BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton adalah material yang sangat penting dalam konstruksi bangunan.Oleh karena
itu, mahasiswa teknik sipil perlu mengetahui sifat-sifat mterial pembentukan beton,
Perencanaan dan percobaan pembuatan campuran beton dengan kekuatan tekan tertentu,
dan pengujian kuat tekan beton, serta sifat mekanikdari material beton tersebut melalui
praktikum atau eksperimen.Beton berbentuk dari beberapa material yaitu semen, agregat
halus dan agregat kasar, air dan bahan tambahan(admixtures).
1.2 Ruang Lingkup Praktikum
Dalam praktikum dilakukan berbagai tahap yaitu, pengujian material semen, pengujian
agregat halus(Pasir), pengujian agregat kasar(Kerikil/Batu pecah) dan agregat cmpuran.
1.3 Tujuan Praktikum
Materi praktikum teknologi beton meliputi pemeriksaan material sampai pembuatan
benda uji dan pengetesan benda uji. Diharapkan benda uji yang dibuat memiliki mutu
sesuai dengan mutu yang direncanakan. Adapun materi praktikum ini didetailkan sebagai
berikut.
2. Membuat mix disain/ campuran beton sesuai dengan mutu beton yang direncanakan.
4. Menguji benda uji pada umur yang disyaratkan. Diharapkan, mutu beton yang diuji
Materi pemeriksaan kualitas masing-masing material Semen, Pasir dan Batu Pecah terdiri
dari:
a. Konsistensi Normal
a. Kelembapan Pasir
BAB II
PENGUJIAN MATERIAL SEMEN
Pengujian material semen terdiri dari :
1 Konsistensi Normal
2 Waktu mengikat dan mengeras semen
3 Berat Jenis semen
4 Berat Volume semen
Masing-masing percobaan dilakukan sebagai berikut.
II.1. Konsistensi Normal
A. TUJUAN
Untuk mengetahui kadar air yang digunakan pada percobaan waktu mengikat semen.
Kadar air ini adalah kadar air normal dengan kondisi pasta semen yang standart.
B. REFERENSI
ASTM C 187 – 86.
SNI 2049 – 2015.
SNI 03 – 6827 – 2002.
C. PERALATAN
1. Alat vikat dengan jarum vikat diameter 10 mm
Digunakan untuk mengetahui waktu pengikatan awal suatu pasta semen dari
mulainya campuran pada kondisi konsisten normal sampai pasta kehilangan
sebagian sifat plastis.
2. Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang material yang akan diuji. Timbangan
yang digunakan adalah timbangan jenis digital yang memiliki tingkat
ketelitian yang baik hingga 1 gr.
Nilai penetrasi dan konsistensi dibuat dalam bentuk grafik untuk memudahkan memperoleh
nilai konsistensi stándar dimana nilai penetrasinya 10mm. Contoh grafik seperti gambar 2.1.
27.5
27
26.5
26
25.5
25
24.5
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Penetrasi (mm)
Kesimpulan :
1. Dari hasil penyelidikan konsistensi normal semen portland jenis 1 didapatkan
konsistensi semen adalah 25,80% dengan penurunan sebesar 10 mm.
2. Membutuhkan air sebanyak kurang lebih 72,25 cc. (SNI 15-2049-1994).Maka
hasil percobaan tersebut masih memenuhi syarat ketentuan konsistensi normal
semen yaitu berkisar antara 22 % - 28 %, Nilai ini digunakan untuk membuat
pasta semen pada percobaan berikutnya, yaitu waktu mengikat dan mengeras
semen.
4. Gelas ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur jumlah air yang akan digunakan. Gelas
ukur yang digunakan adalah gelas ukur medium dengan kapasitas penampungan
hingga 400 ml.
D. PROSEDUR PElAKSANAAN
1. Campur semen 280 gr + air 70 cc.
2. Mengaduk secara rata ± 3 menit.
3. Membuat bola pasta ditangan dan lempar dari tangan kiri kekanan sebanyak 6x.
Masukkan ke konikel alat vicat ( pada gambar 2.1)
5. Membiarkan vicat menembus pasta, setelah 30 detik, mencatat besarnya
penetrasi jarum vicat.
