SEMEN PORTLAND
2.1.3 Peralatan
a. Saringan No. 100 dan No. 200 dan PAN sesuai menurut standar ASTM
b. Neraca analitik kapasitas maksimum 2000 gram dengan ketelitian 0,1 %
c. Kuas dengan ukuran tangkai dan bulu kuas yang sesuai untuk keperluan ini
2
2.1.5 Prosedur Pelaksanaan
a. Masukkan benda uji semen ke dalam saringan No. 100 yang terletak di atas
saringan No. 200 dan dipasang PAN di bawahnya.
b. Goyangkan saringan ini perlahan-lahan, sehingga bagian benda uji yang
tertahan kelihatan bebas dari partikel-partikel halus (pekerjaan ini dilakukan
antara 3 sampai 4 menit).
c. Tutuplah saringan dan lepaskan PAN, ketok saringan perlahan-lahan dengan
tangkai kuas sampai abu yang menempel terlepas dari saringan.
d. Bersihkan sisi bagian bawah saringan dengan kuas, kosongkan PAN dan
bersihkan dengan kain kemudian pasang kembali.
e. Ambillah tutup saringan dengan hati-hati, bila ada partikel kasar yang
menempel pada tutup kembalikan ke dalam saringan.
f. Lanjutkan penyaringan dengan menggoyang-goyangkan saringan perlahan-
lahan selama 9 menit.
g. Tutuplah saringan, penyaringan dilanjutkan selama 1 menit dengan cara
menggerakkan saringan ke depan dan ke belakang dengan posisi sedikit
dimiringkan. Kecepatan gerakan kira-kira 150 kali permenit, setiap 25 kali
gerakan putar saringan kira-kira 60°. Pekerjaan ini dilakukan di atas kertas
putih, bila ada partikel yang keluar dari saringan dan atau PAN serta
tertampung di atas kertas, kembalikan ke dalam saringan. Pekerjaan
dihentikan setelah benda uji tidak lebih dari 0,05 gram lewat saringan dalam
waktu penyaringan selama 1 menit.
h. Timbang benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan No. 100 dan
No. 200, kemudian hitung dan nyatakan dalam prosentase berat terhadap
benda uji semula.
2.1.6 Perhitungan
A
Kehalusan (F) = x 100 %
B
dimana : F = Kehalusan semen portland
A = Berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan No.
100 dan No. 200
B = Berat benda uji semula
3
A
Kehalusan (F) = x 100 %
B
2,3
= x 100 %
50
= 4,6 %
2.1.7 Pelaporan
Catatan:
a. Benda uji memenuhi syarat kehalusan apabila 0% tertahan di atas saringan No.
100 dan maksimum 22% tertahan di atas saringan No. 200
b. Faktor koreksi saringan tidak diperhitungkan
Tertahan (gram)
No. Saringan Kehalusan
Individu Komulatif
No. 100 0,00 0,00 0,00
No. 200 2,30 2,30 4,60
Pan 47,70 50,00 100,00
Jumlah 50,00
2.1.8 Kesimpulan
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa PPC Tiga Roda memenuhi syarat
kehalusan, karena dari data tersebut 0% tertahan di atas saringan No. 100 dan 4,6%
tertahan di atas saringan No. 200. Dimana dari standar kehalusan apabila 0% tertahan
di atas saringan No. 100 dan maksimum 22% tertahan di atas saringan No. 200.
