BAB 2
PEMERIKSAAN BAHAN CAMPURAN BETON
2.1 PENDAHULUAN
Definisi beton menurut SNI 03-2843-2000 adalah campuran antara semen
portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan
atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk massa padat. Kekuatan,
keawetan dan sifat beton tergantung pada sifat bahan-bahan dasar penyusunannya
yaitu semen portland, air, agregat halus, dan agregat kasar, serta pengerjaannya
dalam menggunakan bahan tambah (admixture). Untuk mengetahui dan
mempelajari perilaku elemen gabungan (bahan-bahan penyusun beton), kita
memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik masing-masing komponen.
Selain itu, cara pengadukan maupun pengerjaannya juga mempengaruhi kekuatan,
keawatan serta sifat beton tersebut (Tjokrodimuljo, 1992).
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik. Jika ditambah air, semen akan menjadi pasta semen, jika
ditambah dengan agregat halus akan menjadi mortar yang jika digabungkan dengan
agregat kasar akan menjadi campuran beton segar dan setelah mengeras akan
menjadi beton keras. Fungsi utama semen adalah untuk merekatkan butiran-butiran
agregat agar terjadi suatu massa yang kompak atau padat. Selain itu juga untuk
mengisi rongga-rongga diantara butiran agregat (Mulyono, 2004).
Agregat didefinisikan sebagai material granular misalnya pasir, kerikil
atau batu pecah yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk
membentuk beton semen hidrolik atau adukan. Kandungan agregat dalam suatu
adukan beton biasanya sangat tinggi, komposisinya dapat mencapai 60% - 80% dari
berat campuran beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai bahan pengisi, tetapi
karena komposisinya yang cukup besar, maka peran agregat sangat penting dalam
campuran beton (Manik, 2008).
8
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
9
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
10
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.2.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kehalusan semen adalah sebagai
berikut.
1. Saringan No. 100
2. Saringan No. 200
3. Timbangan
4. Kuas
5. Sieve shaker
6. Pan dan cover
11
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
4. Menyusun saringan dengan susunan paling atas adalah saringan No. 100,
kemudian di bawahnya saringan No. 200 dan yang paling bawah adalah pan.
5. Memasukkan semen yang telah ditimbang sebelumnya ke dalam saringan yang
telah tersusun kemudian tutuplah dengan cover.
6. Mengguncangkan susunan saringan tersebut dengan sieve shaker selama 10
menit.
7. Mendiamkan semen selama 5 menit agar debu-debunya mengendap.
8. Menimbang saringan No. 100 berikut semen yang tertahan di atasnya (W₄).
9. Menimbang saringan No. 200 berikut semen yang tertahan di atasnya (W₅).
12
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.2.1.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada percobaan kehalusan semen adalah
sebagai berikut.
W4 – W1
F1 = × 100,000%
W3
379,000 – 378,000
= × 100,000%
500,000
= 0,200%
W5 – W2
F2 = × 100,000%
W3
711,000 – 244,000
= × 100,000%
500,000
= 93,400%
Keterangan:
W₁ : Berat saringan No. 100 (gram)
W₂ : Berat saringan No. 200 (gram)
W₃ : Berat contoh uji semen (gram)
W₄ : Berat saringan No. 100 + semen tertahan (gram)
W₅ : Berat saringan No. 200 + semen tertahan (gram)
F₁ : Persentase semen tertahan saringan No. 100 (%)
F₂ : Persentase semen tertahan saringan No. 200 (%)
13
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
14
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.2.1.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan kehalusan semen yang telah dilakukan
diperoleh nilai berat saringan No. 100 + semen tertahan sebesar 379,000, nilai
persentase semen tertahan saringan No. 100 sebesar 0,200%, nilai berat saringan
No. 200 + semen tertahan sebesar 711,000, dan nilai persentase semen tertahan
saringan No. 200 sebesar 93,400%. Dapat disimpulkan bahwa semen yang tertahan
di saringan No. 100 dan No. 200 tidak memenuhi syarat. Semen memenuhi syarat
kehalusan apabila persentase kehalusan semen yang tertahan di saringan No. 100
sebanyak 0% dan persentase kehalusan semen yang tertahan pada saringan No.
200 sebanyak 22%.
15
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
16
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan pH air dalam Praktikum
Teknologi Bahan Konstruksi adalah sebagai berikut.
1. Cawan
2. Indikator universal
3. Gelas ukur
17
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
18
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
19
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.1.6 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan pH air yang telah dilakukan diperoleh nilai
pH air sebesar 6,000, dengan keadaan air jernih, rasa air tawar, dan tidak berbau.
Menurut SNI 03-6817-2002 air yang dapat memenuhi syarat dari standar tersebut
antara 4,500 – 8,500. Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa hasil
dari percobaan pH air yang telah dilakukan sudah memenuhi syarat standar dan
termasuk baik digunakan pada campuran beton.
20
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
21
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar bahan padat dalam air
adalah sebagai berikut.
1. Gelas ukur
2. Cawan penguap
3. Oven
4. Timbangan
5. Desikator
6. Hot plate
22
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.2.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada percobaan kadar bahan padat dalam air
adalah sebagai berikut.
