Anda di halaman 1dari 27

BAB II

SEMEN PORTLAND

2.1 PENGUJIAN KEHALUSAN SEMEN PORTLAND


2.1.1 Tujuan
A. Tujuan Insruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik, dan teknologi semen portland serta
pengaruhnya terhadap beton dengan benar.
B. Tujuan instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan kehalusan semen portland dengan menggunakan saringan No.
100 dan No. 200
b. Menjelaskan cara pelaksanaan pengujian kehalusan semen portland
c. Mempergunakan alat pengujian dengan terampil

2.1.2 Dasar Teori


Kehalusan semen portland adalah merupakan suatu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kecepatan reaksi antara partikel semen dengan air. Dengan
semakin halus butiran semen portland, maka reaksi hidrasi semen akan semakin
cepat, karena hidrasi dimulai dari permukaan butir.

2.1.3 Peralatan
a. Saringan No. 100 dan No. 200 dan PAN sesuai menurut standar ASTM
b. Neraca analitik kapasitas maksimum 2000 gram dengan ketelitian 0,1 %
c. Kuas dengan ukuran tangkai dan bulu kuas yang sesuai untuk keperluan ini

2.1.4 Benda Uji


Contoh semen portland Tiga Roda sebanyak 50 gram.

2
2.1.5 Prosedur Pelaksanaan
a. Masukkan benda uji semen ke dalam saringan No. 100 yang terletak di atas
saringan No. 200 dan dipasang PAN di bawahnya.
b. Goyangkan saringan ini perlahan-lahan, sehingga bagian benda uji yang
tertahan kelihatan bebas dari partikel-partikel halus (pekerjaan ini dilakukan
antara 3 sampai 4 menit).
c. Tutuplah saringan dan lepaskan PAN, ketok saringan perlahan-lahan dengan
tangkai kuas sampai abu yang menempel terlepas dari saringan.
d. Bersihkan sisi bagian bawah saringan dengan kuas, kosongkan PAN dan
bersihkan dengan kain kemudian pasang kembali.
e. Ambillah tutup saringan dengan hati-hati, bila ada partikel kasar yang
menempel pada tutup kembalikan ke dalam saringan.
f. Lanjutkan penyaringan dengan menggoyang-goyangkan saringan perlahan-
lahan selama 9 menit.
g. Tutuplah saringan, penyaringan dilanjutkan selama 1 menit dengan cara
menggerakkan saringan ke depan dan ke belakang dengan posisi sedikit
dimiringkan. Kecepatan gerakan kira-kira 150 kali permenit, setiap 25 kali
gerakan putar saringan kira-kira 60°. Pekerjaan ini dilakukan di atas kertas
putih, bila ada partikel yang keluar dari saringan dan atau PAN serta
tertampung di atas kertas, kembalikan ke dalam saringan. Pekerjaan
dihentikan setelah benda uji tidak lebih dari 0,05 gram lewat saringan dalam
waktu penyaringan selama 1 menit.
h. Timbang benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan No. 100 dan
No. 200, kemudian hitung dan nyatakan dalam prosentase berat terhadap
benda uji semula.

2.1.6 Perhitungan
A
Kehalusan (F) = x 100 %
B
dimana : F = Kehalusan semen portland
A = Berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan No.
100 dan No. 200
B = Berat benda uji semula

3
A
Kehalusan (F) = x 100 %
B
2,3
= x 100 %
50
= 4,6 %
2.1.7 Pelaporan
Catatan:
a. Benda uji memenuhi syarat kehalusan apabila 0% tertahan di atas saringan No.
100 dan maksimum 22% tertahan di atas saringan No. 200
b. Faktor koreksi saringan tidak diperhitungkan

Data Pengujian Kehalusan PPC Tiga Roda

Tertahan (gram)
No. Saringan Kehalusan
Individu Komulatif
No. 100 0,00 0,00 0,00
No. 200 2,30 2,30 4,60
Pan 47,70 50,00 100,00
Jumlah 50,00

2.1.8 Kesimpulan
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa PPC Tiga Roda memenuhi syarat
kehalusan, karena dari data tersebut 0% tertahan di atas saringan No. 100 dan 4,6%
tertahan di atas saringan No. 200. Dimana dari standar kehalusan apabila 0% tertahan
di atas saringan No. 100 dan maksimum 22% tertahan di atas saringan No. 200.

