Anda di halaman 1dari 72

MODUL AJAR

PENGUJIAN
BAHAN BANGUNAN

Untuk Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil


Politeknik Negeri Malang

Disusun Oleh:

MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2016
1. PENGUJIAN KEHALUSAN SEMEN PORTLAND

1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Instruksional Umum:
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-
sifat fisik, mekanik dan teknologi semen Portland serta pengaruhnya terhadap beton dengan
benar.
1.1.1 Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentuan kehalusan semen portland dengan menggunakan saringan No. 100 dan No.
200
b. Menjelaskan cara pelaksanaan pengujian kehalusan semen portland.
c. Mempergunakan alat pengujian dengan terampil.

1.2 Dasar Teori


Kehalusan semen portland adalah merupakan suatu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kecepatan reaksi antara partikel semen dan air. Dengan semakin halus butiran
semen portland, maka reaksi hidrasi semen semakin cepat, karena hidrasi dimulai dari
permukaan butiran. Jika butiran semen halus, maka pengikatan cepat berlangsung, begitu
juga pemadatan dan reaksi hydrasi terjadi. Disamping itu, jika butiran semakin halus, maka
kebutuhan air untuk semen mengikat akan sedikit.

1.3 Peralatan
a. Saringan No. 100 dan No. 200 dan PAN sesuai menurut standart ASTM.
b. Neraca analitik kapasitas maksimum 2000 gram dengan ketelitian 0,1%.
c. Kuas dengan ukuran tangkai dan bulu kuas yang sesuai untuk keperluan ini.

1.4 Benda Uji


Contoh semen portland sebanyak 50 gram.

1
1.5 Prosedur Pelaksanaan
a. Masukkan benda uji semen 50 gr ke dalam saringan No. 100 (Ø 0.15 mm) diatas
saringan No. 200 (Ø 0.075 mm) dan di pasang PAN di bawahnya.
b. Goyangkan saringan ini perlahan-lahan, sehingga bagian benda uji yang tertahan
kelihatan bebas dari partikel-partikel halus (pekerjaan ini dilakukan antara 3 sampai 4
menit).
c. Tutuplah saringan dan lepas PAN, ketok saringan perlahan-lahan dengan tangkai kuas
sampai abu yang menempel terlepas dari saringan.
d. Bersihkan sisi bagian bawah saringan dengan kuas, kosongkan PAN dan bersihkan
dengan kain kemudian pasang kembali.
e. Ambilah tutup saringan dengan hati-hati, bila ada partikel kasar yang menempel pada
tutup kembalikan ke dalam saringan.
f. Lanjutkan penyaringan dengan menggoyang-goyangkan saringan perlahan-lahan selama
9 menit.
g. Tutuplah saringan, penyaringan dilanjutkan selama 1 menit dengan cara menggerakan
saringan ke depan dan ke belakang dengan posisi sedikit dimiringkan. Kecepatan gerakan
kira-kira 150 kali permenit, setiap 25 kali gerakan ,putar sarigan kira-kira 60º. Pekerjaan
ini dilakukan diatas kertas putih, bila ada partikel yang keluar dari saringan atau PAN
serta tertampung diatas kertas, kembalikan ke dalam saringan. Pekerjaan dihentikan
setalah benda uji tidak lebih dari 0,05 gram lewat saringan dalam waktu penyaringan
selama 1 menit.
h. Timbang benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan No. 100 dan No. 200,
kemudian hitung dan nyatakan dalam prosentase berat terhadap benda uji semula.

1.6 Perhitungan
Kehalusan ( F ) = x 100%

dimana: F = Kehalusan semen portland


A= Berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan No. 100 dan No.
200
B= Berat benda uji semula.

2
1.7 Pelaporan
a. Laporkan prosentase benda uji yang tertahan di atas masing – masing saringan No. 100
(Ø 0.15 mm) dan No. 200 (Ø 0.075 mm)
b. Kesimpulan dari hasil pengujian yang anda lakukan.

Catatan :
a. Benda uji memenuhi syarat kehalusan apabila 0% tertahan di atas saringan No. 100 dan
maksimum 22% tertahan di atas saringan No. 200
b. Factor koreksi saringan tidak diperhitungkan.

1.8 REFERENSI
a. SNI 15-2530-1991
b. ASTM C- 115
c. AASHTO T-128-67

Tabel 1 Contoh Data Pengujian Kehalusan Semen Portland

Nomor Saringan Tertahan (gram) Kehalusan

Individu Komulatif %

No. 100 0.00 0.00 0.00

No. 200 8.50 8.50 17.00

PAN 41.50 50.00 100.00

Jumlah 50.00

3
2. PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN PORTLAND

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Instruksioal Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-
sifat fisik, mekanik dan teknoligi semen portland dan pengaruhnya terhadap beton dengan
benar.
2.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan nilai berat jenis semen porland.
b. Mempergunakan alat pengujian dengan terampil.

2.2 Dasar Teori


Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu kamar
dengan berat isi kering air suling pada 4º C yang isinya sama dengan isi semen.
Data berat jenis semen digunakan untuk menghitung kebutuhan semen pada
campuran beton. Variasi nilai berat jenis semen yaitu antara 3,05-3,25 mg/m3.

2.3 Peralatan
a. Botol Le Chatelier
b. Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API (American Petrolium Institute).

2.4 Benda Uji


Contoh semen portland sebanyak 64 gram

2.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naptha sampai antara skala 0 dan 1, bagian
dalam botol di atas permukaan cairan dikeringkan.
b. Masukan botol ke dalam bak air dengan suhu konstan dalam wkatu yang cukup lama
untuk mengindari variasi suhu botol lebih besar dari 0,2 ºC.
c. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol (V1).

4
d. Masukan benda uji sedikit demi sedikit ke dalam botol, usahakan jangan sampai terjadi
ada semen yang menempel pada dinding dalam botol di atas cairan.
e. Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secara perlahan-
lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi ada permukaan cairan.
f. Ulangi pekerjaan pada poin b. setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol,
baca skala pada botol (V2).

2.6 Perhitungan
Berat Jenis Semen = xd

dimana: V1 = Pembacaan pertama pada skala botol


V2 = Pembacaan kedua pada skala botol
(V1 - V2) = Isi cairan yang di pindahkan oleh semen dengan berat tertentu
d = Berat isi air pada suhu 4ºC (1 gr/cm3 )

2.7 Pelaporan
a. Laporkan nilai berat jenis sampai 2 (dua) angka dibelakang koma
b. kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.

Catatan :
a. Berat Jenis Semen Portland sekitar 3,15.
b. Percobaan dibuat 2 (dua) kali, selisih kedua hasil percobaan yang diijinkan 0,01.

2.8 Referensi
a. SNI 15- 2531-1991
b. ASTM C – 188 – 44
c. AASHTO T 133

5
Tabel 2 Contoh Data Pengujian Berat Jenis Semen Portland

Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat Semen contoh uji 64.00 64.00
Pembacaan pertama pada skala botol V1 0.50 0.50
Pembacaan kedua pada skala botol V2 20.90 20.80
Isi cairan yang dipindahkan 20.40 20.30

Berat jenis semen = xd (gr/cm³) 3.14 3.15

Berat jenis rata-rata 3.15

Catatan:
- Temperatur pembacaan pertama 26ºC
- Temperatur pembacaan kedua 27.5 ºC
- Berat isi air pada suhu 4 ºC = 1 gr/cm3

6
3. PENGUJIAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN PORTLAND

3.1 Tujuan
3.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-sifat
fisik, mekanik dan teknologi pengujian semen portland serta pengaruh penguunaan terhadap
beton dengan benar.

3.1.2 Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melakukan percobaan ini anda dapat:
a. Menentukan konsistensi normal semen portland dengan alat Vicat.
b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil.
c. Mengetahui jenis alat yang dipakai untuk pengujian sifat plastis pasta

3.2 Dasar Teori


Konsistensi normal semen portland adalah suatu kondisi standar yang menunjukan
kebasahan pasta. Konsistensi dinyatakan dengan banyaknya air yang dibutuhkan suatu pasta
semen dalam kondisi plastis. Kondisi plastis ini menunjukkan kebutuhan air untuk pasta semen,
mortar dan campuran beton. Nilai konsistensi normal semen sangat terkait erat dengan kehalusan
butiran semen, semakin halus butiran maka penggunaan air sedikit untuk mencapai kebasahan
pasta ideal, yang ditunjukkan oleh penetrasi jarum Ø 10 mm menembus pasta sedalam 9-11 mm.
Nilai konsistensi normal berkisar antara 24-32%.

3.3 Peralatan
a. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang.
b. Gelas ukur 500 ml, dengan ketelitian 1(satu) ml
c. 1 set alat Vicat terdiri dari alat Vicat dan cincin konik (cinical ring) dan jarum Ø 10 mm.
d. Stopwatch
e. Sendok perata (spatula).
f. Alat pengaduk
g. Sarung tangan karet

7
h. Air suling sebanyak ±300 cm³ ( mulai 28 % dari berat semen)
3.4 Benda Uji
Contoh semen portland sebanyak : - 300 gr untuk cincin konik dari karet
- 400 gram untuk cincin konik dari logam

3.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Timbang semen sebanyak 300 gr atau 400 gr, sesuai cincin konik yang digunakan, masuk kan
benda kedalam mangkok pengaduk.
b. Masukan air pencampur berupa air suling sebanyak 28% dari berat semen kedalam mangkok
pengaduk, dan diamkan 30 detik.
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan 1 (140 ± 5) rpm, selama 30 detik.
d. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta yang menempel di
pinggir mangkok.
e. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan 2 (285 ± 10) rpm selama 1 (satu) menit.
f. Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan menggunakan sarung tangan, kemudian
dilemparkan 6 (enam) kali dari satu tangan - ketangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm.
g. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan ke dalam cincin konik yang
dipegang dengan tangan lain melalui lobang besar, sehingga cincin konik penuh dengan pasta.
h. Kelebihan pasta pada cincin konik diratakan dengan sendok perata yang digerakan dengan
posisi miring terhadap permukaan cincin. ( dengan cara di iris kelebihan pastanya)
i. Letakkan pelat kaca pada cincin konik, kemudian balikkan, ratakan dan licinkan kelebihan
pasta pada lobang kecil cincin konik dengan sendok perata.
j. Letakkan cincin konik dibawah jarum besar alat Vicat, dan kontakkan jarum tepat pada
bagian tengah permukaan pasta ( jarak pasta dan jarum 0.5 mm)
k. Jatuhkan jarum selama 30 detik dan catat kedalaman jarum masuk kedalam pasta. Dikatakan
nilai konsistensi memenuhi, jika jarum menembus pasta sedalam 9 – 11 mm. Perhatikan jika
jarum masuk dibawah 9 mm, maka perlu dilakukan penambahan air, sebaliknya jika jarum
menembus 11 mm, maka air harus dikurangi dengan cara membuat adukan pasta yang baru.

