Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENGUJIAN BETON SEGAR

1.1 Dasar Teori


1.1.1 Beton
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. .
Dalam pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir
dan kerikil atau koral kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton berubah
karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan pencampurannya.
Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih
bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.

1.1.2 Bahan Campuran Beton


1.1.2.1 Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya
alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses
pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat juga diperoleh
dengan memecah batuan induk yang lebih besar.
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh
alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum
yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.
Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;
1) Ditinjau dari asalnya
a) Agregat alam
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau
hasil penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah

1
batuan beku. Jenis batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai
meskipun kualitasnya masih perlu dipilih. Batuan yang abaik untuk
agregat adalah butiran-butiran yang keras kompak, tidak pipih , kekal
(volume tidak mudah berubah karena perubahan cuaca), serta tidak
terpengaruh keadaan sekelilingnya. Agregat alam dapat dibedakan atas
tiga kelompok.
a) kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran
oleh alam dari batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari
asalnya karena terbawa arus air atau angin, dan mengendap di suatu
tempat. Pada umumnya pasir dan kerikil yang terbawa arus air berbentuk
bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk atau beton. Umumnya
pula jenis agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen
sehingga dalam penggunaannya untuk beton diperlukan perhatian khusus.
Karena perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat
beton yang dibuat agregat tersebut.
b) Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah
batuan beku yang kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah
membutuhkan air lebih banyak karena luas bidang permukaannya relatif
lebih luas. Dengan demikian untuk mendapatkan kelecakan aduk tertentu
dan faktor air semen sama, beton dengan agregat batu pecah akan
menggunakan semen sedikit lebih banyak daripada beton dengan
menggunakan pasir atau kerikil alam. kekuatan beton dengan batu pecah
biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat perekat pada permukaan batu
pecah lebih baik daripada butiran yang halus. Macam-macam batu yang
cocok digunakan untuk agregat beton yaitu:
a) Batu kapur adalah hasil sedimentasi yang komposisi utamanya
adalah kalsium karbonat. Semakin keras dan padat jenis batu kapur
ini semakin cocok untuk pembuatan beton.
b)  Batu api. Meliputi granit, basalt, dolerit, gabbros dan porphyries.
Granit adalah keras ulet dan padat sehingga merupakan agregat yang
baik untuk beton. Basalt merupakan batu api yang menyerupai
granit, tetapi struktur butirnya lebih halus karena pendinginan yang

2
cepat pada proses pembentukannya. Dolerit mempunyai struktur
butir kristal yang halus dan mengandung felspar banyak. Beberapa
dolerit bilamana digunakan untuk beton dapat menyebabkan retak-
retak dan menggangggu penggunaannya. Diketahi bahwa batu ini
mengembang dan menyusut sesuai dengan kelembaban.
c) Sandstone. Sandstone bervariasi mulai dari yang paling keras
dengan komposisi butiran yang berdekatan , sampai yang lebih lunak
dengan butiran yang lebih lepas, seperti batu tulis yang berpasir,
dimana adanya tanah liat menyebabkannya menjadi lunak, gampang
pecah dan daya serapnya tinggi.
d) Batu tulis biasanya agregat yang tidak baik , lunak, lemah, dan
berlapis dan daya serapnya tinggi. Selain itu bentuknya yang pipih
menyebabkan partikel-partikel ini sulit dipadatkan di dalam beton.
e) Batuan metamorforsa, bervariasi dalam karakternya. Marmer dan
quartzites biasanya pejal, padat, serta cukup ulet dan kuat.
c) agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum
digunakan. Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus
dan bahan-bahan yang bukan volkanik, misalnya lempung. Batu ini
memiliki sifat isolasi panas yang baik.
b) Agregat buatan
Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan
penggunaan khusus, atau karena kekurangan agregat batuan-batuan alam. Berikut
adalah contoh agregat buatan yaitu klinker dan breeze pada umumnya klinker
dianggap sebagai bahan yang dibakar sempurna, massanya mengeras dan berinti,
serta terisi bahan yang sedikit terbakar. Adapun breeze merupakan bahan residu
yang kurang keras dan kurang baik pembakarannya, sehingga mengandung lebih
banyak bahan yang mudah terbakar. Kuantitas bahan yang mudah terbakar akan
mempengaruhi rambatan kelembapan. Makin banyak bahan yang mudah terbakar
semakin besar pula terjadinya rambatan kelembapan.Sumber utama jenis agregat
ini adalah stasiun pembangkit tenaga dimana ketel uap dipanasi dengan bahan
bakar padat. Agregat jenis ini banyak dipergunakan untuk memproduksi blok dan
pelat untuk partisi/penyekat dalam dan tembok interior lainnya.

