Anda di halaman 1dari 27

Agregat

Disusun Oleh:

Ibnu
Nim (2301415008)
Desta fairuz shandanu
Nim (2301415026)
Erwin johanes simangungsong
Nim (2301415007)

TEKNOLOGI BAHAN 1
1 TPJJ 3
Dosen Pengajar

Nunung Martina S.T., M.Si

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Selain itu,kami juga memanjatkan puji syukur atas limpahan berkah dan hidayahNya,sehingga
penyelesaian makalah Batu Alam. Saya juga berharap,agar makalah ini bisa menjadi inspirasi
bagi para pembacanya,bermanfaat dan menambah wawasan.

Makalah ini saya susun dengan lengkap dan detail,sehingga orang yang masih awam
dapat memahami mengenai informasi tentang Agregat. Penyusunan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Teknologi Bahan 1.

Saya juga menyadari bahwa Saya masih memiliki banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan
kata,
Akhir kata saya sampaikan,semoga makalah ini bisa bermanfaat dan memberi
pengetahuan yang baik dan benar bagi seluruh orang yang membaca. Sekian.

Depok, 22 September 2023

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
.Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian


BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Fungsi Agregat dalam Beton

2.2 Klasifikasi Agregat

2.3 Cara Penyimpanan dan Penimbunan Agregat 2.4

Sifat Fisik Agregat

2.5 Pengaruh Sifat Fisik Agregat terhadap Beton

2.6 Indentifikasi Agregat yang Memenuhi Syarat

2.7 Cara Pengujian Agregat berdasarkan SII ASTM atau BS

2.8 Agregat yang Memenuhi Standar SNI ASTM atau BS

2.9 Analisan dan Menggambar Gradasi Agregat

2.10 Cara Menghitung Angka Kehalusan pada Agregat Kasar dan Halus

2.11 Identifikasi Agregat yang Memenuhi Standard

2.12 Cara Menggabungkan Agregat dengan Cara Analisits dan Grafis

2.13 Cara Menghitung Prosentase Hasil Penggabungan

2.14 Aplikasi Pengabungan Agregat untuk Campuran Beton

2.15 Agregat untuk Beton Masal

2.16 Syarat Agregat untuk Beton Masal

2.17 Segregasi dan Bleeding pada Beton

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Daftar Referensi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Agregat adalah material yang dominan dalam konstruksi kongkrit. Hampir 70% - 80%
lebih berat konstruksi kongkrit adalah agregat. Agregat terdiri atas agregat
kasar(kerikil/batu baur) dan agregat halus (pasir), dan jika diperlukan menggunakan
bahanpengisi atau pengisi. Pasir untuk ukuran nominal agregat yang kurang dari 0,5 cm
dan batukerikil adalah agregat yang mempunyai ukuran nominal yang lebih dari 0,5 cm.
agregat salah satu bahan baku material dalam pembuatan beton yang berupa sekumpulan
butir-butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral baik hasil alam ataupun lainnya.
Agregat juga dapat disebut sebagai bahan material granular yang digunakan dalam
adukan beton sehingga membentuk suatu semen hidraulis.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Klasifikasi agregat yang memenuhi syarat untuk bangunan Gedung?

2. Persyataran agregat yang memenuhi syarat untuk bangunan Gedung?

3. Pengaplikasian agregat dalam beton?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui fungsi agregat.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis agregat.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 FUNGSI AGREGAT DALAM BETON

Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Karena
volume agregat pada beton ± 70% volume beton, agregat sangat berpengaruh terhadap
sifat-sifat mortar/beton, serta memberikan kekuatan pada beton, sehingga kualitas
agregat sangat mempengaruhi mutu beton yang akan dihasilkan.
• Ukuran butir > 40 mm disebut batu
• Ukuran butir 4,80 – 40,00 mm disebut Agregat Kasar/Kerikil/Split
• Ukuran butir ≤ 4,80 mm Agregat Halus/Pasir

Agregat dengan ukuran butir < 1,20 mm sering disebut Pasir Halus,
sedang jika ukuran butir < 0,075 mm disebut Silt (lumpur), dan
disebut Clay (lempung) bila ukuran butirnya < 0,002 mm. Agregat
yang dipergunakan untuk mendapatkan beton dengan kualitas baik,
paling sedikit mempunyai dua kelompok ukuran, yaitu kelompok
agregat halus (ukuran butir ≤ 4,50 mm) dan kelompok agegat kasar
(ukuran butir > 4,50 mm), serta ukuran maksimum umumnya 40
mm.

