Anda di halaman 1dari 28

BAB V

PENGUJIAN ASPAL

5.1 PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL KERAS/AC


5.2.1 Dasar Teori
Titik lembek aspal adalah suhu dimana bola baja mendesak turun ke lapisan
aspal hingga aspal menyentuh plat dari dudukan benda uji. Pengujian ini dilakukan juga
untuk untuk mengetahui sampai suhu berapa aspal dapat dihamparkan dan bertahan dari
pengaruh suhu tanpa menjadi leleh.

5.2.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya pengujian ini adalah:
a. Menentukan titik lembek aspal keras berkisar antara 30°C sampai 200°C
b. Menjelaskan prosedur pengujian titik lembek dengan baik dan benar.

5.2.3 Alat yang Digunakan


a. Termometer air
b. Termometer aspal
c. Cincin kuningan
d. Bola baja, diameter 9.53 mm dengan berat 3.55 gram
e. Alat pengarah bola
f. Bejana gelas, diameter 8.5 cm, tinggi 12 cm (tahan terhadap pemanasan mendadak)
g. Dudukan benda uji
h. Potongan kaca tebal 5mm
i. Pengukur waktu (stopwatch).

5.2.4 Bahan-bahan Pengujian


a. Aspal keras yang dipanaskan, sampai menjadi cair
b. Air suling
c. Es batu
d. Sabun cream.
5.2.5 Langkah Pengujian
a. Memasukkan air pada bejana gelas, lalu memasukkan es batu dalam air. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan air yang bersuhu di bawah 0℃, sambil menunggu
turunnya suhu air laksanakan langkah berikut.
b. Memanaskan aspal hingga mencapai suhu 120℃, menyiapkan potongan kaca yang
telah diolesi sabun cream. Kemudian meletakkan dua cincin kuningan di atas
potongan kaca yang telah di olesi sabun cream.
c. Setelah aspal mencapai suhu 120℃, menuang aspal dengan hati-hati pada dua cincin
kuningan pada waktu yang bersamaan hingga memenuhi cincin. Bila tidak
memungkinkan bersamaan toleransi waktunya hanya sedikit sekali. Kemudian
menunggu hingga aspal benar-benar dingin.
d. Setelah aspal dingin, cincin dilepas dari kaca. Lalu meletakkan pengarah bola di atas
cincin kuningan, kemudian meletakkan cincin serta pengarah bola pada dudukkan
benda uji. Meletakkan pula bola baja di atas aspal dalam cincin melalui pengarah
bola.
e. Kemudian memasukkan dudukan benda uji serta semua benda uji yang ada di atasnya
ke dalam air yang ada dalam bejana gelas, yang telah bersuhu di bawah 0℃. Dan
memanaskan semua yang ada yang ada dalam bejana gelas dengan kenaikan 5°C
/menit.
f. Mengamati terus perubahan yang terjadi pada aspal, dan mencatat setiap perubahan.
g. Mengontrol perubahan suhu air, perubahan suhu air harus berkesinambungan dengan
waktu yang berjalan.
h. Mengamati terus hingga bola baja mendesak turun dan menyentuh plat bawah dari
dudukkan benda uji, dan mencatat pada suhu berapa bola baja telah menyentuh plat.
5.2.6 Data Hasil Pengujian

Tabel 30. Tabel data hasil pengujian titik lembek

Suhu yang Diamati Waktu (detik) Titik lembek (℃


No
(℃) )
.
I II I II
1. 5 0 0 1 1
2. 10 60 60 6 6
3. 15 120 120 11 11
4. 20 180 180 16 16
5. 25 240 240 21 21
6. 30 300 300 26 26
7. 35 360 360 31 31
8. 40 420 420 34 34
9. 45 480 480 39 39
10. 50 540 540 44 44
11 55 600 602 47 48
Suhu waktu aspal menyentuh plat 47 ºC 48 ºC

5.2.7 Kesimpulan
Dari hasil pengujian, didapatkan nilai titik lembek untuk dua benda uji yaitu
suhu 47°C dan suhu 48°C dimana selisih untuk perbedaan dua benda uji 1°C.