3.5 Perhitungan

8
Konsistensi = x 100%

3.6 Pelaporan
a. Buatlah grafik penurunan terhadap nilai konsistensi yang didapat sumbu vertikal untuk nilai
penetrasi dan sumbu axis untuk waktu penetrasi
b. Konsistensi normal, didapat pada penurunan 10 ± 1 mm
c. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh dihubungkan dengan kebutuhan air dan kehalusan
semen yang dipakai.
Catatan:

a. Untuk mendapatkan konsistensi normal, dilakukan beberapa kali percobaan dengan kadar air
yang berbeda. Setiap percobaan harus dibuat dari contoh semen yang baru dan selama
percobaan dilakukan, peralatan harus bebas dari getaran. Untuk percobaan pertama disarankan
dengan kadar air 28%.
b. Pengaruh suhu udara, air pencampur dan kelembaban ruangan diabaikan.

3.7 Referensi
a. SNI 03-6826-2002
b. ASTM C-150,1985
c. PB.1989:3.2-8

Tabel 3.1 Contoh Data Pengujian Konsistensi Normal Semen Portland

Benda Uji
Pemeriksaan
I II III
Berat Air A Gram 81.00 78.00 72.00
Berat Semen B Gram 300.00 300.00 300.00
Konsistensi = x 100% % 27.00 26.00 24.00
Penetrasi/ Penurunan Mm 35 22 5

9
Gambar 3.1 Grafik Hubungan Antara Konsistensi dengan Penurunan

10
4. PENGUJIAN WAKTU PENGIKATAN SEMEN PORTLAND

4.1 Tujuan

4.1.1 Tujuan Instruksional Umum


Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-
sifat fisik, mekanik dan teknologi pengujian pengikatan awal (setting time) semen portland
serta pengaruhnya terhadap campuran mortar beton dengan benar.

4.1.2 Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melakukan percobaan ini anda dapat :
a. Menentukan waktu pengikatan semen portland dengan alat Vicat.
b. Menggunakan peralatan uji terampil.
c. Memahami prosedur pengujian pengikatan awal semen

4.2 Dasar Teori


Semen jika dicampur dengan air membentuk bubur/pasta yang secara bertahap
menjadi kurang plastis, dan akhirnya menjadi kaku/keras. Pada proses ini, tahap pertama
dicapai ketika pasta semen cukup kaku untuk menahan suatu tekanan.
Waktu untuk mencapai tahap ini disebut sebagai waktu pengikatan, waktu tersebut
dihitung sejak air dicampur dengan semen. Waktu dari percampuran semen dan air sampai
saat kehilangan sifat keplastisannya disebut waktu pengikatan awal, dan waktu sampai
mencapai pasta menjadi massa yang keras disebut waktu pengikatan akhir. Pengertian
waktu pengikatan awal adalah penting pada pekeerjaan beton, waktu pengikatan awal yang
cukup lama diperlukan untuk pekerjaan beton yaitu waktu transportasi, penuangan,
pemadatan, dan perataan permukaan.

4.3 Peralatan
a. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang.
b. Gelas ukur isi 500 ml atau 1000 ml, dengan ketelitian 1 (satu) ml.
c. 1 (satu) set alat Vicat yang dilengkapi dengan:
 Batang /Jarum pada ujung plunyer berdiameter 17,5 ± 0,5 mm, untuk menentukan
konsistensi normal.
Berat batang + plunyer = 400 ± 0,5 gram.
11
 Jarum Vicat dari baja tahan karat dengan diameter 1 ± 0,05 mm.
 Cincin konik dari kuningan sebagai cetakan dengan diameter 76 ±0,5 mm, dan
tinggi 40 ± 1 mm, dengan permukaan bagian dalam harus rata dan licin.
 Kaca datar, tebal 3 (tiga) mm.
 Alat pemadat atau penumbuk, ukuran 13 x 25 x 120 mm.
d. Stopwatch.
e. Sendok perata (spatula).
f. Alat pengaduk.
g. Sarung tangan karet.
h. Air suling sebanyak ± 300 cm3.
i. Cawan.

4.4 Benda Uji


Contoh semen portland sebanyak 300 (jika cincin konik terbuat dari karet atau 400 gram jika
cincin konik terbuat dari baja.

4.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Masukkan air pencampur berupa air suling yang banyaknya 28% dari berat semen ke
dalam alat pengaduk.
b. Masukkan benda uji ke dalam mangkok pengaduk dan diamkan selama 30 detik.
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan 1 (140 ± 5) rpm, selama 30 detik.

d. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu dibersihkan pasta yang
menempel di pinggir mangkok.
e. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan 2 (285 ± 10) rpm selama 1 (satu) menit.

12
f. Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan yang menggunakan sarung tangan,
kemudian dilemparkan 6 (enam) kali dari satu tangan ketangan yang lain dengan jarak
kira-kira 15 cm.
g. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan ke dalam cincin konik
yang dipegang tangan lain melalui lubang besar, sehingga cincin konik penuh dengan
pasta.
h. Kelebihan pasta pada cincin konik diratakan dengan sendok perata yang digerakkan
dalam posisi miring terhadap permukaan cincin.
i. Letakkan pelat kaca pada lubang besar cincin konik , kemudian balikkan, ratakan dan
licinkan kelebihan pasta pada lubang kecil cincin konik dengan sendok perata.
j. Letakkan cincin konik dibawah jarum kecil alat Vicat, dan kontakan jarum tepat pada
bagian tengah permukaan pasta.
k. Jatuhkan jarum setiap 15 menit sampai mencapai penurunan dibawah 25 mm, setiap
menjatuhkan jarum catatlah penurunan yang berlangsung selama 30 detik. Jarak
antara titik-titik setiap menjatuhkan jarum adalah ½ cm dan jarak titik dari pinggir
cincin konik tidak boleh kurang dari 1 cm.

4.6 Pelaporan
a. Buatlah grafik penurunan terhadap waktu.
b. Waktu pengikatan permulaan didapat pada penurunan 25 mm.
c. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh gambarkan dalam grafik dengan interval
waktu 15 menit di sumbu absis, sumbu vertical untuk kedalaman penetrasi jarum.

Catatan:
a. Selama pelaksanaan pengujian, alat-alat harus bebas getaran dan jarum dijaga supaya
tetap lurus dan bersih dari semen yang menempel.
b. Waktu pengikatan awal paling cepat 45 menit, dan paling lambat 10 jam.
c. Pengaruh suhu udara , air pencampur dan kelembaban ruangan diabaikan.

4.7 Referensi
a. SNI 03-6826-2002
b. ASTM C.191

13
Tabel 4. Contoh Data Pengujian Waktu Pengikatan Semen Portland

Waktu Penetrasi Penetrasi Benda Uji


(menit)
I II III
0
15
30

45 40 40 40
60 40 40 40
75 40 40 40
90 40 40 40
105 40 40 40
120 37 36 36
135 30 25 27
150 6 2 1
165
Penurunan

Waktu Pengikatan Awal = 140 menit

Waktu Penurunan (menit)

Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Waktu Pengikatan Awal Semen Portland
dari benda uji I

14
5. PENGUJIAN KEKEKALAN SEMEN PORTLAND DENGAN KUE REBUS

5.1 Tujuan

5.1.1 Tujuan Instruksional Umum

Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-
sifat fisik, mekanik dan teknologi semen portland serta pengaruhnya terhadap beton dengan
benar.

5.1.2 Tujuan Instruksional Khusus

Setelah melakukan percobaan ini anda dapat:


a. Menentukan kekekalan semen portland dengan kue rebus.
b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil.

5.2 Dasar Teori

Kekekalan pasta semen atau disebut juga sebagai kemulusan pasta semen adalah
merupakan suatu ukuran dari kemampuan pengembangan dari bahan-bahan campurannya dan
kemampuan untuk mempertahankan volumenya setelah mengikat.
Ketidakmulusan suatu pasta semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah kapur
bebas yang pembakaran dan pemadamannya tidak sempurna, serta magnesia yang terdapat
dalam campuran tersebut. Kapur bebas akan mengikat air dan kemudian menimbulkan gaya-
gaya ekspansi yang akhirnya timbul retakan-retakan pada permukaan pasta semen.

5.3 Peralatan
a. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang.
b. Gelas ukur isi 500 ml atau 1000 ml, dengan ketelitian 1 (satu) ml.
c. Kaca datar, tebal 3 (tiga) mm dengan ukuran 15 x 15 cm.
d. Stopwatch.
e. Cetakan ring diameter 10 cm.
f. Sendok perata (spatula).
g. Alat pengaduk.
h. Sarung tangan karet.

15
i. Air suling sama dengan kadar air yang dicapai pada pengujian konsistensi normal
j. Cawan.

5.4 Benda Uji


Contoh semen portland sebanyak 650 gram.

5.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Masukkan air pencampur berupa air suling yang banyaknya sesuai dengan jumlah air
untuk mencapai konsistensi normal ke dalam alat pengaduk.
b. Masukkan benda uji ke dalam mangkok pengaduk dan diamkan selama 30 detik.
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan 1 (140 ± 5) rpm, selama 30 detik.
d. Hentikan mesin pengaduk selama 1 detik, sementara itu bersihkan pasta yang
menempel di pinggir mangkok.
e. Jalankan mesin dengan kecepatan (285 ± 10) rpm, selama 1 (satu) menit.
f. Ambil pasta sekepal tangan, dan cetak menggunakan cetakan ring yang telah
diletakkan di atas pelat kaca.
g. Bentuk pasta tersebut seperti kue (lihat gambar 1) dengan diameter 12 cm dan tinggi
dibagian tengahnya 13 mm dengan mengecil tebalnya kebagian pinggir.
h. Diamkan kue tersebut ke dalam air, kemudian air tersebut dididihkan (waktu
pendidihan 30 menit) dan kue terus direbus selama 3 jam.
i. Setelah itu angkat kue tersebut dan perhatikan keadaan fisiknya, apakah terjadi
perubahan bentuk misalnya retak, pecah atau menunjukkan perubahan bentuk lain.

