Disusun Oleh:
Ibnu
Nim (2301415008)
Desta fairuz shandanu
Nim (2301415026)
Erwin johanes simangungsong
Nim (2301415007)
TEKNOLOGI BAHAN 1
1 TPJJ 3
Dosen Pengajar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Selain itu,kami juga memanjatkan puji syukur atas limpahan berkah dan hidayahNya,sehingga
penyelesaian makalah Batu Alam. Saya juga berharap,agar makalah ini bisa menjadi inspirasi
bagi para pembacanya,bermanfaat dan menambah wawasan.
Makalah ini saya susun dengan lengkap dan detail,sehingga orang yang masih awam
dapat memahami mengenai informasi tentang Agregat. Penyusunan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Teknologi Bahan 1.
Saya juga menyadari bahwa Saya masih memiliki banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan
kata,
Akhir kata saya sampaikan,semoga makalah ini bisa bermanfaat dan memberi
pengetahuan yang baik dan benar bagi seluruh orang yang membaca. Sekian.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
.Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
2.10 Cara Menghitung Angka Kehalusan pada Agregat Kasar dan Halus
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Agregat adalah material yang dominan dalam konstruksi kongkrit. Hampir 70% - 80%
lebih berat konstruksi kongkrit adalah agregat. Agregat terdiri atas agregat
kasar(kerikil/batu baur) dan agregat halus (pasir), dan jika diperlukan menggunakan
bahanpengisi atau pengisi. Pasir untuk ukuran nominal agregat yang kurang dari 0,5 cm
dan batukerikil adalah agregat yang mempunyai ukuran nominal yang lebih dari 0,5 cm.
agregat salah satu bahan baku material dalam pembuatan beton yang berupa sekumpulan
butir-butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral baik hasil alam ataupun lainnya.
Agregat juga dapat disebut sebagai bahan material granular yang digunakan dalam
adukan beton sehingga membentuk suatu semen hidraulis.
1.3 TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Karena
volume agregat pada beton ± 70% volume beton, agregat sangat berpengaruh terhadap
sifat-sifat mortar/beton, serta memberikan kekuatan pada beton, sehingga kualitas
agregat sangat mempengaruhi mutu beton yang akan dihasilkan.
• Ukuran butir > 40 mm disebut batu
• Ukuran butir 4,80 – 40,00 mm disebut Agregat Kasar/Kerikil/Split
• Ukuran butir ≤ 4,80 mm Agregat Halus/Pasir
Agregat dengan ukuran butir < 1,20 mm sering disebut Pasir Halus,
sedang jika ukuran butir < 0,075 mm disebut Silt (lumpur), dan
disebut Clay (lempung) bila ukuran butirnya < 0,002 mm. Agregat
yang dipergunakan untuk mendapatkan beton dengan kualitas baik,
paling sedikit mempunyai dua kelompok ukuran, yaitu kelompok
agregat halus (ukuran butir ≤ 4,50 mm) dan kelompok agegat kasar
(ukuran butir > 4,50 mm), serta ukuran maksimum umumnya 40
mm.
Geologikal
Agregat diperoleh dari :
• sumber daya alam (agregat alami) yang telah mengalami pengecilan ukuran
secara/oleh proses alam ataupun mekanis
(pemecahan batu dan dihaluskan),
1. Agregat Alami
a) Agregat Galian (Pasir/Kerikil)
• Penimbunan agregat di lapangan, harus diberi alas agar tidak bercampur dengan
tanah dan Lumpur. Di atasnya ditutup dengan terpal agar terhindar dari hujan,
karena agregat yang terlalu basah akan sulit untuk menentukan kadar air
semennya pada waktu membuat adukan.
• Penimbunan pasir harus lebih tinggi dari permukaan tanah agar terhindar dari
aliran air ketika hujan.
• Penumpukan pasir hendaknya sedekat mungkin dengan lokasi pekerjaan agar
lebih mudah mengambilnya.
https://3.bp.blogspot.com/-
XnuXAcpb9L8/WnHyRgeccDI/AAAAAAAAAOo/4kbaVuLcF9AIYYJvaAhnH4JeHBuA7
QfACLcBGAs/s1600/1.png
ukuran butiran dan gradasi, bentuk, porositas, tekstur permukaan, kekerasan dan kelekatan
terhadap aspal.