3
a) agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang
tanah liat dan batu tulis yang terjadi secara alamiah dapat dipergunakan
unytuk membuat bahan berpori yang ringan, dengan permukaan yang
berbentuk sel-sel dengan pemanasan sampai suhu sekitar 1000 0C – 2000
0C.
b) cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu
arang yang kurang sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada
dapur-dapur rumah tangga di negara-negara Eropa dan Amerika. Cooke
breeze mengandung banyak sekali arang, kadang mencapai 75 %.
Kandungan arang yang banyak tadi akan menghambat pengerasan semen
sehingga dalam pemakaiannya perlu mendapat perhatian.
c) Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam
dapur berputar. Tanah liat kering atau yang bergumpal – gumpal atau
pecahan shale dibakar mendadak dalam dapur berputar pada suhu tinggi.
Dengan demikian bahan akan membengkak. Hasilnya merupakan
bongkahan-bongkahan tanah yang mengembang serta hampir leleh,
kemudian dihancurkan dan diayak hingga mencapai susunan butir yang
diperlukan.
d) Lelite
lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung
senyawa-senyawa karbon. Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian
dilakukan pembakaran dalam dapur vertikal pada suhu yang tinggi (±
1550oC). Pada suhu ini butiran-butiran akan mengembang dan terkumpul
di bawah (dasar) dapur berupa lempeng-lempeng yang berlubang seperti
rumah lebah. Dari lempeng-lempeng ini dibuat bahan tambah dengan
memecah dan mengayaknya untuk mendapatkan butiran-butiran dengan
ukuran tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan untuk unsur
bangunan guna menghambat suara dan panas.

2) Ditinjau dari berat jenisnya


Ditinjau dari berat jenisnya, agregat dibedakan menjadi tiga macam.

4
a) Agregat Ringan
Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari
2,0, dan biasanya digunakan untuk beton non struktural. Agregat ini juga
dapat digunakan untuk beton struktural atau blok dinding tembok.
Kelebihan agregat ini adalah memiliki berat yang rendah , sehingga
strukturnya ringan dan fondasinya dapat lebih kecil. Agregat ini dapat
diperoleh secara alami maupun buatan. Beberapa contoh agregat ringan :
agregat batu apaung, rocklite, lelite, dan sebagainya.
b) Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5
sampai 2,7. agregat ini berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan
sebagainya. Beton yang dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan
kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40 Mpa. Betonnya dinamakan beton
normal
c) Agregat Berat
Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat
berat , misalnya magnetik (Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi.
Beton yang dihasilkan juga memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0), yang
efektif sebagai pelindung sinar radiasi sinar X.

3) Ditinjau dari Bentuknya


Ditinjau dari bentuknya, agregat dapat dibedakan atas agregat bulat,
bersudut, pipih, dan memanjang.
a) Bulat
 Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan
mempunyai rongga udara minimum 33%. Agregat ini hanya
memerlukan sedikit pasta semen untuk menghasilkan adukan beton
yang baik. Agregat jenis ini tidak cocok untuk beton mutu tinggi
maupun perkerasan jalan raya. Agregat berbentuk bulat sebagian
mempunyai rongga udara yang lebih besar daripada agregat bulat,
yaitu berkisar 35-38%. Dengan demikian agregat jenis ini

5
membutuhkan pasta semen lebih banyak untuk mendapatkan beton
segar yang baik (dapat dikerjakan).
b) Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan
permukaannya kasar. Termasuk jenis ini adalah semua jenis batu pecah
hasil pemecahan dengan mesin. Agregat ini memiliki rongga yang
lebih besar, yaitu antara 38% sampai 40%. Ikatan antar butirnya baik
sehingga membentuk daya lekat yang baik. Agregat jenis ini baik
untuk membuat beton mutu tinggi maupun lapis perkerasan jalan.
c) Pipih
Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan
ukuran terlebar dan tertebal pada butiran itu lebuh dari 3. Agregat ini
berasal dari batu-batuan yang berlapis.
d) Memanjang (Lonjong)
Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan
ukuran yang terpanjang dan terlebar lebih dari 3.

4) Ditinjau dari tekstur permukaan


a) Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat. Contoh: flint
hitam, obsidian.
b) Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya berupa pecahan batuan,
permukaan tampak kasar tampak jelas bentuk kristalnya. Contoh jenis
ini: basalt, felsite, batu kapur, dan sebagainya.
c) Agregat denga permuakaan licin. Biasa ditemukan pada batuan yang
butiran-butirannya sangat halus. Contoh: kerikil sungai, chart, batu
lapis, dan sebagainya.
d) Agregat dengan permukaan berbutir. Pecahan dari batuan ini
menunjukan adanya butir-butir bulat yang merata. Misalnya batuan
pasir, colite.
e) Agregat berpori dan berongga.