Berat residu kering = W₂ – W₁
= 16,320 – 16,180
= 0,140 gram
= 140,000 mg
1000,000
Konsentrasi bahan padat = W ×
S
1000,000
= 140,000 ×
500,000
= 280,000 mg/liter (ppm)
23
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Keterangan:
W : Berat residu kering = W₂ – W₁ (mg)
W₁ : Berat cawan (gram)
W₂ : Berat cawan + berat residu (gram)
S : Volume sampel air (ml)
24
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.5 Hasil Perhitungan Percobaan Kadar Bahan Padat dalam Air
Parameter Nilai
Berat cawan (gram) 16,180
Berat cawan + berat residu (gram) 16,320
Volume sampel air (ml) 500,000
Kosentrasi bahan padat (ppm) 280,000
25
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan kadar bahan padat dalam air yang telah
dilakukan diperoleh nilai kadar bahan dalam air sebesar 280,000 ppm. Menurut
pedoman standar pengujian SNI 03-6816-2002 persyaratan kadar bahan padat
dalam air yang diizinkan untuk campuran beton maksimum 2000,000 ppm. Maka
dapat disimpulkan kadar bahan padat yang telah diuji sudah memenuhi syarat,
karena nilai konsentrasi lebih kecil dari syarat maksimum.
26
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
27
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan bahan tersuspensi dalam air
adalah sebagai berikut.
1. Gelas ukur 1000,000 ml
2. Oven
3. Beaker glass 1000,000 ml
4. Botol suling
5. Timbangan dengan ketelitian 0,100 mg
6. Desikator
7. Kertas saring
(7)
Gambar 2.5 Peralatan Percobaan Bahan Tersuspensi dalam Air
28
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
29
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.3.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada percobaan bahan tersuspensi dalam air
adalah sebagai berikut.
Berat residu kering (W) = W₂ – W₁
= 3,850 – 3,890
= 0,040 gram
= 40,000 mg
1000,000
Konsentrasi bahan tersuspensi = W ×
S
1000,000
= 40,000 ×
1000, 000
= 40,000 mg/liter (ppm)
Keterangan:
W : Berat residu kering = W₂ – W₁ (mg)
W1 : Berat kertas saring (gram)
W2 : Berat kertas saring + bahan tersuspensi (gram)
S : Volume sampel air (ml)
30
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
31
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.3.7 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan bahan tersuspensi dalam air yang telah dilakukan,
diperoleh nilai konsentrasi bahan tersuspensi adalah 40,000 ppm. Menurut SNI 06-
6989.3-2019 persyaratan kadar bahan tersuspensi yang diizinkan untuk campuran
beton adalah 2000,000 ppm. Maka dapat disimpulkan bahwa air yang telah
dilakukan pada percobaan bahan tersuspensi dalam air memenuhi syarat karena
tidak melebihi batas maksimum dan dapat digunakan.
32
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
33
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar organik dalam air adalah
sebagai berikut.
1. Gelas ukur 1000,000 ml
2. Cawan
3. Oven
4. Timbangan
5. Desikator
6. Hot Plate
7. Lilin
8. Korek api
(7) (8)
Gambar 2.6 Peralatan Percobaan Kadar Organik dalam Air
34
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.4.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada percobaan kadar organik dalam air
adalah sebagai berikut.
Berat residu kering (W) = W₂ – W₁
= 16,540 – 16,400
= 0,140 gram
= 140,000 mg
35
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
1000,000
Konsentrasi bahan organik =W ×
S
1000,000
= 140,000 ×
500,000
= 280,000 mg/liter (ppm)
Keterangan:
W : Berat residu kering = W2 – W1 (mg)
W1 : Berat kertas saring (gram)
W2 : Berat kertas saring + bahan tersuspensi (gram)
S : Volume sampel air (ml)
36
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
37
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil pemeriksaan kadar bahan organik
dalam air yang telah dilakukan, didapatkan konsentrasi kadar bahan organik dalam
air sebanyak 280,000 ppm. Menurut SNI 03-6817-2002, persyaratan kadar bahan
organik yang diizinkan untuk bahan campuran beton adalah maksimum 2000,000
ppm. Maka kadar bahan organik dalam air pada percobaan yang telah dilakukan
memenuhi syarat dan dapat digunakan untuk campuran beton.
38
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
39
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan analisis saringan agregat kasar
adalah sebagai berikut.
1. Sieve shaker
2. Saringan 3", 2 ½", 2", 1 ½", 1", ¾", ½", 3/8", No. 4
3. Pan dan cover
4. Timbangan
5. Oven.
(4) (5)
Gambar 2.7 Peralatan Percobaan Analisis Saringan Agregat Kasar
40
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
(gram) (gram)
3"
581,000 581,000
(76,200 mm)
2 ½"
574,000 574,000
(63,500 mm)
41
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
(gram) (gram)
2" 584,000 584,000
(50,800 mm)
1 ½" 658,000 658,000
(38,100 mm)
1" 608,000 621,300
(25,400 mm)
¾" 513,000 513,000
(19,050 mm)
½" 397,000 613,400
(12,500 mm)
3/8" 668,800 1404,600
(9,530 mm)
No. 4 372,000 388,800
(4,750 mm)
Pan 449,000 460,000
2.4.1.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada percobaan analisis saringan agregat
kasar menggunakan contoh saringan 1" (25,400 mm) adalah sebagai berikut.