1. Jenis agregat
Agregat dapat diklasifikasikan menjadi kasar, halus atau pengisi berdasarkan
ukurannya, ditentukan dengan menggunakan saringan.
Agregat kasar biasanya lebih besar dari 4,75 mm, sedangkan agregat halus lebih
kecil dari 4,75 mm tetapi lebih besar dari 0,063 mm. Isi agregat kurang dari
0,063 mm
2. Kualitas agregat
3. Sumber
Agregat bisa alami atau buatan. Agregat alami diperoleh dari sumber seperti
sungai dan biasanya berbentuk bulat atau halus. Agregat buatan dibuat dengan
menghancurkan batu atau bahan lainnya dan tersedia dalam berbagai bentuk.
4. Gradasi
1. Untuk mengetahui kandungan liat/lumpur pada pasir, caranya dengan menekan atau
memegang pasir dengan tangan. Jika pasir masih menggumpal dan kotoran
menempel di tangan, berarti pasir tersebut sangat berlumpur.
2. Kadar lumpur juga dapat ditentukan dengan mengisi gelas dengan air kemudian
menambahkan sedikit pasir pada gelas tersebut. Setelah diaduk dan didiamkan
beberapa saat, jika pasirnya keruh maka lumpur akan tampak mengendap di atasnya.
3. Pengendalian kandungan zat organik dilakukan dengan menempatkan pasir dalam
larutan natrium hidroksida (NaOH) 3%. Setelah diaduk dan didiamkan selama 24
jam, warnanya dibandingkan dengan warna referensi.
4. Sifat kekalnya diuji dengan larutan jenuh natrium sulfat atau magnesium sulfat.
b. Untuk menguji agregat kasar, kerikil alam dan batu pecah, pengujian dilakukan dengan
cara yang sama seperti pasir, dengan tambahan pengujian kekerasan dan ketahanan
abrasi.
1. Periksa kekerasan kerikil dengan bejana Rudelof, fraksi yang hancur (melalui
saringan 2 mm) tidak boleh lebih besar dari 32%
2. Uji ketahanan abrasi dilakukan dengan mesin uji aus "LOS ANGELES", bagian ini
dihancurkan tidak lebih dari 50%.
3. Periksa Berat Jenis dan kapasitas penyerapan air agregat kasar. Tujuan dari uji BJ
adalah untuk mengetahui jumlah agregat (massa padat) dalam campuran beton.
Sampel yang akan diuji ditimbang pada titik jenuh pada permukaan kering (SSD =
saturasi pada permukaan kering) = B. Kemudian sampel yang akan diuji ditimbang
dalam air, pastikan tidak ada udara di dalamnya (C). Setelah ditimbang dalam air,
sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 100°C - 110°C hingga massanya tetap
lalu ditimbang.
5. Kekekalan (jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10%,
dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15%).
4. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (bagian yang lolos saringan 0,060
mm). Jika lebih besar dari 1%, kerikil harus dicuci.
5. Tidak boleh mengandung bahan organic atau basa, karena akan mempengaruhi mutu
beton.
6. Harus terdapat variasi butiran halus (gradasi) yang besar, agar porositasnya kecil.
Memiliki modulus kehalusan antara 6 sampai 7,10 dan harus memenuhi persyaratan
berikut:
a) Tersisa pada saringan 38 mm, harus 0% dari beratnya
b) Tersisa pada saringan 4,8 mm, berat 90% - 98% dari beratnya
c) Perbedaan antara akumulasi residu pada dua saringan berturut-turut adalah 60%
dan 10% dari beratnya
a. Agregat Halus
4. Kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butiran setara pasir pasir
kwarsa Bangka memberikan indeks maksimum sebesar 2,20.
1. Partikel dalam jumlah besar dengan modulus kehalusan dari 6,0 hingga 7,10.
2. Persentase lumpur atau partikel yang lebih kecil dari 70 mikron, maksimum 1%.
5. Tidak bereaksi dengan alkali jika beton dengan agregat menggunakan semen
dengan kandungan alkali Na2O lebih besar dari 0,6%.