4
2.1.9 Gambar Peralatan

Gambar 1. Saringan No. 100 dan No. 200 Gambar 2. Semen portland
Fungsi : Untuk mengayak semen portland Fungsi : sebagai bahan benda uji

2.1.10 Referensi
a. AASHTO T-128-67
b. ASTM C-184-66
c. Manual Pemeriksaan Bahan Jalan, DPU
d. PEDC, Bandung Pengujian Bahan, Edisi 1983

5
2.2 PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN PORTLAND
2.2.1 Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik, dan teknologi semen portland serta
pengaruhnya terhadap beton dengan benar.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan nilai berat jenis semen portland
b. Mempergunakan alat pengujian dengan terampil

2.2.2 Dasar Teori


Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada
suhu kamar dengan berat isi kering air suling pada 4° C yang isinya sama dengan
isi semen.

2.2.3 Peralatan
a. Botol Le Chatelier
b. Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API (American Petrolium
Institute)

2.2.4 Benda Uji


Contoh semen portland Tiga Roda sebanyak 64 gram.

2.2.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naptha sampai antara skala 0 dan 1,
bagian dalam botol di atas permukaan cairan dikeringkan.
b. Masukkan botol ke dalam bak air dengan suhu konstan dalam waktu yang
cukup lama untuk menghindari variasi suhu botol lebih besar dari 0,2°C.
c. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol
(V1).

6
d. Masukkan benda uji sedikit demi sedikit ke dalam botol, usahakan jangan
sampai terjadi ada semen yang menempel pada dinding dalam botol di atas
cairan.
e. Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secara
perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan
cairan.
f. Ulangi pekerjaan pada poin b. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan
dalam botol, baca skala pada botol (V2).

2.2.6 Perhitungan
Berat Semen
Berat Jenis Semen = xd
(V 2−V 1)
dimana : V1 = Pembacaan pertama pada skala botol
V2 = Pembacaan kedua pada skala botol
(V2 - V1) = Isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat
tertentu
d = Berat isi air pada suhu 4°C (1 gr/cm3)

Berat Semen
I. Berat Jenis Semen = xd
(V 2−V 1)
64,00
= x1
(21,00)
= 3,05 gr/cm3

Berat Semen
II. Berat Jenis Semen = xd
(V 2−V 1)
64,00
= x1
(20,50)
= 3,12 gr/cm

II.2.7 Pelaporan
Catatan:
a. Berat Jenis Semen Portland sekitar 3.15
b. Percobaan dibuat 2 kali, selisih kedua hasil percobaan yang diijinkan 0.01

7
Data Pengujian Berat Jenis PPC Tiga Roda

Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat Semen contoh uji 64,00 64,00
Pembacaan pertama pada skala botol V1 0,70 0,70
Pembacaan kedua pada skala botol V2 21,70 21,20
Isi cairan yang dipindahkan (V2 - V1) 21,00 20,50
Berat Semen
Berat jenis semen = x d (gr/cm3) 3,05 3,12
(V 2−V 1)
Berat jenis rata-rata 3,08

Catatan:
a. Temperatur pembacaan pertama 26°C
b. Temperatur pembacaan kedua 27°C
c. Berat isi air pada suhu 4°C = 1 gr/cm3

II.2.8 Kesimpulan
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa PPC Tiga Roda tidak memenuhi
standar berat jenis semen portland, karena dari data tersebut berat jenis PPC Tiga
Roda 3,08 dan selisih dari kedua hasil percobaan 0,07. Sedangkan standar berat
jenis semen portland adalah 3,15 dan selisih dari kedua hasil percobaan yang
diijinkan adalah 0,01.

8
II.2.9 Gambar Peralatan

Gambar 3. Botol Le Chantelier Gambar 4. Nampan


Fungsi : Sebagai tempat wadah pengujian Fungsi : sebagai wadah air untuk
merendam benda uji

Gambar 5. Corong Gambar 6. Termometer


Fungsi : Untuk memasukkan benda uji Fungsi : sebagai alat pengukur
ke dalam botol suhu benda uji

II.2.10 Referensi
a. AASHTO T-133-74
b. ASTM C-188-44
c. PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983

9
II.3 PENGUJIAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN PORTLAND
2.3.1 Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik, dan teknologi semen portland serta
pengaruhnya terhadap beton dengan benar.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan konsistensi normal semen portland dengan alat Vicat
b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil

2.3.2 Dasar Teori


Konsistensi normal semen portland adalah suatu kondisi standar yang
menunjukkan kebasahan pasta. Konsistensi dinyatakan dengan banyaknya air
yang dibutuhkan suatu pasta semen dalam kondisi plastis.

