM KONSTRUKSI BANGUNAN …………………. 4
2.5 GRADASI AGREGAT HALUS ……………………………………………………………………………..… 5
2.6 SIFAT-SIFAT AGREGAT HALUS …………………………………………………………………..………. 9

BAB III : PENUTUP …………………………………………………………………………………………………… 13


3.1 KESIMPULAN ………………………………………………………………………………………...…………. 13
3.2 SARAN ………………………………………………………………………………………………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………………….. iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pesatnya pembangunan sering mengalami kekurangan akan bahan-bahan bangunan


seperti semen, kayu, dan agregat. Kekurangan akan bahan-bahan tersebut diantaranya
disebabkan karena belum berkembangnya industri-industri bahan bangunan dan pengolahan
bahan bangunan yang kurang sempurna, misalnya masih sering terjadi campuran agregat
untuk pemakaian beton yang mengandung tanah (lempung) sehingga hasilnya akan
mempengaruhi kekuatan beton yang dihasilkan.

Pemakaian beton semakin banyak dijumpai untuk berbagai macam konstruksi bangunan.
Hal ini dikarenakan beton memiliki berbagai macam keuntungan, antara lain seperti memiliki
kekuatan yang tinggi, perawatan yang murah, dan dapat dicor sesuai dengan bentuk dan
ukuran yang dikehendaki. Beton merupakan elemen pembentuk struktur yang merupakan
campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan lainnya.

Agregat adalah material yang dominan dalam konstruksi kongkrit. Hampir 70% - 80% lebih
berat konstruksi kongkrit adalah agregat. Agregat terdiri atas agregat kasar (kerikil/batu baur)
dan agregat halus (pasir), dan jika diperlukan menggunakan bahan pengisi atau filler. Pasir
untuk ukuran nominal agregat yang kurang dari 0,5 cm dan batu kerikil adalah agregat yang
mempunyai ukuran nominal yang lebih dari 0,5 cm.

Seiring dengan perkembangan teknologi beton, kebutuhan bahan konstruksi khususnya


material beton seperti agregat juga semakin meningkat. Salah satunya dalam penggunaan
agregat halus yang menjadi salah satu komponen dalam campuran beton. Agregat halus
adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar
(adukan) dan beton. Atau didefinisikan sebagai bahan yang dipakai sebagai pengisi, dipakai
bersama dengan bahan perekat dan membentuk suatu massa yang keras dan padat yang
disebut beton. Selain seperti diuraikan di atas, fungsi utama agregat halus adalah sebagai
bahan pengisi di antara agregat kasar, sehingga ikatan menjadi lebih kuat.

Fungsi utama dari agregat halus inilah yang menyebabkan agregat halus mempunyai
komposisi penting dalam campuran beton agar ikatan menjadi lebih kuat dalam pengisi
diantara agregat kasar. Maka dari itu, kami memilih membahas agregat halus dikarenakan
keberadaan agregat halus dalam campuran beton sangat penting untuk menunjang ikatan
menjadi lebih kuat.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam menyusun paper ini memiliki beberapa rumusan masalah diantaranya:

1. Apa yang dimaksud dengan agregat halus?


2. Apa saja jenis agregat halus?
3. Apa fungsi dari agregat halus?
4. Apa saja persyaratan agregat halus dalam konstruksi bangunan dan gradasinya?
5. Apa sifat-sifat dari agregat halus?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian agregat halus.


2. Untuk mengetahui jenis agregat halus.
3. Untuk mengetahui fungsi dari agregat halus.
4. Untuk mengetahui persyaratan dan gradasi dari agregat halus untuk dipakai dalam
campuran beton.
5. Untuk mengetahui sifat-sifat dari agregat halus.

1.4 MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan paper ini adalah:

1. Supaya 1Agar dapat lebih memahami pengetahuan tentang agregat halus.


2. Supaya dapat bermanfaat bagi pembaca/masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN AGREGAT HALUS


Agregat halus merupakan batuan halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,075-0,5 cm
yang didapat dari hasil disintegrasi (penghancuran) batuan alam (natural sand) atau dapat
juga dengan memecahnya (artificial sand), tergantung dari kondisi pembentukan terjadinya.
Ukurannya bervariasi antara ukuran no.4 dan no. 100 saringan standar Amerika. Agregat
halus yang baik harus bebas bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan
no.100 atau bahan-bahan lain yang dapa merusak campuran beton. Variasi ukuran dalam
suatu campuran harus mempunyai gradasi yang baik, yang sesuai dengan standar analisis
saringan dari ASTM (American Society of Testing and Materials).