6. Tidak boleh mengandung partikel yang panjang dan pipih melebihi 20% berat.
Tebel persyaratan kekerasan agregat untuk beton. Available at: https://operator- it.blogspot.com/2014/03/teknologi-
bahan-agregat-bagian-1.html
a. Agregat Halus
1. Kandungan lumpur atau partikel kurang dari 75 mikron (saringan no.200), dalam
2. Kandungan bongkahan tanah liat dan partikel yang mudah hancur, maksimal 3,0%.
3. Kandungan arang dan lignit:
4. Agregat halus tidak terkontaminasi bahan organik yang berbahaya bagi beton.
Ketika diuji dengan larutan natrium sulfat dan dibandingkan dengan warna standar,
warnanya tidak lebih gelap dari warna standar. Jika warna lebih tua maka agregat
halus itu harus ditolak, kecuali apabila:
a) Warna yang lebih gelap disebabkan oleh adanya sejumlah kecil lignit atau zat
serupa.
b) Uji coba perbandingan kuat tekan mortar yang menggunakan agregat ini dengan
kuat tekan mortar yang menggunakan pasir silika standar, menunjukkan bahwa
nilai kuat tekan mortar tidak kurang dari 95% kuat tekan mortar yang
menggunakan pasir standar. Pengujian kuat tekan mortar harus dilakukan sesuai
dengan ASTM C87.
5. Agregat halus yang digunakan dalam produksi beton yang terkena kelembaban terus
menerus atau terkena tanah lembab tidak boleh mengandung bahan yang bereaksi
dengan alkali semen, dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan pemuaian pada
mortar atau beton. Agregat reaktif basa dapat digunakan untuk membuat beton
dengan semen yang mempunyai kandungan alkali yang dihitung setara dengan
natrium oksida (Na2O + 0,658 K2O) tidak melebihi 0,60% atau dengan bahan
tambahan.dapat mencegah pemuaian berbahaya yang disebabkan oleh reaksi basa.
dari keseluruhan.
7. Susunan ukuran partikel (hierarki). Agregat halus harus mempunyai ukuran partikel
seperti pada table berikut:
Table syarat gradasi agregat halus menurut ASTM. Available at: https://operator-
it.blogspot.com/2014/03/teknologi-
bahan-agregat-bagian-1.html
Agregat halus tidak boleh mengandung bagian yag lolos lebih dari 45% pada satu
ukuran ayakan dan tertahan pada ayakan berikutnya. Modulus kehalusan tidak
kurang dari, yaitu 2,3 dan tidak lebih dari 3,1.
b. Agregat Kasar
Agregat kasar digunakan untuk membuat beton yang diberi kelembaban terus
menerus atau terkena tanah lembab, tidak boleh mengandung bahan yang bereaksi
dengan alkali semen, dimana jumlah cukup untuk menyebabkan pemeuaiann yang
berlebih pada semen, mortar atau beton. Agregat reaktif alkali dapat digunakan untuk
membuat beton dengan Semen yang kandungan alkalinitasnya dihitung setara dengan
Natrium Oksida (Na2O + 0,658 K2O) tidak melebihi 0,60% atau dengan bahan lain.
Penambahan dapat mencegah pemuaian berbahaya akibat reaksi, basa agregat.
Persyaratan lainnya adalah agregat kasar seperti pada SII.
Ukuran partikel merupakan distribusi ukuran partikel agregat baik kasar maupun
halus. Agregat yang seragam (genap) berukuran akan menimbulkan banyak rongga antar
partikel. Sebaliknya agregat dengan ukuran yang bervariasi mempunyai volume pori-pori
yang kecil, yang mana partikel-partikel kecil tersebut mengisi lubang-lubang antar partikel
yang besar sehingga pori-porinya besar. menjadi kecil (kepadatan tinggi). Pada beton,
agregat harus mempunyai massa jenis yang tinggi agar volume porinya kecil, sehingga
memerlukan bahan pengikat yang sedikit (pengikat tersebut mengisi rongga antar partikel
agregat).
Klasifikasi akan mempengaruhi sifat-sifat beton, baik beton segar maupun beton keras,
yaitu:
1. Pada beton segar, ukuran partikel akan mempengaruhi kemampuan kerja, jumlah air
pencampur, sifat perekat, jumlah semen yang dibutuhkan, segregasi dan aliran.
