Anda di halaman 1dari 29

BAB III

PENGUJIAN AGREGAT

3.1 KADAR AIR AGREGAT


3.1.1 Dasar Teori

Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat
dengan berat agregat dalam keadaan kering. Jumlah air yang terkandung didalam agregat
akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan didalam campuran beton. Agregat yang
basah (banyak mengandung air), akan membuat campuran juga lebih basah dan sebaliknya.

3.1.2 Tujuan Pengujian

Untuk mengetahui kadar air agregat.

3.1.3 Alat Yang Digunakan

a. Timbangan
b. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu
c. Cawan

3.1.4 Bahan-Bahan Pengujian

Agregat kasar, yaitu kerikil (batu pecah) dan agregat halus, yaitu pasir(alami)
dengan keadaan lapangan.

3.1.5 Langkah Pengujian

a. Menimbang berat masing-masing cawan (W1)


b. Memasukkan benda uji kedalam cawan, lalu ditimbang beratnya (W2)
c. Menghitung berat benda uji (W3 = W2 - W1)
d. Mengeringkan benda uji dengan cawan di dalam oven selama 24 jam
e. Lalu menimbang berat cawan beserta benda uji kering oven (W4)
f. Menghitung berat benda uji kering oven (W5 = W4 - W1)
g. Menentukan prosentase besar kadar air dari tiap-tiap benda uji

3.1.6 Hasil Pengujian Kadar Air Agregat

29
Catatan :

Standart kadar air agregat kasar adalah antara 1 – 5 %.

Data pengujian kadar air agregat

Pemeriksaan Benda Uji

Berat cawan W1 43,6 gr


Berat cawan + benda uji W2 1543,6 gr
Berat benda uji W3=W2-W1 1500 gr
Berat cawan + benda uji kering oven W4 1515,2 gr
Berat benda uji kering oven W5 1471,6 gr
Kadar air   1,93 %

3.1.7 Analisa Dan Perhitungan

Kadar air agregat = (W3-W5) x 100 %

W5

3.1.8 Kesimpulan

Dari data yang diperoleh di laboratorium, kadar air agregat 1,93% sehingga
memenuhi standart pengujian kadar air agregat kasar yaiu antara 1-5%.

3.1.9 Gambar Peralatan

Gambar 27 : Cawan Gambar 28 : Timbangan Digital


Fungsi : Sebagai wadah menimbang Fungsi : Untuk menimbang benda uji
benda uji dan wadah pada saat benda uji di panaskan

30
Gambar 29 : Oven
Fungsi : digunakan memanaskan dan
mengeringkan benda uji

31
3.2 PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

3.2.1 Dasar Teori

Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan
volume sama pada suhu sama. Sedangkan penyerapan adalah kemampuan agregat untuk
menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan kering ( SSD=
Saturated Surface Dry )

3.2.2 Tujuan Pengujian

Untuk menentukan berat jenis dan penyerapan agregat halus.

3.2.3 Alat Yang Digunakan

a. Timbangan
b. Oven
c. Cawan
d. Piknometer
e. Kerucut terpancung (cone) untuk menentukan keadaan JPK/SSD
f. Penumbuk
g. Alat pembagi contoh atau riffle sampler

3.2.4 Bahan-Bahan Pengujian

a. Agregat halus, yaitu pasir keadaan lapangan dibagi menggunakan rifle sample
b. Air suling

3.2.5 Langkah Pengujian

a. Menimbang berat piknometer dan cawan.


b. Menentukan keadaan jenuh permukaan kering atau SSD, dengan cara sebagai
berikut :
 Memasukkan pasir yang telah direndam selama 24 jam kedalam oven
hingga setengah kering, kemudian mengujinya sebagai berikut :
 Memasukkan pasir ke dalam kerucut terpancung secara bertahap, yaitu
sebanyak 3 lapis, setiap lapis ditumbuk 8 kali, ditambah 1 kali pada
bagian terakhir. Sehingga total penumbukan sebanyak 25 kali.

32
 Membersihkan bagian luar cetakan dari butiran agregat
 Mengangkat cetakan kerucut terpancung secara perlahan-lahan dan harus
benar-benar vertical.
 Memeriksa bentuk hasil pencetakan, jika benda uji tercetak seperti cone
berarti benda uji masih dalam keadaan basah, jika dalam keadaan runtuh
semua berarti keadaan terlalu kering, dan jika benda uji runtuh tetapi
masih dalam keadaan tercetak, berarti keadaan jenuh permukaan kering
atau SSD sudah tercapai (lihat gambar).
c. Memasukkan benda uji keadaan SSD kedalam cawan, lalu ditimbang.
d. Memasukkan air suling sebanyak tanda batas. Guncang sampai tidak ada
gelembung udara didalamnya.
e. Menambahkan air suling mencapai tanda batas.
f. Menimbang piknometer yang berisi air dan benda uji.
g. Mengeluarkan benda uji, lalu memasukkan benda uji kedalam cawan, lalu

memasukkan ke oven selama jam.

h. Mendinginkan lalu menimbang beratnya menggunakan timbangan digital.

3.2.6 Hasil Pengujian BJ dan Penyerapan Agregat Halus

Catatan :

1. Standart berat jenis agregat halus antara 2,2 – 2,6 %.

2. Standart penyerapan agregat halus antara 5 – 15 %.

Data Hasil Pengujian Bj & Penyerapan Agregat Halus

Pemeriksaan Benda Uji

Berat benda uji SSD/JPK (gr) Bj 500 gr


Berat benda uji kering oven (gr) B2 488,6 gr
Berat piknometer + air (gr) B3 604,1 gr
Berat piknometer + air + benda uji (gr) B1 926,2 gr

33
3. Perhitungan berat jenis agregat halus

Perhitungan Benda Uji

2,74 gr/cm3

2,81 gr/cm3

2,93 gr/cm3

2,33 %

3.2.7 Analisa Dan Perhitungan

a. Berat Jenis Kering ( bulk dry specific grafity )

b. Berat Jenis Jenuh Permukaan Kering/ SSD

c. Berat Jenis Semu ( Apparent specific Grafity )

d. Penyerapan/ absorpsi

Keterangan: B1 = Berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)

B2 = Berat benda uji kering oven (gram)

B3 = Berat piknometer berisi air suling (gram)

500 = Berat uji dalam keadaan JPK/SSD

3.2.8 Kesimpulan

34
Berat jenis agregat halus dalam keadaan kering 2,74, dalam keadaan jenuh
permukaan kering adalah 2,81. Sedangkan berat jenis semu adalah 2,93. Sehingga tidak
memenuhi berat jenis agregat halus yang standartnya berkisar antara 2,2 – 2,6 % dari data
yang diperoleh di laboratorium penyerapannya adalah 2,33 % sehingga tidak memenuhi
standart penyerapan standart penyerapan agregat halus yaitu 5 – 15 %.

3.2.9 Gambar Peralatan

Gambar 30 : Penumbuk
Fungsi : untuk menumbuk pasir
dalam kerucut terpancung
Gambar 33 : Kerucut terpancung
Fungsi : digunakan sebagai cetakan
untuk mengetahui keadaan SSD

Gambar 32 : Piknometer
Fungsi : digunakan untuk wadah
pengujian agregat halus

Gambar 35 : Timbangan digital


Fungsi : digunakan untuk menimbang
benda uji dalam cawan

Gambar 34 : Oven
Fungsi : digunakan
mengeringkan bendauji

35
Gambar 36 : Cawan
Fungsi : digunakan untukwadah
menimbang benda uji

3.3 PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

3.3.1 Dasar Teori

36
Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan
volume sama pada suhu sama. Sedangkan penyerapan adalah kemampuan agregat untuk
menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan air ( SSD=
Saturated Surface Dry )
3.3.2 Tujuan Pengujian
Untuk menentukan berat jenis dan penyerapan agregat kasar.
3.3.3 Alat Yang Digunakan
a. Timbangan
b. Oven yang dilengkapi pengatur suhu
c. Cawan
d. Gelas ukur
e. Alat pembagi contoh atau riffle sampler
f. Kain penyerap
3.3.4 Bahan-Bahan Pengujian
a. Agregat kasar/ kerikil yang diperoleh dengan menggunakan riffle sampler
b. Air suling
3.3.5 Langkah Pengujian
a. Menimbang berat gelas ukur dan cawan.

b. Mengeluarkan kerikil yang telah direndam selama jam, lalu

mengeringkannya menggunakan kain/lap satu persatu sampai selaput air pada


permukaan agregat hilang. Keadaan ini dinyatakan dalan kondisi jenuh
permukaan kering/SSD.
c. Memasukkan kedalam gelas ukur, menambahkan air suling sampai kerikil
terendam, lalu menimbang beratnya.
d. Mengeluarkan kerikil, memasukkan ke cawan, lalu di mengeringkannya

menggunakan oven selama jam.

e. Mendinginkan, lalu menimbangnya dengan timbangan digital.

3.3.6 Hasil Pengujian BJ dan Penyerapan Agregat Kasar

37
Catatan :

1. Standart Berat Jenis Agregat Kasar antara 2,5 – 2,8 %.

2. Standart Penyerapan Agregat Kasar antara 1 – 5%.

Data Hasil pengujian BJ dan Penyerapan Agregat Kasar

Benda Uji I Benda Uji II


Pemeriksaan

Berat benda uji SSD/JPK (gr) Bj 954,5 gr 902,3 gr


Berat benda uji kering oven 373,9 gr 350,5 gr
B2
(gr)
Berat gelas ukur + air (gr) B3 701,5 gr 701,5 gr
Berat gelas ukur + air + benda 386,16 gr 361,44 gr
B1
uji (gr)

3.3.7 Analisa Dan Perhitungan

a. Berat Jenis Jenuh Permukaan Kering/ SSD

b. Berat Jenis Semu ( Apparent specific Grafity )

c. Penyerapan/ absorpsi

Keterangan: B1 = Berat gelas ukurr berisi benda uji dan air (gram)

B2 = Berat benda uji kering oven (gram)

B3 = Berat gelas ukur berisi air suling (gram)

Bj = Berat benda uji dalam keadaan JPK/SSD

Data Hasil Perhitungan Bj dan Penyerapan Agregat Kasar

38
Perhitungan Benda Uji I Benda Uji II Rata – rata

Bj Kering ( bulk dry specific grafity ) (gr) 2,81 gr/cm3 2,18 gr/cm3 2,50 gr/cm3
2,90 gr/cm3 2,25 gr/cm3 2,57 gr/cm3
Bj Jenuh Permukaan Kering/ SSD (gr)
3,09 gr/cm3 2,16 gr/cm3 2,63 gr/cm3
Bj Semu ( Apparent specific Grafity ) (gr)
Penyerapan/ absorpsi (%) 3,28 % 3,12 % 3,2 %

3.3.8 Kesimpulan

Dari hasil pengujian yang dilakukan didapat berat jenis agregat kasar dalam
keadaan kering 2,50, sedangkan berat jenis semu adalah 2,63. Sehingga memenuhi standart
berat jenis agregat kasar. Untuk penyerapan dari data yang diperoleh di laboratorium
adalah 3,2 % sehingga memenuhi standart penyerapan agregat kasar yaitu 1 –5%.

3.3.9 Gambar Peralatan

Gambar 37 : Gelas ukur


Fungsi : digunakan sebagai
wadah Gambar 38 : Oven
Fungsi : digunakan mengeringkan
benda uji

39
Gambar 39 : Timbangan digital Gambar 40 : Cawan
Fungsi : digunakan untuk menentukan Fungsi : digunakan untuk wadah
berat benda uji dalam cawan menimbang benda uji

3.4 PENGUJIAN BERAT ISI AGREGAT

3.4.1 Dasar Teori

40
Berat isi atau berat satuan agregat adalah rasio antara berat agregat dan isi/volume.
Berat isi agregat diperlukan dalam perhitungan bahan campuran beton, apabila jumlah
bahan ditakar dengan ukuran volume.

3.4.2 Tujuan Pengujian

Untuk menentukan berat isi agregat halus, kasar dan campuran.

3.4.3 Alat Yang Digunakan


a. Timbangan
b. Talam
c. Tongkat pemadat
d. Mistar perata
e. Sendok/sekop
f. Wadah silinder (mould) baja
.
3.4.4 Bahan-Bahan Pengujian

Agregat halus/ pasir dan agregat kasar/ kerikil

3.4.5 Langkah Pengujian


a. Menimbang berat mould
b. Untuk perlakuan benda uji I, memasukkan benda uji dalam tiga lapis dengan
sendok sampai penuh tanpa ditekan.
c. Untuk perlakuan benda uji II, memasukkan benda uji dalam tiga lapis, dimana
tiap lapis dipadatkan dengan menumbukkan tongkat pemadat sebanyak 25 kali.
d. Untuk perlakuan benda uji III, memasukkan benda uji dalam tiga lapis, dimana
tiap lapis digoyangkan sebanyak 25 kali.
e. Meratakan permukaan benda uji dengan mistar.
f. Menimbang berat mould yang berisi benda uji tersebut. Kemudian melakukan
perhitungan untuk mencari berat benda uji.

3.4.6 Hasil Pengujian Berat Isi Agregat


Data Hasil Pengujian Berat Isi Agregat

41
Benda Uji I Benda Uji II Benda Uji III
Pemeriksaan
(Lepas) (Ditumbuk) (digoyangkan)

Berat mould (gr) W1 3312 3312 3312

Berat mould + benda uji (gr) W2 7194 7581 7760

Berat benda uji (gr) W3=W2-W1 4269 4269 4448

Berat mould + air (gr) W4 6365 6365 6365

Berat air/volume mould (gr) V=W4-W1 3053 3053 3053


Berat isi agregat 1,271 1,394 1,456

(kg/l)

3.4.7 Analisa Dan Perhitungan

kg/l

Keterangan: W3 = Berat material yang diuji (kg)

V = Isi wadah (liter)

3.4.8 Kesimpulan

Pengujian berat isi agregat dengan cara penggoyangan memiliki berat isi
yang paling tinggi di antara uji coba agregat yang lain.

3.4.9 Gambar Peralatan

42
Gambar 42 : Penumbuk Gambar 43 : Mould
Fungsi : digunakan untuk memadatkan Fungsi : Sebagai tempat benda uji
tiap-tiap lapisan agregat dalam mould

Gambar 44 : Timbangan Gambar 45 : Sendok pasir


Fungsi : digunakan untuk mengukur Fungsi : digunakan untuk memasukkan
berat mould + benda uji agregat ke wadah mould

3.5 PENGUJIAN KADAR ORGANIK AGREGAT HALUS

3.5.1 Dasar Teori

Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir alam
sebagai disintegrasi alami dari batu-batuan (natural sand) atau pasir buatan (artificial
sand) yang dihasilkan alat-alat pemecah batu.

43
Sebagai salah satu komponen beton, agregat halus yang digunakan harus
memenuhi syarat-syarat tertentu, salah satunya ialah pasir tidak boleh banyak mengandung
bahan organik. Bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan humus umumnya
banyak tercampur pada pasir alam. Adapun bahan-bahan organik ini berpengaruh negatif
pada semen.
Zat organik yang tercampur dapat membuat asam-asam organis dan zat lain
bereaksi dengan semen yang sedang mengeras. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya
kekuatan beton dan juga menghambat hidrasi semen sehingga proses pengerasan
berlangsung lambat.
3.5.2 Tujuan Pengujian
Untuk menentukan kadar organik agregat halus.
3.5.3 Alat Yang Digunakan

a. Tabung / botol kaca berskala

b. Gelas ukur

3.5.4 Bahan-Bahan Pengujian

a. Pasir Gunung Kelud

b. Larutan NaOH

3.5.5 Langkah Pengujian

a. Memasukkan agregat halus ke dalam botol.

b. Menambahkan larutan NaOH 3 % kurang lebih sebanyak 2/3 isi botol.

c. Menutup botol sampai rapat, kemudian dikocok selama 10 menit.

d. Kemudian didiamkan selama 24 jam.

e. Kemudian mengamati perubahan warna cairan dalam botol serta ketebalan


agregat halus dan lumpur yang mengendap.

3.5.6 Hasil Pengujian Kadar Organik Agregat Halus

a. Setelah larutan didiamkan 24 jam, warna laruta NaOH menjadi bening.