5.6 Pelaporan
a. Laporkan perubahan bentuk dari kue tersebut. Retak-retak yang terjadi jika ada, serta
serbuk kapur kalau muncul.
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.

Catatan:
a. Jumlah kue yang dibuat adalah 4 buah.
b. Semen dinyatakan tidak kekal jika terdapt retakan-retakan pada permukaan semen.
c. Disamping dengan cara direbus, dapat pula dilakukan dengan cara lambat yaitu
dengan cara merendam kue di dalam air selama 27 hari.

16
5.7 Referensi
a. ASTM C-150
b. British Standard 12 (BS-12)
c. SII-0013-81, mengadopsi ASTM C-150-80

Pasta
1,3 cm Pelat Kaca

12 cm
Gambar 1 Bentuk Kue Rebus Pasta Semen

Gambar 2 Bentuk Kue Rebus Pasta Semen yang Sudah Dicetak

17
18
6. PENGUJIAN KEKUATAN TEKAN MORTAR SEMEN PORTLAND

6.1 Tujuan

6.1.1 Tujuan Instruksional Umum

Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-
sifat fisik, mekanik dan teknologi semen portland serta pengaruhnya terhadap beton dengan
benar.

6.1.2 Tujuan Instruksional Khusus

Setelah melakukan percobaan ini anda dapat:


a. Menentukan FAS mortar dan kekuatan tekan mortar. Selanjutnya, proses perawatan.
b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil.

6.2 Dasar Teori

Kekuatan tekan mortar adalah beban tiap satuan luas permukaan yang menyebabkan
mortar hancur. Kekuatan tekan mortar ini diperoleh dari benda uji berbentuk kubus dengan
ukuran 5 x 5 x 5 cm, yang terbuat dengan menggunakan contoh semen dan mencampurnya
dengan pasir silica seragam dan air dalam perbandingan-perbandingan tertentu. Tujuannya
yaitu, untuk mencari/menentukan FAS campuran mortarnya. Biasanya FAS antara 0,4-0,5.

6.3 Peralatan
a. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang.
b. Gelas ukur isi 500 ml atau 1000 ml, dengan ketelitian 1 (satu) ml.
c. Stopwatch.
d. Sendok perata (spatula).
e. Alat pengaduk.
f. Sarung tangan karet.
g. Air suling sebanyak ± 500 cm3.
h. Cawan.
i. Cetakan kubus 5 x 5 x 5 cm, dan alat penumbuk/pemadat.
j. Pasir Silika/Ottawa.

18
k. Meja leleh (Flow Table).

6.4 Benda Uji


Contoh semen portland sebanyak 500 gram.

6.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 30% dari berat semen ke dalam
alat pengaduk.
b. Masukkan benda uji semen sebanyak 500 gram ke dalam mangkok pengaduk.
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 ± 5) rpm, selama 30 detik.
d. Masukkan pasir silica/ottawa sebanyak 1375 gram secara perlahan-sambil mesin
pengaduk dijalankan dengan kecepatan (145 ± 5) rpm, selama 30 detik.
e. Hentikan mesin pengaduk, kemudian naikkan kecepatan putaran menjadi (285 ± 10)
rpm dan dijalankan selama 30 detik.
f. Hentikan mesin pengaduk, dan bersihkan mortar yang menempel pada bagian
pinggiran mangkok selama 15 detik, kemudian biarkan mortar selama 75 detik.
g. Aduklah mortar dalam mesin pengaduk dengan kecepatan pengaduk (285 ± 10) rpm,
selama 1 (satu) menit.
h. Lakukan percobaan leleh dengan mengisikan mortar ke dalam cincin yang terletak di
atas meja leleh, cincin diisi dalam 2 (dua) lapis, dimana setiap lapis dipadatkan
dengan cara menumbuk sebanyak 20 kali. Ratakan permukaan mortar dengan sendok
perata dan angkatlah cincin kemudian getarkan meja leleh sebanyak 25 kali selama 15
detik.
i. Ukurlah diameter leleh, sekurang-kurangnya pada 4 (empat) tempat dan ambil harga
rata-rata. Diameter leleh harus antara 100-115% dari diameter semula. Apabila
diameter leleh yang disyaratkan belum didapat, ulangi langkah-langkah diatas (dari
butir a sampai i) dengan mengubah kadar air.
j. Setelah diameter leleh yang disyaratkan didapat, mortar dimasukkan ke dalam
mangkok pengaduk dan jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 ± 10) rpm
selama 15 detik.
k. 30 detik setelah selesai pengadukan, cetaklah mortar dengan cetakan kubus 5 x 5 x 5
cm, cetakan diisi dalam 2 (dua) lapis dimana setiap lapis dipadatkan dengan
penumbuk sebanyak 32 kali dalam 4 (empat) putaran (lihat gambar). Keseluruhan
waktu yang dipergunakan untuk mencetak mortar tidak boleh lebih dari 2 (dua) menit.
19
l. Ratakan permukaan mortar dengan sendok perata, kemudian simpan di dalam Moist
cabinet selam 24 jam.
m. Bukalah cetakan dan rendamlah mortar dalam air bersih, kemudian periksalah
kekuatan tekan mortar dengan mesin tekan sesuai dengan umur yang diinginkan,
biasanya pada umur 3, 7, dan 28 hari.

6.6 Perhitungan
(kg/cm2)

Dimana: P = Beban maksimum (kg)


A = Luas permukaan benda uji (cm2)
6.7 Pelaporan
a. Laporkan perubahan bentuk dari kue tersebut.
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.

Catatan:
a. Jumlah benda uji pada masing-masing umur uji 3 buah.
b. Pengaruh suhu, air pencampur dan kelembaban ruangan diabaikan.

6.8 Referensi
a. ASTM C.109
b. SNI-03-6825-2002

Gambar Urutan Pemadatan Mortar


4

5
3

6
2

7
1

8
4
5

3
6

2
7
8

Putaran 1 dan 3 Putaran 2 dan 4

20
Tabel 6. Contoh data pengujian kuat tekan mortar semen Portland

Tanggal Kuat
Umur Berat Beban Beban
No Tekan
(hari) (gram) (KN) (kg)
Buat Tes (kg/cm2)
1 5 Juli 00 8 Juli 00 3 248.6 11 1100 44
2 5 Juli 00 8 Juli 00 3 253.7 12 1200 48
3 5 Juli 00 8 Juli 00 3 256.4 19 1900 76

21
1. PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT KASAR

1.1 Tujuan

1.1.1 Tujuan Instruksional Umum

Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-
sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengaruhnya terhadap beton dengan benar.

1.1.2 Tujuan Instruksional Khusus

Setelah melakukan percobaan ini anda dapat:


a. Menentukan kadar air agregat.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kadar air agregat.
c. Menggunakan peralatan uji dengan terampil.

1.2 Dasar Teori

Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat
dengan berat agregat dalam keadaan kering. Jumlah air yang terkandung di dalam agregat
perlu diketahui, karena akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan di dalam campuran
beton. Agregat yang basah (banyak mengandung air), akan membuat campuran juga lebih
basah dan sebaliknya. Jika agregat mengandung air, banyak pori pada agregat tersebut. Kadar
air jenuh permukaan air yang dierlukan untuk merancang campuran beton, kadar air lapangan
lebih mendekati kondidi JPK.

1.3 Peralatan
a. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang.
b. Oven (pengering) yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110 ± 5)º C.
c. Talam atau cawan, terbuat dari porselin atau logam tahan karat.

1.4 Benda Uji

22
Berat contoh agregat minimum tergantung pada ukuran butir maksimum sesuai pada
tabel 1.1.

Tabel 1.1 Berat agregat untuk pengujian kadar air

Ukuran Butir Berat Agregat Ukuran Butir Berat Agregat


1.5 Prosedur Pelaksanaan
(mm) (kg) (mm) (kg)
a.
Timbang berat cawan/talam (W1).
6.3 0.5 50.8 8.0
9.6 1.5 63.5 10.0
12.7 2.0 76.2 13.0
19.1 3.0 88.9 16.0
25.4 4.0 101.6 25.0
b.
Masukkan benda uji ke dalam cawan/talam dan timbang beratnya (W2).
38.1 6.0 152.4 50.0

c.
Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1).
d.
Keringkan benda uji berikut dengan cawan/talam di dalam oven dengan suhu (110 ±
5)ºC, sampai beratnya tetap.

23
e.
Timbang berat cawan/talam dan benda uji setelah dikeringkan (W4).

f.
Hitung berat benda uji kering oven (W5 = W4 – W1).

1.6 Perhitungan
(kg/cm2)

Dimana: W3 = berat benda uji semula (gram)


W5 = berat cawan/talam dan benda uji kering oven (gram)
1.7 Pelaporan
a. Laporkan hasil perhitungan kadar air agregat dalam 2 (dua) desimal.
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.

Catatan:
a. Pemeriksaan kadar air agregat dilakukan minimal 2 (dua) kali, kemudian diambil rata-
ratanya.
b. Contoh penggunaan sampel jika menggunakan Ø 6,3 mm maka jumlah kebutuhan
agregatnya adalah 500 gr atau 0,5 kg untuk 2 kali percobaan.

1.8 Referensi
a. DPU. Manual Pemeriksaan Bahan Jalan PB-210-76
b. SNI 03-1971-1990
c. ASTM C-29

24
Tabel 1.2 Contoh Data Pengujian Kadar Air Agregat
Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat Cawan W1 340.33 207.46
Berat Cawan + Benda Uji W2 512.42 333.26
W3 = W2-
Berat Benda Uji W1 172.09 125.8
Berat Cawan + Benda Uji
W4 500.49 332.38
kering oven
Berat Benda Uji kering
W5 170.66 124.92
oven
Kadar Air
0.83 0.70

Kadar Air Rata-rata 0.77

25
2. PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

2.1 Tujuan

2.1.1 Tujuan Instruksional Umum

Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-
sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengaruhnya terhadap beton dan perkerasan
jalan dengan benar.