Berat tertahan = (berat saringan + tertahan) – berat saringan
= 621,300 – 608,000
= 13,300 gram
ƩBerat tertahan = (Berat tertahan di saringan sebelum) + (berat tertahan
pada saringan)
= 0,000 + 13,300
= 13,300 gram
42
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Persentase tertahan =
Berat tertahan × 100%
pan
13,300
= × 100%
993,300
= 1,339%
Persentase lolos = 100% - Persentase tertahan
= 100% - 1,339
= 98,661%
jumlah persentase kumulatif tertahan tanpa pan
Modulus kehalusan =
100,000
689,638
=
100,000
= 6,896%
43
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
44
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
45
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
46
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
120,000
Persentase Kumulatif Lolos
100,000
80,000
Saringan (%)
60,000
40,000
20,000
0,000
-20,000
1,000 10,000 100,000
47
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.1.7 Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil percobaan analisis saringan agregat kasar,
maka diperoleh nilai persentase agregat kasar yang lolos pada saringan 3" sebesar
100,000%, saringan 2 ½" sebesar 100,000%, saringan 2" sebesar 100,000%,
saringan 1 ½" sebesar 100,000%, saringan 1" sebesar 98,661%, saringan ¾" sebesar
98,661%, saringan ½" sebesar 76,875%, saringan 3/8" sebesar 2,799%, saringan
No. 4 sebesar 1,107% dan pan sebesar 0,000%.
Modulus kehalusan didapatkan sebesar 6,896. Menurut SK SNI S-04-
1989-F, persyaratan nilai modulus kehalusan adalah 6,000 – 7,000. Jadi, nilai
modulus kehalusan telah memenuhi persyaratan. Persebaran butiran agregat masuk
fraksi 1-2, dengan berat fraksi sebesar 952,200 gram.
48
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
49
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada suatu
temperatur tertentu. Berat jenis jenuh air (Apparent Spesific Gravity) adalah
penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang meresap ke dalam pori-pori,
tetapi belum termasuk air yang tertahan pada permukaan luar partikel, dinyatakan
sebagai persentase dari berat keringnya (SNI 1969:2008).
2.4.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan berat jenis dan penyerapan
agregat kasar adalah sebagai berikut.
1. Dunagan test set
2. Saringan No. 4
3. Oven
4. Cawan
5. Timbangan.
(4) (5)
Gambar 2.9 Peralatan Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
50
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
51
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.2.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada percobaan berat jenis dan penyerapan
agregat kasar adalah sebagai berikut.
C
Bulk Spesific Gravity =
A − B
3582,000
=
3812,000 − 2795,000
= 3,522
A
Bulk Spesific Gravity (SSD) =
A − B
3812,000
=
3812,000 − 2795,000
= 3,748
C
Apparent Spesific Gravity =
C − B
3582,000
=
3582,000 − 2795,000
= 4,551
A − C
Absorption = × 100%
C
3812,000 − 3582,000
= × 100%
3582,000
= 6,421%
Keterangan:
A : Berat contoh kering permukaan (SSD) (gram)
B : Berat contoh dalam air (gram)
C : Berat contoh kering (setelah di oven) (gram)
52
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.15 Hasil Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
Nomor Sampel Rata-
Parameter
I II rata
Berat contoh jenuh kering
(gram) 3812,000 5480,000 4646,000
permukaan
Berat contoh dalam air (gram) 2795,000 3182,000 2988,500
Berat contoh kering (gram) 3582,000 5285,000 4433,500
Bulk specific gravity 3,522 2,300 2,911
Bulk specific gravity (SSD) 3,748 2,385 3,066
Apparent specific gravity 4,551 2,513 3,532
Absorption / penyerapan (%) 6,421 3,690 5,055
53
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil percobaan berat jenis dan penyerapan agregat
kasar diperoleh nilai berat jenis kering (Bulk specific gravity) sebesar 3,522 gram,
berat jenis jenuh kering permukaan (Bulk specific gravity SSD) sebesar 3,742 gram,
berat jenis jenuh air (Apparent specific gravity) sebesar 4,551 gram, dan penyerapan
air (Absorption) sebesar 6,421%.
54
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
55
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan bobot isi dan rongga udara
agregat kasar adalah sebagai berikut.
1. Oven
2. Timbangan
3. Batang pemadat Ø16 mm
4. Container (Mold 6”)
5. Meja getar
6. Mistar perata
7. Jangka sorong
8. Sekop
(7) (8)
Gambar 2.10 Peralatan Percobaan Bobot Isi dan Rongga Udara Agregat Kasar
56
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
57
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Kondisi Padat :
Tabel 2.17 Data Percobaan Berat Isi Padat
Parameter Nilai
Berat container (gram) 8773,000
Berat container + agregat (gram) 14941,000
Berat agregat (gram) 6168,000
3
Volume container (cm ) 3909,293
2.4.3.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada percobaan bobot isi dan rongga udara
agregat kasar pada kondisi lepas adalah sebagai berikut.
