TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan konsistensi normal dari semen hidrolis untuk penentuan waktu pengikatan semen.
PERALATAN (Gambar 1)
a. Mesin aduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta mangkok
yang dapat dilepas.
b. Alat Vicat
c. Timbangan dengan tingkat kepekaan 1.0 gram
d. Alat pengorek (scraper)dibuat dari karet yang agak kaku
e. Gelas ukur dengan kapasitas 150-200 ml
f. Sendok perata (trowel)
g. Sarung tangan karet
BAHAN
1. Semen seberat 500 gram
2. Air bersih (dengan temperature kamar)
PROSEDUR PRAKTIKUM
PERSIAPAN PASTA
1. Pasang daun pengaduk dan mangkuk yang kering pada mesin pengaduk (mixer)
2. Masukkanlah bahan-bahan kedalam mangkuk dengan prosedur sebagai berikut:
- Tuangkan air ± 125−155 cc
- Masukkan 500 gram semen kedalam air dan biarkan selama 30 detik agar terjadi
peresapan/campuran
3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (140±5) putaran permenit selama
30 detik
4. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik. Selama waktu itu kumpulkan pasta yang
menempel pada dinding mangkuk
5. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan sedang (285±10) putaran permenit
selama 1 menit.
1. Segera bentuk pasta menjadi bola dengan kedua tangan (gunakan sarung tangan)
lemparkan dari satu tangan ketangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm
sebanyak 6 kali
2. Tekankan bola pasta kedalam cincin konis (G) pada alat vicat dengan satu tangan
3. Kelebihan pasta pada lubang besar diratakan dengan jalan meletakan cincin
lubang yang besar pada pelat kaca, lalu potong kelebihan pada lubang cincin yang
kecil dengan sekali gerakan. Kemudian licinkan kelebihan pasta pada lubang.
Selama mengerjakan pemotongan dan penghalusan, hindarkan tekanan pada
pasta.
PENENTUAN KONSTITENSI
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan waktu pengikatan permulaan semen hidrolis (dalam keadaan konsistensi normal)
dengan alat Vicat dan alat Gillmore.
Waktu pengikatan permulaan adalah jangka waktu mulainya pengukuran pasta pada konsistensi
normal sampai pasta kehilangan sebagian sifat plastis.
PERALATAN (Gambar 2)
1. Mesin aduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta mangkuk
yang dapat dilepas
2. Alat Vicat
1 1
3. Alat gillmore dengan jarum tekan rendah (diameter inch; berat lb) dan jarum
12 4
1
tekanan tinggi (diameter inch; berat 1 lb)
24
4. Timbangan dengan derajat kepekaan 1.0 gram
5. Alat pengorek dari karet yang agak kaku
6. Gelas ukur dengan kapasitas 150-200 ml
7. Kondisi ruangan dijaga lembab dengan kelembaban relative minim 90%
Gambar 2. Penentuan waktu pengikatan semen hidrolis
BAHAN
a. Semen Porland
b. Air bersih (dengan temperature kamar)
1. Persiapan pasta
2. Percetakan benda uji, dilakukan sesuai dengan ketentuan pada praktikum penentuan
konsistensi normal semen
3. Penentuan waktu pengikatan : segera masukkan benda uji kedalam ruang lembab dan
disimpan selama 30 menit.
Gambar 3. Alat Vicat
a. Setelah 30 menit diruang lembab, tempatkan benda uji pada alat Vicat.
Turunkan jarum D sehingga menyentuh permukaan pasta semen. Keraskan
sekrup E dan geser jarum penunjuk F pada bagian atas B dari skala
b. Percobaan awal adalah melepaskan batang B dengan memutar sekrup E dan
biarkan jarum pada permukaan pasta selama 30 detik. Lakukan pembacaan
untuk penentuan dalamnya penetrasi. Apabila pasta ternyata terlalu lembek,
lambatkan penurunan
c. Jarak antara setiap penetrasi pada pasta tidak boleh lebih dari 6.4 mm, jarak
dari pinggir cincin tidak boleh kurang dari 9.4 mm. Percobaan dilakukan
segera setelah diambil dari ruang lembab pada setiap 15 menit
d. Waktu pengikatan tercapai bila hasil penetrasi lebih besar atau sama dengan
25 cm dan waktu pengikatan akhir tercapai bila jarum tidak membekas pada
benda uji.
