Anda di halaman 1dari 6

MODUL PRAKTIKUM : 3.

PENENTUAN WAKTU PENGIKATAN SEMEN


ASTM C- 191
TANGGAL PRAKTIKUM : 23 NOVEMBER 2016
PENYUSUN MODUL : HENDRI NILAKANDI
ASISTEN PENANGGUNG JAWAB : KHOIRI

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Maksud dan Tujuan


Maksud dari praktikum ini adalah sebagai acuan dan pegangan untuk melakukan
pengujian berat isi semen portland.
Tujuan dari praktikum ini adalah :
a. Untuk mendapatkan nilai waktu ikat awal yang digunakan untuk menentukan mutu
semen.

I.2 Dasar Teori


Waktu pengikatan awal adalah waktu yang diperlukan semen dari saat mulai
bereaksi dengan air menjadi pasta semen sampai terjadi kehilangan sifat keplastisan.
Metode pengujian pengikatan awal menggunakan standar ASTM C 191 dan
menggunakan alat vicat dengan jarum berdiameter 1 mm. Waktu pengikatan awal semen
diperoleh saat penurunan mencapai 25 mm dan setiap penurunan dicatat suhu kamarnya
(c). Waktu pengikatan awal pada semen berkisar antara 60120 menit. Yang dimaksud
dengan :
1) Waktu ikat awal adalah waktu yang diperlukan oleh pasta semen untuk mengubah
sifatnya dari kondisi cair menjadi padat.
2) Waktu ikat akhir adalah waktu diman penetrasi jarum vicat tidak terlihat secara
visual.
3) Suhu udara adalah suhu ruangan pada saat dilakukan pengujian.
4) Benda uji adalah sejumalah semen Portland dengan berat dan isi tertentu yang dibuat
dari contoh-contoh semen Portland.

Sedangkan Waktu ikat itu sendiri adalah waktu yang diperlukan semen untuk
mengeras, terhitung dari mulai bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta
semen cukup kaku untuk menahan tekanan. Waktu ikat semen dibedakan menjadi dua
yaitu : 1) Waktu ikat awal, yaitu waktu dari pencampuran semen dengan air menjadi
terbentuknya pasta semen hingga beton mengeras. 2) Waktu ikatan akhir, yaitu waktu
antara dan mencapai puncaknya pada waktu berakhimya ikatan akhir. Waktu ikatan akan
memendek karena naiknya temperatur sebesar 30C atau lebih. Waktu ikatan ini sangat
dipengaruhi oleh jumlah air yang dipakai dan oleh lingkungan sekitamya.
Pengikatan semu diukur dengan alat "Vicat". Pengikatan semu untuk prosentase
penetrasi akhir minimum pada semua jenis semen adalah 50%. Adukan merupakan
campuran semen dengan air yang dicetak dalam sebuat cincin ebonite. Gerakan jarum
Vicat dihambat oleh kohesi antara partikel semen yang semakin meningkat seiring
dengan berkembangnya proses hidrasi semen. Jarum Vicat memiliki permukaan ujung
yang relative kecil, dengan pemberat hanya 300 gr, sehingga tegangan permukaan dapat
diabaikan. Yang terbaca adalah hambatan / lekatan antara pasta semen dan selimut jarum,
pada saat jarum menembus pasta semen. Adhesi antara permukaan jarum dan pasta
semen.
I.3 Peralatan
a. Mesin pengaduk dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta mangkuk
yang dapat dilepas.
b. Timbangan dengan kepekaan sampai 0.1% dari berat contoh.
c. Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml.
d. Ruang lembab yang mampu memberikan kelembaban relative minimum 90%.
e. Stop wacth. Pelat kaca, Alat vicat.
f. Alat pengorek dari karet yang kaku.
I.4 Bahan-bahan
a. Semen Portland.
b. Air bersih (dengan temperatur kamar).
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN

II.1 Persiapan Percobaan


Sebelum melaksanakan percobaan praktikum ini, terlebih dahulu harus dilakukan
persiapan-persiapan sebagai berikut :
1. Persiapan pembuatan pasta (seperti pada pengujian 02).
2. Pencetakan benda uji, dilakukan sesuai dengan ketentuan pada penentuan.