C − B
Berat isi (kering) =
V
14073,000 − 8773,000
=
3909,293
= 1,356 gram
C-B A
Berat isi (SSD) = × 1 +
V 100%
58
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
= 1,443 gram
Berat isi (kering)
Kadar rongga udara = 1 − × 100%
SG
1,356
= 1 − × 100%
3,522
= 61,508%
Perhitungan yang dilakukan pada percobaan bobot isi dan rongga udara
agregat kasar pada kondisi padat adalah sebagai berikut.
C − B
Berat isi (kering) =
V
14941,000 − 8773,000
=
3909,293
= 1,578 gram
C − B A
Berat isi (SSD) = × 1 +
V 100%
1,578
= 1 − × 100%
3,522
= 55,204%
Keterangan:
A : Absorpsi agregat (%)
B : Berat container (gram)
C : Berat container berikut isinya (gram)
V : Volume container (gram)
SG : Berat jenis agregat (kering)
59
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.18 Hasil Perhitungan Percobaan Bobot Isi dan Rongga Udara Agregat
Kasar Kondisi Lepas
Parameter Nilai
Berat container (gram) 8773,000
Berat container + agregat (gram) 14073,000
Berat agregat (gram) 5300,000
3
Volume container (cm ) 3909,293
3
Berat isi agregat (kering) (gram/cm ) 1,356
3
Berat isi agregat (SSD) (gram/cm ) 1,443
Kadar rongga udara (%) 61,508
60
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.19 Hasil Perhitungan Percobaan Bobot Isi dan Rongga Udara Agregat
Kasar Kondisi Padat
Parameter Nilai
Berat container (gram) 8773,000
Berat container + agregat (gram) 14941,000
Berat agregat (gram) 6168,000
3
Volume container (cm ) 3909,293
3
Berat isi agregat (kering) (gram/cm ) 1,578
3
Berat isi agregat (SSD) (gram/cm ) 1,679
Kadar rongga udara (%) 55,204
61
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.3.7 Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil percobaan bobot isi dan rongga udara agregat
kasar dalam kondisi lepas diperoleh nilai berat isi agregat (kering) sebesar 1,356
gram/cm3, berat isi agregat (SSD) sebesar 1,443 gram/cm3, dan kadar rongga udara
sebesar 61,508%. Hasil percobaan bobot isi dan rongga udara agregat kasar dalam
kondisi pada diperoleh nilai berat isi agregat (kering) sebesar 1,578 gram/cm3, berat
isi agregat (SSD) sebesar 1,679 gram/cm3, dan kadar rongga udara sebesar
55,204%.
62
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
63
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar air agregat kasar adalah
sebagai berikut.
1. Cawan
2. Timbangan
3. Oven
4. Desikator
(1) (2)
(3) (4)
Gambar 2.11 Peralatan Percobaan Kadar Air Agregat Kasar
64
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
65
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.4.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada percobaan kadar air agregat kasar adalah
sebagai berikut.
Berat air =A–B
= 1500,000 – 1461,000
= 39,000
A–B
Kadar air = × 100%
B
1500,000 – 1461,000
= × 100%
1461,000
= 2,669%
Keterangan:
A : Berat contoh awal (gram)
B : Berat contoh kering (gram)
A – B : Berat air (gram)
66
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
67
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil percobaan kadar air agregat kasar yang telah
dilakukan, diperoleh nilai berat air sebesar 39,000 gram dan kadar air sebesar
2,669%. Standar spesifikasi kadar air yaitu 3% sampai dengan 5%. Berdasarkan
hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa pada percobaan kadar air agregat kasar
ini memenuhi spesifikasi kadar air.
68
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
69
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
agregatnya. Untuk menciptakan mutu beton yang baik, maka bahan penyusun beton
harus memenuhi syarat teknis (SNI S-04-1989-F).
2.4.5.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar lumpur dan lempung
agregat kasar adalah sebagai berikut.
1. Saringan No. 4, No. 16, dan No. 200
2. Timbangan
3. Oven
4. Cawan.
70
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
71
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.5.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada percobaan kadar lumpur dan lempung
agregat kasar adalah sebagai berikut.
A − B
Kadar lumpur dan lempung = × 100%
A
500,000 − 495,000
= × 100%
500,000
= 1,000%
Keterangan:
A : Berat contoh kering awal (gram)
B : Berat contoh kering setelah pencucian (gram)
72
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.23 Hasil Perhitungan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Kasar
Parameter Sampel Agregat Kasar
Berat agregat kering awal (gram) 500,000
Berat agregat kering setelah pencucian (gram) 495,000
Kadar lumpur dan lempung (%) 1,000
73
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.5.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan kadar lumpur dan lempung agregat kasar yang
telah dilakukan diperoleh nilai kadar lumpur dan kadar lempung yang terkandung
dalam agregat kasar sebesar 1,000%. Sesuai ketentuan kadar lumpur agregat
normal yang diijinkan untuk agregat halus maksimal 5,000%, dan untuk agregat
kasar maksimal 1,000%. Maka agregat tergolong agregat yang masih baik
digunakan tanpa dicuci terlebih dahulu.