2.2 KLASIFIKASI AGREGAT

Geologikal
Agregat diperoleh dari :
• sumber daya alam (agregat alami) yang telah mengalami pengecilan ukuran
secara/oleh proses alam ataupun mekanis
(pemecahan batu dan dihaluskan),

Jenis agregat berdasarkan asalnya, dapat digolongkan menjadi:

1. Agregat Alami
a) Agregat Galian (Pasir/Kerikil)

• Diperoleh langsung dari permukaan atau dengan cara menggali terlebih


dahulu

• Umumnya berbutir tajam, bersudut dan berpori

• Bebas dari garam, tetapi umumnya tercampur dengan kotoran


tanah/lumpur sehingga harus dicuci terlebih dahulu
b) Agregat Sungai (pasir/kerikil)

• Diperoleh langsung dari dasar sungai

• Umumnya berbutir halus, bulat-bulat akibat proses gesekan.


c) Agregat Laut (pasir)
• Diambil dari pantai

• Butir-butirnya bulat akibat proses gesekan dan halus

2. Ageregat Buatan/Tiruan dapat berupa :

• Pecahan batu bata/genteng


• Tanah liat bakar, dibuat dengan ukuran butir 5 – 20 mm, dibakar dan
diperoleh agregat yang keras, ringan dan berpori. Resapan air 8 – 20%,
BJ beton dengan agregat ini ± 1,90.
• Limbah/buangan dari suatu proses, seperti
• Agregat Abu Terbang (sintered fly-ash aggregate) yang diperoleh dari
pemanasan abu terbang (fly-ash) sampai meleleh dan setelah mengeras
kembali berbentuk butiran seperti kerikil.
• Terak tanur tinggi (blast furnace slags).

2.3 CARA PENYIMPANAN DAN PENIMBUNAN AGREGAT

• Penimbunan agregat di lapangan, harus diberi alas agar tidak bercampur dengan
tanah dan Lumpur. Di atasnya ditutup dengan terpal agar terhindar dari hujan,
karena agregat yang terlalu basah akan sulit untuk menentukan kadar air
semennya pada waktu membuat adukan.
• Penimbunan pasir harus lebih tinggi dari permukaan tanah agar terhindar dari
aliran air ketika hujan.
• Penumpukan pasir hendaknya sedekat mungkin dengan lokasi pekerjaan agar
lebih mudah mengambilnya.

2.4 SIFAT FISIK AGREGAT


• Specific Gravity perbandingan massa bahan terhadap
massa air. Didalam keadaan ini agregat dapat menyerap air lebih
banyak dan masih tampak kering pada permukaan.

• Porositas dan absorbsi, Porositas, dan absorbsi agregat


mempengaruhi daya lekat antara agregat dan pasta semen,
stabilitas kimia, daya tahan terhadap abrasi

Kondisi agregat berdasarkan kandungan airnya dibagi atas:

• Kering oven, yaitu kondisi agregat yang dapat menyerap


air dalam campuran beton secara maksimal (dengan kondisi
penuh).

• Kering udara, yaitu kondisi agregat yang kering


permukaan namun mengandung sedikit air dirongga-rongganya.
Agregat ini juga dapat menyerap air didalam campuran
walaupun tidak dengan kapasitas penuh, sehingga jika tidak
diperhitungkan akan mengubah perbandingan air-semen
didalam campuran.

Sifat Fisik Lainnya

• Jenuh air dengan Permukaan Kering, yaitu kondisi


agregat yang permukaannya kering, namun semua rongganya
terisi air. Didalam campuran beton, agregat dengan kondisi ini
tidak akan menyerap ataupun menyumbangkan air kedalam
campuran.

• Basah, yaitu kondisi agregat dengan kandungan air yang


berlebihan pada permukaannya. Agregat dengan kondisi ini
akan menyumbangkan air kedalam campuran sehinggga jika
tidak diperhitungkan akan merubah nilai perbandingan airsemen
didalam campuran.
• Jenuh air dengan Permukaan Kering, yaitu kondisi
agregat yang permukaannya kering, namun semua rongganya
terisi air. Didalam campuran beton, agregat dengan kondisi ini
tidak akan menyerap ataupun menyumbangkan air kedalam
campuran.

https://3.bp.blogspot.com/-
XnuXAcpb9L8/WnHyRgeccDI/AAAAAAAAAOo/4kbaVuLcF9AIYYJvaAhnH4JeHBuA7

QfACLcBGAs/s1600/1.png

2.5 PENGARUH SIFAT FISIK AGREGAT TERHADAP BETON

ukuran butiran dan gradasi, bentuk, porositas, tekstur permukaan, kekerasan dan kelekatan
terhadap aspal.