6
1.1.2.2 Air dan Campuran
  Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu,
air yang dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air
yang digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung minyak, lumpur dan
bahan-bahan kimia yang dapat merusak kekuatan beton. Untuk itu diperlukan
pemeriksaan terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai sebagai campuran
beton atau tidak. Cara berikut ini dipergunakan untuk pemeriksaan tersebut:
Waktu set semen dan kekuatan tekan diukur untuk mortar yang dicampur dengan
air bersih dan yang dicampur air yang diuji, hasil pengukurannya dibandingkan.
Sedangkan air laut hanya dapat dipakai untuk beton yang tidak mempergunakan
baja tulangan karena mengandung garam yang dapat menyebabkan baja berkarat.
  Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki sifat
beton yang lemah dan mengeras. Bahan campuran dibagi menjadi dua kelompok:
yang pertama ialah bahwa volume yang ditambahkan harus diperhitungkan pada
pengadukan beton dan yang ditambahkan tidak perlu diperhitungkan. Yang
pertama disebut bahan campuran dan yang kedua disebut zat campuran.
  Ada beberapa macam bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang
memiliki sifat hidrolik tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur tinggi,
dan berbagai bahan penambah. Ada beberapa jenis zat campuran yang
digolongkan menurut fungsinya yaitu zat pembawa dan zat untuk pendispersi (zat
penghilang air). Zat pembawa dipakai untuk memperbaiki kemampuan pengerjaan
dengan mencampur sejumlah optimum udara ke dalam beton. Termasuk ke dalam
golongan ini adalah resin vinol. Zat untuk pendispersi dipergunakan untuk
mencegah tersetnya partikel dalam semen. Jika zat ini dibubuhkan dalam beton,
kecairan beton akan bertambah. Garam kondensat tinggi dari asam sulfonat
melamin dan sebagainya temasuk golongan zat pendispersi.

1.1.2.3 Semen
Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat – silikat kalsium yang bersifat
hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan untuk mengatur ikatan awal semen.

7
Kehalusan semen mempengaruhi kemudahan pengerjaan adukan beton dan dapat
mengurangi bleeding  (naiknya sejumlah air ke permukaan beton).
Proses hidrasi semen berlangsung bila semen bereaksi dengan air. Di awal
hidrasi dihasilkan Ca(OH)2, etteringite, dan C3S2H3 yang
membentuk coating pada partikel semen. Hal ini mengakibatkan reaksi hidrasi
tertahan selama 1 – 3 jam (pasta semen masih plastis dan workable). Periode ini
berakhir dengan pecahnyacoating dan reaksi hidrasi kembali terjadi dan initial
setting segera terjadi yaitu waktu mulai adonan terjadi sampai mulai terjadi
kekakuan tertentu dimana adonan mulai tidak workable. Dan final setting tercapai
pada saat adonan mencapai kekakuan penuh. Waktu pengikatan (setting time) dari
semen dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :
a) Kandungan C3A, semakin besar akan menyebabkan setting time yang
pendek
b) Kandungan gips,  semakin besar akan menyebabkan setting time yang
panjang
c) Semen yang semakin halus meyebabkan setting time yang semakin pendek
Ada beberapa jenis semen Portland, yaitu :
a) Jenis I (Normal Portland Cement)
Untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan
khusus. Semen jenis ini tidak baik digunakan pada bangunan massa karena
dapat menimbulkan selisih temperatur yang besar antara bagian dalam dan
luar bangunan sehingga dapat menimbulkan retak – retak pengerasan.
b) Jenis II (Modified Portland Cement)
Dalam penggunaannya diperlukan ketahanan terhadap sulfat. Baik
digunakan untuk bangunan seperti pir, pilar, dinding penahan tanah yang
tebal, bendungan, dan dermaga)
c) Jenis III (High Early Strenght Prtland Cement)
Dalam penggunaannya dituntut persyaratan kekuatan awal yang
tinggi setelah pengikatan terjadi. Baik digunakan untuk pembuatan –
pembuatan beton yang harus segera digunakan atau harus segera
dilepas bekesting-nya. (Contoh : jalan raya dan lapangan terbang)
d) Jenis IV (Low Heat Portland Cement)