2.1.2 Tujuan Instruksional Khusus

Setelah melakukan percobaan ini anda dapat:


a. Menentukan berat jenis dan penyerapan agregat halus.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian berat jenis dan penyerapan agregat
halus.
c. Menggunakan peralatan uji dengan terampil.

2.2 Dasar Teori

Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan
volume sama pada suhu yan sama. Sedangkan penyerapan adalah kemampuan agregat untuk
menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan kering (SSD =
Saturated Surface Dry). Jika berat jenis agregat halus semakin tinggi, maka daya serapnya
semakin kecil.

2.3 Peralatan
a. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang.
b. Oven (pengering) yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110 ± 5)º C.
c. Talam atau cawan, terbuat dari porselin atau logam tahan karat.
d. Piknometer/gelas ukur, dengan kapasitas 500 ml.
e. Kerucut terpancung (cone) untuk menentukan keadaan JPK/SSD, dengan diameter
atas (40 ± 3) mm, diameter bawah (90 ± 3) mm dan tinggi (75 ± 3) mm terbuat dari
bahan logam dengan tebal minimum 0,8 mm.

26
f. Penumbuk yang mempunyai penampang rata, berat (340 ± 15) gram, diameter
permukaan penumbuk (25 ± 3) mm.
g. Saringan No. 4 (4,75 mm).
h. Thermometer.
i. Hotplate.
j. Desikator.
k. Alat pembagi contoh atau riffle sampler.
l. Air suling.

2.4 Benda Uji


a. Benda uji adalah agregat yang lewat saringan No.4 yang diperoleh dari alat pembagi
contoh atau system perempat bagian (quertering) dan dibuat dalam keadaan jenuh
permukaan kering (SSD).
b. Berat benda uji sebanyak ± 1000 gram.

2.5 Prosedur Pelaksanaan


1. Penentuan agregat halus dalam kondisi jenuh permukaan kering atau SSD:
a. Masukkan benda uji ke dalam kerucut terpancung dalam 3 (tiga) lapis, dimana
pada masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak 8 (delapan) kali, ditambah 1
(satu) kali penumbukan untuk baian atasnya (total penumbukan sebanyak 25 kali).

b. Angkat cetakan kerucut terpancung secara perlahan-lahan.


Perhatikan!
- Sebelum diangkat, cetakan kerucut terpancung harus dibersihkan dari butiran
agregat yang berada dibagian luar cetakan.

- Pengangkatan cetakan harus benar-benar vertikal.


27
c. Periksalah bentuk agregat hasil pencetakan setelah kerucut terpancung diangkat,
keadaan jenuh permukaan kering/SSD tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi
masih dalam keadaan tercetak seperti pada gambar.
2. Timbang berat jenis dan penyerapan agregat halus
a. Timbang agregat dalam keadaan SSD sebanyak 500 gram dan masukkan ke dalam
piknometer/gelas ukur.

Gambar penimbangan agregat, memasukkan ke dalam piknometer dan pemberian


air suling ke dalam piknometer.
b. Masukkan air suling sampai mencapai 90% isi piknometer, dan putar sambil
diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya. Proses untuk
menghilangkan gelembung udara dalam piknometer dapat dipercepat dengan
menggunakan pompa hampa udara atau dengan cara merebus piknometer.
c. Tambahkan air suling sampai mencapai tanda batas.
d. Timbang piknometer yang berisi air dan benda uji (B1) seperti gambar D.
e. Keluarkan benda uji dan keringkan benda uji dengan talam/cawan di dalam oven
dengan suhu (110 ± 5)º C, sampai beratnya tetap, kemudian dinginkan dan
timbang beratnya (B2) seperti pada gambar E.

(D) (E)
f. Isi kembali piknometer dengan air suling sampai pada tanda batas air suling yang
sama dengan ketika pasir berada dalam piknometer , kemudian timbang beratnya
(B3).

28
2.6 Perhitungan
1. Berat jenis kering (bulk dry specific grafity)

2. Berat jenis jenuh permukaan kering /SSD

3. Berat jenis semu (apparent spesificgravity)

4. Penyerapan/Absorpsi
x 100%

Dimana: B1 = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)


B2 = berat benda uji kering oven (gram)
B3 = berat piknometer berisi air suling (gram)
500 = berat benda uji dalam keadaan JPK/SSD

2.7 Pelaporan
a. Laporkan hasil perhitungan kadar air agregat dalam 2 (dua) desimal.
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.

Catatan:
a. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus, dilakukan minimal 2 (dua)
kali, kemudian diambil rata-ratanya.

2.8 Referensi
a. SNI 03-1971-1990
b. ASTM C-33
c. PB-89, 1989:9

29
Tabel 2.1 Contoh Data Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat benda uji JPK/SSD 500.00 500.00
Berat Benda Uji kering oven B2 490.20 488.70
Berat piknometer + air B3 665.50 659.80
Berat piknometer + air + benda uji B1 969.50 974.50

Benda Uji
Perhitungan Rerata
I II

Bj bulk (ov)
2.50 2.64 2.57

2.55 2.70 2.62


Bj JPK/SSD

Bj App 2.63 2.81 2.72

Penyerapan 2.00 2.31 2.16

30
3. PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

3.1 Tujuan

3.1.1 Tujuan Instruksional Umum

Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-
sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengaruhnya terhadap beton dan perkerasan
jalan dengan benar.

3.1.2 Tujuan Instruksional Khusus

Setelah melakukan percobaan ini anda dapat:


a. Menentukan berat jenis dan penyerapan agregat halus.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian berat jenis dan penyerapan agregat
kasar.
c. Menggunakan peralatan uji dengan terampil.

3.2 Dasar Teori

Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan
volume sama pada suhu yan sama. Sedangkan penyerapan adalah kemampuan agregat untuk
menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan kering (SSD =
Saturated Surface Dry). Semakin tinggi berat jenis, maka nilai peyerapan semakin kecil.
Semakin tinggi berat jenis, mutu agregat semakin baik. Berat jenis agregat kasar antara 2,4-
2,9.

3.3 Peralatan
a. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang.
b. Oven (pengering) yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110 ± 5)º C.
c. Talam atau cawan, terbuat dari porselin atau logam tahan karat.
d. Gelas ukur, dengan kapasitas 1000 ml.

31
e. Kerucut terpancung (cone) untuk menentukan keadaan JPK/SSD, dengan diameter
atas (40 ± 3) mm, diameter bawah (90 ± 3) mm dan tinggi (75 ± 3) mm terbuat dari
bahan logam dengan tebal minimum 0,8 mm.
f. Penumbuk yang mempunyai penampang rata, berat (340 ± 15) gram, diameter
permukaan penumbuk (25 ± 3) mm.
g. Saringan No. 4 (4,75 mm).
h. Thermometer.
i. Hotplate.
j. Desikator.
k. Alat pembagi contoh atau riffle sampler.
l. Air suling.

3.4 Benda Uji


Berat benda uji adalah agregat kasar yang diperoleh dengan menggunakan riffle
sample atau system perempat bagian (quartering), sebanyak ± 1000 gram.

3.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Cuci bnda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada
pemukaan agregat.
b. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam.

c. Keluarkan benda uji dari perendaman, dan lap dengan kain penyerap sampai selaput
air pada permukaan agregat hilang (agregat ini dinyatakan dalam kondisi jenuh
permukaan kering/SSD).
Perhatikan!
Untuk butiran yang besar, pengeringan dengan lap harus satu per satu.

d. Timbang berat benda uji dalam keadaan jenuh permukaan kering/SSD (Bj).

32
e. Masukkan benda uji ke dalam piknometer/gelas ukur, tambahkan air suling hinga
benda uji terendam dan permukaan air sampai tanda batas (pada piknometer/gelas
ukur diberi tanda batas), kemudian timbang beratnya (B1).

f. Keluarkan benda uji dan keringkan benda uji dengan talam/cawan di dalam oven
dengan suhu (110 ± 5)º C, sampai beratnya tetap, kemudian dinginkan dan timbang
beratnya (B2).

g. Isi kembali piknometer dengan air suling sampai pada tanda batas, kemudian timbang
beratnya (B3).

3.6 Perhitungan
1. Berat jenis kering (bulk dry specific grafity)

2. Berat jenis jenuh permukaan kering /SSD

3. Berat jenis semu (apparent spesificgravity)

33
4. Penyerapan/Absorpsi

x 100%

Dimana: B1 = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)


B2 = berat benda uji kering oven (gram)
B3 = berat piknometer berisi air suling (gram)
Bj = berat benda uji dalam keadaan JPK/SSD (gram)

2.7 Pelaporan
a. Laporkan hasil perhitungan kadar air agregat dalam 2 (dua) desimal.
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.

Catatan:
a. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus, dilakukan minimal 2 (dua)
kali, kemudian diambil rata-ratanya.

3.8 Referensi
a. SII. 0052-80
b. ASTM C-33-82

Tabel 3.1 Contoh Data Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat benda uji JPK/SSD Bj 612.20 656.50
Berat Benda Uji kering oven B2 604.10 647.80
Berat piknometer + air B3 715.90 715.30
Berat piknometer + air + benda
B1 1107.50 1140.50
uji

Benda Uji
Perhitungan Rerata
I II

Bj bulk (ov)
2.74 2.80 2.77

2.78 2.84 2.81

34
Bj JPK/SSD

Bj App 2.84 2.91 2.88

Penyerapan
1.34 1.34 1.34

35
4. PENGUJIAN BERAT ISI AGREGAT

4.1 Tujuan

4.1.1 Tujuan Instruksional Umum

Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-
sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengaruhnya terhadap beton dengan benar.

3.1.2 Tujuan Instruksional Khusus

Setelah melakukan percobaan ini anda dapat:


a. Menentukan berat isi agregat halus,kasar dan campuran.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian berat isi agregat halus,kasar dan
campuran.
c. Menggunakan peralatan uji dengan terampil.

3.2 Dasar Teori

Berat isi atau disebut juga sebagai beat satuan agregat adalah rasio antara berat
agregat da nisi/volume. Berat isi agregat diperlukan dalam perhitungan bahan campuran
beton, apabila jumlah bahan ditakar dengan ukuran volume.