2.3.3 Peralatan
a. Neraca dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang
b. Gelas ukur 200 ml, dengan ketelitian 1 (satu) ml
c. 1 (satu) set alat Vicat yang terdiri dari alat Vicat dan cincin konik (cincin
ring)
d. Stopwatch
e. Sendok perata (spatula)
f. Alat pengaduk
g. Sarung tangan karet
h. Air suling sebanyak ±300 cm3

2.3.4 Benda Uji


Contoh semen portland Tiga Roda sebanyak 300 gram.

2.3.5 Prosedur Pelaksanaan

10
a. Masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 28% dari berat benda uji
ke dalam mangkok alat pengaduk.
b. Masukkan benda uji ke dalam mangkok pengaduk dan diamkan selama 30
detik.
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 ± 5) rpm, selama 30 detik.
d. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta yang
menempel di pinggir mangkok.
e. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 ± 10) rpm selama 1 (satu)
menit.
f. Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan yang menggunakan sarung
tangan, kemudian dilemparkan 6 (enam) kali dari satu tangan ke tangan yang
lain dengan jarak kira-kira 15 cm.
g. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan ke dalam cincin
konik yang dipegang dengan tangan lain melalui lubang besar, sehingga cincin
konik penuh dengan pasta.
h. Kelebihan pasta pada cincin konik diratakan dengan sendok perata yang
digerakkan dalam posisi miring terhadap permukaan cincin.
i. Letakkan pelat kaca pada lubang besar cincin konik, kemudian balikkan,
ratakan dan licinkan kelebihan pasta pada lubang kecil cincin konik dengan
sendok perata.
j. Letakkan cincin konik di bawah jarum besar alat Vicat, dan kontakkan jarum
tepat pada bagian tengah permukaan pasta.
k. Jatuhkan jarum dan catat penurunan yang berlangsung selama 30 detik.

2.3.6 Perhitungan
Berat Air
Konsistensi = x 100 %
Berat Semen

Berat Air
I. Konsistensi = x 100 %
Berat Semen
84,00
= x 100 %
300,00
= 28%

11
Berat Air
II. Konsistensi = x 100 %
Berat Semen
82,50
= x 100 %
300,00
= 27,5%
Berat Air
III. Konsistensi = x 100 %
Berat Semen
81,00
= x 100 %
300.00
= 27%
Berat Air
IV. Konsistensi = x 100 %
Berat Semen
79,50
= x 100 %
300,00
= 26,5%
Berat Air
V. Konsistensi = x 100 %
Berat Semen
78,00
= x 100 %
300,00
= 26%

2.3.7 Pelaporan
Catatan:
a. Untuk mendapatkan konsistensi normal, dilakukan beberapa kali dengan kadar
air yang berbeda. Setiap percobaan harus dibuat dari contoh semen yang baru
dan selama percobaan dilakukan, peralatan harus bebas dari getaran. Untuk
percobaan pertama disarankan dengan kadar air 28%.
b. Pengaruh suhu udara, air pencampur, dan kelembapan ruangan diabaikan.
c. Konsistensi normal didapat pada penurunan 9-11 mm.

Data Pengujian Konsistensi Norma PPC Tiga Roda

Benda Uji
Pemeriksaan
I II III IV V
Berat Air (A) gram 84,00 82,50 81,00 79,50 78,00

Berat Semen (B) gram 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00


Konsistensi = % 28,00 27,50 27,00 26,50 26,00

12
Berat Air
x 100 %
Berat Semen

Penetrasi / penurunan mm 35 30 24 17 10

Cara Membuat Grafik :


1. Membuat garis sumbu Y (Vertikal) yang menunjukan angka penurunan dalam
satuan milimeter (mm) dan dimulai angka 5 sampai 30
2. Membuat garis sumbu X (Horizontal) yang menunjukan angka konsistensi air
dalam satuan persen (%) dan dimulai dari 27% sampai 30%
3. Lalu mengisikan data yang telah diperoleh dari pengujian dengan cara memberi
titik sesuai dengan angka penurunannya
4. Kemudian menarik garis sesuai dengan titik-titiknya
5. Diambil garis yang memotong garis lurus horizontal antara 10 - 11 mm lalu
menarik garis kebawah untuk mengetahui angka konsistensi normal pada persen ke
berapalah yang tepat pada perpotongan itu.