2.6 IDENTIFIKASI AGREGAT YANG MEMENUHI SYARAT

Untuk menentukan agregat mana yang memenuhi persyaratan, penting untuk


mempertimbangkan faktor-faktor berikut:

1. Jenis agregat
Agregat dapat diklasifikasikan menjadi kasar, halus atau pengisi berdasarkan
ukurannya, ditentukan dengan menggunakan saringan.
Agregat kasar biasanya lebih besar dari 4,75 mm, sedangkan agregat halus lebih
kecil dari 4,75 mm tetapi lebih besar dari 0,063 mm. Isi agregat kurang dari
0,063 mm
2. Kualitas agregat

Kualitas agregat ditentukan oleh faktor-faktor seperti kekerasan, porositas dan


kandungan bahan organik.
Misalnya, agregat kasar harus terdiri dari partikel keras yang tidak berpori dan
mengandung lumpur tidak lebih dari 1% menurut beratnya.
Agregat halus harus bebas bahan organik dan harus memenuhi persyaratan
ketahanan tertentu.

3. Sumber

Agregat bisa alami atau buatan. Agregat alami diperoleh dari sumber seperti
sungai dan biasanya berbentuk bulat atau halus. Agregat buatan dibuat dengan
menghancurkan batu atau bahan lainnya dan tersedia dalam berbagai bentuk.

4. Gradasi

Ukuran partikel mengacu pada distribusi ukuran partikel dalam agregat.


Ukuran partikel kasar dan halus biasanya ditentukan dengan menggunakan
serangkaian saringan, dan kurva ukuran partikel yang dihasilkan dapat digunakan
untuk menentukan apakah agregat memenuhi persyaratan tertentu.

2.7 CARA PENGUJIAN AGREGAT BERDASARKAN SII ASTM DAN BS

a. Cara pengujian agregat halus:

1. Untuk mengetahui kandungan liat/lumpur pada pasir, caranya dengan menekan atau
memegang pasir dengan tangan. Jika pasir masih menggumpal dan kotoran
menempel di tangan, berarti pasir tersebut sangat berlumpur.

2. Kadar lumpur juga dapat ditentukan dengan mengisi gelas dengan air kemudian
menambahkan sedikit pasir pada gelas tersebut. Setelah diaduk dan didiamkan
beberapa saat, jika pasirnya keruh maka lumpur akan tampak mengendap di atasnya.
3. Pengendalian kandungan zat organik dilakukan dengan menempatkan pasir dalam
larutan natrium hidroksida (NaOH) 3%. Setelah diaduk dan didiamkan selama 24
jam, warnanya dibandingkan dengan warna referensi.

4. Sifat kekalnya diuji dengan larutan jenuh natrium sulfat atau magnesium sulfat.

b. Untuk menguji agregat kasar, kerikil alam dan batu pecah, pengujian dilakukan dengan
cara yang sama seperti pasir, dengan tambahan pengujian kekerasan dan ketahanan
abrasi.

1. Periksa kekerasan kerikil dengan bejana Rudelof, fraksi yang hancur (melalui
saringan 2 mm) tidak boleh lebih besar dari 32%

2. Uji ketahanan abrasi dilakukan dengan mesin uji aus "LOS ANGELES", bagian ini
dihancurkan tidak lebih dari 50%.

3. Periksa Berat Jenis dan kapasitas penyerapan air agregat kasar. Tujuan dari uji BJ
adalah untuk mengetahui jumlah agregat (massa padat) dalam campuran beton.

Kepadatan agregat diuji dengan mengambil 5 kg agregat kasar, kemudian agregat


dicuci untuk menghilangkan lumpur. Sampel curah kemudian
dikeringkan/dikalsinasi pada suhu 100°C hingga 110°C hingga mencapai massa
konstan, kemudian didinginkan hingga suhu kamar selama 1 hingga 3 jam dan
ditimbang (A). Setelah dingin, sampel direndam dalam air selama 24 jam.
Selanjutnya sampel dikeluarkan dariair rendaman kemudian dilap dengan kain
hingga seluruh air tidak terlihat lagi pada permukaan agregat, usahakan tidak terjadi
penguapan melalui pori-pori agregat (dalam kondisi SSD).

Sampel yang akan diuji ditimbang pada titik jenuh pada permukaan kering (SSD =
saturasi pada permukaan kering) = B. Kemudian sampel yang akan diuji ditimbang
dalam air, pastikan tidak ada udara di dalamnya (C). Setelah ditimbang dalam air,
sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 100°C - 110°C hingga massanya tetap
lalu ditimbang.

Massa jenis semu = A/B - C


Massa jenis SSD = B/B - C
Massa jenis semu = A/A - C
Kapasitas Penyerapan Air = B - A/A x 110 %

*A = Berat sampel dikeringkan dalam oven


B = Berat sampel pada kondisi SSD C

= berat dalam air.