5.2.8 Gambar Alat dan Fungsi

Gambar 74 : Termometer air Gambar 75 : Termometer aspal


Fungsi : mengukur suhu air dalam bejana Fungsi : mengukur suhu aspal
Gambar 76 : Cincin kuningan Gambar 77 : Bola baja
Fungsi : tempat benda uji aspal Fungsi : sebagai pemberat benda uji aspal

Gambar 78 : Bejana gelas Gambar 79 : Stopwatch


Fungsi : tempat air serta dudukan saat pengujian Fungsi : menghitung waktu saat pengujian

Gambar 80 : Dudukan benda uji


Fungsi : untuk menempatkan cincin saat pengujian

5.2 PENGUJIAN PENETRASI ASPAL KERAS


5.3.1 Dasar Teori
Penetrasi aspal adalah tingkat konsistensi aspal (kekentalan aspal) yang
sangat di pengaruhi oleh suhu dan waktu. Pengukuran penetsrasi ini menggunakan alat
penetrometer. Masuknya jarum pada aspal saat suhu 25℃ dengan waktu 5 detik
dinyatakan dengan angka penetrasi.
Penentuan konsistensi dengan cara ini efektif terhadap aspal dengan angka
penetrasi berkisar 50-200.

5.3.2 Tujuan
Pengujian ini dilakukan untuk :
a. Menentukan nilai penetrasi pada aspal.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan uji penetrasi dengan menggunakan jarum pebetrasi
tertentu, beban dan waktu tertentu ke dalam aspal dengan suhu tertentu.

5.3.3 Alat yang Digunakan


a. Penetrometer, dengan kemampuan dapat mengukur penetrasi sampai 0.1 mm
b. Cawan, dengan diameter tertentu.
c. Termometer aspal
d. Pemberat 50 ± 0.05gram
e. Jarum penetrasi
f. Stopwatch
g. Nampan.

5.3.4 Bahan-Bahan Pengujian


a. Aspal keras yang dipanaskan hingga mejadi cair.
b. Air suling.

5.3.5 Langkah Pengujian


a. Pertama memanaskan aspal hingga suhu aspal mencapai 120℃, setelah mencapai
suhu yang telah ditentukan aspal dituang pada 3 cawan yang telah disiapkan dengan
perbedaan waktu ± 10 menit antara masing-masing cawan.
b. Berikutnya mendinginkan aspal dengan waktu ± 60 menit, setelah dingin rendam
ketiga cawan yang berisi aspal dengan air yang telah di masukkan dalam nampan
dengan waktu perendaman ± 60 menit. Dengan catatan perbedaan waktu tetap ± 10
menit di tiap langkahnya.
c. Setelah 60 menit waktu perendaman, saatnya pengujian penetrasi dengan
menggunakan penetrometer. Sebelum menggunakan penetrometer, bersihkan dahulu
jarum penetrasinya dan pasang jarum pada pemegang jarum.
d. Meletakkan bak perendam yang berisi cawan serta aspal di bawah jarum penetrasi
tanpa membuang air yang ada dalam bak perendam.
e. Mengatur jarum penetrasi hingga menyentuh permukaan aspal,kemudian aturlah arloji
(jarum penunjuk penetrasi) penetrometer pada angka 0.
f. Melepaskan jarum penetrasi selama 5 detik, jangan lupa selalu amati stopwatch.
g. Memutar jarum arloji dan bacalah angka yang berimpit dengan jarum arloji, dan
catatlah hasilnya.
h. Melakukan langkah e, f, dan g selama 10 menit untuk satu benda benda uji, terhitung
dari perbedaan waktu dari setiap benda uji. Lakukan hal yang serupa pada benda uji
yang lain. Selalu catatlah hasil setiap penusukkan jarum pada benda uji.

5.3.6 Data Hasil Pengujian


Data Pengujian Penetrasi

Pembacaan Penetrasi Benda Uji (mm)


No.
I II

1 95,00 98,50

2 99,00 107,50

3 106,00 99,50

4 98,00 100,50
5 92,00 102,00

6 106,00 96,00

7 101,00 100,00

8 94,5,00 104,00

9 101,00 116,00

10 109,00 126,00

Jumlah 100,15 105,00

Rata-Rata 102,575

5.3.7 Kesimpulan

Dari hasil praktikum di laboratorium ,rata-rata penetrasi aspal dari dua benda uji
adalah 102,575 dengan angka penetrasi 85-100 (AC pen 85/100)