4
2.1.9 Gambar Peralatan
Gambar 1. Saringan No. 100 dan No. 200 Gambar 2. Semen portland
Fungsi : Untuk mengayak semen portland Fungsi : sebagai bahan benda uji
2.1.10 Referensi
a. AASHTO T-128-67
b. ASTM C-184-66
c. Manual Pemeriksaan Bahan Jalan, DPU
d. PEDC, Bandung Pengujian Bahan, Edisi 1983
5
2.2 PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN PORTLAND
2.2.1 Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik, dan teknologi semen portland serta
pengaruhnya terhadap beton dengan benar.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan nilai berat jenis semen portland
b. Mempergunakan alat pengujian dengan terampil
2.2.3 Peralatan
a. Botol Le Chatelier
b. Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API (American Petrolium
Institute)
6
d. Masukkan benda uji sedikit demi sedikit ke dalam botol, usahakan jangan
sampai terjadi ada semen yang menempel pada dinding dalam botol di atas
cairan.
e. Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secara
perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan
cairan.
f. Ulangi pekerjaan pada poin b. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan
dalam botol, baca skala pada botol (V2).
2.2.6 Perhitungan
Berat Semen
Berat Jenis Semen = xd
(V 2−V 1)
dimana : V1 = Pembacaan pertama pada skala botol
V2 = Pembacaan kedua pada skala botol
(V2 - V1) = Isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat
tertentu
d = Berat isi air pada suhu 4°C (1 gr/cm3)
Berat Semen
I. Berat Jenis Semen = xd
(V 2−V 1)
64,00
= x1
(21,00)
= 3,05 gr/cm3
Berat Semen
II. Berat Jenis Semen = xd
(V 2−V 1)
64,00
= x1
(20,50)
= 3,12 gr/cm
II.2.7 Pelaporan
Catatan:
a. Berat Jenis Semen Portland sekitar 3.15
b. Percobaan dibuat 2 kali, selisih kedua hasil percobaan yang diijinkan 0.01
7
Data Pengujian Berat Jenis PPC Tiga Roda
Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat Semen contoh uji 64,00 64,00
Pembacaan pertama pada skala botol V1 0,70 0,70
Pembacaan kedua pada skala botol V2 21,70 21,20
Isi cairan yang dipindahkan (V2 - V1) 21,00 20,50
Berat Semen
Berat jenis semen = x d (gr/cm3) 3,05 3,12
(V 2−V 1)
Berat jenis rata-rata 3,08
Catatan:
a. Temperatur pembacaan pertama 26°C
b. Temperatur pembacaan kedua 27°C
c. Berat isi air pada suhu 4°C = 1 gr/cm3
II.2.8 Kesimpulan
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa PPC Tiga Roda tidak memenuhi
standar berat jenis semen portland, karena dari data tersebut berat jenis PPC Tiga
Roda 3,08 dan selisih dari kedua hasil percobaan 0,07. Sedangkan standar berat
jenis semen portland adalah 3,15 dan selisih dari kedua hasil percobaan yang
diijinkan adalah 0,01.
8
II.2.9 Gambar Peralatan
II.2.10 Referensi
a. AASHTO T-133-74
b. ASTM C-188-44
c. PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983
9
II.3 PENGUJIAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN PORTLAND
2.3.1 Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik, dan teknologi semen portland serta
pengaruhnya terhadap beton dengan benar.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan konsistensi normal semen portland dengan alat Vicat
b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil
2.3.3 Peralatan
a. Neraca dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang
b. Gelas ukur 200 ml, dengan ketelitian 1 (satu) ml
c. 1 (satu) set alat Vicat yang terdiri dari alat Vicat dan cincin konik (cincin
ring)
d. Stopwatch
e. Sendok perata (spatula)
f. Alat pengaduk
g. Sarung tangan karet
h. Air suling sebanyak ±300 cm3
10
a. Masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 28% dari berat benda uji
ke dalam mangkok alat pengaduk.
b. Masukkan benda uji ke dalam mangkok pengaduk dan diamkan selama 30
detik.