Gambar 1.1 Agregat Halus

Berdasarkan SNI 03-6820-2002, agregat halus adalah agregat besar butir maksimum 4,76
mm berasal dari alam atau hasil alam, sedangkan agregat halus olahan adalah agregat halus
yang dihasilkan dari pecahan dan pemisahan butiran dengan cara penyaringan atau cara
lainnya dari batuan atau terak tanur tinggi.

Berdasarkan ASTM C33 agregat halus umumnya berupa pasir dengan partikel butir lebih
kecil dari 5 mm atau lolos saringan No.4 dan tertahan pada saringan No.200. Untuk beton
penahan radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai agregat halus.
Agregat halus harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) Nilai nilai setara pasir (sand equivalent) minimum 45%


b) Berat jenis semu (apparent) minimum 2,5 g/cm3
c) Penyerapan agregat maksimum 3%.

3
2.2 JENIS AGREGAT HALUS

2.2.1 Pasir Galian


Pasir ini diperoleh lansung dari permukaan tanah atau dengan cara menggali. Bentuk
pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan bebas dari kandungan garam walaupun
biasanya harus dibersihkan dari kotoran tanah dengan jalan dicuci terlebih dahulu.

2.2.2 Pasir Sungai


Pasir ini diperoleh lansung dari dasar sungai, yang pada umumnya berbutir halus,
bulat-bulat akibat proses gesekan. Daya lekatan antar butiran agak kurang karena
bentuk butiran yang bulat.

2.2.3 Pasir Laut


Pasir laut adalah pasir yang diambil dari pantai. Butir-butirnya halus dan bulat karena
gesekan. Pasir ini merupakan pasir yang jelek karena mengandung banyak garam.
Garam ini menyerap kandungan air dari udara dan mengakibatkan pasir selalu agak
basah serta menyebabkan pengembangan volume bila dipakai pada bangunan. Selain
dari garam ini mengakibatkan korosi terhadap struktur beton, oleh karena itu pasir
laut sebaiknya tidak dipakai.

2.3 FUNGSI AGREGAT HALUS


Fungsi utama agregat halus adalah memberikan stabilitas dan mengurangi deformasi
permanen dari campuran melalui interlocking dan gesekan antar partikel dan sebagai bahan
pengisi diantara agregat kasar, sehingga ikatan menjadi lebih kuat.

2.4 PERSYARATAN AGREGAT HALUS DALAM KONSTRUKSI BANGUNAN

Menurut Tjokrodimulyo (2007), syarat agregat halus yang dipakai sebagai campuran
beton adalah sebagai berikut :
a. Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir langsung dari alam atau berupa pasir
buatan yang berasal dari pecahan-pecahan batu.

b. Butir-butir agregat halus harus tajam dan keras sehingga tidak mudah hancur.

c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%.

d. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organik yang terlalu banyak.

e. Modulus halus butirnya antara 1,50-3,80.

4
f. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali
sudah berdasarkan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang sudah
diakui.

Persyaratan Agregat Halus Menurut PBI 71 yaitu :


a. Tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 5 % berat.
b. Tidak boleh mengandung bahan organis terlalu banyak.
c. Pasir harus terdiri dari butir tajam dan keras.
d. Butiran pasir harus terdiri dari beraneka ragam, jika diuji dengan test ayakan ISO :

• Sisa di atas ayakan 4 mm minimal 2 % berat total


• Sisa di ayakan 1 mm minimum 10 % berat total
• Sisa di ayakan 0.25 mm minimum 80 – 90 % berat total

e. Tidak boleh menggunakan pasir laut.

Persyaratan Gradasi Agregat Halus

Tabel 2.1 Persyaratan Gradasi Agregat Halus

Pengujian Standar Nilai

Material mengandung bahan plastis SNI 03-4428-1997 Maks 8%


dengan cara setara pasir

Berat jenis agregat halus Maks 2,5%


SNI 03-1970-1990
Penyerapan Maks 3%
Material lolos saringan No. 200 SNI 03-4428-1997 Maks 8%

