PENGUJIAN AGREGAT
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat
dengan berat agregat dalam keadaan kering. Jumlah air yang terkandung didalam agregat
akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan didalam campuran beton. Agregat yang
basah (banyak mengandung air), akan membuat campuran juga lebih basah dan sebaliknya.
a. Timbangan
b. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu
c. Cawan
Agregat kasar, yaitu kerikil (batu pecah) dan agregat halus, yaitu pasir(alami)
dengan keadaan lapangan.
29
Catatan :
W5
3.1.8 Kesimpulan
Dari data yang diperoleh di laboratorium, kadar air agregat 1,93% sehingga
memenuhi standart pengujian kadar air agregat kasar yaiu antara 1-5%.
30
Gambar 29 : Oven
Fungsi : digunakan memanaskan dan
mengeringkan benda uji
31
3.2 PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS
Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan
volume sama pada suhu sama. Sedangkan penyerapan adalah kemampuan agregat untuk
menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan kering ( SSD=
Saturated Surface Dry )
a. Timbangan
b. Oven
c. Cawan
d. Piknometer
e. Kerucut terpancung (cone) untuk menentukan keadaan JPK/SSD
f. Penumbuk
g. Alat pembagi contoh atau riffle sampler
a. Agregat halus, yaitu pasir keadaan lapangan dibagi menggunakan rifle sample
b. Air suling
32
Membersihkan bagian luar cetakan dari butiran agregat
Mengangkat cetakan kerucut terpancung secara perlahan-lahan dan harus
benar-benar vertical.
Memeriksa bentuk hasil pencetakan, jika benda uji tercetak seperti cone
berarti benda uji masih dalam keadaan basah, jika dalam keadaan runtuh
semua berarti keadaan terlalu kering, dan jika benda uji runtuh tetapi
masih dalam keadaan tercetak, berarti keadaan jenuh permukaan kering
atau SSD sudah tercapai (lihat gambar).
c. Memasukkan benda uji keadaan SSD kedalam cawan, lalu ditimbang.
d. Memasukkan air suling sebanyak tanda batas. Guncang sampai tidak ada
gelembung udara didalamnya.
e. Menambahkan air suling mencapai tanda batas.
f. Menimbang piknometer yang berisi air dan benda uji.
g. Mengeluarkan benda uji, lalu memasukkan benda uji kedalam cawan, lalu
Catatan :
33
3. Perhitungan berat jenis agregat halus
2,74 gr/cm3
2,81 gr/cm3
2,93 gr/cm3
2,33 %
d. Penyerapan/ absorpsi
3.2.8 Kesimpulan
34
Berat jenis agregat halus dalam keadaan kering 2,74, dalam keadaan jenuh
permukaan kering adalah 2,81. Sedangkan berat jenis semu adalah 2,93. Sehingga tidak
memenuhi berat jenis agregat halus yang standartnya berkisar antara 2,2 – 2,6 % dari data
yang diperoleh di laboratorium penyerapannya adalah 2,33 % sehingga tidak memenuhi
standart penyerapan standart penyerapan agregat halus yaitu 5 – 15 %.
Gambar 30 : Penumbuk
Fungsi : untuk menumbuk pasir
dalam kerucut terpancung
Gambar 33 : Kerucut terpancung
Fungsi : digunakan sebagai cetakan
untuk mengetahui keadaan SSD
Gambar 32 : Piknometer
Fungsi : digunakan untuk wadah
pengujian agregat halus
Gambar 34 : Oven
Fungsi : digunakan
mengeringkan bendauji
35
Gambar 36 : Cawan
Fungsi : digunakan untukwadah
menimbang benda uji
36
Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan
volume sama pada suhu sama. Sedangkan penyerapan adalah kemampuan agregat untuk
menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan air ( SSD=
Saturated Surface Dry )
3.3.2 Tujuan Pengujian
Untuk menentukan berat jenis dan penyerapan agregat kasar.