2.8 AGREGAT YANG MEMENUHI STANDAR SNI ASTM ATAU BS

Syarat mutu agregat untuk beton menurut SK SNI S – 04 – 1989 – F a. Agregat


Halus
Sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu agregat untuk berbagai mutu beton maka
agregat halus harus memenuhi beberapa syarat menurut SII .0052 sebagai berikut :
1. Modulus halus butir 1.5 sampai 3.8
2. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 micron (0.074 mm) maksimum
5%.
3. Kadar zat organik yang terkandung yang ditentukan dengan mencampur agregat
halus dengan larutan natrum sulfat (NaSO4) 3%, jika dibandingkan dengan warna
standar/ pembanding tidak lebih tua dari pada warna standar.
4. Kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir pembanding yang
berasal dari pasir kuarsa bangka memberikan angka tidak lebih dari 2.20.

5. Kekekalan (jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10%,
dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15%).

a. Agregat Kasar (Kerikil):

1. Butiran yang tajam, kokoh dan keras

2. Kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca

3. Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat

a) Jika menggunakan natrium sulfat, fraksi penguraian maksimum 12 %.

b) Jika menggunakan magnesium sulfat, fraksi penguraian maksimum 10%.

4. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (bagian yang lolos saringan 0,060
mm). Jika lebih besar dari 1%, kerikil harus dicuci.

5. Tidak boleh mengandung bahan organic atau basa, karena akan mempengaruhi mutu
beton.
6. Harus terdapat variasi butiran halus (gradasi) yang besar, agar porositasnya kecil.
Memiliki modulus kehalusan antara 6 sampai 7,10 dan harus memenuhi persyaratan
berikut:
a) Tersisa pada saringan 38 mm, harus 0% dari beratnya

b) Tersisa pada saringan 4,8 mm, berat 90% - 98% dari beratnya

c) Perbedaan antara akumulasi residu pada dua saringan berturut-turut adalah 60%
dan 10% dari beratnya

7. Tidak mengandung garam

Syarat mutu agregatuntuk beton menurut SII 0052-80

a. Agregat Halus

1. Ukuran partikel memiliki modulus kehalusan antara 2,50 sampai 3,80.

2. Kandungan lumpur atau partikel lebih kecil dari 70 mikron, maksimal 5%

3. Kandungan organik ditentukan dengan larutan Na-sulfat 3%, jika dibandingkan


dengan warna standar tidak lebih gelap dari warna standar.

4. Kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butiran setara pasir pasir
kwarsa Bangka memberikan indeks maksimum sebesar 2,20.

5. Uji sifat kekal dengan larutan garam sulfat jenuh:

c) Jika natrium sulfat digunakan, maksimal bagian yang akan hancur


sebesar
10%
d) Jika magnesium sulfat digunakan, maksimal bagian yang akan hancur
sebesar
15%.
b. Agregat Kasar

1. Partikel dalam jumlah besar dengan modulus kehalusan dari 6,0 hingga 7,10.

2. Persentase lumpur atau partikel yang lebih kecil dari 70 mikron, maksimum 1%.

3. Rasio bagian yang lemah diperiksa dengan menggores batang tembaga,


maksimum 5%.

4. Uji sifat kekal dengan larutan garam sulfat jenuh:

a) Jika digunakan natrium sulfat, bagian yang hancur maksimum 12%.

b) Jika magnesium sulfat digunakan, fraksi yang hancur maksimum 18%.

5. Tidak bereaksi dengan alkali jika beton dengan agregat menggunakan semen
dengan kandungan alkali Na2O lebih besar dari 0,6%.

6. Tidak boleh mengandung partikel yang panjang dan pipih melebihi 20% berat.

7. Kekerasan butiran ditentukan menggunakan bejana Rudelof dan bejana Los


Angeles seperti pada table berikut:

Tebel persyaratan kekerasan agregat untuk beton. Available at: https://operator- it.blogspot.com/2014/03/teknologi-

bahan-agregat-bagian-1.html

Syarat mutu agregat menurut ASTM C33-86

a. Agregat Halus

1. Kandungan lumpur atau partikel kurang dari 75 mikron (saringan no.200), dalam

% dihitung berdasarkan berat, maksimum:

2. Kandungan bongkahan tanah liat dan partikel yang mudah hancur, maksimal 3,0%.
3. Kandungan arang dan lignit:

a) Bila tampak, permukaan beton dipandang penting kandungan maksimal 0,5%

b) Untuk beton jenis lainnya 1,0%

4. Agregat halus tidak terkontaminasi bahan organik yang berbahaya bagi beton.
Ketika diuji dengan larutan natrium sulfat dan dibandingkan dengan warna standar,
warnanya tidak lebih gelap dari warna standar. Jika warna lebih tua maka agregat
halus itu harus ditolak, kecuali apabila:
a) Warna yang lebih gelap disebabkan oleh adanya sejumlah kecil lignit atau zat
serupa.
b) Uji coba perbandingan kuat tekan mortar yang menggunakan agregat ini dengan
kuat tekan mortar yang menggunakan pasir silika standar, menunjukkan bahwa
nilai kuat tekan mortar tidak kurang dari 95% kuat tekan mortar yang
menggunakan pasir standar. Pengujian kuat tekan mortar harus dilakukan sesuai
dengan ASTM C87.