2. Pada beton keras (hard Concrete) hal ini akan mempengaruhi kekuatan beton dan
keawetannya.
Tabel ukuran bukaan dan ukuran saringan dari satu set ayakan. Available at: https://operator-
it.blogspot.com/2014/03/teknologi-bahan-agregat-bagian-2.html
Standar ayakan yang umum digunakan untuk agregat beton adalah ASTM, British
Standard (BS) dan ISO. Perbandingan ukuran ayakan dari ketiga standar tersebut disajikan
pada tabel berikut:
Tabel Ukuran lubang Ayakan Standar ASTM, SB dan ISO. Available at: https://operator-
it.blogspot.com/2014/03/teknologi-bahan-agregat-bagian-2.html
agregat-bagian-2.html
Perhitungan Modulus Halus Butir (MHB) agregat halus disajikan pasa tabel berikut:
Tabel Perhitungan MHB Pasir. Available at: https://press.pnj.ac.id/book/Amalia-Material-Bangunan/64/
2. Agregat dibedakan menjadi dua macam, yaitu agregat alami yang diperoleh dari
sungai dan agregat buatan yang diperoleh dari pecahan batuan.
3. Agregat dapat digolongkan menjadi agregat kasar (kerikil) dan agregat halus (pasir)
berdasarkan ukurannya
4. Ukuran agregat kasar biasanya lebih besar dari 4,8 mm, sedangkan ukuran agregat
halus berkisar antara 0,063 mm hingga 4,76 mm.
5. Gradasi agregat mengacu pada distribusi ukuran partikel dalam agregat. Ukuran
partikel yang seragam akan menghasilkan volume pori yang besar, sedangkan
ukuran partikel yang bervariasi akan menghasilkan volume pori yang kecil.
3. Gabungkan dua atau lebih jenis agregat untuk memperoleh nilai yang memenuhi
persyaratan.
a. Mencampur/Menggabungkan Pasir
Gradasi pasir jauh lebih besar dibandingkan dengan kerikil. Merupakan karena mortar
(campuran semen, pasir dan air) merupakan pelumas untuk mencampur beton muda dan
menentukan kemampuan kerja dan sifat perekat dari campuran tersebut. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam mengklasifikasikan pasir adalah:
1. Setiap pasir yang kurva gradasi seluruhnya berada dalam batas gradasi salah satu
zona (zona) dianggap cocok untuk beton meskipun tidak ideal.
2. Jika ukuran butir pasir berada dalam batas ukuran butir suatu area tertentu, maka
maksimum 5% diperbolehkan pada setiap saringan selain dari saringan 0,60 mm,
tetapi tidak lebih halus dari batas ukuran butir yang ditentukan. pasir (zona 4) atau
lebih kasar dari batas gradasi zona 1.
3. Pasir bergradasi yang melewati satu zona kemudian berpindah ke zona lain atau
melalui beberapa zona dianggap tidak cocok untuk produksi beton, karena pasir ini
menghasilkan campuran beton yang kasar, dimana bahan antara kasar dan halus
dalam jumlah berlebihan. Akibatnya, sifat-sifat bersarang muncul di antara partikel.
4. Pasir zona 4 (kebanyakan partikel lebih halus dari 0,6 mm) bila digunakan untuk
menghasilkan beton akan menimbulkan masalah:
a) Pasir halus memerlukan air yang lebih banyak dibandingkan pasir kasar untuk
sifat kerja yang sama, sehingga untuk menghasilkan kekuatan yang sama
memerlukan semen yang lebih banyak.
b) Terjadi pemisahan pada beton muda karena pasir zona 4, jika digabungkan
dengan kerikil maka akan terjadi perataan ruang.
c) Saat mencampurkan dua jenis pasir, kami berusaha mendapatkan pasir dari zona
2.
Rumus yang digunakan untuk menggabungkan dua jenis pasir atau lebih yaitu:
……
Y
100
Ya: ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis A pada salah satu lubang ayakan yang sama
dengan lubang ayakan Y
Yb: ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis b pada salah satu lubang ayakan yang sama
dengan lubang ayakan Y
Yc: ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis c pada salah satu lubang ayakan yang
sama dengan lubang ayakan Y a,b,c : Perbandingan berat antara pasir a, b dan c
Untuk memasukkan agregat kasar dapat dilakukan dengan pasir gabungan, ukuran
partikel standar yang digunakan adalah ukuran partikel standar untuk agregat kasar.