Tabel 2.2. Form Pengamatan percobaaan waktu mengikat dan mengeras semen
Waktu Penurunan Penrunan
No.
(menit) (mm)
1 45 40
2 60 35
3 75 30
4 90 25
5 105 20
6 120 18
7 135 12
8 150 5
9 165 3
10 180 0
45
40
35
30
Penetrasi (mm)
25
20
15
10
0
45 60 75 90 105 120 135 150 165 180
Waktu (dt)
Gambar 2.3. Waktu mengikat dan mengeras Semen
Kesimpulan :
1. hasil percobaan waktu pengikatan dan pengerasan semen diperoleh waktu
pengikatan awal pada saat penurunan 25 mm adalah 1 jam 30 menit.
Kesimpulan :
1. Hasil percobaan tersebut sebesar 3,356 gr/cm3,dan standart berat jenis portland
pozzolan cement adalah 3- 3,2 (SNI 15 - 2049 – 1994) Portland cement.
2. Dari hasil percobaan menentukan berat jenis semen diperoleh bahwa hasil
percobaan tersebut tidak memenuhi standart SNI 15 - 2049 – 1994
3. Timbangan
Dipergunakan untuk mengetahui berat jenis semen per satuan volume silinder.
Diketahui :
D = 15 cm = 1,5 dm
t = 15,5 cm = 1,55 dm
Volume Silinder :
V = ¼ π x d² x t
= 0,25x 3,14 x (1,5)² x 1,55
= 2,651 dm3
Kesimpulan
1. Dari percobaan menentukan berat volume semen diperoleh berat volume
semen dengan cara dirojok pada mol 1 didapatkan sebesar 1,367 kg/dm3
pada mol 2 sebesar 1,260 kg/dm3
2. Sedangkan berat volume semen dengan cara tidak dirojok pada mol 1
didapatkan sebesar 1,215 kg/dm3 pada mol 2 didapatkan sebesar 1,246
kg/dm3.
3. Jadi berat volume pasir lebih besar ketika dirojok dibandingkan tanpa
rojokkan.(SNI 03 – 2834 – 2000).
BAB III
PENGUJIAN MATERIAL PASIR
Pengujian material semen terdiri dari :
1 Kelembapan Pasir
2 Berat Jenis Pasir
3 Air Resapan Pasir
4 Berat Volume Pasir
5 Test Kebersihan Pasir Terhadap Bahan Organik
6 Test Kebersihan Pasir Terhadap Lumpur
7 Test Kebersihan Pasir Terhadap Lumpur (Pencucian)
Masing-masing percobaan dilakukan sebagai berikut.
III.1. Kelembapan Pasir
A. TUJUAN
Mengetahui kadar air agregat pasir.
Mengetahui standart dan prosedur pelaksanaan pengujian kelembaban material
pasir
B. REFERENSI
ASTM C 556-89.
SNI 03-2834-2000
C. PERALATAN
1. Labu Takar 500 ml
Labu takar digunakan sebagai wadah untuk melakukan percobaan. Labu takar
yang digunakan dengan kapasitas 500 ml.
2. Corong
Corong yang digunakan adalah corong berbahan kaca yang berfungsi sebagai alat
bantu untuk memasukkan material kedalam labu takar.
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
Prosedur pelaksanaan sebagai berikut.
1. Letakkan loyang ke timbangan dan nolkan timbangan.
2. Tambahkan pasir = 500 gram. Ini adalah nilai W1 . Lakukan sebanyak 2x dan beri
keterangan dengan selembar kertas .
3. Masukkan ke oven dengan temperatur 100oC selama 24 jam
4. Keluarkan dari oven dan timbang masing-masing pasir, ini adalah nilai W2 .
Hasil pengamatan tercatat pada tabel 3.1 dan analisis perhitungan kelembapan pasir dapat
dilakukan sesuai perumusan yang terdapat pada tabel tersebut. Nilai kelembapan pasir adalah
nilai kelembapan pasir rata-rata dari dua kali percobaan yang dilakukan.