8
Dibutuhkan panas hidrasi yang rendah dalam penggunaanya. Baik
digunakan untuk pembuatan bangunan massa seperti bendungan.
e) Jenis V (Sulfate Resisting Portland Cement)
Dalam penggunaannya menuntut persyaratan sangat tahan terhadap
sulfat. Penggunaan semen jenis ini untuk bangunan – bangunan yang
terletak pada sulfat pekat (contoh : bendung dan pemecah gelombang)

1.1.3 Kualitas Standar Bahan Campuran Beton


1.1.3.1 Agregat Halus
1) Modulus halus butir 1,5 sampai 3,8
2) Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm)
maksimum 5%.
3) Kadar zat organic yang terkandung yang ditentukan dengan
mencampur agregat halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO 4) 3%,
jika dibandingkan dengan warna standar/pembanding tidak lebih tua
dari pada warna standar.
4) Kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir
pembanding yang berasal dari pasir kwarsa Bangka memberikan angka
tidak lebih dari 2,20.
5) Kekekalan ( jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
maksimum 10%, dan jika di pakai magnesium sulfat, maksimum
15%).
1.1.3.2 Agregat Kasar
1) Modulus halus butir 6,0 sampai 7,1
2) Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm)
maksimum 1 %.
3) Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga
maksimum 5%.
4) Kekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
maksimum 12%, dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang
hancur maksimum 18%.

9
5) Tirdak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen
sebagai Na2O lebih besar dari 0,6%.
6) Tidak mengandung butiran

10
1.2 Pengujian Slump Beton
1.2.1 Dasar Teori
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan nilai Slump beton segar.
Nilai Slump beton menunjukan tingkat/ derajat kemudahan pengerjaan yang
berkaitan erat dengan tingkat kelecakan/ keenceran adukan beton. Makin cair
adukan beton, makin mudah mudah cara pengerjaannya begitu juga sebaliknya.

1.2.2 Tujuan Pengujian


1.2.2.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, kami akan dapat mengetahui sifat-sifat
fisik, mekanik dan teknologi beton sebagai bahan bangunan dan jalan dengan
benar.
1.2.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, kami akan dapat:
a. Menentukan nilai Slump beton.
b. Menjelaskan prosedur pengujian Slump beton dengan benar.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.

1.2.3 Alat yang Digunakan


a. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian atas 10 cm,
bagian bawah 20 cm dan tinggi 30 cm. Bagian atas dan bawah cetakan
terbuka.
b. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, bagian ujung
dibulatkan dan sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
c. Pelat logam dengan permukaan yang kokoh, rata dan kedap air.
d. Sendok cekung, dan sendok spesi.
e. Penggaris.
f. Perata

1.2.4 Benda Uji


Benda uji adalah contoh beton segar, sebanyak-banyaknya sama dengan isi
cetakan.

11
1.2.5 Prosedur Pelaksanaan
a. Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah.
b. Letakan cetakan di atas pelat.
c. Tekan cetakan dan isilah cetakan sampai penuh dengan beton segar
dalam 3 (tiga) lapis, dimana pada setiap lapis berisi kira-kira 1/3 isi
cetakan dan dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali
tusukan secara merata. Pada pemadatan, tongkat harus tepat masuk
sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan (jangan sampai
menyentuh alas besi). Pada lapisan pertama penusukan bagian tepi
tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan.
d. Segera setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan
tongkat, tunggu selama 30 detik, dan dalam jangka waktu ini semua
benda uji yang jatuh disekitar cetakan harus disingkirkan.
e. Kemudian cetakan diangkat secara perlahan-lahan tegak lurus ke atas.
f. Balikan cetakan dan letakan perlahan-lahan disamping benda uji.
g. Ukurlah nilai slump beton yang terjadi minimal 4 titik berbeda dengan
menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi rata-rata benda uji.

1.2.6 Data Hasil Perhitungan


Tabel 1 Data Pengujian Slump Beton
Pemeriksaan Slump(cm) slump (mm)
1 9.5 95
2 16 160
3 12.5 125
4 16.2 162
Rata-rata
Slump 13.625 136.25

1.2.7 Analisa Dan Perhitungan


9,5+16+12,5+16,2
Nilai Slump I = =13,625 cm
4

1.2.8 Kesimpulan
Hasil pengujian kekentalan beton (Slump Tes) pada benda uji I adalah

12
13,625 cm. Pada kontrol pengujian nilai slump masuk pada interval 60 – 180 mm
atau 6cm – 18 cm sesuai dengan perencanaan.