2.5 GRADASI AGREGAT HALUS

Gradasi Agregat Halus Menurut BS dan SK. SNI T-15-1990-03

Kekasaran Pasir dikelompokkan menjadi 4 Zona

5
• Zone/Daerah 1 : Pasir Kasar

• Zone/Daerah 2 : Pasir Agak Kasar

• Zone/Daerah 3 : Pasir Agak Halus

• Zone/Daerah 4 : Pasir Halus

Persyaratan Gradasi Agregat Halus

Tabel 2.2 Zona Gradasi Agregat Halus


Persen Berat Tembus Kumulatif
Lubang Ayakan
(mm) Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4

10 100 100 100 100

4,80 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 – 100

2,40 60 – 95 75 – 100 80 – 100 95 – 100

1,20 30 – 70 55 – 100 75 – 100 90 – 100

0,60 15 – 34 35 – 59 60 – 79 80 – 100

0,30 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50

1,15 0 - 10 0 - 10 0 - 10 0 - 15

6
7
8
2.6 SIFAT-SIFAT AGREGAT HALUS

a) Sifat Mekanik

Beberapa sifat mekanik agregat di antaranya adalah

1) Gaya lekat (bond)

Bentuk dan tekstur permukaan agregat mempengaruhi kekuatan beton, terutama


untuk beton berkekuatan tinggi. Kekuatan lentur lebih dipengaruhi oleh bentuk-
bentuk tekstur agregat daripada kekuatan tekan. Semakin kasar tekstur, semakin
besar daya lekat antara partikel dengan matrik semen. Biasanya pada agregat
dengan daya lekat baik akan banyak dijumpai partikel agregat yang pecah dalam
beton yang diuji sampai kapasitasnya.

2) Kekuatan

Kekuatan tekan agregat yang dibutuhkan pada beton umumnya lebih tinggi daripada
kekuatan tekan betonnya sendiri. Hal ini dikarenakan tegangan sebenarnya yang
bekerja pada titik kontak masing-masing partikel agregat biasanya jauh lebih tinggi
daripada tegangan tekan yang bekerja pada beton.

3) Toughness

Toughness dapat didefinisikan sebagai daya tahan agregat terhadap kehancuran


akibat beban impak (impact).

4) Hardness

Hardness atau daya tahan terhadap keausan agregat, merupakan sifat penting bagi
beton yang digunakan untuk jalan atau permukaan lantai yang harus memikul lalu
lintas berat.

b) Sifat fisik

1) Specific Gravity, yaitu perbandingan massa (atau berat di udara) dari suatu unit
volume bahan terhadap massa air dengan volume yang pada temperatur tertentu.

2) Apparent Specific Gravity, yaitu perbandingan massa agregat kering (yang


dioven pada suhu 110oC selama 24 jam) terhadap massa air dengan volume yang
sama dengan agregat tersebut.

3) Bulk Specific Gravity, yaitu perbandingan massa agregat SSD (Saturated and
Surface Dry) terhadap massa air dengan volume yang sama dengan agregat tersebut.

4) Bulk Density, yaitu massa aktual yang akan mengisi suatu penampang/wadah
dengan volume satuan. Parameter ini berguna untuk mengubah ukuran massa
menjadi ukuran volume.

5) Porositas dan Absorpsi

9
Porositas, permeabilitas, dan absorpsi agregat mempengaruhi daya lekat antara
agregat dan pasta semen, daya tahan beton terhadap pembekuan dan pencairan,
stabilitas kimia, daya tahan terhadap abrasi dan specific gravity.

6) Berat isi, yaitu berat agregat yang ditempatkan di dalam wadah 1 m3. Untuk
beton normal, berat isinya berkisar antara 1200-1760 kg.

c) Sifat–sifat Lainnya

Sifat-sifat lain yang perlu dimiliki oleh agregat adalah sebagai berikut.

1) Gradasi

Gradasi dan ukuran maksimum agregat dapat mempengaruhi proporsi agregat


dalam campuran, kebutuhan air, jumlah semen, biaya produksi, sifat susut, dan
durabilitas beton.

Berdasarkan teori rongga minimum, semakin beragam ukuran agregat, semakin


sedikit rongga yang terbentuk di antara susunan agregat. Hal ini menyebabkan
jumlah pasta yang dibutuhkan untuk mengisi rongga menjadi lebih kecil dan
campuran beton menjadi lebih ekonomis.