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 ± 5) rpm, selama 30 detik.
d. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta yang
menempel di pinggir mangkok.
e. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 ± 10) rpm selama 1 (satu)
menit.
f. Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan yang menggunakan sarung
tangan, kemudian dilemparkan 6 (enam) kali dari satu tangan ke tangan yang
lain dengan jarak kira-kira 15 cm.
g. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan ke dalam cincin
konik yang dipegang dengan tangan lain melalui lubang besar, sehingga cincin
konik penuh dengan pasta.
h. Kelebihan pasta pada cincin konik diratakan dengan sendok perata yang
digerakkan dalam posisi miring terhadap permukaan cincin.
i. Letakkan pelat kaca pada lubang besar cincin konik, kemudian balikkan,
ratakan dan licinkan kelebihan pasta pada lubang kecil cincin konik dengan
sendok perata.
j. Letakkan cincin konik di bawah jarum besar alat Vicat, dan kontakkan jarum
tepat pada bagian tengah permukaan pasta.
k. Jatuhkan jarum dan catat penurunan yang berlangsung selama 30 detik.
2.3.6 Perhitungan
Berat Air
Konsistensi = x 100 %
Berat Semen
Berat Air
I. Konsistensi = x 100 %
Berat Semen
84,00
= x 100 %
300,00
= 28%
11
Berat Air
II. Konsistensi = x 100 %
Berat Semen
82,50
= x 100 %
300,00
= 27,5%
Berat Air
III. Konsistensi = x 100 %
Berat Semen
81,00
= x 100 %
300.00
= 27%
Berat Air
IV. Konsistensi = x 100 %
Berat Semen
79,50
= x 100 %
300,00
= 26,5%
Berat Air
V. Konsistensi = x 100 %
Berat Semen
78,00
= x 100 %
300,00
= 26%
2.3.7 Pelaporan
Catatan:
a. Untuk mendapatkan konsistensi normal, dilakukan beberapa kali dengan kadar
air yang berbeda. Setiap percobaan harus dibuat dari contoh semen yang baru
dan selama percobaan dilakukan, peralatan harus bebas dari getaran. Untuk
percobaan pertama disarankan dengan kadar air 28%.
b. Pengaruh suhu udara, air pencampur, dan kelembapan ruangan diabaikan.
c. Konsistensi normal didapat pada penurunan 9-11 mm.
Benda Uji
Pemeriksaan
I II III IV V
Berat Air (A) gram 84,00 82,50 81,00 79,50 78,00
12
Berat Air
x 100 %
Berat Semen
Penetrasi / penurunan mm 35 30 24 17 10
13
2.3.8 Kesimpulan
Dari data di atas diperoleh konsistensi normal 26 %. Sehingga dapat
disimpulkan PPC Tiga Roda memenuhi standar konsistensi normal dimana
standar konsistensi normal semen portland adalah 24 - 32 %.
14
2.3.10 Referensi
a. AASHTO T-129-74
b. ASTM C-187-71
c. PEDC Bandung,Pengujian Bahan, Edisi 1983
2.4.3 Peralatan
a. Neraca dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang
15
b. Gelas ukur isi 500 ml atau 1000 ml, dengan ketelitian 1 (satu) ml
c. 1 (satu) set alat Vicat yang dilengkapi dengan:
- Batang / jarum pada ujung plunyer berdiameter 17,5 ± 0,5 mm, untuk
menentukan konsistensi normal
Berat batang + plunyer = 400 ± 0,5 gram
- Jarum Vicat dari baja tahan karat dengan diameter 2 ± 0,05 mm
- Cincin konik dari kuningan sebagai cetakan dengan diameter 76 ± 0,5 mm,
dan tinggi 40 ± 1 mm, dengan permukaan bagian dalam harus rata dan
licin
- Kaca datar, tebal 3 (tiga) mm
- Alat pemadat atau penumbuk, ukuran 13 x 25 x 120 mm
d. Stopwatch
e. Sendok perata (spatula)
f. Alat pengaduk
g. Sarung tangan karet
h. Air suling sebanyak ± 300 cm3
i. Cawan
2.4.4 Benda Uji
Contoh semen portland Tiga Roda sebanyak 300 gram.