74
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
75
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.6.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada abrasion test untuk menguji keausan
agregat adalah sebagai berikut.
1. Los Angeles abrasion machine
2. Bola baja
3. Oven
4. Talam
5. Saringan 1 ½", 1", ¾", ½", 3/8", ¼", No. 4, dan No. 12
6. Timbangan
7. Pan.
76
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
(7)
Gambar 2.13 Peralatan Percobaan Abrasi (Abrasion Test)
77
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
78
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
79
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.6.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada abrasion test untuk menguji keausan
agregat adalah sebagai berikut.
A-B
Keausan = × 100%
A
4801,200 - 2475,000
= × 100%
4801,2
= 48,450%
Keterangan:
A : Berat total benda uji semula (gram)
B : Berat benda uji yang tertahan saringan No. 12 (gram)
80
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
81
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.6.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh nilai keausan
48,450%, menurut ketentuan SK SNI 2417-1991 nilai keausan agregat yang baik
tidak lebih dari 40%. Dapat disimpulkan bahwa agregat tidak baik untuk digunakan
pada pekerjaan perkerasan. Karena agregat tergolong tidak dapat menahan gaya
gesek dan rentan hancur.
82
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
83
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.7.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada soundness test agregat kasar adalah
sebagai berikut.
1. Beaker glass
2. Timbangan dengan ketelitian minimal 0,1% dari berat benda uji.
3. Natrium sulfat/magnesium sulfat
4. Oven
5. Desikator
6. Termometer dengan ketelitian 0,1°C
7. Hydrometer
8. Wadah untuk agregat halus, kawat kasa berbentuk tabung yang bagian atasnya
terbuka yang mempunyai ukuran bukaan saringan No. 8
9. Saringan, dengan ukuran saringan sebagai berikut.
Tabel 2.28 Ukuran Saringan untuk Agregat Kasar
Ukuran Saringan
2 ½" (63,000 mm)
2" (50,000 mm)
1 ½" (37,500 mm)
1" (31,500 mm)
¾" (25,000 mm)
⅝" (16,000 mm)
½" (12,500 mm)
⅜" (9,500 mm)
5/16" (8,000 mm)
Benda Uji
Agregat kasar yang akan diuji harus tertahan saringan ukuran 4,75 mm (No. 4)
dengan berat masing-masing ukuran seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.29
sebagai berikut.
84
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.29 Ukuran Saringan dan Berat Contoh yang Diperlukan untuk Agregat
Kasar
Berat Contoh Uji
Ukuran Saringan
(gram)
Lolos 63,000 mm tertahan 37,500 mm (2 ½" ̶ 1 ½") 5000,000 ± 300,000
Terdiri dari:
Lolos 50,000 mm tertahan 37,500 mm (2" ̶ 1 ½") 2000,000 ± 200,000
Lolos 63,000 mm tertahan 50,000 mm (2 ½" ̶ 2") 3000,000 ± 300,000
Lolos 37,500 mm tertahan 19,000 mm (1 ½" ̶ ¾") 1500,000 ± 50,000
Terdiri dari:
Lolos 25,000 mm tertahan 37,500 mm (1" ̶ ¾") 500,000 ± 30,000
Lolos 37,500 mm tertahan 50,000 mm (1 ½" ̶ 1") 1000,000 ± 50,000
Lolos 19,00 mm tertahan 9,500 mm (¾" ̶ ⅜") 1000,000 ± 10,000
Terdiri dari:
Lolos 12,500 mm tertahan 19,000 mm (½" ̶ ⅜”) 330,000 ± 5,000
Lolos 19,000 mm tertahan 12,500 mm ( ¾" ̶ ½") 670,000 ± 10,000
Lolos 9,500 mm tertahan 4,750 mm (⅜" ̶ No. 4) 300,000 ± 5,000
85
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
86
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.7.5 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada soundness test agregat kasar adalah
sebagai berikut.
A − B
Persentase agregat yang lapuk = × 100%
A
Keterangan:
A : Berat agregat sebelum pengujian (gram)
B : Berat agregat sesudah pengujian (gram)
87
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.8.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan analisis bentuk agregat kasar
adalah sebagai berikut.
1. Jangka sorong
2. Cawan
88
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
3. Timbangan
4. Oven.
(1) (2)
(3) (4)
Gambar 2.14 Peralatan Percobaan Analisis Bentuk Agregat Kasar
89
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
90
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
91
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
92
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.8.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada percobaan analisis bentuk agregat kasar
adalah sebagai berikut.
B+C
Persentase agregat panjang dan pipih = × 100%
A
0,000 + 18,400
= × 100%
790,100
= 2,329%
Keterangan:
A : Berat total agregat yang telah dikeringkan (gram)
B : Berat agregat untuk P > 3L (Panjang) (gram)
C : Berat agregat untuk L > 3T (Pipih) (gram)
93
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
94
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
95
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
96
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
97
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.8.7 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan analisis bentuk agregat kasar yang telah dilakukan
didapatkan kesimpulan bahwa berat agregat total sebesar 790,100 gram, berat
agregat yang termasuk panjang sebesar 0,000 gram, berat agregat yang termasuk
pipih sebesar 8,400 gram, dan persentase butiran agregat panjang dan pipih adalah
2,329%.