5. Agregat halus yang digunakan dalam produksi beton yang terkena kelembaban terus
menerus atau terkena tanah lembab tidak boleh mengandung bahan yang bereaksi
dengan alkali semen, dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan pemuaian pada
mortar atau beton. Agregat reaktif basa dapat digunakan untuk membuat beton
dengan semen yang mempunyai kandungan alkali yang dihitung setara dengan
natrium oksida (Na2O + 0,658 K2O) tidak melebihi 0,60% atau dengan bahan
tambahan.dapat mencegah pemuaian berbahaya yang disebabkan oleh reaksi basa.
dari keseluruhan.

6. Uji sifat permanen dengan larutan garam sulfat jenuh:

a) Jika menggunakan Natrium Sulfat, maksimum bagian yang hancur sebesar


10%
b) Jika menggunakan Magnesium Sulfat, maksimum bagian yang hancur sebesar
15%

7. Susunan ukuran partikel (hierarki). Agregat halus harus mempunyai ukuran partikel
seperti pada table berikut:
Table syarat gradasi agregat halus menurut ASTM. Available at: https://operator-
it.blogspot.com/2014/03/teknologi-

bahan-agregat-bagian-1.html

Agregat halus tidak boleh mengandung bagian yag lolos lebih dari 45% pada satu
ukuran ayakan dan tertahan pada ayakan berikutnya. Modulus kehalusan tidak
kurang dari, yaitu 2,3 dan tidak lebih dari 3,1.

b. Agregat Kasar

Agregat kasar digunakan untuk membuat beton yang diberi kelembaban terus
menerus atau terkena tanah lembab, tidak boleh mengandung bahan yang bereaksi
dengan alkali semen, dimana jumlah cukup untuk menyebabkan pemeuaiann yang
berlebih pada semen, mortar atau beton. Agregat reaktif alkali dapat digunakan untuk
membuat beton dengan Semen yang kandungan alkalinitasnya dihitung setara dengan
Natrium Oksida (Na2O + 0,658 K2O) tidak melebihi 0,60% atau dengan bahan lain.
Penambahan dapat mencegah pemuaian berbahaya akibat reaksi, basa agregat.
Persyaratan lainnya adalah agregat kasar seperti pada SII.

2.9 ANALISA DAN MENGGAMBAR GRADASI AGREGAT

Ukuran partikel merupakan distribusi ukuran partikel agregat baik kasar maupun
halus. Agregat yang seragam (genap) berukuran akan menimbulkan banyak rongga antar
partikel. Sebaliknya agregat dengan ukuran yang bervariasi mempunyai volume pori-pori
yang kecil, yang mana partikel-partikel kecil tersebut mengisi lubang-lubang antar partikel
yang besar sehingga pori-porinya besar. menjadi kecil (kepadatan tinggi). Pada beton,
agregat harus mempunyai massa jenis yang tinggi agar volume porinya kecil, sehingga
memerlukan bahan pengikat yang sedikit (pengikat tersebut mengisi rongga antar partikel
agregat).
Klasifikasi akan mempengaruhi sifat-sifat beton, baik beton segar maupun beton keras,

yaitu:

1. Pada beton segar, ukuran partikel akan mempengaruhi kemampuan kerja, jumlah air
pencampur, sifat perekat, jumlah semen yang dibutuhkan, segregasi dan aliran.
2. Pada beton keras (hard Concrete) hal ini akan mempengaruhi kekuatan beton dan
keawetannya.

Untuk menentukan ukuran partikel dilakukan dengan menggunakanhasil uji analisa


dengan menggunakan seperangkat saringan. Saringan dengan bukaan terbesar ditempatkan
di bagian atas dan saringan terbaik ditempatkan di bagian bawah sebelum pan.

Tabel ukuran bukaan dan ukuran saringan dari satu set ayakan. Available at: https://operator-

it.blogspot.com/2014/03/teknologi-bahan-agregat-bagian-2.html

Standar ayakan yang umum digunakan untuk agregat beton adalah ASTM, British
Standard (BS) dan ISO. Perbandingan ukuran ayakan dari ketiga standar tersebut disajikan
pada tabel berikut:
Tabel Ukuran lubang Ayakan Standar ASTM, SB dan ISO. Available at: https://operator-

it.blogspot.com/2014/03/teknologi-bahan-agregat-bagian-2.html

2.10 CARA MENGHITUNG ANGKA KEHALUSAN PADA AGREGAT KASAR DAN


HALUS
Modulus kehalusan butir (indeks kehalusan) adalah persentase kumulatif yang tersisa
pada setiap saringan dari rangkaian saringan dengan ukuran pori ganda, dimulai dengan
saringan dengan ukuran pori 0,15 mm dibagi 100. Nilai partikel semakin tinggi. Modul
kelancaran (MHB). Agregat artinya semakin besar (kasar) partikel agregatnya. MHB pasir
berkisar antara 1,50 hingga 3,8, sedangkan kerikil berkisar antara 5,0 hingga 8,0.
Sedangkan MHB campuran agregat halus dan kasar adalah 5,0 hingga 6,0. Dari hasil
analisa pengayakan agregat kasar dan pengayakan halus diperoleh data sebagai berikut:

