Beton adalah suatu campuran dari bahan-bahan yang terdiri dari air, semen, pasir (agregat
halus) dan kerikil (agregat kasar) , serta bahan tambah (admixture / additive) bila
diperlukan. Beton yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil dapat
dimanfaatkan untuk banyak hal seperti bangunan pondasi, kolom, balok, pelat, bendungan,
saluran, gorong-gorong, pekerjaan rigid pavement (lapis keras permukaan) dan lainnya.
Proses pemilihan bahan baku penyusun beton merupakan hal yang mutlak dilakukan untuk
menentukan kualitas beton yang akan dihasilkan. Setiap bahan penyusun beton memiliki
karakteristik dan penggolongannya yang berbeda-beda, yaitu tergantung darimana bahan
tersebut berasal. Jadi pengujian material-material yang akan dijadikan sebagai bahan
penyusun beton sangat diperlukan karena bagus buruknya kualitas beton sangat tergantung
dari bahan utama penyusunnya. Sebagai contoh, dengan variable pembeda adalah mutu pasir
maka beton dengan pasir dari daerah lumajang akan memiliki kekuatan yang berbeda
dengan beton yang menggunakan pasir dari daerah nganjuk.
Salah satu syarat agregat halus (pasir) sebagai bahan penyusun beton adalah agregat halus
tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%(ditentukan terhadap berat kering). Yang
diartikan dengan lumpur adlah bagian-bagian yang melalui ayakan 0,063mm. apabila kadar
lumpur melampaui 5%, maka agregat halus harus dicuci (PBI-1971)
Kebersihan material penyusun beton harus dipertimbangkan, maksudnya adalah tidak boleh
ada benda asing selain material tersebut dalam beton. Adanya benda asing lain inilah yang
menyebabkan kekuatan beton menjadi berkurang. Lumpur merupakan partikel yang
berukuran 0,075 mikron atau lebih. Lumpur yang terdapat pada permukaan agregat dapat
mengganggu ikatan antara agregat dengan pasta semen. Karena ikatan ini sangat penting
dalam adukan beton, maka dapat berpengaruh terhadap kekuatan dan daya tahan beton. Jika
dalam agregat mengandung banyak lumpur akan menambah permukaan agregat sehingga
keperluan air untuk membasahi semua permukaan butiran dalam campuran meningkat. Ini
mengakibatkan kekuatan dan ketahanan beton dapat menurun. Karena pengaruh buruk
tersebut, maka jumlahnya dalam agregat dibatasi yaitu tidak boleh lebih dari 5 % menurut
PBI 1971 atau 3% menurut ASTM C-33-2003.
STANDAR UJI
Kebersihan Pasir Terhadap Lumpur (Basah) (ASTM C 117 – 76 )
2.5.2 Tujuan
Pengujian ini dilakukan untuk mengukur banyaknya kadar lumpur dalam pasir.
Percobaan 1
h(lumpur)
Kadar Lumpur ( KL ) = x 100%
h ( pasir )
0.1cm
= x 100%
5.2 cm
= 1,923 % ( layak )
Percobaan 2
h(lumpur)
Kadar Lumpur ( KL ) = x 100%
h ( pasir )
0.1 cm
= x 100%
5.4 cm
= 1,852 % ( layak )
Percobaan 3
h(lumpur)
Kadar Lumpur ( KL ) = x 100%
h ( pasir )
0.1cm
= x 100%
5.2 cm
= 1,923 % ( layak )
2.5.6 Kesimpulan
Dalam praktikum ini menghasilkan KL (Kadar Lumpur) 1,923% dan 1,852 % dengan kesimpulan
bahwa pasir yang digunakan layak. Berdasarkan SNI 03-1750-1990 kebersihan pasir terhadap
lumpur dengan cara basah harus kurang dari 5% untuk layak digunakan dalam campuran agregat
beton.