Tabel 2.3 Batasan gradasi untuk agregat halus

Ukuran Saringan ASTM Persentase berat yang lolos pada tiap saringan
9,5 mm 100
4,76 mm 95 – 100
2,36 mm 80 – 100
1,19 mm 50 – 85
0,595 mm 25 – 60
0,300 mm 10 – 30
0,150 mm 2 – 10

Sumber : ASTM C-33

2) Kandungan air

Kondisi agregat berdasarkan kandungan airnya dibagi atas:

1. Kering oven, yaitu kondisi agregat yang dapat menyerap air dalam campuran
beton secara maksimal (dengan kapasitas penuh).
2. Kering udara, yaitu kondisi agregat yang kering permukaan, namun mengandung
sedikit air di rongga-rongganya. Agregat ini mampu menyerap air di dalam
campuran meskipun tidak dengan kapasitas penuh.
3. Jenuh dengan permukaan kering, yaitu kondisi agregat yang permukaannya
kering, namun semua rongga-rongganya terisi air. Agregat dengan kondisi ini
tidak akan menyerap dan menyumbangkan air ke dalam campuran.

10
4. Basah, yaitu kondisi agregat dengan kandungan air yang berlebihan pada
permukaannya. Agregat dengan kondisi ini akan menyumbangkan air ke dalam
campuran.

3) Bulking pada pasir

Efek lain dari adanya kelembaban pada pasir adalah bulking, yaitu pertambahan
volume pasir akibat adanya lapisan air yang mendorong partikel pasir sehingga
berada pada jarak yang lebih jauh. Bulking mempengaruhi penakaran pasir
bedasarkan volume (volume batching).

4) Unsoundness karena perubahan volume


Perubahan volume yang besar pada agregat dapat disebabkan karena proses
pembekuan dan pencairan, perubahan temperatur di bawah titik beku, dan
pergantian terus menerus dari pengeringan dan pembasahan. Bila agregat unsound,
perubahan kondisi fisik tersebut dapat mengakibatkan kerusakan beton, seperti
scaling dan bahkan keretakan permukaan yang eksten.

Contoh Penelitian Sifat Agregat Halus

Pratiwi (2016), dalam penelitiannya telah melakukan pengujian agregat halus, pengujian
meliputi berat jenis, penyerapan air, berat satuan pasir, kadar lumpur, kadar air, dan modulus
halus butir yang berasal dari Kali Progo dari hasil pengujiannya di temukan berat jenis 2,58,
penyerapan air yang didapat sangat kecil yaitu 0,26%, berat satuan pasir 1,31 gram/cm3,
kadar lumpur agregat halus pasir Progo yang diuji memenuhi syarat yaitu 4,532% tidak lebih
dari 5%, kadar air 4,575% dan modulus halus butir 2,648.

Sudibyo (2012), dalam penelitiannya tentang pengaruh variasi umur beton terhadap nilai
kuat tekan beton telah melakukan pemeriksaan agregat halus dan diperoleh hasil gradasi
agregat halus pada daerah 4 yaitu pasir agak halus dengan modulus halus butiran sebesar
2,204, kadar air untuk pasir didapat hasil sebesar 0,81% yang temasuk dalam koridor yang
normal dimana kadar air untuk agregat halus antara 1% - 2%, berat jenis pasir kering muka
didapat sebesar 2,809 sehingga pasir ini tergolong agregat berat dengan batas minimal berat
jenis agregat berat adalah 2,8, penyerapan air 9,409%, berat satuan pasir 1,23 gram/cm³ yang
tidak tergolong pada satuan agregat normal antara 1,50-1,80 gram/cm³, dan kadar lumpur
sebesar 2,2% lebih kecil dari nilai standar yang ditetapkan yaitu 5%.

Syahputra (2010), dalam penelitiannya tentang pengaruh penambahan limbah karbit dan
abu sekam padi sebanyak 10% dari besar semen terhadap nilai kuat tekan beton telah
melakukan pemeriksaan tentang agregat halus kali progo termasuk gradasi daerah 3 yaitu
pasir agak halus dengan modulus halus butiran sebesar 2,155%, berat jenis sebesar 2,7 yang
tergolong agregat normal yaitu agregat yang berat jenisnya antara 2,5-2,7, penyerapan air

11
sebesar 1,55%, kadar lumpur sebesar 3,15% yang lebh kecil dari nilai standar yang ditetapkan
yaitu 5% sehingga tidak perlu di cuci lagi, kadar air sebesar 0,81% yang termasuk 7 dalam
koridor normal dimana pada umumnya antara 1%-2%, dan berat satuan sebesar 1,55
gram/cm³ yang berarti termasuk agregat normal antara 1,50-1,80.