3.3 Peralatan
a. Timbangan, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang.
b. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan conyoh agregat.
c. Tongkat pemadat dengn diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat,
sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
d. Mistar perata (straight edge).
e. Sendok/sekop.
f. Wadah (mould) baja yang cukup kaku berbentuk silinderdengan alat pemegang,
berkapasitas seperti dalam table 4.1.

35
Tabel 4.1 Ukuran butir maksimum sesuai dengan kapasitas wadah
Tabel Wadah Ukuran
Kapasitas Diameter minimum (mm)
Tinggi (mm) butir
(liter) (mm)
Dasar Sisi maksimum
2,832 152,4 ± 2,5 154,9 ± 2,5 5,08 2,54 12,7
9,435 203,2 ± 2,5 292,1 ± 2,5 5,08 2,54 25,4
14,158 254,0 ± 2,5 279,4 ± 2,5 5,08 3,00 38,1
28,316 355,6 ± 2,5 284,4 ± 2,5 5,08 3,00 101,6

4.4 Benda Uji


Benda uji adalah agregat halus, kasar dan atau campuran, sekurang-kurangnya
sebanyak kapasitas wadah sesuaidalam tabel di atas.

4.5 Prosedur Pelaksanaan


1. Berat Isi Lepas
a.
Timbang dan catatlah beratnya wadah/mould baja (W1).

Kapasitas Mould 2,832 l

b.
Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-butir,
dengan ketinggian maksimum 5 (lima) cm di atas wadah dengan menggunakan
sendok atau sekop sampai penuh.
c.
Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
d.
Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2).
e.
Hitung berat benda uji (W3 = W2-W1).
2. Berat Isi Padat dengan Cara Penusukan
a.
Timbang dan catatlah berat wadah/mould (W1).
b.
Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lpis
dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata.

c.
Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.

36
d.
Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2).
e.
Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1).
3. Berat Isi Padat dengan Cara Penggoyangan
a.
Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
b.
Isilah wadah dengan benda ujidalam tiga lapis yang sama tebal.
c.
Padatkan setia lapisan dengan cara menggoyang-goyangkan wadah seperti
berikut:
- Letakkan wadah di atas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah satu
sisinya kira-kira stinggi 5 cm, kemudian lepaskan.
- Ulangi hal tersebut di atas pada posisi berlawanan, dan padatkan setiap lapis
sebanyak 25 kali untuk setiap sisi.
d.
Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
e.
Timbang dan catatlah beratwadah beserta benda uji (W2).
f.
Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1).

4.6 Perhitungan
kg/dm3

Dimana: W3 = berat material yang diuji (kg)


V = isi wadah (dm3)

4.7 Pelaporan
a. Laporkan hasil perhitungan kadar air agregat dalam 2 (dua) desimal.
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.

Catatan:
Wadah sebelum digunakan harus dikalibrasi dengan cara sebagai berikut:
a. Isilah wadah/mould dengan air sampai penuh pada suhu ruang, sehingga pada waktu
ditututp dengan plat kaca tidak terlihat gelembung udara.
b. Timbang dan catatlah berat wadah beserta air.
c. Hitung berat air (berat air sama dengan isi/volume wadah).
d. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar, dilakukan minimal 2 (dua)
kali, kemudian diambil nilai rata-ratanya.

37
4.8 Referensi
a. ASTM C.29
b. SNI 03-4804-1998

Tabel 4.2 Contoh Data Pengujian Berat Isi Agregat


Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat mould W1 2250 2250
Berat Benda Uji kering oven W2 6230 6230
Berat benda uji W3 = W2-W1 3980 3980
Berat mould + air W4 4810 4810
Berat air/volume mould V = W4 – W1 2560 2560

Berat Isi Agregat 1.47 1.55

Rata-rata Berat Isi Agregat 1.51

38
5. PENGUJIAN KADAR ORGANIK AGREGAT

5.1 Tujuan
5.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setalah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-sifat
fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengaruh terhadap beton dengan benar.

5.1.2 Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan kadar organik agregat halus.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kadar organic agregat halus.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.

5.2 Dasar Teori


Kadar organic agregat adalah bahan-bahan organic yang terdapat di dalam pasir yang
dapat menimbulkan efek kerugian terhadap mutu mortat dan mutu beton.

5.3 Peralatan
a. Tabung/ botol kaca yang dilengkapi skala isi.
b. Gelas ukur
c. Larutan NaOH 3 (tiga) %
d. Bahan pembantu merupakan cairan pembanding warna (warna standar) yang terbuat dari:
1. Cairan Pembanding Permanen
Cara Pembuatan:
Masukan campuran 9 (sembilan) gram Ferri Chlorida (FeCl 3 6H2O) dengan 1(satu)
gram Cobalt Chlorida (CoCl2 6H2O) kedalam 100 ml air yang telah mengandung 1/3
ml asam chlorida.

39
2. Cairan Pembanding Sementara (untuk 1 kali pemakaian)
Cara Pembuatan:
Buatlah larutan asam tianin dalam 10% alcohol, larutan 3% sodium hidroksida, dan
campurkan 2,5 ml larutan asam tianin dengan 97,5 ml larutan sodium hidroksida 3%,
kemudian kedalam botol tertutup rapat. Kocok dan diamkan selama 24 jam.

5.4 Benda Uji


Benda Uji adalah agregat halus, sebanyak 1/3 dari isi botol

5.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Isikan agregat halus yang diuji ke dalam botol.

b. Tambahkan larutan sodium hidroksida 3% kurang lebih sebanyak 2/3 isi botol.
c. Tutup botol sampai rapat, kemudian dikocok selama 10 menit seperti gambar C.
d. Diamkan selama 24 jam seperti pada gambar D.

(C) (D)
e. Amati warna cairan di atas permukaan agregat halus yang ada dalam botol dan
bandingkan warnanya dengan larutan pembanding.

5.6 Pelaporan
a. Laporan warna cairan yang diperoleh
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh

40
Catatan:
a. Kadar organik dikatakan tinggi (terlalu kotor) jika warna cairan dalam botol di atas agregat
halus lebih tua dibandingkan dengan warna larutan pembanding.
b. Pemeriksaan kadar organic agregat harus dilakukan minimal 2 (dua) kali, untuk agregat halus
yang sama.

5.7 Referensi
1. SNI 03-2816-1992
2. ASTM C- 40 - 79

41
6. PENGUJIAN GRADASI BUTIRAN AGREGAT HALUS DAN KASAR

6.1 Tujuan
6.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-sifat
fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengaruhnya terhadap beton dan bahan perkerasan
jalan dengan benar.

6.1.2 Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian gradasi butiran agregat halus dan agregat
kasar.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.

6.2 Dasar Teori


Pemeriksaan ini dimaksudakan untuk menentukan gradasi/ pembagian butir agregat halus
dan agregat kasar dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran
butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam), maka
volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil, akan mengisi pori diantara butiran
yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi.
Pada agregat untuk pembuatan mortar atau beton, diinginkan suatu butiran yang
kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti hanya membutuhkan bahan
pengikat sedikit saja, dan kuantitas penempatan dari agregat terhadap suatu wadah akan lebih
banyak.

6.3 Peralatan
Timbangan dengan ketelitian 0,2%, kapasitas maksimum 25 kg.
a. Alat Pemisah contoh (Riffle sampler)
b. Talam/ nampan
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai dengan (110 ± 5)ºC

42
d. Satu set ayakan standar untuk agregat halus
e. Satu set ayakan standar untuk agregat kasar
f. Kuas, sikat kuningan

6.4 Benda Uji


a. Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat, sebanyak:
1. Agregat Halus
Ukuran maksimum No. 4, berat maksimum 500 gram
Ukuran maksimum No. 5, berat minimum 100 gram

2. Agregat Kasar
Ukuran maksimum 3,5”. Berat minimum 35 kg
Ukuran maksimum 3”. Berat minimum 30 kg
Ukuran maksimum 2,5”. Berat minimum 25 kg
Ukuran maksimum 2”. Berat minimum 20 kg
Ukuran maksimum 1,5”. Berat minimum 15 kg
Ukuran maksimum 1”. Berat minimum 10 kg
Ukuran maksimum 3/4”. Berat minimum 5 kg
Ukuran maksimum 1/2”. Berat minimum 2,5 kg
Ukuran maksimum 3/8”. Berat minimum 1 kg
b. Bila agregat berupa campran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat tersebut
dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No. 4. Selanjutnya agregat halus dan
agregat kasar yang harus disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum diatas.

6.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Benda uji dikeringan dalam oven dengan suhu ( 110±5 )ºC, sampai beratnya tetap

b. Saringan benda uji lewat susunan ayakan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas. Pengayakan ini dilakukan dengan tangan atau dengan

43
meletakkan susunan ayakan pada mesin penggetar/pengguncang, dan
digetarkan/diguncang selama 15 menit.

c. Bersihkan masing-masing ayakan, dimulai dari ayakan teratas dengankuas.


Perhatikan!
Penyikatan jangan terlalu keras, sekedar menurunkan debu yang mungkin masih melekat
pada ayakan.
d. Timbang berat agregat yang tertahan diatas masing-masing lubang ayakan.
e. Hitung prosentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing ayakan terhadap
berat total benda uji.

6.6 Perhitungan
Prosentase berat benda uji yang tertahan di atas saringan/ ayakan

adalah: Y = x 100%

Dimana: A= berat benda uji yangtertahan di atas saringan/ ayakan


B= berat benda uji total

6.7 Pelaporan
a. Hasil pemeriksaan yang dilaporkan adalah:
- Jumlah persentase sisa di atas masing-masing ayakan yang dihitung dari contoh
aslinya, sampai dengan 2 (dua) desimal.
- Modulus kehalusan dari maasing-masing agregat (Modulus kehalusan didefinisikan
sebagai jumlah persen kumulatif dari butir-butir agregat yang tertinggal di atas satu set
ayakan dibagi 100).
- Prosentase tembus kumulatif pada masing-masing lubang ayakan.
- Gambar grafik persentase tembus kumulatif dari masing-masing agregat.
b. Kesimpulan dari hasil yang anda peroleh.