1.2.9 Gambar Peralatan

Nama :.Kurucut terpancung - tongkat untuk memadatkan beton dalam


Fungsi : untuk mencetak beton cetakan - plat untuk tempat pencetakan
-penggaris untuk mengukur ketinggian
benda uji

13
1.3 Pengujian Kadar Udara Dalam Beton Segar
1.3.1 Dasar Teori
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui kadar udara yang ada
dalam adukan beton. Ada dua jenis udara di dalam beton, yaitu udara entrain dan
udara yang terjebak. Dalam pemeriksaan ini adalah untuk keduanya. Kadar udara
dalam beton dinyatakan dalam persen (%) terhadap volume beton, meskipun
udara hanya terdapat dalam pasta semen.

1.3.2 Tujuan
1.3.2.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, kami akan dapat mengetahui persentase
kadar udara yang ada dalam adukan beton.
1.3.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, kami akan dapat:
a. Menentukan persentase kadar udara yang ada dalam adukan beton.
b. Menjelaskan prosedur pengujian kadar udara dalam adukan beton
dengan benar.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.

1.3.3 Alat yang Digunakan


a. Alat pengukur udara dalam beton 1 (satu) set.
b. Pompa tangan/ compresor.
c. Sendok cekung, dan sendok spesi.

1.3.4 Benda Uji


Benda uji adalah contoh beton segar, sebanyak-banyaknya sama dengan isi
cetakan
.
1.3.5 Prosedur Pelaksanaan
a. Siapkan peralatan pengujian kadar udara dalam beton 1 (satu) set.
b. Ambil adukan beton segar.

14
c. Masukan ke dalam Mould/ silinder alat pengujian kadar udara dengan
pelan-pelan tanpa ditekan dalam 3 (tiga) lapis, dimana pada tiap lapis
dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara
merata.
d. Segera setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dan
bersihkan bagian tepi Mould/ silinder dari adukan yang menempel,
kemudian letakan pelat bulat di atas permukaan benda uji.
e. Tutuplah Mould/ silinder yang berisi benda uji dengan penutup yang
dilengkapi dengan dial pengukur tekanan angin yang telah ditentukan
untuk pengujian ini.
f. Isi tabung tersebut dengan air sampai pada bacaan nol yang tertera pada
tabung dengan menggunakan selang air.
g. Masukan udara dengan menggunakan pompa atau kompresor sambil
melihat dial pengukur pada alat tersebut hingga jarum menunjukan angka
0,002 N/ mm2 atau 0,20 MN/ mm2.
h. Pada saat yang sama, baca dan catat ketinggian air pada tabung, nilai
tersebut menunjukan prosentase kadar udara dalam adukan beton.

1.3.6 Data Hasil Pengujian


Tabel 3 Data Pengujian Kadar Udara dalam Beton
Pemeriksaan Benda Uji
I
Berat Alat 4,7
Kadar Udara (%) 3,3%

1.3.7 Kesimpulan
Nilai kadar udara dari pengujian yang kami lakukan adalah 3,3 % sehingga
sesuai dengan kadar udara yang diijinkan yaitu 1-5%. Apabila diubah dalam KN
nilainya sekitar 66 KN.

1.3.8 Gambar Peralatan

15
Gambar. Kompresor
Fungsi : digunakan untuk pengisi Gambar. Alat uji udara
udara alat uji udara Fungsi : digunakan untuk
mengetahui kadar udara pada
adukan beton

Gambar.Penumbuk
Fungsi :digunakan untuk memadatkan
Gambar. Sendok pasir
Fungsi: digunakan untuk memasukkan tiap-tiap lapisan agregat dalam mould
agregat ke wadah mould

16
Gambar.Penumbuk
Fungsi :digunakan untuk memadatkan
1.4 Pengujian Bobot Isi Beton Segar
tiap-tiap lapisan agregat dalam mould
1.4.1 Dasar Teori
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi dan banyaknya
beton per sak semen. Berat isi beton adalah berat beton persatuan volume.
Sedangkan banyaknya beton per sak semen adalah untuk mengetahu banyaknya
adukan beton yang dihasilkan dari 1 (satu) sak semen.

1.4.2 Tujuan
1.4.2.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, kami akan dapat mengetahui sifat-sifat
fisik, mekanik dan teknologi beton sebagai bahan bangunan dan jalan dengan
benar.
1.4.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, kami akan dapat:
a. Menentukan bobot isi dan banyaknya beton per sak semen.
b. Menjelaskan prosedur pengujian bobot isi dan banyaknya beton persak
semen dengan benar.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.

1.4.3 Alat yang Digunakan


a. Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh.
b. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, bagian ujung
dibulatkan dan sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
c. Alat perata.
d. Sendok cekung, dan sendok spesi.
e. Takaran/ Mould, dengan kapasitas dan penggunaan sebagai berikut:
- Kapasitas 10 liter, ukuran maksimum agregat kasar 37,5 mm.