16
g. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan ke dalam cincin
konik yang dipegang dengan tangan lain melalui lubang besar, sehingga cincin
konik penuh dengan pasta.
h. Kelebihan pasta pada cincin konik diratakan dengan sendok perata yang
digerakkan dalam posisi miring terhadap permukaan cincin.
i. Letakkan pelat kaca pada lubang besar cincin konik, kemudian balikkan,
ratakan dan licinkan kelebihan pasta pada lubang kecil cincin konik dengan
sendok perata.
j. Letakkan cincin konik di bawah jarum besar alat Vicat, dan kontakkan jarum
tepat pada bagian tengah permukaan pasta.
k. Jatuhkan jarum setiap 15 menit sampai mencapai penurunan di bawah 25 mm,
setiap menjatuhkan jarum catatlah penurunan yang berlangsung selama 30
detik. Jarak antara titik-titik setiap menjatuhkan jarum adalah ½ cm dan jarak
titik dari pinggir cincin konik tidak boleh kurang dari 1 cm.
2.4.6 Pelaporan
Catatan:
a. Selama pelaksanaan pengujian, alat-alat harus bebas getaran dan jarum dijaga
supaya tetap lurus dan bersih dari semen yang menempel.
b. Waktu pengikatan awal paling cepat 45 menit, dan paling lambat 10 jam.
c. Pengaruh sushu udara, air pencampur, dan kelmbapan ruangan diabaikan.
d. Waktu pengikatan permulaan didapat pada penurunan 35 mm.
= 45 menit
17
Cara Membuat Grafik :
1. Membuat garis sumbu Y (Vertikal) yang menunjukan angka penurunan dalam
satuan milimeter (mm) dan dimulai angka 5 sampai 30 mm
2. Membuat garis sumbu X (Horizontal) yang menunjukan angka konsistensi air dalam
satuan menit dan dimulai dari 15 menit sampai 150 menit
3. Lalu mengisikan data yang telah diperoleh dari pengujian dengan cara memberi titik
sesuai dengan angka penurunannya
4. Kemudian menarik garis sesuai dengan titik-titiknya
5. Memberi garis perpotongan pada angka 25 mm yang digaris secara horizontal
hingga menemui perpotongan lalu menarik garis kebawah untuk mengetahui angka
(waktu) pengikatan pemulaan
Grafik Hubungan antara Waktu Pengikatan PPC Tiga Roda dengan Penurunan
2.4.7 Kesimpulan
18
Dari data di atas diperoleh waktu pengikatan awal (setting time) pada 45
menit. Sehingga PPC Tiga roda memenuhi standar waktu pengikatan awal semen
portland yaitu paling cepat 45 menit, dan paling lambat 10 jam.
19
2.4.9 Referensi
a. AASHTO T-131-74
b. ASTM C-191-71
c. PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983
2.5 PENGUJIAN KEKEKALAN SEMEN PORTLAND DENGAN KUE REBUS
2.5.1 Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik, dan teknologi semen portland serta
pengaruhnya terhadap beton dengan benar.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan kekekalan semen portland dengan kue rebus
b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil
2.5.3 Peralatan
a. Neraca dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang
b. Gelas ukur isi 500 ml atau 1000 ml, dengan ketelitian 1 (satu) ml
c. Kaca datar, tebal 3 (tiga) mm dengan ukuran 15 x 15 cm
d. Stopwatch
e. Sendok perata (spatula)
f. Alat pengaduk
20
g. Sarung tangan karet
h. Air suling sebanyak ± 300 cm3
i. Cawan
2.5.6 Pelaporan
21
Catatan:
a. Jumlah kue yang dibuat adalah 4 buah.
b. Semen dinyatakan tidak kekal jika terdapat retakan-retakan pada permukaan
semen.
2.5.7 Kesimpulan
Dari hasil percobaan di laboratorium terdapat 1 benda uji pecah dan 3 benda
uji lainnya retak. Sehingga dapat disimpulkan PPC Tiga Roda dinyatakan tidak
kekal. Faktor yang mempengaruhi terjadinya retakan salah satunya adalah terlalu
banyak kapur.