Untuk merancang suatu campuran beton harus ditentukan proporsi yang optimal
sehingga dengan jumlah air pencampur minimal dapat diperoleh campuran beton yang
mudah dikerjakan tanpa segregasi dan pendarahan. Penggunaan pasir yang terlalu sedikit
akan menyebabkan ruang antar lapisan kerikil tidak terisi dengan baik sehingga beton
akan sulit dikerjakan, akan terbentuk sarang kerikil dan akibatnya beton akan keropos dan
tidak tahan lama. Sebaliknya beton dengan jumlah pasir yang terlalu banyak akan
menghasilkan beton yang lengket, membutuhkan terlalu banyak air dan semen, sehingga
menyebabkan penyusutan beton yang signifikan. Untuk memperoleh nilai perbandingan
yang akurat antara berat pasir dan kerikil dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:
W , dimana:
(𝐶−𝑃)
Air yang digunakan untuk mengaduk beton harus memenuhi persyaratan tertentu
seperti mengandung mortar tidak lebih dari 2 gram/liter dan tidak mengandung Garam
yang dapat merusak beton seperti asam, zat organik, dll. lebih dari 15 gram/liter
Kondisi agregat beton massa meliputi agregat halus dan agregat kasar. Di bawah ini
adalah kondisi untuk masing-masing jenis agregat:
a. Agregat Halus
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan berdasarkan berat kering)
4. Harus mengandung partakel yang berbeda ukuran bila diayak harus memenuhi
persyaratan berikut:
a) Tersisa pada saringan 4 mm, minimal harus 2%
5. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat untuk semua jenis beton b.
Agregat Kasar
4. Kerikil atau batu pecah yang lebih besar dari 40 mm tidak cocok untuk digunakan
dalam campuran beton
5. Persyaratan kerikil yang digunakan untuk campuran beton sebagai berikut:
Segregasi dan bleeding adalah dua masalah umum yang dapat terjadi pada beton
selama dan setelah konstruksi. Stratifikasi adalah pemisahan komponen-komponen
campuran beton, sedangkan bleeding adalah suatu bentuk segregasi dimana air dalam
campuran didorong ke atas oleh sedimentasi agregat dan semen.
Bleeding dapat menimbulkan gangguan kestabilan beton karena dapat menimbulkan
saluran-saluran air mengalir melalui beton sehingga menimbulkan rongga-rongga dan
mengurangi ikatan antara agregat dengan pasta semen.
Berikut beberapa penyebab terjadinya segregasi dan bleeding pada beton:
Rasio air-semen yang tinggi dapat melemahkan beton dan menyebabkan bleed
yang terlalu banyak.
2. Desain campuran yang buruk:
Campuran yang dirancang dengan buruk dapat mengakibatkan bahan halus tidak
cukup untuk menahan air dalam campuran, sehingga menyebabkan lunturnya
campuran
3. Getaran yang berlebihan:
Getaran yang berlebihan pada beton dapat menyebabkan agregat mengendap dan
terpisah dari pasta semen, sehingga menyebabkan stratifikasi.
4. Pemadatan yang tidak mencukupi:
1. Gunakan bahan pemasukan uadara, bahan tambahan, dan bahan pozzolan untuk
meningkatkan kemampuan pengerjaan campuran dan mengurangi bleeding
2. Membatasi rasio air-semen pada tingkat yang sesuai
3. Menggunakan campuran yang dirancang dengan baik dan mengandung butiran halus
yang cukup untuk menahan air dalam campuran
4. Hindari getaran berlebihan dan pastikan pemadatan yang memadai selama proses
konstruksi
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pada dasarnya tujuan
perencanaan agregat berusaha
untuk memperoleh suatu
pemecahan yang optimal dalam
biaya atau keuntungan pada
suatu periode
perencanaan.perencanaan
agregat memperhatikan
penentuan kuantitas dan waktu
produksi pada jangka menengah
3.2 DAFTAR REFERENSI