1.4.4 Benda Uji


Benda uji adalah contoh beton segar, sebanyak-banyaknya sama dengan isi
cetakan.

17
1.4.5 Prosedur Pelaksanaan
1.4.5.1 Bobot Isi Lepas
a. Siapkan takaran/ mould untuk pengujian bobot isi beton dan timbang
beratnya (A).
b. Ambil adukan beton segar.
c. Masukan ke dalam Mould/ silinder alat pengujian bobot isi dengan pelan-
pelan tanpa ditekan.
d. Kemudian ratakan permukaan benda uji dan bersihkan bagian tepi
Mould/ silinder dari adukan yang menempel.
e. Timbang dan catat berat Mould/ silinder yang berisi benda uji ( B ).

1.4.5.2 Bobot Isi Ditumbuk


a. Siapkan takaran/ mould untuk pengujian bobot isi beton dan timbang
beratnya (A).
b. Ambil adukan beton segar.
c. Masukan ke dalam Mould/ silinder alat pengujian bobot isi dengan pelan-
pelan tanpa ditekan dalam 3 (tiga) lapis, dimana pada tiap lapis dipadatkan
dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata, pada
pemadatan lapisan pertama tongkat pemadat tidak boleh mengenai dasar
takaran, pada pemadatan lapisan kedua dan ketiga, tongkat pemadat boleh
masuk sampai kira-kira 2,5 cm dibawah lapisan sebelumnya.
d. Segera setelah selesai pemadatan, ketuklah dinding/ sisi takaran
perlahan-lahan dengan tongkat pemadat sampai tidak tampak gelembung-
gelembung udara pada permukaan serta rongga rongga bekas tusukan
tertutup, kemudian ratakan permukaan benda uji dan bersihkan bagian tepi
Mould/ silinder dari adukan yang menempel.
e. Timbang dan catat berat Mould/ silinder yang berisi benda uji ( B ).

1.4.5.3 Bobot Isi Digetarkan


a. Siapkan takaran/ mould untuk pengujian bobot isi beton dan timbang
beratnya (A).
b. Ambil adukan beton segar.

18
c. Masukan ke dalam Mould/ silinder alat pengujian bobot isi dengan pelan-
pelan tanpa ditekan dalam 3 (tiga) lapis, dimana pada tiap lapis digetarkan
ke kanan dan ke kiri sebanyak 25 kali secara merata.
d. Segera setelah selesai digetarkan, kemudian ratakan permukaan benda
uji dan bersihkan bagian tepi Mould/ silinder dari adukan yang menempel.
e. Timbang dan catat berat Mould/ silinder yang berisi benda uji ( B ).

1.4.6 Data Hasil Pengujian


Bobot Isi Bobot Isi Bobot Isi
Pemeriksaan   Lepas Ditumbuk Digetarkan
Berat Mould A 3.2 3.2 3.2
Berat Mould + benda uji B 10 10.5 10.5
W1 = B -
Berat Benda Uji A 6.8 7.3 7.3
Berat Air (Volume
Mould) C 2.85 2.85 2.85
D=
Berat Isi Beton W1/V 2.39 2.56 2.56

1.4.7 Analisa Dan Perhitungan


Berat Isi Beton ( D )
W1
D =  ( kg/ liter )
V
6.8
D lepas =  = 2.39 ( kg/ liter )
2.85

7.3
D ditumbuk =  = 2.56 ( kg/ liter )
2.85
7.3
D digetarkan =  = 2.56 ( kg/ liter )
2.85

19
1.4.8 Kesimpulan
Pengaruh dari perlakuan tanpa ditumbuk dan ditumbuk mempunyai
perbedaan kepadatan. Menumbuk berpengaruh pada saat mencetak beton karena
mengisi rongga kosong pada beton. Dan karenamenggunakan timbangan dengan
ketelitian yang kurang, maka hasil dari praktikum bobot isi beton tidak akurat.
Seharusnya berat beton yang di getarkan akan memiliki nilai lebih besar dari
beton yang ditumbuk.

