Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI BAHAN KONSTRUKSI


SEMEN & MORTAR

BAB II
PENGUJIAN SEMEN DAN MORTAR
2.1 PEMERIKSAAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN PORTLAND
(SNI 03 – 6826 – 2002)

2.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan pemeriksaan konsistensi normal semen portland ini adalah
untuk menentukan konsistensi normal semen portland dengan alat vicat.

2.1.2 Teori Dasar


Konsistensi normal semen portland adalah suatu kondisi standar
yang menunjukkan kebasahan pasta. Kekuatan semen yang telah mengeras
tergantung pada jumlah air yang dipakai untuk proses hidrasi. Pada
dasarnya jumlah air yang diperlukan untuk proses hidrasi hanya kira-kira
25% dari berat semennya. Penambahan jumlah air akan mengurangi
kekuatan setelah mengeras. Kelebihan air dari yang diperlukan untuk
proses hidrasi pada umumnnya memang diperlukan pada pembuatan
beton, diangkut dengan mudah agar adukan dapat dicampur dengan baik,
dan dapat dicetak tanpa rongga-rongga yang besar (tidak keropos). Akan
tetapi, hendaknya selalu diusahakan jumlah air sesedikit mungkin agar
kekuatan beton tidak terlalu rendah. Konsentrasi hasil hidrasi yang padat
pada seluruh ruang atau volume yang tersedia (volume semula ditempati
oleh air dan semen) merupakan suatu nilai indeks porositas. Kuat tekan
pasta semen (juga betonnya) sangat dipengaruhi oleh besar pori-pori hasil
hidrasi. Kelebihan air akan mengakibatkan pasta semen berpori lebih
banyak, sehingga hasilnya kurang kuat dan juga lebih porous (berpori).

MICHAEL GELONG / F 111 16 190 II - 1


LAPORAN PRAKTIKUM
UJI BAHAN KONSTRUKSI
SEMEN & MORTAR

2.1.3 Peralatan
a. Neraca digital dengan ketelitian 0,1 gram, digunakan untuk mengukur
massa bahan yang digunakan dalam praktikum, yang dapat dilihat pada
Gambar 1.7 pada Bab sebelumnya.
b. Gelas ukur 200 ml, dengan ketelitian 20 ml. Gelas ukur digunakan
untuk mengukur volume air, seperti terlihat pada Gambar 2.1 di bawah
ini.

Gambar 2.1 Gelas ukur


c. Stopwatch (Gambar 2.2) digunakan untuk menghitung waktu selama 30
detik penetrasi jarum vicat pada benda uji.

Gambar 2.2 Stopwatch

MICHAEL GELONG / F 111 16 190 II - 2


LAPORAN PRAKTIKUM
UJI BAHAN KONSTRUKSI
SEMEN & MORTAR

d. Sendok perata digunakan untuk meratakan kelebihan pasta pada bagian


atas dan bawah pada cincin konik pada saat proses pencetakan bunda
uji. Adapun gambar sendok perata seperti terlihat pada Gambar 2.3 di
bawah ini.

Gambar 2.3 Sendok perata

e. Gambar 2.4 di bawah ini adalah 1 (satu) set alat vicat yang terdiri dari
alat vicat dan cincin konik. Alat vicat yaitu alat yang digunakan untuk
mengukur besarnya penetrasi jarum vicat pada benda uji.

Batang Pemberat

Sekrup Pengunci
Jarum Penunjuk

Jarum Vicat
Cincin Konik
Pelat Kaca

Sendok Perata

Gambar 2.4 Alat vicat

f. Mesin aduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat
serta wadah yang dapat dilepas, seperti terlihat pada Gambar 2.5. Mesin
aduk tersebut digunakan untuk mencampurkan bahan untuk pembuatan
benda uji.

MICHAEL GELONG / F 111 16 190 II - 3


LAPORAN PRAKTIKUM
UJI BAHAN KONSTRUKSI
SEMEN & MORTAR

Gambar 2.5 Alat pengaduk (mixer)

2.1.4 BendaUji
a. Contoh semen portland (merek Holcim) sebanyak 500 gram
b. Air bersih (air suling) sebanyak ± 300 cm3

2.1.5 Cara Melakukan


A. Persiapan pasta
a. Pasang daun pengaduk dan wadah yang kering pada mesin pengaduk
(mixer).
b. Masukkan bahan-bahan ke dalam wadah dengan prosedur sebagai
berikut :
 Tuangkan air ± 125 ml – 155 ml.
 Masukkan 500 gram semen ke dalam air dan biarkan selama 30
detik agar terjadi peresapan/campuran.
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140±5) rpm, selama 30
detik.
d. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan
pasta yang menempel di pinggir wadah.

MICHAEL GELONG / F 111 16 190 II - 4


LAPORAN PRAKTIKUM
UJI BAHAN KONSTRUKSI
SEMEN & MORTAR

e. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285±10) rpm selama 1


menit.
B. Pencetakan benda uji
a. Segera bentuk pasta menjadi bola dengan kedua tangan, kemudian
dilemparkan 6 kali dari satu tangan ke tangan yang lain dengan jarak
kira-kira 15 cm.
b. Pegang bola pasta dengan satu tangan kemudian masukkan ke dalam
cincin konik pada alat vicat.
c. Kelebihan pasta pada lubang besar diratakan dengan sendok perata
yang digerakkan dalam posisi sejajar terhadap permukaan cincin.
d. Letakkan pelat kaca pada bagian bawah cincin konik, balikkan, lalu
potong kelebihan pada bagian atas dengan sekali gerakan. Kemudian
ratakan kelebihan pasta pada lubang bagian atas cincin konik dengan
sendok perata. Selama mengerjakan pemotongan dan penghalusan,
hindari terjadinya tekanan pada pasta.
C. Penentuan konsistensi
a. Pusatkan cincin berisi pasta tepat di bawah batang pemberat, lalu
tempelkan ujung jarum vicat pada permukaan pasta dan kunci
dengan sekrup pengunci.
b. Tempatkan indikator jarum penunjuk pada angka nol.
c. Lepaskan batang pemberat dan jarum ke dalam pasta, catat
penurunan yang berlangsung selama 30 detik.
d. Konsistensi normal tercapai, apabila batang pemberat dan jarum
vicat menembus batas (10 ± 1) mm di bawah permukaan dalam
waktu 30 detik setelah dilepas.
e. Kerjakan percobaan di atas dengan kadar air pada pasta yang
berbeda-beda, sehingga konsistensi normal tercapai.

MICHAEL GELONG / F 111 16 190 II - 5


LAPORAN PRAKTIKUM
UJI BAHAN KONSTRUKSI
SEMEN & MORTAR

2.1.6 Perhitungan
Konsistensi semen dihitung dengan rumus :
Berat Air
�100%
Konsistensi = Berat Benda Uji
Dari hasil percobaan diperoleh data (pengamatan 1) :
- Berat benda uji = 500 gram
- Berat air = 108 gram
- Penurunan = 9 mm
Berat Air
�100%
Konsistensi = Berat Benda Uji

108
= x 100 %
500
= 21,6 %
Nilai konsistensi semen untuk pengamatan selanjutnya dengan berat air
yang berbeda serta grafik hubungan antara penurunan dan konsistensi
semen dapat dilihat pada Gambar 2.6 serta tabel data hasil percobaan yang
tertera pada lampiran Tabel L2.1.

MICHAEL GELONG / F 111 16 190 II - 6


LAPORAN PRAKTIKUM
UJI BAHAN KONSTRUKSI
SEMEN & MORTAR

Gambar 2.6 Grafik konsistensi normal semen portland

MICHAEL GELONG / F 111 16 190 II - 7


LAPORAN PRAKTIKUM
UJI BAHAN KONSTRUKSI
SEMEN & MORTAR

2.1.7 Analisa grafik


Grafik hubungan penurunan dan konsistensi diperoleh dengan
membaca nilai penurunan yang terjadi terhadap konsistensi semen pada
tiap pengamatan, kemudian menentukan regresi linier dari titik - titik
tersebut menggunakan bantuan Microsoft Excel. Untuk memperoleh nilai
konsistensi normal yang tercapai pada penurunan sebesar (10 ± 1) mm
dilakukan dengan cara :
Pers. Linier Grafik : y = 8x – 163,65
untuk penurunan sebesar 10 mm, y = 10
maka :
y = 8x – 163,65
10 = 8x – 163,65
10+ 163,65
x =
8
x = 21,7 %
Sehingga konsistensi normal dari contoh semen yang diuji adalah
sebesar 21,7 %.

2.1.8 Kesimpulan

Dengan mencari nilai x pada pers. regresi dari grafik, diperoleh


konsistensi normal semen yang tercapai pada penurunan sebesar (10 ± 1)
mm (y = 10), yaitu 21,7 %. Dengan nilai konsistensi ini, dapat ditentukan
jumlah air yang optimal untuk membuat pasta semen, yaitu 108,5 gram.

MICHAEL GELONG / F 111 16 190 II - 8

Anda mungkin juga menyukai