44
Catatan:
a. Pemeriksaan gradasi butiran agregat dengan saringan, dapat dilakukan hanya 1 (satu) kali
percobaan.

6.8 Referensi
1. ASTM C-29
2. SNI 03-4804-1998

Tabel 6.1 Contoh Data Pengujian Gradasi Butiran Agregat


Tertahan % Komulatif
Diameter
Individu Individu
Lubang Saringan
Tertinggal Tembus
(gram) (%)
(mm)
38.10 0.00 0.00 0.00 100
38.10 – 19.20 0.00 0.00 0.00 100
19.20 – 9.60 81.50 3.77 3.77 96.23
9.60 – 4.80 116.20 5.37 9.14 90.86
4.80 – 2.40 118.90 5.50 14.64 85.36
2.40 – 1.20 145.10 6.71 21.36 78.64
1.20 – 0.60 321.90 14.89 36.25 63.75
0.60 – 030 648.70 30.01 66.25 33.75
0.30 – 0.15 493.80 22.84 89.09 10.91
0.15 – 0.00 235.83 10.91 100.00 0.00
Jumlah 216.93 100.00
Modulus Kehalusan
2.41
Catatan:

- Berat Isi Gembur (kg/lt) =1.46


- Berat Isi Padat (kg/lt) =1.55

45
7. PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT KASAR DENGAN MESIN LOS
ANGELES

7.1 Tujuan
7.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-sifat
fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengaruhnya terhadap beton dan bahan perkerasan
jalan dengan benar.

7.1.2 Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menetukan nilai persen keausan agregat kasar
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian keausan agregat kasar.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.

7.2 Dasar Teori


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan atau kekuatan agregat kasar
terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles. Ketahanan atau kekuatan agregat
akan membatasi kekuatan beton yang dapat dicapai bilamana kekuatan agregat tersebut kurang
atau kira-kira sama dengan kekuatan beton yang direncanakan. Namun demikian biasanya
sebagian besar agregat yang tersedia, kekuatannya masih lebih besar dari kekuatan beton.
Nilai keausan agregat dinyatakan dengan perbandungan antara berat bahan aus lewat saringan
No. 12 (Ø 1,7 mm) terhadap berat semula dalam persen. Semakin kecil nilai keausan, maka
semakin tahan/kuat batuan tersebut.

7.3 Peralatan
a. Mesin Los Angeles
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 71 cm (28”)
panjang dalam 50 cm (20”). Silinder bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus
dan berputar pada poros mendatar. Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji, dan

46
penutup lubang terpasang dengan rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak
terganggu. Didalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 8,9 cm (3,56”).
b. Timbangan dengan ketelitian 5 (lima) gram.
c. Saringan No. 12 dan saringan-saringan lainnya seperti tercantum dalam Tabel 7.1
d. Talam/ nampan
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai dengan (110±5)ºC.
f. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (17/8”) dan berat masing-masing antara
390-445 gram.
g. Kuas, sikat kuning.

7.4 Benda Uji


a. Berat dan gradasi benda uji sesuai daftar 1.
b. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (110±5)ºC sampai beratnya
tetap.
Tabel 7.1 Ukuran Saringan dan Berat Material Uji
Ukuran Saringan Berat dan Gradasi Benda Uji (gram)
Lewat Tertahan
A B C D E F G
(mm) (mm)
76.20 63.50 2500
63.50 50.80 2500
50.80 38.10 5000 5000
38.10 25.40 1250 5000 5000
25.40 19.05 1250 5000
19.05 12.70 1250 2500
12.70 9.51 1250 2500
9.51 6.35 2500
6.35 4.75 2500
4.75 2.36 5000
Jumlah Bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat Bola (gram) 5000 4584 3330 2500 5000 5000 5000
± 25 ± 25 ± 20 ± 15 ± 25 ± 25 ± 25

47
7.5 Prosedur Pelaksanaan
a. Benda uji dan bola-bola baja dimasukan ke dalam mesin Los Angeles.
b. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm, 500 kali putaran untuk gradasi A,B,C,
dan D ; dan 1000 kali putaran untuk gradasi E, F, dan G.

c. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin, kemudian disaring dengan
saringan No. 12, butir yang tertahan diatasnta dicuci bersih dan selanjutnya dikeringkan
dalam oven dengan suhu (110±5)ºC sampai beratnya tetap.

7.6 Perhitungan
Prosentase keausan agregat kasar adalah sebagai berikut:

Keausan Agregat = x 100%

Dimana: A= Berat benda uji semula (gram)


B= Berat bendauji tertahan saringan No.12 (gram)

7.7 Pelaporan
a. Hasil pemeriksaan yang dilaporkan adalah:
b. Hasil pemeriksanaan yang dilaporkan adalah yang dihitung dari contoh aslinya, sampai
dengan 2 (dua) desimal.
c. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.

Catatan:
a. Pemeriksanaan keausan agregat kasar dengan Mesin Los Angeles dapat dilakukan hanya 1
(satu) kali percobaan.

48
7.8 Referensi
1. SNI 03-2417-1991
2. ASTM C 142

Tabel 7.2 Contoh Data Pengujian Keausan Agregat Kasar

Gradasi Pemeriksaan ..........B……….


Ukuran Saringan (mm) Berat Material
Lewat Tertahan (gram)
76.2 63.5
63.5 50.8
50.8 37.5
37.5 25.4
25.4 19.0
19.0 12.5 2500
12.5 9.50 2500
9.50 6.30
6.30 4.75
4.75 2.36
Berat Total Material (A) 5000
Berat Material Tertahan aringan No.12 (B) 3988.20

Keausan Agregat = x 100% 20,24

49
8. PENGUJIAN KEKERASAN AGREGAT KASAR

8.1 Tujuan
8.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-sifat
fisik, mekanik dan teknologi agregat serta pengaruhnya terhadap beton dan bahan perkerasan
jalan dengan benar.

8.1.2 Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menetukan nilai persen kekerasan agregat kasar
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kekerasan agregat kasar.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.

8.2 Dasar Teori


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan nilai kekerasan agregat kasar terhadap
pembebanan. Kekerasan agregat adalah daya tahan agregat terhadap kerusakan akiba
penggunaan dalam konstruksi. Sifat-sifat kekerasan dari agregat, penting untuk diketahu
bilamana agregat akan digunakan sebagai material bahan bangunan dan jalan.

Nilai kekerasan agregat dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lewat
saringan 2,36 mm terhadap berat semula dalam persen.

8.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
b. Satu set alat uji yang terdiri dari:
- Silinder dengan diameter 115 mm dan tinggi 180 mm
- Alas terbuat dari plat baja.
- Plunyer/ Pengarah beban.
c. Saringan dengan ukuran 12,7 mm ; 9,5 mm dan 2,36 mm
d. Talam/ nampan
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai dengan (110±5)º C

50
f. Alat pemadat dengan diameter 9,5 mm tinggi 610 mm
g. Mesin penekan dengan daya beban 40 ton, kecepatan tekan 4 ton/ menit.

8.4 Benda Uji


a.Siapkan benda uji seberat ±10 kg yang lolos saringan 12,7 mm dan tertahan pada saringan 9,5
mm
b.Benda uji agregat dalam keadaan kering yang didapat setelah dimasukkan oven selama 4
(empat) jam dengan suhu (110±5)ºC.

8.5 Prosedur
a. Timbang berat silinder dan plat alas (C).
b. Benda uji dimasukkan ke dalam silinder sebanyak 3 (tiga) lapis.

c. Padatkan benda uji pada tiap lapis dengan alat penumbuk sebanyak 25 kali.
d. Ratakan permukaan benda uji dan timbang berat silinder berisi benda uji dan plat alas (D)

e. Hitung berat benda uji semula (A= D-C)


f. Tempatkan pluyer di atasnya permukaan benda uji, harus diperhatikan agar pluyer tidak
mendesak silinder.
g. Kemudian masukan ke dalam mesin tekan yang mempunyai daya tekan 40 ton dengan
kecepatan tekan 4 ton/ menit.
h. Keluarkan benda uji dari silinder, kemudian disaring dengan saringan ukuran 2,36 mm, dan
timbang berat material yang tertahan pada saringan tersebut (B)

51
8.6 Perhitungan
Prosentase kekerasan agregat kasar adalah sebagai berikut:

Kekerasan Agregat = x 100%

dimana: A= Berat benda semula (tertahan saringan 9,50 mm) (gram)


B = Berat benda uji tertahan saringan 2,36 mm (gram)

8.7 Pelaporan
a. Hasil pemeriksaan yang dilaporkan adalah yang dihitung dari contoh aslinya dalam bilangan
bulat
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh

Catatan:
a. Pemeriksaan keausan agregat kasar dengan Mesin Los Angeles dapat dilakukan hanya 1
(satu) kali percobaan.
b. Nilai kekerasan tidak boleh melampaui 30% untuk beton yang diguaan sebagai bahan
perkerasan jalan (pavement)
c. Nilai kekerasan tidak boleh melampaui 45% untuk beton yang digunakan pada keperluan
konstruksi lain selain di atas.

8.8 Referensi
1. PAG – 012 -79
2. BS – 882

52
Tabel 8.1 Contoh Data Pengujian Kekerasan Agregat Kasar
Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat silinder + plat alas C 1000.00 1000.00
Berat silinder + benda uji + plat alas D 1359.63 1345.00
Berat benda uji semula A= D-C 359.63 345.00
Berat benda uji tertahan saringan 2,63 mm B 307.50 295.00

Kekerasan Agregat = x 100% 14.49 14.49

Kekerasan Agregat Rata-rata


14.49

53
1. PENGUJIAN BETON SEGAR DENGAN ALAT SLUMP

1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-
sifat fisik, mekanik dan teknologi beton sebagai bahan bangunan dan jalan dengan benar.
1.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini anda dapat:
a. Menentukan nilai Slump beton.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian Slump beton dengan benar.
c. Menggunakan peralatan uji dengan terampil.

1.2 Dasar Teori


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan nilai Slump beton segar. Nilai
Slump beton menunjukkan tingkat/derajat kemudahan pengerjaan yang berkaitan erat dengan
tingkat kelecakan /keenceran beton adukan beton. Makin cair adukan beton, makin mudah
cara pengerjaannya begitu juga sebaliknya.