II.2 Langkah Kerja


1. Persiapan pasta (seperti pada pengujian 02)
2. Percetakan benda uji, dilakukan sesuai dengan ketentuan pada penentuan konsistensi
normal semen (pengujian 02)
3. Penentuan waktu pengikatan :
a. Segera masukan benda uji coba tersebut kedalam ruang lembab dan biarkan
disana terus, kecuali bila mau dipakai untuk percobaan.
b. setelah 30 menit didalam ruang lembab, tempatkan benda uji coba pada alat vicat.
Turunkan jarum D hingga menyentuh permukaan pasta semen. Kekerasan skrup E
dan geser jarum petunjuk F pada bagian atas batang B dari skala dan lakukan
pembacaan awal.
c. lepaskan batang B dengan memutar skrp E dan biarkan jarum pada permukaan
past selama 30 detik. Lakukan pembacaan untuk menetapkan dalamnya penetrasi.
Apabila pasta ternyata terlalu lembek, lambatkan penurunan B untuk mencegah
melengkunya jarum.
d. jarak antara setiap penetrasi pada pasta tidak boleh lebih kecil dari 6,4mm dan
jarak dari pinggir cincin tidak boleh kurang dari 9,4mm. Percobaan dilakukan
segera setelah diambil dari ruang lembab pada setiap 15 menit.
e. waktu pengikatan tercapai bila hasil penetrasi lebih besar atau sama dengan
25mm, dan waktu pengikatan akhir tercapai bila jarum tidak membekas pada
benda uji
BAB III
HASIL PERCOBAAN

III.1 Hasil Percobaan dan Perhitungan

Waktu Penurunan (mm) didapatkan dari 3 kali pengambilan data percobaan,


dengan volume air yang berbeda dan waktu pembacaan yang sama satu sama lainnya.

III.2 Perhitungan

Dengan data perhitungan yang diperoleh, maka data dapat dibuat table seperti
gambar dibawah ini :
Berat Semen Volume Air (cc) Waktu Pembacaan (menit) Penurunan (mm)
500 30
500 30
500 30
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA

Jl. Raya Puspitak, Serpong, Tangerang Selatan 15320


Telepon(021)7561102, 7560545 ext.111
Fax. : 021-7561102, 7560542

PENENTUAN WAKTU PENGINKATAN DARI SEMEN


ASTM C - 191

Laporan No. = 03 Tgl. Pengujian = 23 November 2016


Jenis Semen = Portpland Pelaksana = Kelompok 5
Merk Semen = Tiga Roda Diperiksa Oleh = Khoiri
Untuk = Praktikum
Penyusun modul = Hendri Nila Kandi

Berat Semen Volume Air (cc) Waktu Pembacaan (menit) Penurunan (mm)
500 30 5
500 30 15
500 30 9

Waktu Pengikatan Awal Semen


38 35
35
PENURUNAN JARUM ( mm )

32
29
26
23 20
20
17 14 14 14 14 15 15
14
11
8
5
INTERVAL WAKTU ( menit )
15 30 45 60 75 90 105 120
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Waktu ikat semen dipengaruhi oleh Banyaknya jumlah air dan waktu yang
diperlukan untuk semen dapat mengeras. Semakin lama waktu yang diperlukan maka
semakin keras juga semen yang didapat. Dan juga dari tabel diatas dapat diketahui bahwa
lamanya waktu untuk terjadi pengikatan awal

IV.2 Faktor-faktor Kesalahan yang dapat terjadi pada Praktikum.


1. Kurang terampilnya praktikum dalam menggunakan alat.
2. Kurang telitiya saat membaca skala alat.

IV.2 Saran
1. Pengenalan alat yang lebih mendasar agar dalam praktikum menjadi lebih terampil.
2. Penjelasan data yang kurang, sehingga harus lebih baik dalam data-data praktikum.
3. Perlu adanya penambahan alat-alat penunjang praktikum sehingga data yang
diperoleh dapat lebih akurat

Anda mungkin juga menyukai