Grafik Hubungan antara Konsistensi dengan Penurunan

13
2.3.8 Kesimpulan
Dari data di atas diperoleh konsistensi normal 26 %. Sehingga dapat
disimpulkan PPC Tiga Roda memenuhi standar konsistensi normal dimana
standar konsistensi normal semen portland adalah 24 - 32 %.

2.3.9 Gambar Peralatan

Gambar 7. Gelas Ukur Gambar 8. Pengaduk


Fungsi : Sebagai tempat pengukuran air Fungsi : Sebagai pengaduk benda uji

Gambar 9. Cincin Konik Gambar 10. Sarung Tangan


Fungsi: sebagai cetakan benda uji Fungsi : melindungi tangan

14
2.3.10 Referensi
a. AASHTO T-129-74
b. ASTM C-187-71
c. PEDC Bandung,Pengujian Bahan, Edisi 1983

2.4 PENGUJIAN WAKTU PENGIKATAN SEMEN PORTLAND


2.4.1 Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik, dan teknologi semen portland serta
pengaruhnya terhadap beton dengan benar.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan waktu pengikatan semen portland dengan alat Vicat
b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil

2.4.2 Dasar Teori


Semen jika dicampur dengan air membentuk bubur/ pasta yang secara
bertahap menjadi kurang plastis, dan akhirnya menjadi kaku/ keras. Pada proses
ini, tahap pertama dicapai ketika pasta semen cukup kaku untuk menahan suatu
tekanan.
Waktu untuk mencapai tahap ini disebut sebagai waktu pengikatan, waktu
tersebut dihitung sejak air dicampur dengan semen. Waktu dari pencampuran
semen dan air sampai saat kehilangan sifat keplastisannya disebut waktu
pengikatan awal, dan waktu sampai mencapai pasta menjadi massa yang keras
disebut waktu pengikatan akhir. Pengertian waktu pengikatan awal adalah penting
pada pekerjaan beton, waktu pengikatan awal yang cukup lama diperlukan untuk
pekerjaan beton yaitu waktu transportasi, penuangan, pemadatan, dan peralatan
permukaan.

2.4.3 Peralatan
a. Neraca dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang

15
b. Gelas ukur isi 500 ml atau 1000 ml, dengan ketelitian 1 (satu) ml
c. 1 (satu) set alat Vicat yang dilengkapi dengan:
- Batang / jarum pada ujung plunyer berdiameter 17,5 ± 0,5 mm, untuk
menentukan konsistensi normal
Berat batang + plunyer = 400 ± 0,5 gram
- Jarum Vicat dari baja tahan karat dengan diameter 2 ± 0,05 mm
- Cincin konik dari kuningan sebagai cetakan dengan diameter 76 ± 0,5 mm,
dan tinggi 40 ± 1 mm, dengan permukaan bagian dalam harus rata dan
licin
- Kaca datar, tebal 3 (tiga) mm
- Alat pemadat atau penumbuk, ukuran 13 x 25 x 120 mm
d. Stopwatch
e. Sendok perata (spatula)
f. Alat pengaduk
g. Sarung tangan karet
h. Air suling sebanyak ± 300 cm3
i. Cawan
2.4.4 Benda Uji
Contoh semen portland Tiga Roda sebanyak 300 gram.

2.4.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Masukkan air pencampur berupa airsuling yang banyaknya sesuai dengan
jumlah air untuk mencapai konsistensi normal ke dalam alat pengaduk.
b. Masukkan benda uji ke dalam mangkok pengaduk dan diamkan selama 30
detik.
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 ± 5) rpm, selama 30 detik.
d. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta yang
menempel di pinggir mangkok.
e. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 ± 10) rpm selama 1 (satu)
menit.
f. Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan yang menggunakan sarung
tangan, kemudian dilemparkan 6 (enam) kali dari satu tangan ke tangan yang
lain dengan jarak kira-kira 15 cm.