Tabel Contoh Data Hasil Analisa Ayak. Available at: https://operator-it.blogspot.com/2014/03/teknologi-bahan-

agregat-bagian-2.html

Perhitungan Modulus Halus Butir (MHB) agregat halus disajikan pasa tabel berikut:
Tabel Perhitungan MHB Pasir. Available at: https://press.pnj.ac.id/book/Amalia-Material-Bangunan/64/

Jadi, Modulus Hasil Butir (MHB) pasir = 264,72 = 2,6472 100

Tabel Perhitungan MHB Kerikil. Available at: https://press.pnj.ac.id/book/Amalia-Material-Bangunan/66/

Jadi, Modulus Halus Butir (MHB) Kerikil = 742,32 = 7,4232


100
2.11 IDENTIFIKASI AGREGAT YANG MEMENUHI STANDARD
Untuk mengidentifikasi agregat yang memenuhi syarat, kita perlu mempertimbangkan
karakteristik agregat dan membandingkannya dengan standar yang ditetapkan oleh organisasi
terkait. Berikut beberapa informasi terkait dari hasil pencarian:
1. Agregat adalah partikel mineral yang tercipta dari kerusakan alami batuan atau
penghancuran batuan buatan.

2. Agregat dibedakan menjadi dua macam, yaitu agregat alami yang diperoleh dari
sungai dan agregat buatan yang diperoleh dari pecahan batuan.

3. Agregat dapat digolongkan menjadi agregat kasar (kerikil) dan agregat halus (pasir)
berdasarkan ukurannya

4. Ukuran agregat kasar biasanya lebih besar dari 4,8 mm, sedangkan ukuran agregat
halus berkisar antara 0,063 mm hingga 4,76 mm.

5. Gradasi agregat mengacu pada distribusi ukuran partikel dalam agregat. Ukuran
partikel yang seragam akan menghasilkan volume pori yang besar, sedangkan
ukuran partikel yang bervariasi akan menghasilkan volume pori yang kecil.

6. Kualitas suatu agregat dapat ditentukan dengan memeriksa sifat-sifatnya, seperti


distribusi ukuran partikel, kepadatan, dan kapasitas penyerapan

2.12 CARA MENGGABUNGKAN AGREGAT DENGAN CARA ANALISTIS DAN


GRAFIS
Susunan agregat yang ada di pasaran terkadang tidak memenuhi persyaratan. Oleh
karena itu, dalam pembuatan campuran beton perlu dilakukan pencampuran agregat agar
ukuran partikelnya sesuai dengan standar, sehingga akan menghasilkan beton dengan kuat
tekan yang baik. Ada beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki
ukuran partikel, yaitu:
1. Peningkatan gesekan (parsial) partikel agregat yang hilang

2. Pengurangan kelebihan benih

3. Gabungkan dua atau lebih jenis agregat untuk memperoleh nilai yang memenuhi
persyaratan.

a. Mencampur/Menggabungkan Pasir

Gradasi pasir jauh lebih besar dibandingkan dengan kerikil. Merupakan karena mortar
(campuran semen, pasir dan air) merupakan pelumas untuk mencampur beton muda dan
menentukan kemampuan kerja dan sifat perekat dari campuran tersebut. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam mengklasifikasikan pasir adalah:

1. Setiap pasir yang kurva gradasi seluruhnya berada dalam batas gradasi salah satu
zona (zona) dianggap cocok untuk beton meskipun tidak ideal.

2. Jika ukuran butir pasir berada dalam batas ukuran butir suatu area tertentu, maka
maksimum 5% diperbolehkan pada setiap saringan selain dari saringan 0,60 mm,
tetapi tidak lebih halus dari batas ukuran butir yang ditentukan. pasir (zona 4) atau
lebih kasar dari batas gradasi zona 1.

3. Pasir bergradasi yang melewati satu zona kemudian berpindah ke zona lain atau
melalui beberapa zona dianggap tidak cocok untuk produksi beton, karena pasir ini
menghasilkan campuran beton yang kasar, dimana bahan antara kasar dan halus
dalam jumlah berlebihan. Akibatnya, sifat-sifat bersarang muncul di antara partikel.