1. Persiapan pasta seperti yang diuraikan untuk praktikum konsistensi normal semen
2. Pekerjaan percetakan benda uji:
Pada kaca datar yang berukuran ± 10 x 10 cm, dibentuk lingkaran pipih dari pasta dengan
diameter 75 mm dan tebal 12.5 mm dengan bagian tengah lingkaran pipih tersebut datar
dan menipis ke arah pinggir
3. Penentuan waktu pengikatan:
a. Tempatkan benda uji di dalam ruang lembab
b. Peganglah jarum dalam posisi vertikal dan letak ujungnya pelan-pelan pada pasta
c. Indikasi waktu pengikatan awal tercapai, bila jarum posisi vertikal dan letak
rendah tidak member bekas pada pasta dan indikasi pengikatan akhir tercapai, bila
jarum tekanan member bekas pada pasta.
Menentukan berat isi agregat halus, kasar atau campuran yang didefinisikan sebagai
perbandingan antara dengan berat material kering dengan volumenya.
PERALATAN (Gambar 4)
Ukuran Butir
Kapasitas Diameter Tinggi Table Wadah
Maksimum
(liter) (mm) (mm) Minimum (mm)
Agregat (mm)
Dasar Sisi
2.832 152.4±2.5 154.9±2.5 5.08 2.54 12.70
9.435 203.2±2.5 292.1±2.5 5.08 2.54 25.40
14.158 254.0±2.5 279.4±2.5 5.08 3.00 38.10
28.316 355.6±2.5 284.4±2.5 5.08 3.00 101.60
BAHAN : Agregat
PROSEDUR PRAKTIKUM
Masukkan agregat ke dalam talam sekurang –kurangnya sebanyak kapasitas wadah sesuai Daftar
no.1. Keringkan dengan kompor dengan suhu (110 ± 5)℃ sampai berat menjadi tetap untuk
digunakan sebagai benda uji.
1. Berat Isi Lepas :
a. Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
b. Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-butir, dari
ketinggian 5 di atas wadah dengan menggunakan sendok atau skop sampai penuh
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar
d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)
e. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 - W1).
2. Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38.10 mm (1.5”) dengan cara penusukkan:
a. Timbanglah dan catatlah berat wadah (W1)
b. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis
dipadatkan dengan tongkat pemadat ditusukkan sebanyak 25 kali secara merata
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan benda perata
d. Timbang dan catatlah berat wadah serta benda
e. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1).
3. Berat isi untuk agregat ukuran butiran sampai 101.10 mm (4”) dengan cara
penggoyangan :
a. Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
b. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis
dipadatkan dengan tongkat pemadat ditusukkan sebanyak 25 kali secara merata
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan benda perata
d. Timbang dan catatlah berat wadah serta benda
e. Hitunglah berat benda uji (W1 = W2 = W3).
PERHITUNGAN
W3
Berat isi Agregat = ¿
V
Dimana : V adalah isi wadah (dm 3 )
CATATAN
a. Isilah wadah dengan air sampai penuh pada suhu kamar, sehingga waktu ditutup dengan
plat kaca tidak terlihat gelembung udara
b. Timbang dan catatlah berat wadah beserta air
c. Hitung berat air = (berat wadah + air – berat wadah). Berat air sama dengan berat wadah
d. Timbang dan catatlah berat wadah serta benda uji.