1.3 Peralatan
a. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian atas 10 cm, bagian bawah
20 cm dan tinggi 30 cm. bagian atas danbawah cetakan terbuka.
b. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, bagian ujung dibulatkan
dan sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
c. Pelat logam dengan permukaan yang kokoh, rata dan kedap air.
d. Sendo cekung, dan sendok spesi.
e. Penggaris.

1.4 Benda Uji


Benda uji adalah contoh beton segar, sebanyak-banyaknya sama dengan isi cetakan.

1.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah.
b. Letakkan cetakan di atas pelat.

54
c. Isilah cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 (tiga) lapis, dimana pada
setiap lapis berisi kira-kira 1/3 isi cetakan dan dipadatkan dengan tongkat pemadat
sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Pada pemadatan, tongkat harus tepat
masuksampai lapisan bawah tiap-tiap lapisan. Pada lapisan pertama penusukan bagian
tepi tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan.
d. Segera setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat,
tunggu selama 30 detik, dan dalam jangka waktu ini semua benda uji yang jatuh
disekitar cetakan harus disingkirkan.
e. Kemudian cetakan diangkat secara perlahan-lahan tegak lurus ke atas.
f. Balikkan cetakan dan letakkan perlahan-lahan disamping benda uji.
g. Ukurlah nilai Slump beton yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan
dengan tinggi rata-rata benda uji.

1.6 Perhitungan
Nilai Slump = Tinggi cetakan – tinggi rata-rata benda uji

1.7 Pelaporan
a. Laporkan hasil perhitungan kadar air agregat dalam 2 (dua) desimal.
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.

Catatan:
Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti, lakukan 2 (dua) kali pemeriksaan dengan adukan
beton yang sama dan laporkan hasil rata-ratanya.

1.8 Referensi
a. ASTM C.143

55
Tabel 1 Contoh Data Pengujian Slump Beton

Pemeriksaan I Slump (cm) II

1 12 16
2 12.5 20.5
3 13 26.5
4 12 25
5 13 23
Rata-rata Slump 17.35

56
2. PENGUJIAN KADAR UDARA DALAM BETON DENGAN METODE TEKANAN

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-
sifat fisik, mekanik dan teknologi beton sebagai bahan bangunan dan jalan dengan benar.
2.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini anda dapat:
a. Menentukan persentase kadar udara yang ada dalam adukan beton.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kadar udara dalam adukan beton dengan
benar.
c. Menggunakan peralatan uji dengan terampil.

2.2 Dasar Teori


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar udara yang ada dalam adukan
beton. Ada dua jenis udara di dalam beton, yaitu udara entrain dan udara yang terjebak.
Dalam pemeriksaan ini adalah untuk keduanya. Kadar udara dalam beton dinyatakan dalam
persen (%) terhadap volume beton, meskipun udara hanya terdapat dalam pasta semen.
Pengaruh kadar udara dalam beton adalah timbulnya pori jika adukan beton telah mengeras
dan jumlah pori ini mengurangi kekuatan dan kepadatan beton.

2.3 Peralatan
a. Alat pengukur udara dalam beton 1 (satu) set.
b. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, bagian ujung dibulatkan
dan sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
c. Pompa tangan/compressor.
d. Sendok cekung dan sendok spesi.

2.4 Benda Uji


Benda uji adalah contoh beton segar, sebanyak-banyaknya sama dengan isi cetakan.

2.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Siapkan peralatan pengujian kadar udara dalam beton 1 (satu) set.
57
b. Ambil adukan beton segar.
c. Maskkan ke dalam mould/silinder alat pengujian kadar udara dengan pelan-pelan
tanpa ditekan dalam 3 (tiga) lapis, dimana pada tiap lapis dipadatkan dengan tongkat
pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata.
d. Segera setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dan bersihkan bagian
tepi mould/silinder dari adukan yang menempel, kemudian letakkan pelat bulat di atas
permukaan benda uji.
e. Tutuplah mould/silinder alat pengujian kadar udara dengan pelan-pelan tanpa ditekan
dalam 3 (tiga) lapis, dimana pada tiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat
sebanyak 25 kali tusukan secara merata.
f. Isi tabung tersebut dengan air sampai pada bacaan nol yang tertera pada tabung
dengan menggunakan selang air.
g. Masukkan udara dengan menggunakan pompa atau kompresor sambil melihat dial
pengukur pada alat tersebut hingga jarum menunjukkan angka 0,002 N/mm 2 atau 0,20
MN/mm2.
h. Pada saat yang sama, baca dan catat ketinggian air pada tabung, nilai tersebut
menunjukkan prosentase kadar udara dalam adukan beton.

2.6 Pelaporan
a. Laporkan persen kadar udara dalam adukan beton dengan bilangan bulat.
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.

Catatan:
Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti, lakukan 2 (dua) kali pemeriksaan dengan adukan
beton yang sama dan laporkan hasil rata-ratanya.

2.7 Referensi
a. ASTM C.231
b. SKSNI T- 28-1991-03

58
3. PENGUJIAN BOBOT ISI DAN BANYAKNYA BETON PER SAK
SEMEN

3.1 Tujuan
3.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui sifat-sifat fisik, mekanik
dan teknologi beton sebagai bahan bangunan dan jalan dengan benar.
3.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat:
a. Menentukan bobot isi dan banyaknya beton per sak semen
b. Menjelaskan prosedur pengujian bobot isi dan banyaknya beton persak semen dengan
benar.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.

3.2 Dasar Teori


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi dan banyaknya beton per sak
semen. Berat isi beton adalah berat beton persatuan volume. Sedangkan banyaknya beton per sak
semen adalah untuk mengetahui banyaknya adukan beton yang dihasilkan dari 1 (satu) sak
semen.

3.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian dengan 0,3% dari berat contoh.
b. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, bagian ujung dibulatkan dan
sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
c. Alat perata.
d. Sendok cekung, dan sendok spesi
e. Takaran/ Mould, dengan kapasitas dan penggunaan sebagai berikut:
- Kapasitas 6 liter, ukuran maksimum agregat kasar 25 mm
- Kapasitas 10 liter, ukuran maksimum agregat kasar 37,5 mm
- Kapasitas 14 liter, ukuran maksimum agregat kasar 50 mm
- Kapasitas 28 liter, ukuran maksimum agregat kasar 75 mm

59
3.4 Benda Uji
Benda uji adalah contoh beton segar, sebanyak-banyaknya sama dengan isi cetakan.

3.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Siapkan takaran/ mould untuk pengujian bobot isi beton dan timbang beratnya (A)

b. Ambil adukan beton segar.


c. Masukkan ke dalam Mould/ silinder alat pengujian bobot isi dengan pelan-pelan tanpa ditekan
dalam 3 (tiga) lapis, dimana pada tiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25
kali tusukan secara merata, pada pemadatan lapisan pertama tongkat pemadat tidak boleh
mengenai dasar takaran, pada pemadatan lapisan kedua dan ketiga, tongkat pemadat boleh
masuk sampai kira-kira 2,5 cm dibawah lapisan sebelumnya.

d. Segera setelah selesai pemadatan, ketuklah dinding/ sisi takaran perlahan-lahan dengan
tongkat pemadat sampai tidak tampak gelumbung-gelembung udara pada permukaan serta
rongga rongga bekas tusukan tertutup, kemudian ratakan permukaan benda uji dan bersihkan
bagian tepi Mould/ silinder dari adukan yang menempel.
h. Timbang dan catat berat Mould/ silinder yang berisi benda uji (B).

60
3.6 Perhitungan
a. Berat Isi Beton (D)

D= (kg/ liter)
a. Banyaknya Beton Per Sak Semen (Y)

Y= x 0,001 (m³ / sak)

b. Banyaknya Semen per meter kubik (m³)

Z=

Dimana: W1 = Berat benda uji (kg)


V = Volume/ isi takaran (liter)
W2 = Berat total bahan campuran beton per sak semen (kg)
D = Bobot/ berat isi beton
Y = Banyaknya beton per sak semen
3.7 Pelaporan
a. Laporkan hasil pengujian dengan bilangan 2 (dua) desimal
b. Kesimpulan dari hasil percobaan yang diperoleh.

Catatan:
a. Untuk takaran dengan kapasitas 28 liter, penusukan dilakukan sebanyak 50 kali pada setiap
lapisan secara merata
b. Wadah/ Mould sebelum digunakan, harus dikalibrasi dengan cara sebagai berikut:
-Isilah wadah/ mould dengan air sampai penuh pada suhu kamar, sehingga pada waktu
ditutup dengan plat kaca tidak terlihat gelumbung udara.
-Timbang dan catatlah berat wadah/ mould beserta air (C)
-Hitung berat air (V = C-A), dimana berat air sama dengan isi wadah/ mould.

3.8 Referensi
a. ASTM C – 138
b. PEDC, Bandung, “Pengujian Bahan”¸Edisi 1983

61
Tabel 2 Contoh Data Pengujian Bobot isi dan Banyaknya Beton Per Sak Semen
Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat Mould A 3.2 3.1
Berat Mould + Benda uji B 10.2 10.1
Berat benda uji W1 = B – A 7.0 7.0
Berat Mould + air C 6.1 6.0
Berat Air ( Volume Mould) V= C-A 2.9 2.9

Berat isi beton (D) = (kg/lt) 2.414 2.414

Rata – rata Berat Isi Beton 2.414

Contoh: Perhitungan Banyaknya Beton Per Sak Semen


a. Dari hasil rancangan campuran beton, diperoleh jumlah bahan campuran untuk 1 m3 beton
sebagai berikut:
Semen = 341,67 kg
Pasir = 830,168 kg
Kerikil = 1011,16 kg
Air = 226,49 kg
b. Banyaknya bahan campuran per sak semen sebagai berikut:
Semen = (50 : 341,67) x 341,67 = 50 kg
Pasir = (50 : 341,67) x 830,168 = 121,48 kg
Kerikil = (50 : 341,67) x 1011,16 = 147,97 kg
Air = (50 ; 341,67) x 226,49 = 33,14 kg
+
Berat total bahan campuran per sak semen (W2) = 352,59 kg

c. Banyaknya beton per sak semen sebagai berikut:


Y = (352,59 : 2,414) x 0,001 = 0,146 m3 / sak
d. Banyaknya semen per m3 beton sebagai berikut:
Z = (1 : 0,146) = 6,85 sak / m3

62
4. PENGUJIAN KEKUATAN TEKAN BETON

4.1 Tujuan
4.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui sifat-sifat fisik, mekanik
dan teknologi beton sebagai bahan bangunan dan jalan dengan benar.
4.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat:
a. Menentukan kekuatan tekan beton
b. Menghitung kekuatan tekan beton
c. Menjelaskan prosedur pengujian kekuatan tekan beton dengan benar
d. Menggunakan peralatan dengan terampil.