98
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
99
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.9.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada flakiness and elongation index test adalah
sebagai berikut.
1. Flakiness gauge
2. Elongation gauge
100
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.9.5 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada flakiness and elongation index test
adalah sebagai berikut. Elongation Gauge
(x1 + x2 + x3 +...)
Flakiness Index = × 100
(X1 + X2 + X3 +...)
%Flakiness Index =
(Total berat agregat Berat agregat yang tertahan pada Flakiness Gauge)
× 100
Berat agregat yang lolos pada Flakiness Gauge
(y1 + y2 + y3 +...)
Elongation Index = × 100
(Y1 + Y2 + Y3 +...)
% Elongation Index =
(Total berat agregat Berat agregat yang tertahan pada Elongation Gauge)
× 100
Berat agregat yang lolos pada Elongation Gauge
Limits :
• Flakiness index for Bituminous and Non Bituminous mixes = max 15%
• Elongation index for Bituminous and Non Bituminous mixes = max 15%
• Combined flakiness and elongation index for bituminous and non bituminous
mixes = max 30%
• Flakiness index for concrete mixes = max 35%
101
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
103
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan analisis saringan agregat halus
adalah sebagai berikut.
1. Sieve Shaker
2. Saringan No. 4, No. 8, No. 16, No. 30 No. 50, No. 100, dan No 200
3. Pan dan cover
4. Timbangan
5. Oven
(4) (5)
104
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
105
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.1.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan dalam percobaan analisis saringan agregat
halus pada saringan No. 8 adalah sebagai berikut.
Berat Tertahan = Berat saringan + tertahan – berat saringan
= 440,000 – 404,000
= 36,000 gram
Jumlah Berat Tertahan = Berat tertahan di saringan sebelum saringan
No. 4 + berat tertahan pada saringan No. 8
= 1,000 + 36,000
= 37,000 gram
Persentase kumulatif:
jumlah berat tertahan
Tertahan = × 100%
berat contoh kering
37,000
= × 100%
1058,000
= 3,497%
Lolos = 100% – Tertahan
= 100% – 3,497%
106
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
= 96,503%
jumlah persentase kumulatif tertahan tanpa pan
Modulus kehalusan =
100
241,493
=
100
= 2,415
107
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Berat Persentase
Berat Jumlah
Saringan Berat Kumulatif
Nomor Saringan Berat
+ Tertahan
saringan Tertahan Tertahan Lolos
Tertahan
No. 4
363,000 364,000 1,000 1,000 1,000 99,000
(4,750 mm)
No. 8
404,000 440 ,000 36,000 37,000 3,497 96,503
(2,360 mm)
No. 16
256,000 363,000 107,000 144,000 13,611 86,389
(1,180 mm)
No. 30
401,000 762,000 361,000 505,000 47,732 53,268
(0,600 mm)
No. 50
397,000 743,000 346,000 851,000 80,435 19,565
(0,300 mm)
No. 100
322,000 488,000 166,000 1017,000 96,125 3,875
(0,150 mm)
108
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
109
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
120,000
Persentase Kumulatif Lolos Saringan
100,000
80,000
60,000
(%)
40,000
20,000
0,000
0,100 1,000 10,000
Ukuran Butiran Saringan (mm)
110
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.1.7 Kesimpulan
Data hasil percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada
percobaan analisis saringan agregat halus, maka diperoleh persentase agregat halus
yang lolos pada saringan No. 4 sebesar 99,000%, saringan No. 8 sebesar
96,503%,saringan No. 16 sebesar 86,380%, saringan No. 30 sebesar 53,260%,
saringan No. 50 sebesar 19,560%, dan saringan No. 100 sebesar 3,870%. Agregat
halus berada pada grading zone II. Modulus kehalusan yang diperoleh dari
percobaan analisis saringan agregat halus adalah 2,415 Modulus kehalusan yang
direkomendasikan SK SNI S-04-1989-F adalah 1,500% sampai 3,800%.
Berdasarkan persyaratan tersebut maka modulus kehalusannya memenuhi syarat.
111
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
112
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan berat jenis dan penyerapan
agregat halus adalah sebagai berikut.