Observasi 2
PADAT GEMBUR
A. Volume Wadah = 11 ltr = 11 ltr
B. Berat Wadah = 9.501 kg = 9.501 kg
C. Berat Wadah + Benda Uji = 24.093 kg =22.850 kg
D. Berat Benda Uji (C - B) = 14.592 kg = 13.349 kg
D = 1.213,54 kg /ltr
E. Berat Volume ( ) = 1.326,54kg /ltr
A
BERAT VOLUME RATA – RATA AGREGAT
D
) D ( 1.352,27+1.299,09
KONDISI PADAT = A 1+¿( A ) = = 1.325,68kg /ltr
¿ 2
2
2
D
) D ( 1.326,54+1.188,90
KONDISI GEMBUR = = A 1+¿( A ) = = 1.257,72 kg /ltr
¿ 2
2
2
Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat. Data distribusi butiran pada agregat diperlukan
dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat
halus dan agregat kasar. Alat yang digunakan adalah seperangkat saringan dengan ukuran jarring
- jarring tertentu.
PERALATAN
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji
b. Seperangkat saringan dengan ukuran :
a) Perangkat Saringan Agregat Kasar
c. Kompor yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)℃
d. Alat pemisah contoh ( sample spliter)
e. Mesin penggetar saringan
f. Talam – talam
g. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat – alat lainnya.
BAHAN
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempatan. Berat dari contoh
disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan, seperti diuraikan
pada tabel perangkat saringan.
PROSEDUR PRAKTIKUM
Menentukan jumlah bahan dalam agregat halus yang lolos saringan nomor 200 dengan cara
pencurian.
PERALATAN
BAHAN
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum, dengan batasan sebagai
berikut :
3
9.50 mm ( ”) = 2000 gram
8
3
19.10 mm ( ”) = 2500 gram
4
PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Masukkan contoh agregat yang beratnya 1.25 kali berat minimum benda uji ke dalam
talam. Keringkan di atas kompor dengan suhu (110 ± 5)℃ sampai mencapai berat tetap
2. Masukkan benda uji agregat ke dalam wadah dan diberi air pencuci secukupnya sehingga
benda uji terendam
3. Guncang – guncang wadah dan tuangkan air cucian ke dalam susunan saringan nomor 16
dan nomor 200
4. Masukkan air pencuci baru dan ulangilah pekerjaan (c) sampai air cucian menjadi jernih
5. Semua bahan yang tertahan saringan nomor 16 dan nomor 200 kembalikan ke dalam
wadah, kemudian masukkan seluruh bahan tersebut ke dalam talam yang telah diketahui
beratnya (W2). Keringkan di atas kompor
6. Setelah kering timbang dan catatlah beratnya (W3)
7. Hitunglah berat bahan kering tersebut (W4 = W3 – W2).
PERHITUNGAN
W 1−W 2
Bahan lewat saringan No. 200 = X 100 %
W1
500−490
= X 100 % = 2 %
500
CATATAN
Pada waktu menuang air cucian, usahakan bahan – bahan yang kasar tidak ikut tertuang.
Menentukan adanya kandungan bahan organik dalam agregat halus. Kandungan bahan organik
yang berlebihan pada unsur bahan beton dapat mempengaruhi kualitas beton.
PERALATAN (Gambar )
a. Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan penutup lainnya
yang tidak bereaksi terhadap NaOH. Volume gelas = 350 ml
b. Standar warna ( organik plate)
c. Larutan NaOH (3%)
Gambar 7. Aparatus Pemeriksaan Zat Organik Pada Agregat Halus
BAHAN
PROSEDUR PRAKTIKUM
LAPORAN
Setelah ditunggu selama 24 jam, cairan yang tergandung pada agregat halus yang mengandung
bahan organik berubah warna menjadi kecoklatan karena terdapat organik yang berlebihan.
Menentukan kadar persentase kadar lumpur dalam agregat halus. Kandungan lumpur < 5 %
merupakan ketentuan dalam peraturan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton.
PERALATAN
a. Gelas ukur
b. Alat pengaduk
BAHAN
Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut air biasa.
PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Contoh benda uji dimasukkan ke dalam gelas ukur
2. Tambahkan air pada gelas ukur guna melarutkan lumpur
3. Gelas dikocok untuk mencuci pasir dari lumpur
4. Simpan gelas pada tempat yang datar dan biarkan lumpur mengendap setelah 24 jam
5. Ukur tinggi pasir (V1) dan tinggi lumpur (V2)
PERHITUNGAN
V2 10
Kadar Lumpur = X 100 % = X 100 % = 8,772%
V 1+V 2 104+10
CATATAN
Pemeriksaan kadar lumpur ini merpakan cara lain untuk melakukan pemeriksaan kadar lumpur
dengan penyaringan bahan lewat saringan nomor 200.
Menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan
antara berat air yang terkandung dalam agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering. Nilai
kadar air ini digunakan untuk koreksi takaran air untuk adukan beton yang disesuaikan dengan
kondisi agregat di lapangan.
PERALATAN
BAHAN
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum, dengan batasan sebagai
berikut :
1
Ukuran maksimum : 6.30 mm ( ”) = 0.50 kg
4
3
9.50 mm ( ”) = 1.50 kg
8
3
19.10 mm ( ”) = 3.00 kg
4
PROSEDUR PRAKTIKUM
PERHITUNGAN
w 3−w 5
Kadar Air Agregat = × 100 %
w5
W3 = Berat contoh semula (gram)
W5 = Berat contoh kering (gram)
Menentukan “Bulk dan apparent” specific gravity dan penyerapan (absorption) dari agregat kasar
menurut prosedur ASTM C127. Nilai ini diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi
volume agregat dalam adukan beton.
PERALATAN
BAHAN
Berat contoh agregat disiapkan sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka ( SSD = Surface
Saturdey Dry). Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau cara
perempatan. Butiran agregat lolos saringan nomor 4 tidak dapat digunakan sebagai benda uji.
PROSEDUR PRAKTIKUM
PERHITUNGAN
C
Apparent Specific Gravity =
(C−B)
C
Bulk Specific Grafity Kondisi Kering =
( A−B)
A
Bulk Specific Grafity Kondisi SSD =
( A−B)
A−C
Persentase (%) Penyerapan (Absorption) Air =
C
C
Apparent Specific Gravity : = 2,747
(C−B)
C
Bulk Specific Gravity Kondisi Kering : = 2,596
( A−B)
A
Bulk Specific Gravity Kondisi SSD : = 2,651
( A−B)
A−C
Persentase (%) Penyerapan (absorption) Air : X 100 % = 2,114%
C
RATA – RATA
Apparent Specific Gravity = 2,715
Bulk Specific Gravity Kondisi Kering = 2,409
Bulk Specific Gravity Kondisi SSD = 2,5225
Persentase Absorption Air = 4,925
Menentukan “Bulk dan apparent” specific gravity dan penyerapan (absorption) dari agregat halus
menurut prosedur ASTM C128. Nilai ini diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi
volume agregat dalam adukan beton.
PERALATAN
a. Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram yang mempunyai kapasitas1 kg
c. Cetakan kerucut pasir dan Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir.
d. Handuk
BAHAN
Berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 1000 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang
diproses melalui alat pemisah atau cara perempatan.
PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan
indikasi contoh tercurah dengan baik
2. Sebagian dari contoh dimasukkan pada “ metal sand cone mold”. Benda uji dipadatkan
dengan tongkat pemadat (tamper). Jumlah tumbukan adalah 25 kali. Kondisi SSD contoh
diperoleh, jika cetakan diangkat, butiran- butiran pasir longsor atau runtuh
3. Contoh agregat halus seberat 250 gram dimasukkan ke dalam piknometer. Isilah
piknometer dengan air sampai 90 % penuh. Bebaskan gelembung – gelembung udara
dengan cara menggoyang – goyangkan piknometer. Rendamlah piknometer dengan suhu
air (73.4 ± 3)℉ selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dan air.
4. Pisahkan contoh benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu (213 −230 )℉ .
Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam
5. Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada
temperature (73.4 ± 3)℉ dengan ketelitian 0.1 gram.