Harianja dan Barus (2008), dalam penelitiannya tentang penggunaan damdek sebagai
bahan tambah pada campuran beton Harijan dan Barus menguji agregat halus dari pasir kali
progo dari hasil pengujianya pasir Progo tersebut telah memenuhi standar ASTM 33-82,
dengan modulus halus butir (MHB) pasir = 3,4782 dan berat jenis pasir 2,50, kandungan
lumpur 2,15% lolos standar SNI kandungan lumpur tidak lebih dari 5%, hasil pemeriksaan
kadar air dalam keadaan SSD 1,379%, pemeriksaan berat satuan pasir 1,52 gram/cm3

Perbedaan pengujian agregat halus yang berasal dari sungai Progo dapat dlihat pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.4 Perbedaan agregat halus (pasir) sungai Progo

Penguji

No. Jenis Pengujian Satuan Harinja Dan


Pratiwi Sudibyo Syahputra Berus
(2016) (2012) (2010) (2008)

1 Gradasi _ Daerah 2 Daerah 4 Daerah 3 Daerah 1

2 Modulus halus % 2,648 2,204 1,155 3,478


Butir
3 Berat Jenis _ 2,58 2,809 2,7 2,5

4 Penyerapan Air % 0,26 9,409 1,55 _

5 Kadar Lumpur % 4,532 2,2 3,15 2,15

6 Kadar Air % 4,575 0,81 0,81 1,379

7 Berat Satuan gram/cm3 1,31 _ _ 1,52

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Agregat halus merupakan batuan halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,075-0,5 cm
yang didapat dari hasil disintegrasi (penghancuran) batuan alam (natural sand) atau dapat
juga dengan memecahnya (artificial sand), tergantung dari kondisi pembentukan terjadinya.
Ukurannya bervariasi antara ukuran no.4 dan no. 100 saringan standar Amerika. Agregat
halus terbagi menjadi 3 macam yaitu pasir galian, pasir sungai, dan pasir pantai. Fungsi utama
agregat halus adalah memberikan stabilitas dan mengurangi deformasi permanen dari
campuran melalui interlocking dan gesekan antar partikel dan sebagai bahan pengisi diantara
agregat kasar, sehingga ikatan menjadi lebih kuat.

Agregat halus memiliki dua sifat utama yaitu: sifat mekanik dan sifat fisik. Sifat mekanik
agregat halus antara lain: gaya lekat, kekuatan, toughness, dab hardness. Sedangkan sifat fisik
agregat halus antara lain specific gravity, apparent specific gravity, bulk spesifik gravity, bulk
density, porositas dan absorpsi, serta berat isi. Selain sifat utama ada juga sifat lainnya agregat
halus yaitu: gradasi, kandungan air, bulking pada pasir, dan undsoundness karena perubahan
volume.

3.2 SARAN

Dalam penggunaan agregat halus harus memperhatikan sifat-sifat serta jenis dari
agregat halus dengan benar dan akurat , agar bisa memperoleh agregat halus yang bermutu
dan sesuai dengan persyaratan dalam pencampuran dengan beton.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2017. “MAKALAH AGREGAT HALUS”


https://id.scribd.com/doc/75861716/Agregat-Halus. Diakses pada tanggal 30 Mei 2021.
Pukul 14.47 WIT.

Fitri Sulistyo Sujoko & Slamet Widodo M.T., 2018. “PENGARUH PARTIAL REPLACEMENT PASIR
DENGAN BREKSI BATU APUNG TERHADAP BERAT JENIS DAN KUAT TEKAN BETON RINGAN’’
http://eprints.uny.ac.id/10256/1/JURNAL%20TEKNIK%20SIPIL.pdf. Diakses pada tanggal 30
Mei 2021. Pukul 14.54 WIT.

Ovan Indra , 2016. “Mengenal Sifat Agregat Kasar dan Agregat Halus pada Beton’’
https://ovankl2015.wordpress.com/2016/11/14/mengenal-sifat-agregat-kasar-dan-agregat-
halus-pada-beton/. Diakses pada tanggal 30 Mei 2021. Pukul 14.38 WIT.

Pratiwi , 2016. ‘’SIFAT AGREGAT HALUS’’.


http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10868/f.%20%20BAB%20II.pdf?s
equence=6&isAllowed=y. Diakses pada tanggal 30 Mei 2021. Pukul 14.33 WIT.

iii

Anda mungkin juga menyukai