4.2 Dasar Teori


Salah satu kelebihan bahan beton ini adalah kekuatan tekannya yang jauh lebih besar bila
dibandingkan kuat tariknya, dengan demikian kuat tekan ini merupakan karakteristik mekanis
yang lebih peting dipertimbangan daripada kuat tariknya. Kekuatan tekan beton didefinisikan
sebagai tegangan tekan maksimum yang dapat ditahan oleh bahan beton akibat beban luar.
Secara praktis kuat tekan beton dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya
perbandingan semen agregat, gradasi agregat, bentuk permukaan agregat, kekuatan dan kekuatan
agregat, ukuran maksimum agregat, tingkat/ derajat pemadatan, jenis dan kualitas semen, umur,
perawatan, suhu, jenis dan besarnya bahan tambahan campuran serta mineral pembentuk agregat.
Penambahan kekuatan tekan beton sangat bervariasi, dari umur muda sampai dengan
umur 28 hari penambahan kekuatan tekan adalah besar, namun setelah umur 28 hari variasi
penambahan kekuatan tekan ini masih ada tetapi jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan umur
sebelum 28 hari. Dengan demikian umur 28 hari dipakai sebagai patokan untuk menetukan
kekuatan tekan beton dan biasa disebut sebagai Kuat Tekan Karakteristik.

4.3 Peralatan
a. Cetakan silinder atau kubus dengan ukuran sebagai berikut:
Silinder : diameter 15 cm, tinggi 30 cm

63
Kubus : 15 x 15 x 15 cm
Kubus : 20 x 20 x 20 cm
b. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh
c. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, bagian ujung dibulatkan dan
sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
d. Bak pengaduk bbeton yang kedap air atau mesin pengaduk/ Mollen.
e. Mesin tekan, dengan kapasitas sesuai kebutuhan.
f. Satu set alat pelapis/ capping
g. Peralatan tambahan: ember, skop, sendok spesi, perata/ spatula dan talam.
h. Satu set alat pemeriksaan slump dan bobot isi beton.

4.4 Benda Uji


4.4.1 Pembuatan dan Pematangan Benda Uji.
a. Pengadukan:
Pengadukan Secara Manual:
Masukkan semen dan agregat halus ke dalam bak pengaduk, kemudian aduklah
dnegan sekop sampai merata, kemudian masukkan agregat kasar dan aduklah sampai
merata dan teruskan pengadukan sambil menambahkan air pecampur sedikit demi
sedikit. Setelah semua air pencampur dimasukkan ke dalam bak pengaduk, teruskan
pengadukan sampai beton merata.
Pengadukan Dengan Mesin Pengaduk/ Mollen:
Masukkan agregat kasar ke dan air pencampur sebanyak 30% sampai 40% ke dalam
pengaduk. Jalankan mesin pengaduk, masukan agregat halus, semen dan sisa air
pencampur. Setelah semua bahan campuran beton dimasukkan ke dalam mesin
pengaduk, aduklahbeton selama 3 menit, kemudian tuangkan adukan beton ke dalam
talam dan aduklah lagi dengan sekop sampai merata.
b. Tentukan Slump Menurut Cara Pemeriksaan.
Apabila slump yang didapat tidak sesuai dengan yang dikehendaki, ulangi pekerjaan (a)
dengan menambah atau mengurangi agregat sampai mendapatkan slump yang
dikehendaki. Kemudian tentukan berat isi menurut cara pemeriksaan.

64
c. Isilah cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, pada tiap-tiap lapis didapatkan dengan
tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Pada saat melakukan
pemadatan lapisan pertaama, tongkat pemadat tidak boleh mengenai dasar cetakan. Pada
saat pemadatan lapisan kedua serta ketiga, tongkat pemadat boleh masuk kira-kira 25,4
mm kedalam lapisan di bawahnya. Setelah selesai melakukan pemadatan, ketuklah sisi
cetakan perlahan-lahan sampai rongga bekas tusukan tertutup.
Ratakan permukaan beton dan tutuplah segera dengan bahan yang kedap air serta tahan
karat. Kemudian biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan letakka pada tempat
yang bebas dari getaran.
d. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji.
e. Rendamlah benda uji dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi persyaratan
pematangan (curing) selama waktu yang dikehendaki.

4.4.2 Persiapan Pengujian


a. Ambil bendauji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak perendam, kemudian
bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain yang lembab.
b. Tentukan berat dan ukuran benda uji.
c. Lapislah (capping : untuk benda uji silinder) permukaan atas dan bawah benda uji dengan
mortar belerang, dengan cara sebagai berikut:
Lelehkan mortar belerang di dalam pot peleleh (Melting Pot) sampai suhu kira-kira
130ºC. Tuangkan belerang cair kedalam cetakan pelapis (capping plate) yang dinding
dalamnya telah dilapisi dengan gemok/ oli. Kemudian letakkan benda uji tegak lurus
pada cetakan pelapis sampai mortar belerang cair menjadi keras. Dengan cara yang sama,
lakukan pelapisan pada permukaan lainnya.
d. Benda uji siap untuk diperiksa.

4.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara centris.

65
b. Jalankan mesin tekan dngan penambahan beban secara konstan, berkisar antara 2 sampai 4
kg/ cm² per detik.
c.Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban maksimum yang
terjadi selama pemeriksaan benda uji.
d. Gambar bentuk pecah/ retakan yang terjadi dan catatlah keadaan benda uji.

4.6 Perhitungan
Kekuatan Tekan Beton (fci) :

fci = (kg/ cm²)

dimana fci = Kuat tekan beton individu


p = Beban maksimum (kg)
A = Luas Penampang benda uji (cm²)

4.7 Pelaporan
a. Laporkan hasil pengujian dengan bilangan 2 (dua) desimal, dan harus meliputi hal-hal
sebagi berikut:
- Perbandingan Campuran
- Nilai Slump (cm)
- Tanggal pembuatan/ pengecoran
- Tanggal pengujian
- Umur (hari)
- Berat (kg)
- Diameter dan tinggi (cm)
- Ukuran sisi kubus (cm)
- Luas penampang (cm²)
- Bobot isi beton (kg/ m³)
- Beban maksimum (kg)
- Kekuatan tekan (kg/ cm²)
- Cacat

66
b. Kesimpulan darihasil percobaab yang diperoleh.

Catatan:
a. Untuk benda uji berbentuk kubus dengan ukuran sisi 20 x 20 x 20 cm, cetakan disi
dengan adukan beton dalam 2 lapis dimana pada setiap lapis dipadatkan dengan 29 kali
tusukan.
b. Untuk benda uji berbentuk kubus dengan ukuran sisi 15 x 15 x 15 cm, cetakan diisi
dengan adukan beton dalam 2 lapis dimana pada setiap lapis dipadatkan dengan 32 kali
tusukan.
c. Benda uji berbentuk kubus tidak perlu dilapisi/ dicapping.
d. Pemeriksaan kekuatan tekan beton biasanya dilakukan pada umur 3, 7, dan 28 hari.
e. Pada setiap pemeriksaan minimum 2 buah benda uji.
f. Apabila pengadukan dilakukan dengan tangan/ secara manual isi bak pengaduk
maksimum 7 dm3 dan pengadukan tidak boleh dilakukan untuk beton yang kental.

4.8 Referensi
a. ASTM C – 495
b. ASTM C- 873
c. ASTM C – 116
d. ASTM C – 39
e. ASTM C – 215
f. PEDC. Bandung. “Pengujian Bahan”. Edisi 1983
g. SK SNI T – 15 – 03 – 1990. Tata Cara Rancangan Campuran Beton Normal. DPU. Jakarta

67
Tabel 3 Contoh Data Pengujian Kekuatan Tekan Beton

Beban Tegangan
No Tanggal Umur Jenis Berat
Tekan Tekan
Konstruksi
Buat Test (hari) (kg) (kg) (kg/cm²)
1 3 Jul 00 6 Jul 00 3 Mix 7,9 262 253,41
2 3 Jul 00 6 Jul 00 3 Desain 7,6 252 243,48
3 3 Jul 00 6 Jul 00 3 7,8 283 273,43
4 3 Jul 00 6 Jul 00 3 7,7 245 236,71
5 3 Jul 00 6 Jul 00 3 7,6 282 272,46
6 3 Jul 00 6 Jul 00 3 7,9 312 301,45
7 3 Jul 00 6 Jul 00 3 7,8 319 308,21
8 3 Jul 00 6 Jul 00 3 7,8 262 253,14
9 3 Jul 00 6 Jul 00 3 7,8 268 258,94
10 3 Jul 00 6 Jul 00 3 7,7 264 255,07
11 3 Jul 00 10 Jul 00 7 7,9 386 263,93
12 3 Jul 00 10 Jul 00 7 7,9 376 257,00
13 3 Jul 00 10 Jul 00 7 7,8 386 263,93
14 3 Jul 00 10 Jul 00 7 7,9 350 239,32
15 3 Jul 00 10 Jul 00 7 7,7 403 275,56
16 3 Jul 00 10 Jul 00 7 7,8 373 255,04
17 3 Jul 00 10 Jul 00 7 7,8 347 237,26
18 3 Jul 00 10 Jul 00 7 7,8 405 276,92
19 3 Jul 00 10 Jul 00 7 7,8 375 256,41
20 3 Jul 00 10 Jul 00 7 7,7 415 283,76

68
Catatan: - Tegangan hancur beton dihitung/ dikonversikan pada umur 28 hari
- Tegangan hancur rata-rata = 263,26 kg/cm2
- Standar deviasi = 19,49 kg/cm2
- Tegangan Karakteristik = 231,31 kg/cm2
- Bentuk benda uji = kubus 15 x 15 x 15 cm
- Nilai Slump = 9,40 cm
- Bobot isi beton = 2395,43 kg/cm3

69

Anda mungkin juga menyukai