3.3.3 Alat Yang Digunakan
a. Timbangan
b. Oven yang dilengkapi pengatur suhu
c. Cawan
d. Gelas ukur
e. Alat pembagi contoh atau riffle sampler
f. Kain penyerap
3.3.4 Bahan-Bahan Pengujian
a. Agregat kasar/ kerikil yang diperoleh dengan menggunakan riffle sampler
b. Air suling
3.3.5 Langkah Pengujian
a. Menimbang berat gelas ukur dan cawan.
37
Catatan :
c. Penyerapan/ absorpsi
Keterangan: B1 = Berat gelas ukurr berisi benda uji dan air (gram)
38
Perhitungan Benda Uji I Benda Uji II Rata – rata
Bj Kering ( bulk dry specific grafity ) (gr) 2,81 gr/cm3 2,18 gr/cm3 2,50 gr/cm3
2,90 gr/cm3 2,25 gr/cm3 2,57 gr/cm3
Bj Jenuh Permukaan Kering/ SSD (gr)
3,09 gr/cm3 2,16 gr/cm3 2,63 gr/cm3
Bj Semu ( Apparent specific Grafity ) (gr)
Penyerapan/ absorpsi (%) 3,28 % 3,12 % 3,2 %
3.3.8 Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang dilakukan didapat berat jenis agregat kasar dalam
keadaan kering 2,50, sedangkan berat jenis semu adalah 2,63. Sehingga memenuhi standart
berat jenis agregat kasar. Untuk penyerapan dari data yang diperoleh di laboratorium
adalah 3,2 % sehingga memenuhi standart penyerapan agregat kasar yaitu 1 –5%.
39
Gambar 39 : Timbangan digital Gambar 40 : Cawan
Fungsi : digunakan untuk menentukan Fungsi : digunakan untuk wadah
berat benda uji dalam cawan menimbang benda uji
40
Berat isi atau berat satuan agregat adalah rasio antara berat agregat dan isi/volume.
Berat isi agregat diperlukan dalam perhitungan bahan campuran beton, apabila jumlah
bahan ditakar dengan ukuran volume.
41
Benda Uji I Benda Uji II Benda Uji III
Pemeriksaan
(Lepas) (Ditumbuk) (digoyangkan)
(kg/l)
kg/l
3.4.8 Kesimpulan
Pengujian berat isi agregat dengan cara penggoyangan memiliki berat isi
yang paling tinggi di antara uji coba agregat yang lain.
42
Gambar 42 : Penumbuk Gambar 43 : Mould
Fungsi : digunakan untuk memadatkan Fungsi : Sebagai tempat benda uji
tiap-tiap lapisan agregat dalam mould
Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir alam
sebagai disintegrasi alami dari batu-batuan (natural sand) atau pasir buatan (artificial
sand) yang dihasilkan alat-alat pemecah batu.
43
Sebagai salah satu komponen beton, agregat halus yang digunakan harus
memenuhi syarat-syarat tertentu, salah satunya ialah pasir tidak boleh banyak mengandung
bahan organik. Bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan humus umumnya
banyak tercampur pada pasir alam. Adapun bahan-bahan organik ini berpengaruh negatif
pada semen.
Zat organik yang tercampur dapat membuat asam-asam organis dan zat lain
bereaksi dengan semen yang sedang mengeras. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya
kekuatan beton dan juga menghambat hidrasi semen sehingga proses pengerasan
berlangsung lambat.
3.5.2 Tujuan Pengujian
Untuk menentukan kadar organik agregat halus.
3.5.3 Alat Yang Digunakan
b. Gelas ukur
b. Larutan NaOH
44
b. Lumpur berwarna lebih muda daripada agregat halus, dan memiliki ketebalan 3
mm.
3.5.7 Kesimpulan
Kadar organik agregat rendah, karena warnanya lebih muda dari agregat halusnya.
45
3.6 PENGUJIAN GRADASI BUTIRAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
Gradasi agregat adalah susunan ukuran butiran agregat dari besar sampai pan. Bila
butir-butir agregat memiliki ukuran yang sama/seragam, maka volume pori akan besar.
Dan sebaliknya, apabila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang
kecil. Hal ini karena butiran yang kecil, akan mengisi pori diantara butiran yang lebih
besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi.