Tabel 3.1. Form Pengamatan percobaaan kelembapan pasir
Jenis Percobaan 1 2
Berat pasir asli (W1) gram 500 500
Berat pasir oven (W2) gram 448 460
Kelembaban pasir
10.4 8
(W1-W2)/W1*100%
Rata-rata 9.2 %
Kesimpulan :
Berdasarkan dari hasil percobaan kelembaban pasir diperoleh rata-rata dari dua kali percobaan
sebesar 9,2 %.
D. PELAKSANAAN
Menyiapkan pasir kondisi SSD, caranya:
Rendam pasir selama 24 jam.
Keringkan permukaan pasir dengan cara dibolak balik dan diangin-anginkan.
Periksa kondisi SSD dengan cara sebagian dari pasir dimasukkan pada metal sand
cone mold dalam 3 (tiga) lapis, dimana pada masing-masing lapisan ditumbuk
sebanyak 8 (delapan) kali, ditambah 1 (satu) kali penumbukan untuk bagian atasnya
(total penumbukan sebanyak 25 kali).
Angkat sand cone mold secara vertikal.
Kondisi SSD tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak
Hasil pengamatan tercatat pada tabel 3.2 dan analisis perhitungan berat jenis pasir dapat
dilakukan sesuai perumusan yang terdapat pada tabel tersebut.
Tabel 3.2. Form Pengamatan percobaaan berat jenis pasir
Percobaan Nomor 1 2
Berat labu + pasir + air (W1) gram 1610 1620
Berat Pasir SSD gram 500 500
Berat labu + air (W2) gram 1290 1301
Berat jenis pasir 500/(500+W2)-W1 2.77778 2.76243
Rata-rata 2.770104359
Kesimpulan
1. Dari percobaan berat jenis pasir didapatkan rata-rata dari dua kali percobaan
sebesar 2,77 gr/cm3.
2. Sehingga berat jenis pasir tidak masuk kedalam yang disyaratkan yaitu berat
jenis pasir 2,10-2,60 gr/cm3. (SNI 03–1756–1990).
3. Hal ini bisa terjadi karena terjadi kesalahan pada saat penimbangan maupun
erorr pada alatnya dan banyak faktor lainya
2. Oven
Oven yang digunakan adalah oven listrik khusus material bangunan.
Kesimpulan :
Dari percobaan air resapan pasir diperoleh rata-rata dari dua percobaan kadar air
resapan yaitu 4,3 %.
Kesimpulan
1. Dari percobaan berat volume pasir diperoleh berat volume pasir rata-rata 1,391
kg/dm3.
2. Maka dapat disimpulkan pasir tersebut sudah memenuhi syarat yang baik untuk
campuran bahan beton. (SNI BS 812 ACI)
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Mengisi agregat halus yang kedalam botol sampai 130 ml.
2. Menambah karutan NaOH 3% sampai 200 ml dan menutup rapat kemudian
kocok botol selama 10 menit.
3. Didiamkan selama 24 jam.
4. Amati warna cairan yang terdapat diatas permukaan agregat halus yang ada
dalam botol, kemudian bandingkan warnanya.
5. Jika warna cairan dalam botol berisi agregat lebih tua daripada cairan pada botol
pembanding, berarti agregat memiliki kadar zat organik yang terlalu tinggi.
Seperti yang tergambar pada gambar.
Hasil pengamatan tercatat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5. Form Pengamatan percobaaan kebersihan pasir terhadap bahan organic
Percobaan Nomor 1 2
Volume pasir (ml) 130 130
Larutan 3% NaOH (ml) 70 70
Warna yang tmbul orange orange
Kesimpulan
1. Dari percobaan kebersihan pasir terhadap bahan organik diketahui warna yang
timbul pada pasir yaitu lebih muda dari warna standartnya atau
pembandingnya.
2. Maka pasir tersebut memenuhi syarat karena warna yang timbul tidak boleh
lebih tua dari warna pembanding. Semakin tua warna yang timbul
dibandingkan warna standart semakin banyak pula kandungan bahan organik.
(Menurut ASTM 2002, C.40 – 99) Jika warna benda uji lebih gelap dari
warna larutan standart maka kemungkinan mengandung bahan organik yang
tidak diijinkan untuk bahan campuran mortar atau beton. Kandungan zat
organik yang berlebihan pada agregat juga dapat mengganggu proses hidrasi
sehingga dapat menurunkan kekuatan pasta semen.
2. Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang material yang akan diuji. Timbangan
yang digunakan adalah timbangan jenis digital yang memiliki tingkat ketelitian
yang baik hingga 1 gr.
Kesimpulan
1. Dari percobaan kebersihan pasir terhadap Lumpur dengan cara pengendapan
diperoleh kadar lumpur rata-rata sebesar 0,75 %. Dalam hal ini hasil tersebut
memenuhi syarat karena tidak lebih dari 5 %.(SNI 03–1756–1990).
3. Oven
Oven yang digunakan adalah oven listrik khusus material bangunan.
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
Prosedur pelaksanaan sebagai berikut.
1. Oven pasir selama 24 jam
2. Timbang pasir = 500 gr. Ini adalah nilai W1. Lakukan 2x untuk 2 percobaan
3. Cuci pasir beberapa kali dan saring dengan saringan No. 200 berkali-kali hingga
airnya bersih
4. Oven pasir selama 24 jam
5. Timbang masing-masing pasir. Ini adalah nilai W2
Hasil pengamatan tercatat pada tabel 3.7. dan analisis perhitungan kadar lumpur dapat
dilakukan sesuai perumusan yang terdapat pada tabel tersebut
Tabel 3.7. Form Pengamatan percobaaan kebersihan pasir terhadap lumpur
Percobaan Nomor 1 2
Berat pasir kering (W1) gram 500 500
Berat pasir bersih kering (W2) gram 480 485
Kadar lumpur (W1-W2)/W1*100% 4 3
Rata-rata 3.5
Kesimpulan :
Dari percobaan kebersihan pasir terhadap Lumpur dengan cara pencucian
diperoleh kadar lumpur rata-rata 3,5 %. Dalam hal ini hasil tersebut memenuhi
syarat yaitu tidak boleh lebih dari 5%. Jadi pasir tersebut sangat baik sebagai
campuran bahan beton. (SNI 03–1756–1990).
BAB IV
PENGUJIAN MATERIAL BATU PECAH
Pengujian material semen terdiri dari :
1. Kelembapan Batu Pecah
2. Berat Jenis Batu Pecah
3. Air Resapan Batu Pecah
4. Berat Volume Batu Pecah
5. Test Kebersihan Batu Pecah Terhadap Lumpur (Pencucian)
Masing-masing percobaan dilakukan sebagai berikut.
Kesimpulan :
Dari hasil percobaan penyelidikan kelembaban kerikil atau batu pecah
diperoleh kelembaban rata-rata sebesar 3,5 %.
Hasil pengamatan tercatat pada tabel 4.2. dan analisis perhitungan berat jenis batu pecah
dapat dilakukan sesuai perumusan yang terdapat pada tabel tersebut.
Kesimpulan :
1. Dari hasil percobaan berat jenis kerikil diperoleh berat jenis kerikil atau batu
pecah rata-rata sebesar 2,853 gr/cm3. Karena berat jenis kerikil tersebut tidak
masuk kedalam berat jenis kerikil yang disyaratkan untuk bahan campuran
beton yaitu 2,30 – 2,75 gr/cm3.
2. Maka dapat disimpulkan kerikil tersebut belum atau tidak memenuhi syarat
baik untuk campuran bahan beton. Tetapi tidak memungkinkan kerikil itu baik
tetapi karena kesalahan pengukuran (human eror) dalam penimbangan atau
alat pengukurannya yang rusak (tidak persis), sehingga membuat berat jenis
tersebut tidak masuk di antara berat jenis kerikil yang disyaratkan yaitu 2,30-
2,75 (SNI BS 812 ACI) (SNI 03-1750-1990).
2. Timbang batu pecah SSD = 1000 gr. Lakukan sebanyak 2x dan beri keterangan
dengan selembar kertas.
3. Masukkan ke oven dengan temperatur 100oC selama 24 jam.
4. Keluarkan dari oven dan timbang masing-masing batu pecah ini adl nilai W.
Hasil pengamatan tercatat pada tabel 4.3. dan analisis perhitungan resapan batu pecah dapat
dilakukan sesuai perumusan yang terdapat pada tabel tersebut.