4. Pasir zona 4 (kebanyakan partikel lebih halus dari 0,6 mm) bila digunakan untuk
menghasilkan beton akan menimbulkan masalah:
a) Pasir halus memerlukan air yang lebih banyak dibandingkan pasir kasar untuk
sifat kerja yang sama, sehingga untuk menghasilkan kekuatan yang sama
memerlukan semen yang lebih banyak.
b) Terjadi pemisahan pada beton muda karena pasir zona 4, jika digabungkan
dengan kerikil maka akan terjadi perataan ruang.
c) Saat mencampurkan dua jenis pasir, kami berusaha mendapatkan pasir dari zona
2.

Rumus yang digunakan untuk menggabungkan dua jenis pasir atau lebih yaitu:

……
Y
100

a + b + c .......... = 100%, dimana:


Y: ordinat dari kurva susunan gabungan pada salah satu lubang ayakan (ordinat standar)

Ya: ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis A pada salah satu lubang ayakan yang sama
dengan lubang ayakan Y

Yb: ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis b pada salah satu lubang ayakan yang sama
dengan lubang ayakan Y

Yc: ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis c pada salah satu lubang ayakan yang

sama dengan lubang ayakan Y a,b,c : Perbandingan berat antara pasir a, b dan c

b. Menggabungkan Agregat Kasar

Untuk memasukkan agregat kasar dapat dilakukan dengan pasir gabungan, ukuran
partikel standar yang digunakan adalah ukuran partikel standar untuk agregat kasar.

c. Menggabungkan Agregat Kasar dan Agregat Halus

Untuk merancang suatu campuran beton harus ditentukan proporsi yang optimal
sehingga dengan jumlah air pencampur minimal dapat diperoleh campuran beton yang
mudah dikerjakan tanpa segregasi dan pendarahan. Penggunaan pasir yang terlalu sedikit
akan menyebabkan ruang antar lapisan kerikil tidak terisi dengan baik sehingga beton
akan sulit dikerjakan, akan terbentuk sarang kerikil dan akibatnya beton akan keropos dan
tidak tahan lama. Sebaliknya beton dengan jumlah pasir yang terlalu banyak akan
menghasilkan beton yang lengket, membutuhkan terlalu banyak air dan semen, sehingga
menyebabkan penyusutan beton yang signifikan. Untuk memperoleh nilai perbandingan
yang akurat antara berat pasir dan kerikil dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:

W , dimana:
(𝐶−𝑃)

W: Persentase berat agregat halus (pasir) terhadap agregat kasar


K: Modulus Halus Butir Kerikil
P: Modulus Halus Butir Pasir

C: Modulus Halus Butir agregat campuran


2.13 CARA MENGHITUNG PROSENTASE HASIL PENGGABUNGAN

2.14 APLIKASI PENGGABUNGAN AGREGAT UNTUK CAMPURAN BETON

2.15 AGREGAT UNTUK BETON MASAL


Agregat beton massal adalah bahan yang digunakan untuk membentuk balok beton.
Agregat meliputi agregat halus dan agregat kasar, masing-masing jenisnya dapat berupa
pasir alam atau batu pecah alam.
Agregat harus memenuhi ketentuan “Metode Pengujian Agregat dan Mutu”. Pada
agregat untuk produksi beton, masyarakat mencari partikel yang mempunyai massa jenis
tinggi karena volume porinya kecil sehingga bahan pengikat yang dibutuhkan hanya
sedikit
Selain agregat, digunakan bahan lain untuk membuat beton termasuk semen portland
atau jenis lainnya semen hidrolik, dan udara.

Air yang digunakan untuk mengaduk beton harus memenuhi persyaratan tertentu
seperti mengandung mortar tidak lebih dari 2 gram/liter dan tidak mengandung Garam
yang dapat merusak beton seperti asam, zat organik, dll. lebih dari 15 gram/liter

2.16 SYARAT AGREGAT UNTUK BETON MASAL

Kondisi agregat beton massa meliputi agregat halus dan agregat kasar. Di bawah ini
adalah kondisi untuk masing-masing jenis agregat:
a. Agregat Halus

1. Terdiri dari oartikel yang keras dan tajam

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan berdasarkan berat kering)

3. Tidak boleh mengandung bahan organic mesin dalam jumlah berlebihan

4. Harus mengandung partakel yang berbeda ukuran bila diayak harus memenuhi
persyaratan berikut:
a) Tersisa pada saringan 4 mm, minimal harus 2%

b) Tersisa pada saringan 1mm, minimal hatus 10%

c) Tersisa pada saringan 0,25 mm harus antara 80% dan 95%

5. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat untuk semua jenis beton b.
Agregat Kasar

1. Tidak boleh mengandung lebih dari 1% lumpur (ditentukan berdasarkan berat


kering). Lumpur merupakan fraksi yang dapat lolos saringan 0,063 mm. Jika kadar
lumpur melebihi 1%, agregat kasar harus dicuci sebelum dijadikan bahan untuk
pembuatan beton.
2. Tidak mengandung bahan yang dapat merusak beton

3. Harus terdiri dari partikel yang keras dan tidak berpori

4. Kerikil atau batu pecah yang lebih besar dari 40 mm tidak cocok untuk digunakan
dalam campuran beton
5. Persyaratan kerikil yang digunakan untuk campuran beton sebagai berikut:

a) Harus padat, keras dan tidak berpori

b) Mengandung lumpur tidak lebih dari 1% berat kering


2.17 SEGREGASI DAN BLEEDING PADA BETON

Bleeding pada Beton.Available at:


https://megaconperkasa.com/cara-mengatasi-kecelakaan-bleeding-segresi-beton

Segregasi pada Beton. Available at:


https://megaconconcrete.com/sifat-karakteristik-beton-segar/

Segregasi dan bleeding adalah dua masalah umum yang dapat terjadi pada beton
selama dan setelah konstruksi. Stratifikasi adalah pemisahan komponen-komponen
campuran beton, sedangkan bleeding adalah suatu bentuk segregasi dimana air dalam
campuran didorong ke atas oleh sedimentasi agregat dan semen.
Bleeding dapat menimbulkan gangguan kestabilan beton karena dapat menimbulkan
saluran-saluran air mengalir melalui beton sehingga menimbulkan rongga-rongga dan
mengurangi ikatan antara agregat dengan pasta semen.
Berikut beberapa penyebab terjadinya segregasi dan bleeding pada beton:

1. Rasio air-semen yang tinggi:

Rasio air-semen yang tinggi dapat melemahkan beton dan menyebabkan bleed
yang terlalu banyak.
2. Desain campuran yang buruk:

Campuran yang dirancang dengan buruk dapat mengakibatkan bahan halus tidak
cukup untuk menahan air dalam campuran, sehingga menyebabkan lunturnya
campuran
3. Getaran yang berlebihan:

Getaran yang berlebihan pada beton dapat menyebabkan agregat mengendap dan
terpisah dari pasta semen, sehingga menyebabkan stratifikasi.
4. Pemadatan yang tidak mencukupi:

Pemadatan yang tidak memadai dapat menyebabkan beton mengendap dan


terpisah, sehingga menyebabkan segregasi

Untuk menghindari segregasi dan bleeding, langkah-langkah berikut dapat dilakukan:

1. Gunakan bahan pemasukan uadara, bahan tambahan, dan bahan pozzolan untuk
meningkatkan kemampuan pengerjaan campuran dan mengurangi bleeding
2. Membatasi rasio air-semen pada tingkat yang sesuai

3. Menggunakan campuran yang dirancang dengan baik dan mengandung butiran halus
yang cukup untuk menahan air dalam campuran
4. Hindari getaran berlebihan dan pastikan pemadatan yang memadai selama proses
konstruksi

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pada dasarnya tujuan
perencanaan agregat berusaha
untuk memperoleh suatu
pemecahan yang optimal dalam
biaya atau keuntungan pada
suatu periode
perencanaan.perencanaan
agregat memperhatikan
penentuan kuantitas dan waktu
produksi pada jangka menengah
3.2 DAFTAR REFERENSI

Amalia – E-Book Material Bangunan. Available at:


https://press.pnj.ac.id/book/Amalia-Material-Bangunan/88/ (Accessed: 21 Oct. 23)
Operator IT Media Informasi Teknologi 2014. Teknologi Bahan (Agregat) Bagian 1.

Available at: https://operator-it.blogspot.com/2014/03/teknologi-bahan-agregat-bagian-


1.html (Accessed: 21 Oct. 23)
Operator IT Media Informasi Teknologi 2014. Teknologi Bahan (Agregat) Bagian 2.

Available at: https://operator-it.blogspot.com/2014/03/teknologi-bahan-agregat-bagian-


2.html (Accessed: 21 Oct. 23)
Rizky Mamangkey, Oscar H. Kaseke, Freddy Jansen, Mecky R. E. Manoppo – Jurnal
Sipil Statik 2013. Kajian Laboratorium Sifat Fisik Agregat Yang Mempengaruhi Nilai Vma
Pada Campuran Beraspal Panas Hrs-wc. Availavle at:
https://www.neliti.com/publications/131651/kajian-laboratorium-sifat-fisik-agregat-yang-
mempengaruhi-nilai-vma-pada-campura (Accessed: 22 Oct. 23)
Yayat Prakoso – Universitas Muslim Indonesia 2020. Laporan Klasifikasi dan
Syarat Mutu Agregat. Available at: https://www.studocu.com/id/document/universitas-
muslim- indonesia/civil-engginering/klasifikasi-dan-syarat-mutu-agregat/54100667
(Accessed: 22 Oct. 23)

Anda mungkin juga menyukai