1. Timbangan
2. Labu ukur 500 ml
3. Kerucut kuningan (cone)
4. Penumbuk (tamper)
5. Talam
6. Sendok Pengaduk
7. Oven
8. Saringan No. 4
9. Hot plate
113
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
114
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
115
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.2.6 Perhitungan
Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat halus pada sampel I
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
A
Bulk Spesific Gravity =
B + 100,000 − C
99,000
=
670,500 + 100,000 − 731,450
= 2,535
100,000
Bulk Specific Gravity ( SSD) =
B + 100,000 − C
100, 000
=
670,500 + 100, 000 − 731,450
= 2,560
A
Apparent Spesifik Gravity =
B+ A−C
99,000
=
670,500 + 99,000 − 731,450
= 2,571
116
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
100,000 − A
Absorption / Penyerapan = 100%
A
100,000 − 99,000
= 100%
99,000
= 1,010
Keterangan:
A : Berat contoh kering (setelah di oven) (gram)
B : Berat labu + air (gram)
C : Berat labu + air + sampel agregat (gram)
117
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.42 Hasil Perhitungan Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat
Halus
Nilai
Parameter Rata -Rata
I II
Berat contoh jenuh kering permukaan (gram) 100,000 100,000 100,000
Berat contoh kering (gram) 99,000 97,630 98,315
Berat labu + air (gram) 670,500 669,000 669,750
Berat labu + sampel SSD + air (gram) 731,450 730,000 730,725
Bulk spesific gravity 2,535 2,503 2,519
Bulk spesific gravity (SSD) 2,561 2,564 2,562
Apparent spesific grafity 2,602 2,665 2,634
Absorption / Penyerapan (%) 1,010 2,428 1,719
118
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan menunjukkan nilai bulk
specific gravity sebesar 2,535, bulk specific gravity (SSD) sebesar 2,560, nilai
apparent specific gravity sebesar 2,571 dan nilai absorption (penyerapan) sebesar
1,010.
119
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
120
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
container tanpa adanya pemadatan, maka metode ini dinamakan metode shovellin
(Rizaldy, 2012).
2.5.3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan bobot isi dan rongga udara
agregat halus adalah sebagai berikut.
1. Oven
2. Timbangan
3. Batang pemadat Ø16 mm
4. Container (Mold 6")
5. Meja getar
6. Mistar perata
7. Jangka sorong
8. Sekop
121
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
(7) (8)
Gambar 2.18 Peralatan Percobaan Bobot Isi dan Rongga Udara Agregat Halus
123
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.44 Data Percobaan Bobot Isi dan Rongga Udara Agregat Halus Kondisi
Padat
Parameter Nilai
Berat container (gram) 8773,000
Berat container + agregat (gram) 15795,000
Berat agregat (gram) 7022,000
Volume container 3909,293
2.5.3.6 Perhitungan
Perhitungan bobot isi agregat halus pada kondisi lepas dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
C−B
Berat isi (kering) =
V
14870,000 − 8773,000
=
3909, 293
= 1,560 gram
C−B A
Berat isi (SSD) = X1 +
V 100%
14870, 000 − 8773, 000 1, 010
= 1 +
3909, 293 100%
= 1,575 gram
124
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Perhitungan bobot isi agregat halus pada kondisi padat dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
C−B
Berat isi (kering) =
V
15795,000 - 8773,000
=
3909, 293
= 1,796 gram
C−B A
Berat isi (SSD) = 1 +
V 100%
15795,000 - 8773,000 1, 010
= 1 −
3909, 293 100%
= 1,814 gram
Berat isi (kering)
Kadar rongga udara = 1 − 100%
SG
1,796
= 1 − 2,535 100%
= 29,149 gram
Keterangan:
A : Absorpsi agregat (%)
B : Berat container (gram)
C : Berat container + isi (gram)
V : Volume container (cm3)
SG : Berat jenis agregat (kering)
125
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.45 Hasil Perhitungan Percobaan Bobot Isi dan Rongga Udara Agregat
Halus Kondisi Lepas
Parameter Nilai
Berat container (gram) 8773,000
Berat container + agregat (gram) 14870,000
Berat agregat (gram) 6097,000
Volume container 3909,293
Berat isi agregat (kering) 1,560
Berat isi agregat (SSD) 1,575
Kadar rongga udara (%) 38,461
126
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.46 Hasil Perhitungan Percobaan Bobot Isi dan Rongga Udara Agregat
Halus Kondisi Padat
Parameter Nilai
Berat container (gram) 8773,000
Berat container + agregat (gram) 15795,000
Berat agregat (gram) 7022,000
Volume container 3909,293
Berat isi agregat (kering) 1,796
Berat isi agregat (SSD) 1,814
Kadar rongga udara (%) 29,149
127
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.3.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan yang telah di lakukan
diperoleh berat isi agregat halus yang paling besar yaitu berat agregat dengan
kondisi padat. Berat isi agregat halus yang didapat sebesar 7022 gram. Dengan berat
isi (SSD) agregat halus yang didapat sebesar 1,815 gram Sedangkan berat isi
agregat halus dengan kondisi lepas yang didapat sebesar 6097 gram . Dengan berat
isi (SSD) yang didapat sebesar 1,575 gram Percobaan di atas juga menunjukkan
bahwa dengan kondisi padat membuat kadar rongga udara menjadi lebih kecil.
Kadar rongga udara agregat halus dengan kondisi padat yang didapat sebesar
29,149%. Sedangkan nilai kadar rongga udara agregat halus dalam kondisi lepas
yang didapat sebesar 38,461%.
128
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
129
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan kadar air agregat halus adalah
sebagai berikut.
1. Cawan
2. Timbangan
3. Oven
4. Desikator
(1) (2)
(3) (4)
130
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
131
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.4.6 Perhitungan
Perhitungan kadar air agregat halus dilakukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.