PERHITUNGAN
E
Apparent Specific Gravity =
E+ D−C
E
Bulk Specific Grafity Kondisi Kering =
B+ D−C
B
Bulk Specific Grafity Kondisi SSD =
B+ D−C
B−E
Persentase (%) Penyerapan (Absorption) Air = × 100 %
E
E
Apparent Specific Gravity : = 1,004
E+ D−C
E
Bulk Specific Gravity Kondisi Kering : = 0,972
B+ D−C
B
Bulk Specific Gravity Kondisi SSD : = 1,004
B+ D−C
B−E
Persentase (%) Penyerapan (absorption) Air : X 100 % = 3,306
E
PERALATAN
a. Timbangan
b. Peralatan membuat adukan :
- Wadah
- Sendok semen
- Peralatan pengukur SLUMP
- Peralatan pengukur berat volume
PROSEDUR PRAKTIKUM
Menentukan berat isi beton. Berat isi beton adalah berat beton persatuan panjang.
PERALATAN
PELAKSANAAN CAMPURAN
Setelah ditetapkan unsur – unsur campuran, prosedur praktikum untuk pelaksanaan campuran
beton adalah sebagai berikut :
1. Persiapkan bahan campuran sesuai dengan rencana berat pada wadah yang terpisah
2. Persiapkan wadah yang cukup menampung volume beton basah rencana
3. Masukkan agregat kasar dan agregat halus ke dalam wadah
4. Dengan menggunakan skop atau alat pengaduk, lakukan pencampuran agregat
5. Tambahkan semen pada agregat campuran dan ulangi proses pencampuran, sehingga
diperoleh adukan kering agregat dan semen yang merata
6. Tuangkan 1/3 jumlah air total ke dalam wadah dan melakukan pencampuran sampai
terlihat konsistensi adukan yang merata
7. Tambahkan lagi 1/3 jumlah air ke dalam wadah dan ulangi proses untuk mendapatkan
konsistensi adukan
8. Lakukan pemeriksaan SLUMP
9. Apabila nilai SLUMP sudah mencapai nilai rencana, lakukan pembuatan benda uji
silinder beton. Jika belum mencapai SLUMP yang diinginkan, tambahkan sisa air dan
lakukan pengadukan kembali
10. Lakukan perhitungan berat jenis beton
11. Buatlah benda uji silinder atau kubus sesuai dengan petunjuk. Jumlah benda uji
ditetapkan berdasarkan volume adukan
12. Lakukan pencatatan hal – hal yang menyimpang dari perencanaan, terutama pemakaian
jumlah dan nilai SLUMP.
PERALATAN
a. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 cm, bagian atas 10
cm dan tinggi 30 cm, bagian atas dan bawah cetakan terbuka
b. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujung dibulatkan dan
sebaiknya bahan tongkat dibuat dari baja tahan karat
c. Pelat logam dengan permukaan rata dan kedap air
d. Sendok cekung.
BAHAN
PROSEDUR PRAKTIKUM
PERHITUNGAN
CATATAN
Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti, lakukan dua kali pemeriksaan untuk adukan yang
sama, yang kemudian nilai SLUMP yang diukur = hasil rata – rata pengamatan.
BAHAN
PROSEDUR PRAKTIKUM
PERHITUNGAN
W 2−W 1
Berat isi beton : D =
V
Dimana :
W1 = Berat takaran
CATATAN
a) Untuk takaran 28 liter dilakukan penusukan 50 kali secara merata pada tiap – tiap
permukaan lapisan
b) Kadar udara dari beton tidak ditentukan
PERALATAN
PROSEDUR PERCETAKAN
1. Benda – benda uji (silinder atau kubus) harus dibuat dengan cetakan yang sesuai dengan
bentuk benda uji. Cetakan disapu sebelumnya dengan vaselin/lemak/minyak agar mudah
nanti dilepaskan dari beton cetakan
2. Adukan beton diambil langsung dari wadah adukan beton dengan menggunakan ember
atau alat lainnya yang tidak menyerap air. Bila dirasakan perlu bagi konsistensi adukan,
lakukan pengadukan ulang sebelum dimasukkan ke dalam cetakan
3. Padatkan adukan dalam cetakan, sampai permukaan adukan beton mengkilap
4. Isilah cetakan dengan adukan beton dalam tiga lapis, tiap – tiap lapis dipadatkan dengan
25 kali tusukan secara merata. Pada saat melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat
pemadat tidak boleh mengenai dasar cetakan. Pada saat pemadatan lapisan kedua serta
ketiga tongkat pemadat boleh masuk antara 25.4 mm ke dalam lapisan di bawahnya.