22
Gambar 20. Mixer / Alat Pengaduk Gambar 21. Spatula
Fungsi : untuk mengaduk benda uji Fungsi : untuk meratakan benda uji
2.5.9 Referensi
a. SII-0013-81
b. PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983
23
2.6 PENGUJIAN KUAT TEKAN MORTAR SEMEN PORTLAND
2.6.1 Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik, dan teknologi semen portland serta
pengaruhnya terhadap beton dengan benar.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan kekuatan tekan mortar semen portland
b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil
2.6.3 Peralatan
a. Neraca dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang
b. Gelas ukur isi 500 ml atau 1000 ml, dengan ketelitian 1 (satu) ml
c. Stopwatch
d. Sendok perata (spatula)
e. Alat pengaduk
24
f. Sarung tangan karet
g. Air suling sebanyak ± 500 cm3
h. Cawan
i. Cetakan kubus 5 x 5 x 5 cm, dan alat penumbuk/ pemadat
j. Meja leleh (Flow Table)
25
j. Setelah diameter leleh yang disyaratkan didapat, mortar dimasukkan ke dalam
mangkok pengaduk dan jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 ±
10) rpm selama 15 detik.
k. 30 detik setelah selesai pengadukan, cetakan mortar dengan cetakan kubus 15
x 15 x 15 cm, cetakan diisi dalam 2 (dua) lapis dimana setiap lapis dipadatkan
dengan penumbuk sebanyak 32 kali dalam 4 (empat) putaran (lihat gambar).
Keseluruhan waktu yang dipergunakan untuk mencetak mortar tidak boleh
lebih dari 2 (dua) menit.
l. Ratakan permukaan mortar dengan sendok perata, kemudian simpan di dalam
Moist cabinet selama 24 jam.
m. Bukalah cetakan dn rendamlah mortar dalam air bersih, kemudian periksalah
kekuatan tekan mortar dengan mesin tekan sesuai dengan umur yang
diinginkan, biasanya pada umur 3, 7, dan 28 hari.
2.6.6 Perhitungan
P
Kekuatan Tekan Mortar = (kg/cm2)
A
dimana: P = Beban maksimum (kg)
A = Luas permukaan benda uji (cm2)
P
I. Kekuatan Tekan Mortar =
A
5000
= 25
= 200 kg/cm2
P
II. Kekuatan Tekan Mortar =
A
4700
= 25
= 188 kg/cm2
P
III. Kekuatan Tekan Mortar =
A
5000
= 25
26
= 200 kg/cm2
2.6.7 Pelaporan
Catatan:
a. Kuat tekan dihitung pada umur pengujian
b. Luas penampang benda uji (A) = 5 x 5 = 25 cm2
c. Standar kuat tekan mortar semen portland yaitu 75% dari berat benda uji
Tanggal Kuat
Umur Berat Beban
No. Tekan
Buat Tes (hari) (gram) (kg)
(kg/cm2)
1 21/04/14 28/04/14 7 260.3 5000 200
2 21/04/14 28/04/14 7 259.7 4700 188
3 21/04/14 28/04/14 7 261.5 5000 200
Rata-rata 260.5 196
196
= 260,5 x 100 %
= 75,24%
2.6.8 Kesimpulan
Dari data di atas kuat tekan mortar rata-rata pada umur 7 hari adalah 196
kg/cm2 yaitu 75,24% dari benda uji. Sehingga dapat disimpulkan PPC Tiga Roda
memenuhi standar kuat tekan mortar semen portland yaitu 75% dari benda uji.
27
Gambar 23. Mixer/Pengaduk Gambar 24. Spatula
Fungsi : untuk mengaduk benda uji Fungsi : untuk meratakan benda uji
2.6.10 Referensi
a. AASHTO T-105-73
b. ASTM C-114-69
c. PEDC Bandung, Pengujian Bahan,Edisi 1983
28