16
g. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan ke dalam cincin
konik yang dipegang dengan tangan lain melalui lubang besar, sehingga cincin
konik penuh dengan pasta.
h. Kelebihan pasta pada cincin konik diratakan dengan sendok perata yang
digerakkan dalam posisi miring terhadap permukaan cincin.
i. Letakkan pelat kaca pada lubang besar cincin konik, kemudian balikkan,
ratakan dan licinkan kelebihan pasta pada lubang kecil cincin konik dengan
sendok perata.
j. Letakkan cincin konik di bawah jarum besar alat Vicat, dan kontakkan jarum
tepat pada bagian tengah permukaan pasta.
k. Jatuhkan jarum setiap 15 menit sampai mencapai penurunan di bawah 25 mm,
setiap menjatuhkan jarum catatlah penurunan yang berlangsung selama 30
detik. Jarak antara titik-titik setiap menjatuhkan jarum adalah ½ cm dan jarak
titik dari pinggir cincin konik tidak boleh kurang dari 1 cm.

2.4.6 Pelaporan
Catatan:
a. Selama pelaksanaan pengujian, alat-alat harus bebas getaran dan jarum dijaga
supaya tetap lurus dan bersih dari semen yang menempel.
b. Waktu pengikatan awal paling cepat 45 menit, dan paling lambat 10 jam.
c. Pengaruh sushu udara, air pencampur, dan kelmbapan ruangan diabaikan.
d. Waktu pengikatan permulaan didapat pada penurunan 35 mm.

Data Pengujian Waktu Pengikatan PPC Tiga Roda

Waktu Penetrasi Penetrasi Benda Uji


(menit) (mm)
15 40
30 38
45 34
60 28
75 22
38−35
Setting Time = x 15 menit
34−35

= 45 menit

17
Cara Membuat Grafik :
1. Membuat garis sumbu Y (Vertikal) yang menunjukan angka penurunan dalam
satuan milimeter (mm) dan dimulai angka 5 sampai 30 mm
2. Membuat garis sumbu X (Horizontal) yang menunjukan angka konsistensi air dalam
satuan menit dan dimulai dari 15 menit sampai 150 menit
3. Lalu mengisikan data yang telah diperoleh dari pengujian dengan cara memberi titik
sesuai dengan angka penurunannya
4. Kemudian menarik garis sesuai dengan titik-titiknya
5. Memberi garis perpotongan pada angka 25 mm yang digaris secara horizontal
hingga menemui perpotongan lalu menarik garis kebawah untuk mengetahui angka
(waktu) pengikatan pemulaan

Grafik Hubungan antara Waktu Pengikatan PPC Tiga Roda dengan Penurunan

2.4.7 Kesimpulan

18
Dari data di atas diperoleh waktu pengikatan awal (setting time) pada 45
menit. Sehingga PPC Tiga roda memenuhi standar waktu pengikatan awal semen
portland yaitu paling cepat 45 menit, dan paling lambat 10 jam.

2.4.8 Gambar Peralatan

Gambar 11. Cawan Gambar 12. Neraca Digital


Fungsi : sebagai wadah benda uji Fungsi : Alat penimbang benda uji saat ditimbang

Gambar 13.Gelas Ukur Gambar 14. Mixer


Fungsi : Sebagai wadah air yang sesuai Fungsi : sebagai pencampur /
ketentuan dalam pengujian pengaduk benda uji

19
2.4.9 Referensi
a. AASHTO T-131-74
b. ASTM C-191-71
c. PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983
2.5 PENGUJIAN KEKEKALAN SEMEN PORTLAND DENGAN KUE REBUS
2.5.1 Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik, dan teknologi semen portland serta
pengaruhnya terhadap beton dengan benar.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan kekekalan semen portland dengan kue rebus
b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil

2.5.2 Dasar Teori


Kekekalan pasta semen atau disebut juga sebagai kemulusan pasta semen
adalah merupakan suatu ukuran dari kemampuan pengembangan bahan-bahan
campurannya dan kemampuan untuk mempertahankan volumenya setelah
mengikat.
Ketidakmulusan suatu pasta semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah
kapur bebas yang pembakarannya tidak sempurna, serta magnesia yang terdapat
dalam campuran tersebut. Kapur bebas akan mengikat air dan kemudian
menimbulkan gaya-gaya ekspansi yang akhirnya timbul retakan-retakan pada
permukaan pasta semen.

2.5.3 Peralatan
a. Neraca dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang
b. Gelas ukur isi 500 ml atau 1000 ml, dengan ketelitian 1 (satu) ml
c. Kaca datar, tebal 3 (tiga) mm dengan ukuran 15 x 15 cm
d. Stopwatch
e. Sendok perata (spatula)
f. Alat pengaduk

20
g. Sarung tangan karet
h. Air suling sebanyak ± 300 cm3
i. Cawan

2.5.4 Benda Uji


Contoh semen portland Tiga Roda sebanyak 650 gram.