1.4.9 Gambar Peralatan

Gambar .Timbangan Digital


Fungsi: Untuk menimbang benda Gambar. Mould
Fungsi: Sebagai tempat benda uji
uji

Gambar.Penumbuk
Fungsi :digunakan untuk memadatkan
Gambar. Sendok pasir
Fungsi: digunakan untuk memasukkan tiap-tiap lapisan agregat dalam mould
agregat ke wadah mould

20
1.5 Pengujian Kekuatan Tekan Beton
1.5.1 Dasar Teori
Salah satu kelebihan bahan beton ini adalah kekuatan tekannya yang jauh
lebih besar bila dibandingkan kuat tariknya, dengan demikian kuat tekan ini
merupakan karakteristik mekanis yang lebih penting dipertimbangkan daripada
kuat tariknya. Kekuatan tekan beton didefinisikan sebagai tegangan tekan
maksimum yang dapat ditahan oleh bahan beton akibat beban luar.
Secara praktis kuat tekan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya perbandingan semen agregat, gradasi agregat, bentuk permukaan
agregat, kekuatan dan kekakuan agregat, ukuran maksimum agregat, tingkat/
derajat pemadatan, jenis dan kualitas semen, umur, perawatan, suhu, jenis dan
besarnya bahan tambahan campuran serta mineral pembentuk agregat.
Penambahan kekuatan tekan beton sangat bervariasi, dari umur muda
sampai dengan umur 28 hari penambahan kekuatan tekan adalah besar, namun
setelah umur 28 hari variasi penambahan kekuatan tekan ini masih ada tetapi jauh
lebih kecil bila dibandingkan dengan umur sebelum 28 hari. Dengan demikian
umur 28 hari dipakai sebagai patokan untuk menentukan kekuatan tekan beton
dan biasa disebut sebagai Kuat Tekan Karakteristik.

1.5.2 Tujuan
1.5.2.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, kami akan dapat mengetahui sifat-sifat
fisik, mekanik dan teknologi beton sebagai bahan bangunan dan jalan dengan
benar.
1.5.2.1 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, kami akan dapat:
a. Menentukan karakteristik beton.
b. Menghitung kekuatan tekan beton.
c. Menjelaskan prosedur pengujian kekuatan tekan beton dengan benar.
d. Menggunakan peralatan dengan terampil.

21
1.5.3 Alat yang Digunakan
a. Cetakan silinder diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
b. Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh.
c. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, bagian ujung
dibulatkan dan sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
d. Bak pengaduk beton yang kedap air atau Mesin pengaduk/ Mollen.
e. Mesin Tekan, dengan kapasitas sesuai kebutuhan.
f. Peralatan tambahan : ember, sekop, sendok spesi, perata/ spatula dan talam.
g. Satu set alat pemeriksaan slump dan bobot isi beton.

1.5.4 Benda Uji


1.5.4.1 Pembuatan dan Pematangan Benda Uji.
1.5.4.1.1 Pengadukan
Pengadukan Dengan Mesin Pengaduk/ Mollen :
Masukkan agregrat kasar dan juga agregrat halus ke dalam mesin
pengaduk lalu aduk sampai merata. Setelah merata tambahkan semen dan aduk
kembali sampai merata. Setelah adonan merata tambahnkan air sedikit demi
sedikit sampai adonan merata. Jalankan mesin pengaduk, masukan agregat halus,
semen dan sisa air pencampur. Setelah semua bahan campuran beton dimasukan
ke dalam mesin pengaduk, aduklah beton selama 3 menit, kemudian tuangkan
adukan beton ke dalam talam dan aduklah lagi dengan sekop sampai merata.

1.5.4.1.2 Menentukan nilai Slump menurut cara pemeriksaan.


Apabila slump yang didapat tidak sesuai dengan yang dikehendaki, ulangi
pengadukan dengan menambah atau mengurangi agregat sampai mendapatkan
slump yang dikehendaki. Kemudian tentukan berat isi menurut cara pemeriksaan.
Isilah cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis (untuk cetakan berbentuk
silinder), pada tiap-tiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali
tusukan secara merata. Pada saat melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat
pemadat tidak boleh mengenai dasar cetakan. Pada saat pemadatan lapisan kedua
serta ketiga, tongkat pemadat boleh masuk kira-kira 25,4 mm kedalam lapisan di
bawahnya. Setelah selesai melakukan pemadatan, ketuklah sisi cetakan perlahan-

22
lahan sampai rongga bekas tusukan tertutup. Ratakan permukaan beton dan
tutuplah segera dengan bahan yang kedap air serta tahan karat. Kemudian biarkan
beton dalam cetakan selama 24 jam dan letakan pada tempat yang bebas dari
getaran. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji. Rendamlah
benda uji selama 7 hari dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi
persyaratan pematangan selama waktu yang dikehendaki.

1.5.4.2 Persiapan Pengujian


a. Ambilah benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak
perendam, kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain
lembab.
b. Tentukan berat dan ukuran benda uji.
d. Benda uji siap untuk diperiksa.