Tabel 4.3. Form Pengamatan percobaaan resapan batu pecah
Percobaan Nomor 1 2
Berat pasir SSD gram 500 500
Berat pasir oven(W1) gram 485 490
Kadar air resapan
3.092784 2.040816
((500-W1)/W1)*100%
Rata-rata 2.566799916
Kesimpulan :
Dari hasil percobaan air resapan kerikil diperoleh kadar air resapan kerikil rata-rata
sebesar 2,5%. (SNI 03 – 1759 – 1990).
4. Untuk yg dgn rojokan :Mengisi 1/3 bagian, kemudian di rojok 25 kali hingga
penuh dan tiap bagian di rojok 25 kali dan ratakan permukaannya lalu di timbang.
Ini adalah nilai W2.
Hasil pengamatan tercatat pada tabel 4.3. dan analisis perhitungan berat volume batu pecah
dapat dilakukan sesuai perumusan yang terdapat pada tabel tersebut.
Diketahu :
D = 15 cm = 1,5 dm
T = 15,5 cm = 1,55 dm
Volume Silinder :
V = ¼ π x d² x t
= 0,25x 3,14 x (1,5)² x 1,55
= 2,651 dm3
Tabel 4.3. Form Pengamatan percobaaan berat volume batu pecah
Dengan Rojokan Tanpa Rojokan
Jenis Percobaan
1 2 1 2
Berat silinder (W1) kg 5.045 5.08 5.045 5.08
Berat silinder + batu pecah (W2) kg 9.255 9.275 9.535 9.455
Berat batu pecah (W2-W1) kg 4.21 4.195 4.49 4.375
Volume silinder (V)dm3 2.651 2.651 2.651 2.651
Berat volume (W2-W1)/V kg/dm3 1.58808 1.582422 1.6937 1.650321
Rata-rata 1.585250849 1.672010562
Kesimpulan
1. Dari percobaan berat volume kerikil diperoleh berat volume kerikil dengan
rojokan rata-rata sebesar 1,585 kg/dm3dan berat volume tanpa rojokan rata-rata
sebesar 1,672 kg/dm3.
2. Maka dapat disimpulkan kerikil tersebut memenuhi syarat untuk campuran
bahan beton. (SNI 03–1750–1990).
Hasil pengamatan tercatat pada tabel 4.4. dan analisis perhitungan kadar lumpur batu pecah
dapat dilakukan sesuai perumusan yang terdapat pada tabel tersebut.
Tabel 4.3. Form Pengamatan percobaaan kadar lumpur batu pecah
Percobaan Nomor 1 2
Berat kerikil sebelum dicuci (W1) gram 1000 1000
Berat kerikil sesudah dicuci (W2) gram 973 976
Kadar lumpur (W1-W2)/W1*100% 2.7 2.4
Rata-rata 2.55
Kesimpulan
Dari percobaan kebersihan kerikil terhadap lumpur diperoleh kadar lumpur rata-
rata sebesar 2,55%. Dalam hal ini kadar lumpur tidak memenuhi syarat karena
tidak boleh lebih dari 1% maka kerikil ini tidak baik untuk bahan campuran
beton. (SNI 03–1750–1990)
BAB V
CAMPURAN AGREGAT
Hasil analisis di plot pada gambar 5.1 untuk mengetahui zona pasir.
Kesimpulan
Dan dari hasil percobaan analisa saringan pasir didapatkan analisa saringan pasir masuk
kedalam zona 3. Semakin besar zona yang terbentuk semakin kecil specs yang menyebabkan
kurang begitu baik kondisi pasir ayakannya.
Hasil pengamatan tercatat pada tabel 5.2. dan analisis perhitungan analisis saringan batu
pecah dapat dilakukan sesuai perumusan yang terdapat pada tabel tersebut.
Hasil analisis di plot pada gambar 5.2 untuk mengetahui zona batu pecah.
a100 100 100 100 100 0
90 10
70 70 30
% YANG LOLOS
50 55 50
35
30 = 1,5 IN TO 3/16 IN 70
10 10 = 3/8 IN TO 3/16 IN 90
5 10
0 100
' 3/16 3/8'' 1/2'' 3/4'' 1%” 2%”” 3''
Kesimpulan :
Dari hasil percobaan analisa saringan kerikil didapatkan analisa saringan kerikil masuk
kedalam Zona 3. Dalam kondisi ini kerikil baik karena masuk pada zona yang
mempunyai specs yang panjang yang menyebabkan analisa kerikil sangat baik
- tiap campuran
7,729 4,02 10,461 19,427
uji…………..…..m3/10 biji
b. Jika pelaksana mempunyai data pengalaman pembuatan beton serupa minimal 30 buah
silinder yang diuji tekan rata-ratanya pada umur 28hr, maka jumlah data dikoreksi
terhadap nilai deviasi standar dengan faktor pengali:
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
𝑆𝑑 = √
𝑛−1
Nilai faktor pengali deviasi standart bila data hasil uji yang tersedia kurang dari 30 dapat
dilihat pada tabel 2 .
Tabel 2. Faktor pengali deviasi standart untuk benda uji kurang dari 30
Berat jenis agregat kasar dan halus diperoleh dari praktikum analisis material pasir dan batu
pecah.
7. Faktor air semen bebas 0,58
FAS diperoleh dengan dua cara:
Cara pertama
Gunakan tabel 4. Untuk jenis semen type 1 dan agregat batu pecah dengan kuat tekan pada
umur 28 hari, diperoleh Kuat tekan beton = 37 Mpa.
Tabel 4. Nilai kuat tekan beton berdasarkan type semen dan sesuai umur yang dikehendaki
Untuk fcr = 292 kg/cm2 = 29,2Mpa dengan umur 28 hari , maka dari grafik didapat FAS =
29,2
0,53
0.53
Tabel 7. FAS maksimum untuk beton bertulang yang berhubungan dengan air tanah yang
mengandung sulfat.
Untuk contoh ini, beton bertulang dengan kondisi didalam ruang bangunan dengan
keadaan keliling non korosif, sehingga FAS maksimum adalah 0,6
9. Slump 120 mm
Nilai slump beton dapat ditentukan sendiri berdasarkan kekentalan adukan yang diinginkan.
Hal ini memerlukan pengalaman, Bila tidak memiliki data, dapat digunakan tabel 8.
Tabel 8. Nilai slump
Untuk contoh ini, digunakan slump untuk pekerjaan plat, balok, kolom dan dinding
dengan nilai slum antara 6,0 sd 15 cm atau 60 sd 150 mm. Diambil nilai 120mm.
Untuk contoh ini digunakan agregat yang sama dimana untuk ukuran agregat max 40 mm
dengan batu pecah dan nilai slum antara 60-180, maka diperoleh nilai kebutuhan air = 205
ltr/m3 atau 205 kg/m3.
Tabel 10. Nilai jumlah semen minimum untuk beton dengan kondisi tertentu
Untuk contoh ini, untuk pekerjaan beton didalam ruangan dengan keadaan keliling non
korosif, diperoleh jumlah semen minimum = 275 kg/m3.
Jumlah semen minimum untuk pekerjaan beton bertulang dalam air, dapat dilihat pada tabel
11.
Tabel 11 Jumlah semen minimum untuk pekerjaan beton bertulang dalam air
Jumlah semen minimum untuk pekerjaan beton bertulang yang berhubungan dengan air tanah
yang mengandung sulfat, dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 11. Jumlah semen minimum untuk pekerjaan beton bertulang yang berhubungan dengan
air tanah yang mengandung sulfat
Kebutuhan semen rencana (12) = 424,52 kg/cm3 dan kebutuhan semen minimum
(14) = 275 kg/m3, maka kebutuhan semen yang dipakai adalah = 424,52 kg/m3
Nilai sumbu x = nilai FAS = 0,53 tarik garis ke atas bertemu di Zona pasir 1 lalu tarik garis
kekanan, diperoleh prosentase agregat halus = 38%
Lihat grafiknya pada gambar 3
Tegangan Tegangan
Massa Gaya Kuat
Umur Luas Hancur Bentuk
No Benda Tekan P Tekan
Beton (mm2) Umur 28 Keruntuhan
( kg) (KN) (Mpa)
hari Mpa
Sejajar sb.
1 3,509 3 90 11,459 7853,98 28,6475
tegak
Sejajar sb.
2 3,382 3 150 19,0986 7853,98 47,7465
Tegak
Sejajar sb.
3 3,573 3 110 14,01 7853,98 35,025
Tegak
Sejajar sb.
4 3,528 3 130 16,55 7853,98 41,375
Tegak
5 3,511 7 160 16,5 7853,98 25,384 Sejajar sb.
Tegak
Sejajar sb.
6 3,476 7 130 16,55 7853,98 25,461
Tegak
Sejajar sb.
7 3,510 7 160 20,37 7853,98 43,646
Tegak
Sejajar sb.
8 3,610 7 135 13,93 7853,98 21,431
Tegak
Rata-rata
E. KESIMPULAN
1. Kuat tekan rata-rata yang dihasilkan dari percobaan sebesar 145.414 kg/cm2,
sedangkan kuat tekan yang diharapkan sebesar 292 Kg/cm2
2. Nilai slump yang di dapatkan dari hasil percobaan sebesar 283 mm, maka nilai
slump ini tidak memenuhi persyaratan karena lebih dari 75 mm sampai 150 mm
(SNI-1972:2008)
3. Kuat tekan rata-rata yang di dapatkan dari hasil percobaan kurang dari kuat tekan
yang diharapkan, hal ini disebabkan karena nilai slump pada saat pencampuran
agregat beton lebih besar dari slump yang direncanakan yaitu 120 mm.
4. Beberapa factor penyebab terjadinya kesalahan dalam percobaaan ini adalah
terlalu besarnya factor air semen yang terlalu banyak dan nilai slump yang tidak
sesuai yang diharapkan.
BAB VI
PENUTUP
Demikian pembahasan kami tentang praktikum Teknologi Beton, yang telah kami
susun bersama-sama dengan rekan sekelompok. Praktikum beton ini sangat penting
dilakukan untuk menunjang kemampuan tiap individu mahasiswa maupun kekompakkan
para kelompok dalam melaksanakan praktikum, demi bertambahnya skill atau keahlian
mahasiswa tersebut. Praktikum beton dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat tekan beton
dan kemampuan dari beton pada saat uji coba kelayakan. Prinsip kerja dari beton adalah
sebagai penahan atau penyangga utama dari suatu bangunan gedung atau rumah tinggal.
Meskipun demikian,belumlah sempurna isi maupun susunannya. Oleh karena itu,saran
dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami butuhkan dan akan kami terima
dengan senang hati.
Akhirnya tak lupa kami selaku penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya laporan
praktikum Teknologi Beton ini dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium Beton dan Bahan. 2016. Modul Praktikum Teknologi Beton, Surabaya : Teknik
Sipil ITATS.
Umami, Muhammad Chusnul. Dkk. 2015. Laporan Praktikum Teknologi Beton, Surabaya :
Teknik Sipil ITATS.
Lestari, Putri. Dkk. 2015. Laporan Praktikum Teknologi Beton, Surabaya : Jurusan Teknik
Sipil ITATS.
SNI T-15-1990-03 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, Bandung :
LPMB.
Nugraha Paul, Antoni, 2007 : Teknologi Beton , Jakarta : Andi.
Murdock L.J : Brook K.M : Ir. Hindarko S : 1999, Bahan Dan Praktek Beton, Erlangga,
Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar 1 Gambar 2
Proses Untuk mengetahui waktu Warna pembanding yang digunakan untuk
pengikatan awal dan waktu pengikatan mengetahui kebersihan pasir terhadap
akhir pasta semen pada kondisi konsistensi bahan organik
normal
Gambar 3 Gambar 4
Proses pengadukan campuran beton analisa ayakan kerikil / batu pecah
menggunakan mixer
Gambar 5 Gambar 6
Pengambilan data berat jenis semen tipe 1 Analisis ayakan kerikil / batu pecah
Gambar 7 Gambar 8
Uji kuat tekan beton dengan alat hydraulic Beton yang telah di uji kuat tekannya hingga
press mencapai tegangan hancur.