44
b. Lumpur berwarna lebih muda daripada agregat halus, dan memiliki ketebalan 3
mm.

3.5.7 Kesimpulan

Kadar organik agregat rendah, karena warnanya lebih muda dari agregat halusnya.

3.5.8 Gambar Peralatan

45
3.6 PENGUJIAN GRADASI BUTIRAN AGREGAT HALUS DAN KASAR

3.6.1 Dasar Teori

Gradasi agregat adalah susunan ukuran butiran agregat dari besar sampai pan. Bila
butir-butir agregat memiliki ukuran yang sama/seragam, maka volume pori akan besar.
Dan sebaliknya, apabila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang
kecil. Hal ini karena butiran yang kecil, akan mengisi pori diantara butiran yang lebih
besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi.

Pada agregat untuk pembuatan mortar atau beton, diinginkan suatu butiran yang
kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti hanya membutuhkan
bahan pengikat sedikit saja.

3.6.2 Tujuan Pengujian

Untuk menentukan gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus.

3.5.3 Alat Yang Digunakan

a. Timbangan
b. Alat pemisah contoh/riffle sampler
c. Talam / nampan
d. Oven
e. Satu set ayakan standar untuk agregat halus
f. Satu set ayakan standar untuk agregat kasar
g. Kuas, sikat kuningan

3.6.4 Bahan-Bahan Pengujian

Agregat halus/pasir dan agregat kasar/kerikil.

3.6.5 Langkah Pengujian

a. Memasukkan agregat ke dalam riffle sampler untuk mendapatkan benda uji yang
sama
b. Menimbang masing-masing berat ayakan. Lalu menyusun ayakan sesuai ukuran
diameter dari yang paling besar hingga pan.

46
c. Mengambil agregat dari riffle sampler, kemudian masukkan ke susunan ayakan
yang paling atas.
d. Meletakkan satu set ayakan tersebut di mesin penggetar dan getarkan selama 15
menit
e. Menimbang berat agregat yang tersaring di masing-masing ayakan.
Menghitung persentase berat agregat yang tertahan tersebut terhadap total berat
agregat.

3.6.6 Hasil Pengujian Analisa Saringan (Gradasi Agregat)

Catatan :
1. Modulus kehalusan untuk agregat kasar 6,0 – 7,1 berdasarkan SII.0052.

Data Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar (Gradasi Agregat)

Diameter Tertahan % Komulatif


Lubang
Individu Individu
Saringan Tertahan Lolos
(gr) (%)
(mm)
38,10 0 0 0 100

19,20 721,6 75,74 75,74 24,26

9,60 74,6 7,83 83,57 16,43

4,80 107,7 11,31 94,88 5,12

2,40 31,6 3,32 98,20 1,8

1,20 13,2 1,39 99,99 0,41

0,60 1,6 0,17 99,76 0,24

0,30 1 0,10 99,86 0,14

0,15 0,5 0,05 99,91 0,09

Pan 0,9 0,09 100 0

Jumlah 952,7 100

Modulus
7,51
Kehalusan

Grafik Gradasi Agregat Kasar

47
Catatan :
1. Modulus kehalusan untuk agregat halus 1,5 – 3,8 berdasarkan SII.0052.
Data Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus (Gradasi Agregat)

Diameter Tertahan Komulatif (%)


Lubang
Saringan Individu Komulatif
Tertahan Lolos
(mm) (gr) (gr)

9,60 0 0 0 100
4,80 1,0 1,0 0,09 99,91
2,40 6,1 7,1 0,64 99,36
1,20 8,8 15,9 1,44 98,56
0,60 24,7 40,6 3,67 96,33
0,30 545,6 586,2 52,94 47,06

48
0,15 329,8 916 82,73 17,27
Pan 191,2 1107,2 100 0

Modulus
1,41
Kehalusan

Grafik Gradasi Grafik Agregat Halus

Data Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Campuran

Diameter % Komulatif lolos Trial (30% : 70%)


Lubang
Agregat Agregat Agregat Agregat Campuran
Saringan
Halus kasar Halus kasar
(mm)
38,10 100 100 30 70 100

49
19,20 100 24,26 30 16,98 46,98

9,60 100 16,43 30 11,50 41,50

4,80 99,91 5,12 29,97 3,58 33,55

2,40 99,36 1,8 29,81 1,26 31,07

1,20 98,56 0,41 29,57 0,29 29,86

0,60 96,33 0,24 28,90 0,17 29,07

0,30 47,06 0,14 14,12 0,10 14,22

0,15 17,27 0,09 5,18 0,06 5,24

Pan 0 0 0 0 0

Grafik Gradasi Agregat Campuran

3.6.8 Kesimpulan

a) Dari data yang diperoleh di laboratorium modulus kehalusan agregat kasar 7.51,
sehingga tidak memenuhi standart modulus kehalusan agregat kasar.

b) Dari data yang diperoleh di laboratorium modulus kehalusan agregat halus 1.41,
sehingga tidak memenuhi standart modulus kehalusan agregat halus.

50
c) Dari data yang diperoleh di laboratorium agregat halus tidak memenuhi zona 1,
zone 2, zona 3 dan zona 4.

3.6.9 Gambar Peralatan

Gambar 46 : Set Saringan Gambar 47 : Penggetar saringan


Fungsi : digunakan untuk Fungsi : digunakan untuk menggetarkan
menyaring agregat ayakan hingga agregat tersaring

Gambar 48 : Timbangan digital


Fungsi : digunakan untuk menimbang
benda uji dalam cawan

3.7 PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT KASAR DENGAN MESIN LOS


ANGELES

3.7.1 Dasar Teori

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan/ kekuatan agregat kasar


terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles. Ketahanan/ kekuatan agregat
akan membatasi kekuatan beton yang dapat dicapai bilamana kekuatan agregat tersebut

51
kurang atau kira-kira sama dengan kekuatan beton yang direncanakan. Namun, biasanya
sebagian besar agregat yang tersedia, kekuatannya masih lebih besar dari kekuatan beton.

Nilai keausan agregat dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus
lewat saringan No.12 terhadap berat semula dalam persen.

3.7.2 Tujuan Pengujian

Untuk menentukan nilai persen keausan agregat kasar.

3.7.3 Alat Yang Digunakan

a. Mesin Los Angeles


b. Timbangan
c. Saringan
d. Talam/nampan
e. Oven
f. Bola-bola baja
g. Kuas, sikat kuningan

3.7.4 Bahan-Bahan Pengujian

Hasil pengujian berat dan gradasi benda uji

3.7.5 Langkah Pengujian

a. Menyiapkan kerikil yang tertahan pada saringan diameter 19 mm sebanyak 2500


gram dan pada diameter 12,5mm sebanyak 2500 gram.
b. Lalu memasukkan ke dalam mesin los angeles disertakan dengan bola baja
sebanyak 11 buah.
c. Mengoperasikan mesin los angeles dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm, 500 kali
putaran.
d. Kemudian mengeluarkan benda uji, lalu menyaringnya dengan menggunakan
ayakan No.12 atau diameter 1,71.
e. Mencuci lalu mengeringkan agregat yang tertahan di ayakan No.12 kedalam oven.

3.7.6 Hasil Pengujian Keausan Agregat Kasar

Catatan :

52
1. Pemeriksaan keausan agregat kasar dengan mesin Los Angels dapat dilakukan
hanya satu kali percobaan.

Data Hasil Pengujian Keausan Agregat Kasar

Gradasi Pemeriksaan
Berat Material (gr)
Ukuran Saringan (mm)

Lewat Tertahan

19,0 12,5 2500

12,5 9,5 2500

Berat Total Material (A) 5000


Berat Material Tertahan (B)
Saringan No.12 4034

3.7.7 Analisa dan Perhitungan

Persentase keausan agregat kasar :

= 5000 – 4043 x 100% = 19,32 %


5000

Keterangan: A = Berat benda uji semula (gram)

B = Berat benda tertahan saringan No.12 (gram)

3.7.8 Kesimpulan

Nilai keausan agregat yang diperoleh adalah 19,32 % , sehingga memenuhi


standar keausan agregat yaitu antara 0 – 20 % (ASTM) atau antara 0 – 30 % (SNI).
kasar maksimum sebesar 40% sehingga bisa digunakan untuk perkerasan jalan.

53
3.7.9 Gambar Peralatan

Gambar 49 : Los Angeles Gambar 50 : Sikat baja


Fungsi : digunakan untuk menghancurkan Fungsi : digunakan untuk membersihkan
agregat untuk menguji keausan saringan dari sisa agregat

Gambar 51 : Kuas Gambar 52 : Bola baja


Fungsi: digunakan untuk Fungsi: Sebagai alat bantu menghancurkan
membersihkan sisa atau debu agregat pada alat los angeles
agregat

3.8 PENGUJIAN KEKERASAN AGREGAT KASAR

3.8.1 Dasar Teori

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai kekerasan agregat kasar


terhadap pembebanan. Kekerasan agregat adalah daya tahan agregat terhadap kerusakan
akibat penggunaan dalam konstruksi. Sifat-sifat kekerasan dari agregat penting untuk
diketahui bilaman agregat akan digunakan sebagai material bahan bangunan dan jalan.

54
Nilai kekerasan agregat dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus
lewat saringan 2,36 mm terhadap berat semula dalam persen.

3.8.2 Tujuan Pengujian

Untuk menentukan nilai persen dari kekerasan agregat kasar.

3.8.3 Alat Yang Digunakan

a. Timbangan
b. Satu set alat uji ( silinder, alas, plunyer/pengarah beban )
c. Saringan
d. Talam/nampan
e. Oven
f. Alat pemadat
g. Mesin penekan

3.8.4 Bahan-Bahan Pengujian

Agregat yang lolos saringan 12,7mm dan tertahan di saringan 9,5mm yang sudah di
keringkan menggunakan oven selama 4 jam

3.8.5 Langkah Pengujian

a. Menimbang berat silinder dan plat alas.


b. Memasukkan benda uji sebanyak 3 lapis kedalam silinder.
c. Memadatkan benda uji dengan tongkat penumbuk sebanyak 25 kali. Lalu
meratakan permukaan benda uji.
d. Menimbang berat silinder yang berisi benda uji tersebut beserta alas.
e. Meletakkan plunyer di atas permukaan benda uji.
f. Kemudian memasukkan kedalam mesin tekan dengan kecepatan tekan 40
ton/menit.
g. Mengeluarkan benda uji dari silinder, lalu menyaringnya menggunakan ayakan
dengan diameter 2,36mm dan menimbang berat agregat yang tertahan pada
saringan tersebut.

3.8.6 Hasil Pengujian Kekerasan Agregat Kasar

55
Catatan :

1. Nilai kekerasan tidak boleh melampaui 30 % untuk beton yang digunakan


sebagai bahan perkerasan jalan (pavement).

2. Nilai kekerasan tidak boleh melampaui 45 % untuk beton yang digunakan pada
keperluan konstruksi lain selain di atas.

Data Hasil Pengujian Kekerasan Agregat Kasar

Pemeriksaan Benda uji (gr)


Berat silinder + plat alas C 3211
Berat silinder + plat alas + benda uji D 3642
Berat benda uji semula A=D-C 431
Berat benda uji tertahan saringan 2.63 mm B 393

Kekerasan agregat =
8,82%
  x 100%
   

3.8.7 Analisa Dan Perhitungan

Persentase kekerasan agregat kasar :

= 431 – 393 x 100% = 8,82%


431

Keterangan: A = Berat benda uji semula, tertahan Ø = 9.5 mm

B = Berat benda uji tertahan saringan Ø = 2,36 mm

3.8.8 Kesimpulan

Dari pengujian diperoleh nilai kekerasan agregat yaitu sebesar 8,82 % < 30 %.
Agregat yang diuji bisa digunakan untuk beton. Atau bisa digunakan untuk jalan
dimana menurut ASTM standarnya adalah antar 0 – 20 %.

56
3.8.9 Gambar Peralatan

Gambar 53 : Slot, plat dasar, tutup (plunyer) Gambar 54 : Mesin penekan


Fungsi: digunakan untuk mencetak beton Fungsi: digunakan untuk menekan benda uji

57

Anda mungkin juga menyukai