1.5.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Letakan benda uji pada mesin tekan secara centris.
b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban secara konstan, berkisar
antara 4 sampai 8 kg/ cm2 per detik.
c. Lakukan pembebanan sampai jarumhitam berhenti dan catatlah beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
d. Gambar bentuk pecah/ retakan yang terjadi dan catatlah keadaan benda uji.

1.5.6 Data Hasil Pengujian

23
Tabel 4.1 Data Pengujian Kekuatan Tekan Beton
Tabel, Grafik
No Uraian Perhitungan Nilai
Kuat tekan yang
1 diisyaratkan Ditetapkan 150 kg/cm2
Hal 182 dan hal
2 a. Deviasi standar (s) 161 tabel 8.1 1,16 x 65 = 75,4 kg/cm2
1,64 x 75,4 = 123,656
  b. Nilai tambah (margin) 1,64xs kg/cm2
c. Kuat tekan rata-rata 123,656 + 150 = 273,656
  yang di targetkan 1+2b kg/cm2
3 Jenis semen Ditetapkan Tipe 1 PPC
4 Jenis agregat kasar Ditetapkan Batu Pecah Malang
  Jenis agregat halus Ditetapkan Pasir Lumajang
Hal 183 tabel 0,61 pada grafik, nilai
5 Faktor semen bebas 8.18 terkecil 0,6
Hal 183 tabel
6 Faktor semen maksimum 8.19 0,6
7 Slump Hal 161 60 sampai 180 mm
Ukuran agregat
8 maksimum Ditetapkan 40 mm
Hal 188 tabel 2/3 x 175 + 1/3 x 205 =
9 Kadar air bebas 8.21 185 kg/m3
10 Jumlah semen 9:6 atau 9:5 185*0,6 = 308,22 kg/m3
11 Jumlah semen maksimum Ditetapkan -
12 Jumlah semen minimum Ditetapkan -
Faktor air semen yang
13 disesuaikan   -
Susunan besar butir
14 agregat halus  Hasil Gradasi Pasir Lumajang Zona 2
Persen bahan lebih halus  Diambil
15 dari 2,80 mm Modulus Halus 30,6%
Berat jenis relative (30,6/100 x 2,715) +
agregat (jenuh kering (69,4/100 x 2,295) =
16 permukaan/SSD)  Dari BJ SSD 2,57013
17 Berat jenis beton  Grafik 13 23250kg/m3
2350 - 185 - 308,22 =
18 Kadar agregat gabungan  17 – 10 – 9 1856,78
30,6/100 x 1856,78 =
19 Kadar agregat halus  15 x 18 568,175 kg/m3
1856,78 - 568,75 =
20 Kadar agregat kasar  18 – 19 1288,606 kg/m3

Koreksi :

24
(1,02−0,94) (2,295−2,05)
 Air = 185 - ×568,175− ×1288,606 = 182,297
100 100
(1,02−0,94)
 Agregat Halus = 568,175 + ×568,175=¿568,6295
100
(2,295−2,05)
 Agregat Kasar = 1288,605 + ×568,175=¿1289,997
100
Kebutuhan untuk 15 buah Silinder dengan volume 0,0529875 m²
 Agregat = 1856,78 x 0,00529875 x 15 = kg
 Semen = 308,22 x 0,00529875 x 15 = kg
 Air = 182,297 x 0,00529875 x 15 = kg

Tabel 4.2 Data Pengujian Kekuatan Tekan Beton

1.5.7 Kesimpulan
Dilihat dari karakteristik beton sebesar 141,6 kg/cm2. Pada nilai slump
memenuhi persyaratan, kadar air juga memenuhi, tetapi kuat tekan yang didapat
tidak sesuai dengan perencanaan. Dilihat dari nilai deviasi standar mutu pekerjaan
kelompok kami cukup. Hal ini dikarenakan pemdatan yang kurang, permukaan
benda uji yang tidak rata dan juga gradasi kerikil yang tidak sesuai rencana karena
kendala cuaca.

1.5.8 Gambar Peralatan

25
Gambar. Sendok pasir
Fungsi: digunakan untuk memasukkan
agregat ke wadah mould

Gambar .Timbangan Digital


Fungsi: Untuk menimbang benda
uji

Gambar . Satu set alat pemeriksaan slump Gambar.Penumbuk


dan bobot isi beton Fungsi :digunakan untuk memadatkan
Fungsi: Untuk mengetahui nilai slump dan tiap-tiap lapisan agregat dalam mould
bobot isi beton

Gambar
Mesin pengaduk/ Mollen
Fungsi : digunakan untuk mencampur
agregat dan semen

Gambar
Mesin penekan 26

Anda mungkin juga menyukai