Setelah selesai melakukan pemadatan, ketuklah sisi cetakan perlahan – lahan sampai
rongga bekas tusukan tertutup. Ratakan permukaan beton dan tutuplah segera dengan
bahan yang kedap air dan tahan karat. Kemudian biarkan beton dalam cetakan selama 24
jam dan tempatkan di tempat yang bebas dari getaran.
5. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji
6. Rendamlah benda uji dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi persyaratan
untuk perawatan (curing), selama waktu yang dikehendaki.
PERSIAPAN PENGUJIAN
1. Ambil lah benda uji yang mau ditentukan kekuatan tekannya dari bak perendam.
Dengan kain lembab, bersihkan kotoran yang menempel
2. Tentukan berat dan ukuran benda uji
3. Untuk benda uji berbentuk silinder, lapislah (capping) permukaan atas dan bawah benda
uji dengan mortar belerang dengan prosedur berikut ini :
- Lelehkan mortar belerang di dalam pot leleh (melting pot) sampai suhu kira – kira
130 ℃
- Tuangkan belerang cair ke dalam cetakan pelapis (capping plate) yang dinding
dalamnya telah dilapisi gemuk tipis – tipis. Diamkan sampai mortar belerang cair
menjadi keras
- Dengan cara yang sama lakukan pelapisan pada permukaan yang lainnya.
CATATAN
a. Untuk benda uji berbentuk kubus ukuran 20 x 20 x 20 cm, cetakan diisi dengan adukan
dalam 2 lapis, tiap – tiap lapisan dipadatkan dengan 29 kali tusukan
b. Untuk benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 15 x 15 x 15 cm, cetakan diisi dengan
adukan dalam 2 lapis, tiap – tiap lapisan dipadatkan dengan 32 kali tusukan. Tongkat
pemadat yang digunakan mempunyai diameter 10 mm, panjang 30 cm
c. Benda uji berbantuk kubus tidak perlu dilapisi
d. Pemeriksaan kekuatan tekan hancur beton biasanya pada umur 3,7,14,dan 28 hari
e. Jumlah minimum benda uji : 2 buah benda uji untuk setiap pemeriksaan.
Menentukan kekuatan tekan beton berbentuk silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium.
Kekuatan tekan beton adalah perbandingan beban terhadap luas penampang beton.
PERALATAN
Mesin penguji.
PENGUJIAN
1. Ambil lah benda uji dari tempat perawatan
2. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara benar
3. Jalankan mesin tekan. Tekanan harus dinaikkan berangsur – angsur dengan kecepatan
berkisar antara 6 s/d 4 kg/cm 2 per detik
4. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban maksimum
hancur yang terjadi selama pemeriksaan benda uji
5. Lakukan proses (a), (b), (c) dan (d) sesuai dengan jumlah benda uji yang akan ditetapkan
kekuatan tekan karakteristik.
PERHITUNGAN
P
Kekuatan Tekan Beton = (kg/cm 2)
A
Dimana :
CATATAN
Dari kelengkapan mesin uji, selain dari data beban yang dicatat, dapat juga diperoleh grafik
antara tekan dengan regangan.
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kekuatan tekan beton berbentuk silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium.
Kekuatan tekan beton adalah perbandingan beban terhadap luas penampang beton.
PERALATAN
Mesin Penguji
PENGUJIAN
PERHITUNGAN
Catatan : Dari kelengkapan mesin uji, selain dari data beban yang dicatat, dapat juga diperoleh
grafik antara tekan dengan regangan.
Dari hasil pengumpulan data kekuatan hancur tekan beton, dilakukan penentuan tegangan tekan
karakteristik beton. Tegangan tekan beton karakteristik ini diperoleh dengan menggunakan
rumusan statistik sebagai berikut :
= Kekuatan tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji (kg/cm²)
HASIL PPERCOBAAN