Pada agregat untuk pembuatan mortar atau beton, diinginkan suatu butiran yang
kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti hanya membutuhkan
bahan pengikat sedikit saja.
a. Timbangan
b. Alat pemisah contoh/riffle sampler
c. Talam / nampan
d. Oven
e. Satu set ayakan standar untuk agregat halus
f. Satu set ayakan standar untuk agregat kasar
g. Kuas, sikat kuningan
a. Memasukkan agregat ke dalam riffle sampler untuk mendapatkan benda uji yang
sama
b. Menimbang masing-masing berat ayakan. Lalu menyusun ayakan sesuai ukuran
diameter dari yang paling besar hingga pan.
46
c. Mengambil agregat dari riffle sampler, kemudian masukkan ke susunan ayakan
yang paling atas.
d. Meletakkan satu set ayakan tersebut di mesin penggetar dan getarkan selama 15
menit
e. Menimbang berat agregat yang tersaring di masing-masing ayakan.
Menghitung persentase berat agregat yang tertahan tersebut terhadap total berat
agregat.
Catatan :
1. Modulus kehalusan untuk agregat kasar 6,0 – 7,1 berdasarkan SII.0052.
Modulus
7,51
Kehalusan
47
Catatan :
1. Modulus kehalusan untuk agregat halus 1,5 – 3,8 berdasarkan SII.0052.
Data Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus (Gradasi Agregat)
9,60 0 0 0 100
4,80 1,0 1,0 0,09 99,91
2,40 6,1 7,1 0,64 99,36
1,20 8,8 15,9 1,44 98,56
0,60 24,7 40,6 3,67 96,33
0,30 545,6 586,2 52,94 47,06
48
0,15 329,8 916 82,73 17,27
Pan 191,2 1107,2 100 0
Modulus
1,41
Kehalusan
49
19,20 100 24,26 30 16,98 46,98
Pan 0 0 0 0 0
3.6.8 Kesimpulan
a) Dari data yang diperoleh di laboratorium modulus kehalusan agregat kasar 7.51,
sehingga tidak memenuhi standart modulus kehalusan agregat kasar.
b) Dari data yang diperoleh di laboratorium modulus kehalusan agregat halus 1.41,
sehingga tidak memenuhi standart modulus kehalusan agregat halus.
50
c) Dari data yang diperoleh di laboratorium agregat halus tidak memenuhi zona 1,
zone 2, zona 3 dan zona 4.
51
kurang atau kira-kira sama dengan kekuatan beton yang direncanakan. Namun, biasanya
sebagian besar agregat yang tersedia, kekuatannya masih lebih besar dari kekuatan beton.
Nilai keausan agregat dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus
lewat saringan No.12 terhadap berat semula dalam persen.
Catatan :
52
1. Pemeriksaan keausan agregat kasar dengan mesin Los Angels dapat dilakukan
hanya satu kali percobaan.
Gradasi Pemeriksaan
Berat Material (gr)
Ukuran Saringan (mm)
Lewat Tertahan
3.7.8 Kesimpulan
53
3.7.9 Gambar Peralatan
54
Nilai kekerasan agregat dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus
lewat saringan 2,36 mm terhadap berat semula dalam persen.
a. Timbangan
b. Satu set alat uji ( silinder, alas, plunyer/pengarah beban )
c. Saringan
d. Talam/nampan
e. Oven
f. Alat pemadat
g. Mesin penekan
Agregat yang lolos saringan 12,7mm dan tertahan di saringan 9,5mm yang sudah di
keringkan menggunakan oven selama 4 jam
55
Catatan :
2. Nilai kekerasan tidak boleh melampaui 45 % untuk beton yang digunakan pada
keperluan konstruksi lain selain di atas.
Kekerasan agregat =
8,82%
x 100%
3.8.8 Kesimpulan
Dari pengujian diperoleh nilai kekerasan agregat yaitu sebesar 8,82 % < 30 %.
Agregat yang diuji bisa digunakan untuk beton. Atau bisa digunakan untuk jalan
dimana menurut ASTM standarnya adalah antar 0 – 20 %.
56
3.8.9 Gambar Peralatan
57