5.3.8 Gambar Alat dan Fungsi

Gambar 81 : Penetrometer Gambar 82 : Cawan


Fungsi : mengukur konsistensi aspal Fungsi : wadah menempatkan aspal
Gambar 83 : Termometer aspal Gambar 84 : Stopwatch
Fungsi : mengukur suhu aspal Fungsi : menghitung waktu saat pengujian

Gambar 85 : Nampan
Fungsi : untuk merendam benda uji
5.3 PENGUJIAN BERAT JENIS ASPAL KERAS
5.1.1 Dasar Teori
Relatif density atau berat jenis aspal keras tanpa menggunakan campuran, berkisar
antara 1,025 – 1,035 pada suhu 25°C. Semakin keras aspal umumnya berat jenisnya semakin
tinggi. Berat jenis dapat dipengaruhi oleh perubahan suhu dan pemuaian yang dapat
menyebabkan terjadinya perubahan volume.

5.1.2 Tujuan
Uji coba ini dilakukan untuk :
1. Menentukan nilai berat jenis aspal keras dengan menggunakan piknometer.
2. Menjelaskan pelaksanaan pengujian berat jenis aspal keras dengan benar.
3. Membandingkan antara berat aspal keras dengan berat air suling dengan isi yang sama
pada suhu tertentu.

5.1.3 Alat yang Digunakan


1. Termometer aspal, sesuai dengan ketentuan.
2. Piknometer.
3. Nampan.
4. Timbangan dengan ketilitian 0,01 gram.

5.1.4 Bahan-Bahan Pengujian


1. Aspal keras yang dipanaskan, sampai menjadi cair.
2. Air suling

5.1.5 Langkah Pengujian


a. Membersihkan dan mengeringkan piknometer kemudian ditimbang beserta tutupnya
dengan menggunakan timbangan dengan ketelitian 0,01 gram (A).
b. Mengisi piknometer dengan air suling, kemudian ditutup tanpa ditekan. Lalu
ditimbang (B).
c. Kemudian mengosongkan dan mengeringkan piknometer dengan cara memasukkan
ke dalam oven hingga benar-benar kering. Lalu didinginkan di dalam ruangan ber-AC
selama ± 15 menit.
d. Sambil menunggu, memanaskan aspal hingga mencair dan aduk rata untuk
menghindari pemanasan setempat. Suhu pemanasan tidak boleh melebihi 56°C di atas
titik lembek atau ± 120°C.
e. Setelah piknometer benar-benar kering, mengisi piknometer dengan benda uji (aspal
cair) dengan hati-hati hingga terisi ¾ bagian, tanpa tercecer. Kemudian mendinginkan
di dalam ruangan ber-AC selama ±15 menit.
f. Kemudian menutup piknometer yang berisi benda uji yang telah didinginkan, tanpa
ditekan dan menimbang dengan ketelitian 0,01 gram (C).
g. Mengisi piknometer berisi benda uji dengan air suling dan mendiamkan agar
gelembung udara keluar. Lalu menimbang beserta tutupnya dengan ketelitian 0.01
gram (D).

5.1.6 Data Hasil Pengujian


Data Hasil Pengujian Berat Jenis Aspal

BENDA UJI
PEMERIKSAAN
I II
Berat Piknometer + Penutup (A) 27,8 27,4
Berat Piknometer + Air + Penutup (B) 77,6 77,0
Berat Piknometer + Aspal + Penutup (C) 64,7 69,3
Berat Piknometer + Aspal + Air + Penutup (D) 78,9 81,1
(C− A)
Berat Jenis Aspal : 1,04 1,11
( B−A )−( D−C )
Berat Jenis Aspal Rata-Rata 1,075

5.1.7 Analisa dan Perhitungan


1. Benda Uji I
(C-A)
Berat Jenis aspal =
( B−A )−(D−C )

(64,7 - 27,8)
=
( 77,6−27,8 )−(78,9−64,7)

= 1,04

2. Benda Uji II

(C-A)
Berat Jenis aspal =
( B−A )−(D−C )

(69,3-27,4)
=
( 77,0−27,4 )−(81,1−69,3)

= 1,11

Keterangan : A = Berat Piknometer + Penutup

B = Berat Piknometer + Air + Penutup

C = Berat Piknometer + Bitumen + Penutup

D = Berat Piknometer + Bitumen + Air + Penutup

5.1.8 Kesimpulan
Dari pengujian berat jenis aspal yang dilakukan, diperoleh nilai berat jenis
rata-rata aspal sebesar 1.075.

5.1.9 Gambar Alat dan Fungsi

Gambar 71 : Piknometer Gambar 72 : Timbangan Digital


Fungsi : sebagai wadah benda uji Fungsi : menimbang benda uji
Gambar 73 : Termometer Aspal
Fungsi : mengukur suhu aspal
5.4 JOB MIX PERKERASAN LENTUR (HOT MIX)
5.4.1 Dasar Teori
Aspal beton campuran panas merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan
konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat
atau batuan ( kasar, sedang, halus, dan filler ) dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu
tertentu. Untuk mengeringkan agregat dan mendapatkan tingkat kecairan yang cukup dari
aspal sehingga diperoleh kemudahan untuk mencampurnya, maka kedua material harus
dipanaskan dulu sebelum dicampur. Karena dicampur dalam keadaan panas maka seringkali
disebut sebagai “ hot mix “. Pemakaian aspal sebagai bahan pengikat dalam campuran,
disamping karena sifatnya yang elastis dapat membuat perkerasan menjadi lentur atau
fleksibel, juga dapat menambah kekuatan perkerasan.
Campuran aspal beton sebagai bahan perkerasan jalan, harus memenuhi karakteristik
sebagai berikut :
1. Internal Structure meliputi Density Porositas penyerapan dan kadar air.
2. Kekakuan dan kekuatan yang dinyatakan dengan Stability. Kekakuan umumnya
dinyatakan dalam tegangan dan regangan, namun dalam campuran ini meliputi juga
kecepatan laju pembebanan dan pengaruh temperatur. Kekakuan juga dinyatakan
sebagai kemampuan bertahan tanpa berubah bentuk akibat pembebanan. Sedangkan
kekuatan meliputi tidak hanya kekuatan tekan saja tetapi juga kekuatan tarik, lentur,
fatigue, creep, dan ketahanan terhadap abrasi.
3. Keawetan / durability, meliputi ketahanan terhadap pengaruh cuaca seperti panas,
pengaruh air dan kondisi atmosfir lainnya.
4. Ketahanan terhadap rembesan / permeability, adanya air yang terperangkap dalam
campuran aspal beton mengakibatkan terkelupasnya aspal dari batuan. Oleh karena itu
kekedapan merupakan hal yang harus diperhatikan untuk campuran aspal beton.
5. Karakteristik permukaan jalan meliputi ketahanan gelincir jalan dari sejumlah
kendaraan ataupun serapan cahaya oleh permukaan jalan.
Oleh karena itu jenis dan kondisi agregat serta jumlah aspal yang optimum dalam
campuran, harus derencanakan seoptimum mungkin agar memenuhi persyaratan diatas.

5.4.2 Tujuan
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan karakteristik aspal ditinjau dari kestabilan dan
kelelehannya bila dicampur dengan agregat dan merencanakan bahan perkerasan jalan aspal.

5.4.3 Alat Yang Digunakan


a. Cetakan benda uji.
b. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu
c. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata berbentuk silinder, dengan berat
4,536 kg ( 10 pound ), dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm.
d. Alat pengeluar benda uji / Ekstruder.
e. Bak perendam ( water bath ), lengkap dengan pengatur suhu.
f. Mesin penekan lengkap dengan kepala penekan berbentuk lengkung.
g. Cincin penguji ( profing ring ) berkapasitas 2.500 kg dengan ketelitian 12,5 kg,
dilengkapi dengan arloji tekan ( dial ) dengan ketelitian 0,0025 cm
h. Arloji kelelehan dengan ketelitian 0,25 mm dengan perlengkapannya.
i. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai 200°C.
j. Termometer berkapasitas 250°C dengan ketelitian 1%, terbuat dari bahan logam.
k. Timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1 gram, dilengkapi penggantung
benda uji.
l. Pemanas atau hotplate.
m. Sarung tangan terbuat dari bahan karet dan asbes.
n. Nampan.
o. Sendok aduk dan spatula.
p. Panci-panci atau penggorengan untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal.
5.4.4 Bahan-bahan pengujian
A. Persiapan Benda Uji
a. Menyaring agregat dengan ketentuan sebagai berikut .
Data Kebutuhan Agregat

Ukuran Kebutuhan Agregat (gr)


Kebutuhan
Saringan Kadar Aspal Kadar Aspal Kadar Aspal
Bahan (%)
(mm) 5% 4,5 % 5,5 %
19,1 5,5 62,7 63,03 62,37
12,5 10 114,0 114,6 113,4
9,5 20 228,0 229,2 226,8
4,75 13,5 153,9 154,71 153,09
2,36 14 159,6 160,44 158,76
0,6 19 216,6 217,74 215,46
0,3 5,5 62,7 63,03 62,37
0,15 6 68,4 68,76 68,04
0,075 6,5 74,1 74,49 73,71
Jumlah 1140 1146 1134

b. Memasukkan gabungan dari beberapa jenis agregat tersebut ke dalam plastik anti.

B. Persiapan Campuran
a. Untuk tiap benda uji dibutuhkan agregat sebanyak 1100 gram, sehingga
menghasilkan tinggi benda uji kira – kira 6,25 ± 0.125 cm.
b. Memanaskan wajan atau penggorengan beserta agregat sampai suhu mencapai
170°C dan memanaskan aspal hingga suhu mencapai 160°C.
c. Kemudian menuang segera aspal yang bersuhu panas 160°C sebanyak yang
dibutuhkan ke dalam agregat yang yang bersuhu 170°C .
d. Mengaduk secara cepat sampai agregat terlapisi secara merata dalam suhu 140°C.
Data Pengujian Campuran Aspal + Agregat

Kadar Berat Berat Berat Aspal Berat Total Tambahan


Aspal Wajan Agregat Aspal

5% 698,0 1140 60 1898,0 11,6


692,3 1140 60 1892,3 -

4,5 % 692,0 1146 54 1892,0 0,2

690,6 1146 54 1890,6 -

5,5 % 691,7 1134 66 1891,7 -

692,0 1134 66 1892,0 1,5

C. Pemadatan benda uji


a. Membersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk.
b. Meletakkan selembar kertas dari bungkus semen yang sudah di gunting menurut
ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan.
c. Memasukkan seluruh campuran ke dalam cetakkan dan menusuk-tusuk campuran
dengan spatula pada keliling pinggiran cetakan.
d. Meletakkan cetakan di atas landasan pemadat.
e. Melakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 75 kali. Melepaskan keping
alas dan leher cetakan, membalikkan alat cetakan berisi benda uji dan memasang
kembali perlengkapan alat tersebut dan menumbuk dengan jumlah tumbukkan yang
sama.
f. Setelah selesai pemadatan, melepaskan keping alas dan mendinginkan pada suhu
ruang.
g. Setelah dingin, mengeluarkan benda uji dari dalam cetakan dengan alat ekstruder
secara hati-hati, memberi tanda pengenal pada masing-masing benda uji dan
membiarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang serta meletakkan benda uji
pada tempat yang rata.

5.4.5 Langkah Pengujian


a. Membersihkan benda uji dari kotoran-kotoran yang menempel.
b. Memberi tanda pengenal pada masing-masing benda uji.
c. Mengukur tinggi benda menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,1mm.
d. Menimbang benda uji.
e. Merendam benda uji dalam air kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
f. Menimbang benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh.
g. Menimbang benda uji dalam air untuk mendapatkan isi benda uji.
h. Merendam benda uji dalam bak perendam yang berisi air dengan suhu konstan (60 ±
1)°C selama 30 menit.
i. Sebelum melakukan pengujian, membersihkan batang penuntun (guide rod) dan
permukaan dalam dari kepala penekan (test head). Melumasi batang penuntun sehingga
kepala penekan yang atas dapat meluncur bebas.
j. Mengeluarkan benda uji dari bak perendam dan meletakkan ke dalam segmen bawah
kepala penekan. Memasang segmen atas benda uji dan meletakkan keseluruhannya ke
dalam mesin penguji. Memasang arloji kelelehan (flow meter) pada kedudukannya di
atas salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol.
k. Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan hingga
menyentuh atas cincin penguji. Mengatur kedudukan jarum arloji tekan pada angka nol.
l. Memberikan pembebanan kepada benda uji dengan kecepatan tetap sebesar 50mm per
menit sampai pembebanan maksimum tercapai, atau pembebanan menurun seperti
ditunjukkan jarum arloji tekan, dan mencatat pembebanan maksimum yang dicapai dan
nilai kelelehan yang ditunjukkan oleh jarum kelelehan.

5.4.6 Data Pengujian


Data Pengujian Berat Aspal

Kadar Berat Kering (gr) Tebal Berat Setelah Berat dalam


Aspal direndam 24 jam air (gr)
(gr)

5% 1195,9 7,32 1208,5 615,6


1169,6 7,26 1179,6 615,9

4,5 % 1177,8 7,15 1190,8 606,8

1163,9 7,09 1177,3 617,9

5,5 % 1180,8 6,99 1193,5 654,2

1179,6 7,27 1182,6 613,4

Data Kadar Agregat

Kadar Aspal (%)


5 5,97 4,5 4,52 5,5 5,625
Agregat
46,550 46,07 47,281 46,78 46,305 46,24
Kasar
Agregat
42,275 41,84 42,942 42,49 42,052 42,00
Halus
Filler 6,175 6,11 6,272 6,14 6,142 6,13
Tabel 34. Tabel Pengujian dengan Alat Marshall
Keterangan :

A = % Aspal terhadap batuan


B = % Aspal terhadap campuran (Agregat + Aspal)
C = Berat benda uji (gram)
D = Berat benda uji dalam jenuh (gram)
E = Berat benda uji dalam air (gram)
F = Isi benda uji =D–E (ml)
G = Berat isi benda uji = C – F (ton/m3)
H = Berat jenis maksimum teoritis

= 100
% Agregat + % Agregat
Bj Bj

BxG
I = Bj Aspal

J = (100 – B) G
Bj Agregat

K = Jumlah kandungan rongga = 100 - I – J (%)


L = Rongga terhadap agregat = 100 – J (%)
M = Rongga terisi aspal = 100 x I / I (%)
N = Rongga terhadap campuran = 100 – (100 x G / H) (%)
O = Pembacaan arloji stabilitas
P = Dtabilitas (O dikalibrasikan)
Q = Stabilitas setelah dikoreksi (P x Faktor Koreksi)
R = Kelelehan (0,01 mm)
S = Tebal benda uji
Grafik Hubungan antara Kadar Aspal dengan Keruntuhan (Flow)

Cara Membuat grafik :


1. Membuat garis vertikal yang menunjukkan flow (mm)
2. Membuat garis horizontal yang menunjukan % kadar aspal
3. Setelah itu memasukan rerata masing - masing % variasi aspal (kadar aspal) yaitu 5,00 –
5,50 – 6,00 – 6,50 – 7,00 – 7,50 dan 8,00 dengan cara memberi tanda titik
4. Dihubungkan menjadi grafik (lengkung/garis) sesuai dengan titik – titiknya
5. Memberi batasan atau spesifikasi flow yaitu 2,00 mm – 4,00 mm
6. Memberi garis kebawah antara grafik flow dan spesifikasi flow (yang memotong) dan
memberi tanda A dan B
7. Ditemukan daerah KAO untuk Flow yaitu daerah titik A dan B
Grafik Hubungan antara Kadar Aspal dengan Stabilitas

Cara Membuat grafik :


1. Membuat garis vertikal yang menunjukkan stabilitas (kg)
2. Membuat garis horizontal yang menunjukan % kadar aspal
3. Setelah itu memasukan rerata masing - masing % variasi aspal (kadar aspal) yaitu 5,00 –
5,50 – 6,00 – 6,50 – 7,00 – 7,50 dan 8,00 dengan cara memberi tanda titik
4. Dihubungkan menjadi grafik (lengkung/garis) sesuai dengan titik – titiknya
5. Memberi batasan atau spesifikasi stabilitas yaitu 750 kg
6. Memberi garis kebawah antara grafik stabilitas dan spesifikasi stabilitas (yang memotong)
dan memberi tanda A dan B
7. Ditemukan daerah KAO untuk stabilitas yaitu daerah titik A dan B
Grafik Hubungan antara Kadar Apal dengan Berat Jenis

Cara Membuat grafik :


1. Membuat garis vertikal yang menunjukkan berat jenis (gr/cm3)
2. Membuat garis horizontal yang menunjukan % kadar aspal
3. Setelah itu memasukan rerata masing - masing % variasi aspal (kadar aspal) yaitu 5,00 –
5,50 – 6,00 – 6,50 – 7,00 – 7,50 dan 8,00 dengan cara memberi tanda titik
4. Dihubungkan menjadi grafik (lengkung/garis) sesuai dengan titik – titiknya
5. Memberi batasan atau spesifikasi berat jenis yaitu 2,20 – 2,30 gr/cm3
6. Memberi garis kebawah antara grafik berat jenis dan spesifikasi berat jenis (yang
memotong) dan memberi tanda A dan B
7. Ditemukan daerah KAO untuk berat jenis yaitu daerah titik A dan B
Grafik Hubungan antara Kadar Aspal dengan Rongga Terisi Aspal

Cara Membuat grafik :


1. Membuat garis vertikal yang menunjukkan VFA (%)
2. Membuat garis horizontal yang menunjukan % kadar aspal
3. Setelah itu memasukan rerata masing - masing % variasi aspal (kadar aspal) yaitu 5,00 –
5,50 – 6,00 – 6,50 – 7,00 – 7,50 dan 8,00 dengan cara memberi tanda titik
4. Dihubungkan menjadi grafik (lengkung/garis) sesuai dengan titik – titiknya
5. Memberi batasan atau spesifikasi VFA yaitu 75,00 % – 85,00 %
6. Memberi garis kebawah antara grafik VFA dan spesifikasi VFA (yang memotong) dan
memberi tanda A dan B
7. Ditemukan daerah KAO untuk VFA yaitu daerah antara A dan B
Grafik Hubungan antara Kadar Aspal dengan Rongga dalam Campuran

Cara Membuat grafik :


1. Membuat garis vertikal yang menunjukkan VIM (%)
2. Membuat garis horizontal yang menunjukan % kadar aspal
3. Setelah itu memasukan rerata masing - masing % variasi aspal (kadar aspal) yaitu 5,00 –
5,50 – 6,00 – 6,50 – 7,00 – 7,50 dan 8,00 dengan cara memberi tanda titik
4. Dihubungkan menjadi grafik (lengkung/garis) sesuai dengan titik – titiknya
5. Memberi batasan atau spesifikasi VIM yaitu 3,00 % – 5,00 %
6. Memberi garis kebawah antara grafik VIM dan spesifikasi VIM (yang memotong) dan
memberi tanda A dan B
7. Ditemukan daerah KAO untuk VIM yaitu daerah titik A dan B
Grafik 16. Grafik Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

Cara Membuat grafik :


1. Membuat garis vertikal yang menunjukkan stabilitas, flow, spesifikasi grafiti, VFA dan
VIM
2. Membuat garis horizontal yang menunjukan % kadar aspal
3. Setelah itu memasukan rerata masing - masing % variasi aspal (kadar aspal) dengan cara
memberi tanda titik
4. Memasukan nilai daerah KAO stabilitas, KAO flow, KAO spesifikasi grafiti, KAO VFA
dan KAO VIM
5. Menentukan nilai minimum dan maksimum
7. Ditemukan daerah Kadar Aspal Optimum (KAO) yaitu daerah maksimum dan minimum

5.4.6 Kesimpulan
Dari pengujian yang dilakukan diperoleh Kadar Aspal Optimum (KAO) sebesar 5,2 %.
5.4.7 Gambar alat dan Fungsinya

Gambar 86 : Cetakan Gambar 87 : Compactor


Fungsi : untuk mencetak Fungsi : Sebagai alat untuk
benda uji memadatkan aspal

Gambar 88 : Ekstruder Gambar 89 : Oven


Fungsi : mengeluarkan benda uji Fungsi : untuk mengeringkan
dari cetakan agregat

Gambar 90 : Termometer aspal Gambar 91 : Timbangan


Fungsi : mengukur suhu aspal Fungsi : menimbang berat
aspal dan agregat
Gambar 92 : Sarung tangan Gambar 93 : Spatula
Fungsi : Digunakan untuk melindungi Fungsi : mengaduk benda uji
tangan

Gambar 94 : Wajan penggorengan Gambar 95 : Waterbath


Fungsi : sebagai wadah untuk mencampur Fungsi : Untuk merendam dan memanaskan
agregat benda uji setelah di padatkan.

Gambar 96 : alat marshall


Gambar 97 : timbangan dalam air
Fungsi : menguji benda uji untuk
Fungsi : menimbang benda uji dalam air
mendapatkan nilai stabilitas dan flow

Gambar 98 : nampan Gambar 99 : stopwatch


Fungsi : sebagai wadah Fungsi : mengukur waktu
benda uji pengujian

Anda mungkin juga menyukai