2.5.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 28% dari berat benda uji
ke dalam mangkok alat pengaduk.
b. Masukkan benda uji ke dalam mangkok pengaduk dan diamkan selama 30
detik.
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 ± 5) rpm, selama 30 detik.
d. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta yang
menempel di pinggir mangkok.
e. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 ± 10) rpm selama 1 (satu)
menit.
f. Ambil pasta sekepal tangan dan letakkan di atas plat kaca.
g. Bentuk pasta tersebut seperti kue (lihat gambar) dengan diameter 12 cm dan
tinggi di bagian tengahnya 13 mm dengan mengecil tebalnya ke bagian
pinggir.
h. Diamkan kue tersebut di ruang lembab selama 24 jam.
i. Masukkan kue tersebut ke dalam air, kemudian air tersebut dididihkan (waktu
pendididihan 30 menit) dan kue terus direbus selama 3 jam.
j. Setelah itu angkat kue tersebut dan perhatikan keadaan fisiknya, apakah terjadi
perubahan bentuk misalnya retak, pecah atau menunjukkan perubahan bentuk
lain.

2.5.6 Pelaporan

21
Catatan:
a. Jumlah kue yang dibuat adalah 4 buah.
b. Semen dinyatakan tidak kekal jika terdapat retakan-retakan pada permukaan
semen.

2.5.7 Kesimpulan
Dari hasil percobaan di laboratorium terdapat 1 benda uji pecah dan 3 benda
uji lainnya retak. Sehingga dapat disimpulkan PPC Tiga Roda dinyatakan tidak
kekal. Faktor yang mempengaruhi terjadinya retakan salah satunya adalah terlalu
banyak kapur.

2.5.8 Gambar Peralatan

Gambar 18. Cawan Gambar 19. Gelas Ukur


Fungsi : sebagai wadah benda uji Fungsi : sebagai wadah air yang sesuai pengujian

22
Gambar 20. Mixer / Alat Pengaduk Gambar 21. Spatula
Fungsi : untuk mengaduk benda uji Fungsi : untuk meratakan benda uji

Gambar 22. Kaca Beserta bentuk benda uji

Fungsi : sebagai tempat benda uji

2.5.9 Referensi
a. SII-0013-81
b. PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983

23
2.6 PENGUJIAN KUAT TEKAN MORTAR SEMEN PORTLAND
2.6.1 Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik, dan teknologi semen portland serta
pengaruhnya terhadap beton dengan benar.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan kekuatan tekan mortar semen portland
b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil

2.6.2 Dasar Teori


Kekuatan tekan mortar adalah beban tiap satuan luas permukaan yang
menyebabkan mortar hancur. Kekuatan tekan mortar ini diperoleh dari benda uji
berbentuk kubus dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm, yang terbuat dengan menggunakan
contoh semen dan mencampurnya dengan pasir silika seragam dan air dalam
perbandingan-perbandingan tertentu.

2.6.3 Peralatan
a. Neraca dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang
b. Gelas ukur isi 500 ml atau 1000 ml, dengan ketelitian 1 (satu) ml
c. Stopwatch
d. Sendok perata (spatula)
e. Alat pengaduk

24
f. Sarung tangan karet
g. Air suling sebanyak ± 500 cm3
h. Cawan
i. Cetakan kubus 5 x 5 x 5 cm, dan alat penumbuk/ pemadat
j. Meja leleh (Flow Table)