Berat air = A−B
= 1500,000 – 1488,000
= 12,000
A – B
Kadar air = ×100%
B
1500,000 – 1488,000
= ×100%
1488,000
= 0,806%
Keterangan:
A : Berat isi air (gram)
B : Berat contoh kering (gram)
A–B : Berat air (gram)
132
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
133
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa dari agregat halus terdapat berat air sebesar 12,000 gram dan
kadar air sebesar 0,806%.
134
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.5.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan kadar lumpur dan lempug
agregat halus adalah sebagai berikut.
1. Saringan No. 16 dan No. 200
2. Timbangan
3. Oven
135
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
4. Cawan
(1) (2)
(3) (4)
Gambar 2.20 Peralatan Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus
136
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.5.6 Perhitungan
Perhitungan pada kadar lumpur dan lempung dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
A−B
Kadar lumpur dan lempung = 100%
B
508,000 − 496,000
= 100%
496, 000
= 2,362%
Keterangan:
A : Berat agregat kering (gram)
B : Berat agregat kering (gram)
137
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.50 Hasil Perhitungan Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat
Halus
Sampel Agregat
Parameter
Halus
138
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.5.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan bahwa
dalam agregat halus diperoleh kadar lumpur sebesar 2,362%. Berdasarkan
percobaan, kandungan lumpur dan lempung pada agregat halus < 5,000%, maka
agregat halus telah memenuhi syarat campuran beton.
139
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
140
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.6.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan kadar bahan organik agregat
halus adalah sebagai berikut.
1. Botol organik
2. Larutan NaOH 3%
3. Standar warna
4. Gelas ukur
(1) (2)
(3) (4)
Gambar 2.21 Peralatan Percobaan Kadar Bahan Organik Agregat Halus.
141
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
142
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
143
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.6.6 Kesimpulan
Berdsasarkan hasil percobaan dan perhitungan yang telah di lakukan dapat
di simpulkan bahwa, agregat halus yang telah diuji dalam praktikum ini memiliki
kadar zat organik yang rendah. Ditandai dengan alat uji organik plate yang
menunjukan angka 2. Karena larutan NaOH yang telah dicampurkan agregat halus
yang diuji dan didiamkan selama 24 jam hanya sedikit berubah warna menjadi
kekuning-kuningan. Dapat disimpulkan bahwa agregat halus dapat digunakan
sebagai bahan campuran beton tanpa perlu dilakukan pencucian terlebih dahulu.
144
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
145
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.7.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam proses percobaan soundness test adalah
sebagai berikut.
1. Beaker glass
2. Timbangan dengan ketelitian minimal 0,1% dari berat benda uji
3. Natrium sulfat/ magnesium sulfat
4. Oven
5. Desikator
6. Thermometer dengan ketelitian 0,1 °C
7. Hidrometer
8. Wadah untuk agregat halus, kawat kasa berbentuk tabung yang bagian atasnya
terbuka yang mempunyai ukuran bukaan saringan No. 60
9. Saringan, dengan ukuran saringan sebagai berikut.
Tabel 2.52 Ukuran Saringan untuk Agregat Halus
Ukuran Saringan
No. 4 (4,750 mm)
No. 5 (4,000 mm)
No. 8 (2,400 mm)
No. 16 (1,200 mm)
No. 30 (0,600 mm)
No. 50 (0,300 mm)
No. 100 (0,150 mm)
BENDA UJI
Agregat halus yang akan diuji harus lolos saringan ukuran 9,500 mm
(3/8”) dengan berat tidak kurang 100,000 gram untuk masing-masing ukuran,
seperti yang di tunjukan pada Tabel 2.50
146
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
147
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
148
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.7.5 Perhitungan
Perhitungan pada soundness test agregat halus dilakukan menggunakan
rumus sebagai berikut.
A−B
Persentase agregat yang lapuk = 100%
B
Keteranggan:
A : Berat agregat sebelum pengujian
B : Berat agregat sesudah pengujian
149
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
150
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.8.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam proses bulking factor test adalah sebagai
berikut.
1. Gelas Ukur.
(1)
Gambar 2.23 Peralatan Bulking Factor Test
151
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.8.6 Perhitungan
Perhitungan pada bulking factor test dilakukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.
A−B
Bulking factor = 100%
B
300,000 − 280,000
= 100%
280,000
= 7,143%
Keterangan:
A : Volume semula (ml)
B : Volume dalam keadaan jenuh air (ml)
152
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
153
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.8.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan diketahui bahwa bulking
factor-nya mengalami penurunan volume persentase jika sebelumnya volume
semula dan volume dalam keadaan jenih air, setelah dilakukan perhitungan volume
tersebut menjadi 7,143%.
154
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
155
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.9.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam sand equivalent test adalah sebagai
berikut.
1. Tabung Sand Equivalent (SE)
2. Beban equivalent
3. Larutan standar (stock solution)
4. Gelas Erlenmeyer
5. Statif
6. Cawan
7. Tin box
8. Saringan No. 4
9. Sumbat karet
10. Stopwatch
156
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.9.5 Perhitungan
Perhitungan sand equivalent dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
skala pembacaan pasir
Nilai SE = ×100,000%
skala pembacaan lumpur
157
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma