DASAR TEORI
2.2.1 Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang
telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan
abrasi yang berlangsung lama atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah
batuan induk yang lebih besar. Dua jenis agregat adalah :
4
1. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam
sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir
buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir 5 mm.
2. Àgregat Kasar
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil
sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40
mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud
pemakaian.
2.2.1.1 Klasifikasi
a. Agregat alam
b. Agregat buatan
a. Agregat halus
5
b. Agregat kasar
a. Agregat ringan
b. Agregat normal
Agregat ini memiliki berat jenis antara 2,5 sampai 2,7. Agregat ini
jika digunakan pada beton akan menghasilkan beton dengan berat jenis
sekitar 2,3 dan disebut dengan beton normal.
c. Agregat Berat
Agregat berat ini memiliki berat jenis lebih dari 2,8. Beton yang
dihasilkanpun memiliki berat jenis tinggi juga. Biasanya digunakan
sebagai pelindung dari sinar radisi sinar x.
a. Bulat
Pada umumnya agregat jenis ini berbentuk bulat atau bulat telur.
Pasir/kerikil jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan
mempunyai rongga udara minimum 33 %. Ini berarti agregat
mempinyai resiko luas permukaan yang kecil, sehingga hanya
memerlukan sedikit pasta semen untuk menghasilkan adukan beton
6
yang baik. Tetapi ikatan antar butir-butir menjadi kurang sehingga
ikatannya (lekatannya) lemah. Oleh karena itu agregat ini tidak cocok
untuk beton mutu tinggi maupun untuk perkerasan jalan.
b. Bersudut
c. Pipih
d. Memanjang (lonjong)
7
direndam dalam air sampai jenuh, disebut serapan air atau daya serap air
dalam agregat. Jika agregat yang didalamnya jenuh dengan air yang
diambil dari rendaman, agregat tersebut dalam keadaan basah. Jika air
diluar agregat sudah menguap (permukaan agregat kering), agregat dalam
keadaan jenuh kering muka.
b. Kering udara
d. Basah
Pada keadaan ini butiran-butiran agregat banyak
mengandung air, baik dalam butiran maupun dalam permukaan
agregat sehingga jika dipakai dalam campuran beton penggunaan
air harus dikurangi.
8
2.2.2 Semen (Portland Cement)
Portland cement merupakan bahan pengikat utama untuk adukan beton
dan pasangan batu yang digunakan untuk menyatukan bahan menjadi satu
kesatuan yang kuat. Jenis atau tipe semen yang digunakan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton, dalam hal ini perlu diketahui tipe
semen yang distandardisasi di Indonesia. Semen portland dibagi menjadi lima
tipe, yaitu :
9
(cepat mengeras). Kekuatan yang dicapainya dalam 24 jam akan sama
dengan kekuatan beton dari semen biasa dalam 7 hari. Hanya sekitar 3 hari
kekuatan tekannya setara dengan kekuatan tekan 28 hari beton dengan
semen biasa.
2.2.3 Air
Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu,
air yang dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air
yang digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung minyak, lumpur dan
bahan-bahan kimia yang dapat merusak kekuatan beton. Untuk itu diperlukan
pemeriksaan terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai sebagai campuran
beton atau tidak.
10
2.3.2 Beton Massa
Beton yang dituang dalam volume besar, yaitu perbandingan antara
volume dan luas permukaannya besar. Biasanya dianggap beton massa jika
dimensinya lebih dari 60 cm.
2.3.3 Ferosemen
Suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan kepada
mortar semen suatu tulangan yang berupa anyaman kawat baja sebagai pemberi
kekuatan tarik dan daktilitas.
11
2.3.8 Beton Prategang
Jenis beton ini sama dengan beton bertulang, perbedaannya adalah
batangnya baja yang dimasukkan ke dalam beton ditegangkan dahulu . batang
baja ini tetap mempunyai tegangan sampai beton yang dituang mengeras.bagian
balok beton ini walaupun menahan lenturan tidak akan terjadi retak.
12
pembakarannya, sehingga mengandung lebih banyak bahan yang mudah terbakar.
Kuantitas bahan yang mudah terbakar akan mempengaruhi rambatan kelembapan.
Makin banyak bahan yang mudah terbakar semakin besar pula terjadinya
rambatan kelembapan. Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun pembangkit
tenaga dimana ketel uap dipanasi dengan bahan bakar padat. Agregat jenis ini
banyak dipergunakan untuk memproduksi balok dan pelat untuk partisi atau
penyekat dalam dan tembok interior lainnya.
2.4.4 Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur
berputar. Tanah liat kering atau yang bergumpal-gumpal atau pecahan shale
dibakar mendadak dalam dapur berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian
bahan akan membengkak. Hasilnya merupakan bongkahan-bongkahan tanah yang
mengembang serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan diayak hingga
mencapai susunan butir yang diperlukan.
2.4.5 Lelite
Lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung
senyawa-senyawa karbon. Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian
dilakukan pembakaran dalam dapur vertikal pada suhu yang tinggi (± 1550 oC).
Pada suhu ini butiran-butiran akan mengembang dan terkumpul di bawah (dasar)
13
dapur berupa lempeng-lempeng yang berlubang seperti rumah lebah. Dari
lempeng-lempeng ini dibuat bahan tambah dengan memecah dan mengayaknya
untuk mendapatkan butiran-butiran dengan ukuran tertentu. Lempeng itu sendiri
dapat dipergunakan untuk unsur bangunan guna menghambat suara dan panas.
14
a. Corong baja yang berbentuk konus berlubang pada kedua ujungnya.
Bagian bawah berdiameter 20 cm, dan bagian atasnya berdiameter 10
cm dan tingginya 30 cm
b. Tongkat baja berdimeter 16 mm dan panjang 60 cm dan bagian
ujungujungnya dibulatkan.
15
bagian dalamnya dibasahkan, ini bertujuan untuk mencegah lengketnya adonan
beton dengan kerucut. Lalu kerucut tersebut diletakkan di atas dasar atau lantai
yang halus; dengan tingkat kemampuan menyerap air yang rendah. Lalu
sementara kerucut diletakkan, tester menahan kerucut tersebut dengan beban.
Kerucut yang digunakan tersebut diisi dengan 3 lapis (layer) beton yang masing-
masing bervolume 1/3 dari volume kerucut dengan ditusuk-tusuk 25 kali. Setelah
kita berhasil mengisi kerucut tersebut maka selanjutnya kita membalikkan kerucut
tersebut ke atas tanah. Segera setelah itu kerucut diangkat secara vertikal untuk
mengetahui sifat atau bentuk slump yang terjadi.
1. Near-zero Slump
2. Normal Slump
3. Shear Slump
4. Collapse Slump
16
Slump ini merupakan jenis slump yang sangat buruk karena
komposisi airnya sangat banyak dan jauh melebihi dari komposisi agregat
penyusunnya sehingga tingkat konsistensinya sangat rendah.
1. Mixing
2. Placing
4. Curing
17
Curing adalah suatu proses untuk menjaga tingkat kelembaban dan
temperature ideal untuk mencegah hidrasi yang berlebihan serta menjaga
agar hidrasi terjadi secara berkelanjutan. Biasanya lingkungan sekitar
beton yang baru dicampur diusahakan agar tetap lembap. Curing bertujuan
untuk mencegah penguapan yang berlebihan oleh beton tersebut, dengan
membuat keadaan lingkungan yang lembab lebih memudahkan proses
curing.
Pada waktu proses hidrasi berlangsung, beton melepaskan panas dan air,
dapat diamati dengan naiknya suhu beton tersebut, yang menyebabkan terjadinya
susut (shrinkage). Susut dapat menyebabkan retak bila tidak dikendalikan dengan
baik. Definisi susut (shrinkage) adalah sifat beton yang berupa mengecilnya
volume beton akibat berkurangnya kandungan air. Akan sangat berpengaruh pada
beton masal (volume besar). Saat semen berada pada kondisi plastis, terjadi
kontraksi penyusutan volumetrik yang mana skalanya sekitar 1 % lebih besar dari
volume kering semen sebenarnya.
Faktor utama yang menentukan besarnya susut adalah kandungan air dalam
adukan beton, sedang faktor-faktor lain yang mempengaruhi besarnya susut
pengeringan (Nawy, Edward.G.,1990) adalah :
1. Agregat
2. Rasio air/semen
18
Durasi susut akan lebih lama untuk komponen struktur yang lebih
besar karena lebih banyak waktu yang dibutuhkan dalam pengeringan
untuk mencapai daerah dalam.
5. Jenis semen
Semen yang cepat mengering akan mengalami susut lebih banyak
dibandingkan jenis-jenis lainnya. Pengaruh kuantitas semen terhadap susut
beton adalah mengenai jumlah air yang diserap oleh semen. Semakin besar
kuantitas semen yang digunakan maka semakin besar juga jumlah air yang
diserap, sehingga susut yang terjadi semakin besar.
Salah satu kelebihan bahan beton ini adalah kekuatan tekannya yang jauh
lebih besar bila dibandingkan kuat tariknya. Dengan demikian kuat tekan ini
merupakan karakteristik mekanis yang lebih penting dipertimbangkan dari pada
19
kuat tariknya. Kekuatan tekan beton didefinisikan sebagai tegangan tekan
maksimum yang dapat ditahan oleh bahan beton akibat beban luar, secara praktis
kuat tekan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya perbandingan
semen, agregat, gradasi agregat, bentuk permukaan agregat, kekuatan dan
kekakuan agregat, ukuran maksimum agregat, tingkat derajat pemadatan, jenis
dan kualitas semen, umur, perawatan, suhu, jenis dan besarnya bahan tambahan
campuran serta mineral pembentuk agregat.
20
Penggunaan jenis semen yang berbeda akan menghasilkan kekuatan beton
yang berbeda pula.
21
2.7.2 Pengujian agregat kasar
Pengujian ini digunakan untuk mencari nilai Spesific Grafity, Absorption
dan Sieve Analysis dari agregat halus sesuai dengan SNI yang digunakan untuk
menentukan volume dan berat isi agregat halus dalam beton. Selain itu, juga
dilakukan pengujian terhadap berat isi agregat dan abrasi.
22
17 Kebutuhan agregat halus per meter kubik beton ………….kg
18 Kebutuhan agregat kasar per meter kubik beton ………….kg
Kesimpulan :
Rancangan pembuatan Kebutuhan bahan dasar beton
beton
Volume Berat Air Semen Ag.halus Ag.kasar
1 m³ …………kg …………ltr …………kg …………kg …………kg
1 adukan …………kg …………ltr …………kg …………kg …………kg
23
2. Daerah kurva normal
a. Merupakan ruangan yang dibatasi daerah kurva dengan absisnya
(sumbu alas).
b. Luas daerah biasanya dinyatakan dalam persen atau proporsi.
Distribusi normal dipengaruhi oleh dua parameter, yaitu mean dan standar
deviasi. Mean menentukan lokasi pusat statistik dan standar deviasi menentukan
lebar dari kurva normal.
Rumus umum distribusi normal :
Dengan : µ = Mean
σ = Standar Deviasi
Kurva normal menggambarkan daerah penerimaan dan penolakan Ho.
Jika pengujian dua arah / sisi, maka gambarnya sebagai berikut :
24
Gambar 2.2 Kurva normal Jika pengujian satu arah
25