2.6.4 Benda Uji


a. Contoh semen portland Tiga Roda sebanyak 500 gram
b. Pasir silika/ Ottawa sebanyak 1375 gram
2.6.5 Prosedur Pelaksanaan
a. Masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 30% dari berat semen ke
dalam mangkok alat pengaduk.
b. Masukkan benda uji semen sebanyak 500 gram ke dalam mangkok pengaduk.
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 ± 5) rpm, selama 30 detik.
d. Masukkan pasir silika/ ottawa sebanyak 1375 gram secara perlahan-lahan
sambil mesin pengaduk dijalankan dengan kecepatan (145 ± 5) rpm, selama 30
detik.
e. Hentikan mesin pengaduk, kemudian naikkan kecepatan putar menjadi (285 ±
10) rpm dan jalankan selama 30 detik.
f. Hentikan mesin pengaduk, dan segera bersihkan mortar yang menempel pada
pinggiran mangkok selama 15 detik, kemudian biarkan mortar selama 75
detik.
g. Aduklah mortar dalam mesin pengaduk dengan kecepatan pengaduk (285 ±
10) rpm, selama 1 (satu) menit.
h. Lakukan percobaan leleh dengan mengisikan mortar ke dalam cincin yang
terletak di atas meja leleh, cincin diisi dalam 2 (dua) lapis, diman setiap lapis
dipadatkan dengan cara menumbuk sebanyak 20 kali. Ratakan permukaan
mortar dengan sendok perata dan angkatlah cincin kemudian getarkan meja
leleh sebanyak 25 kali selama 15 detik.
i. Ukurlah diameter leleh, sekurang-kurangnya pada 4 (empat) tempat dan ambil
harga rata-rata. Diameter leleh harus antara 100-115% dari diameter semula.
Apabila diameter leleh yang disyaratkan belumdidapat, ulangi langkah-
langkah di atas (dari butir a sampa dengan i) dengan merubah kadar air.

25
j. Setelah diameter leleh yang disyaratkan didapat, mortar dimasukkan ke dalam
mangkok pengaduk dan jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 ±
10) rpm selama 15 detik.
k. 30 detik setelah selesai pengadukan, cetakan mortar dengan cetakan kubus 15
x 15 x 15 cm, cetakan diisi dalam 2 (dua) lapis dimana setiap lapis dipadatkan
dengan penumbuk sebanyak 32 kali dalam 4 (empat) putaran (lihat gambar).
Keseluruhan waktu yang dipergunakan untuk mencetak mortar tidak boleh
lebih dari 2 (dua) menit.
l. Ratakan permukaan mortar dengan sendok perata, kemudian simpan di dalam
Moist cabinet selama 24 jam.
m. Bukalah cetakan dn rendamlah mortar dalam air bersih, kemudian periksalah
kekuatan tekan mortar dengan mesin tekan sesuai dengan umur yang
diinginkan, biasanya pada umur 3, 7, dan 28 hari.

2.6.6 Perhitungan
P
Kekuatan Tekan Mortar = (kg/cm2)
A
dimana: P = Beban maksimum (kg)
A = Luas permukaan benda uji (cm2)

P
I. Kekuatan Tekan Mortar =
A
5000
= 25

= 200 kg/cm2

P
II. Kekuatan Tekan Mortar =
A
4700
= 25

= 188 kg/cm2
P
III. Kekuatan Tekan Mortar =
A
5000
= 25

26
= 200 kg/cm2

2.6.7 Pelaporan
Catatan:
a. Kuat tekan dihitung pada umur pengujian
b. Luas penampang benda uji (A) = 5 x 5 = 25 cm2
c. Standar kuat tekan mortar semen portland yaitu 75% dari berat benda uji

Data Pengujian Kuat Tekan Mortar PPC Tiga Roda

Tanggal Kuat
Umur Berat Beban
No. Tekan
Buat Tes (hari) (gram) (kg)
(kg/cm2)
1 21/04/14 28/04/14 7 260.3 5000 200
2 21/04/14 28/04/14 7 259.7 4700 188
3 21/04/14 28/04/14 7 261.5 5000 200
Rata-rata 260.5 196

Jumlah kuat tekan rata−rata


Kuat Tekan Mortar = x 100 %
Jumlah berat rata−rata

196
= 260,5 x 100 %

= 75,24%

2.6.8 Kesimpulan
Dari data di atas kuat tekan mortar rata-rata pada umur 7 hari adalah 196
kg/cm2 yaitu 75,24% dari benda uji. Sehingga dapat disimpulkan PPC Tiga Roda
memenuhi standar kuat tekan mortar semen portland yaitu 75% dari benda uji.

2.6.9 Gambar Peralatan

27
Gambar 23. Mixer/Pengaduk Gambar 24. Spatula
Fungsi : untuk mengaduk benda uji Fungsi : untuk meratakan benda uji

Gambar 25.Cetakan Kubus Gambar 26. Tongkat Penumbuk


Fungsi : digunakan untuk mencetak Fungsi : untuk memadatkan

2.6.10 Referensi
a. AASHTO T-105-73
b. ASTM C-114-69
c. PEDC Bandung, Pengujian Bahan,Edisi 1983

28

Anda mungkin juga menyukai