PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Semakin berkembangnya dunia ketekniksipilan, menuntut mahasiswa teknik
sipil untuk terus bersaing sehingga menghasilkan karya yang kreatif dan inovatif.
Hal ini mendorong mahasiswa untuk mendalami bidang teknik sipil. Bukan hanya
teori, tetapi juga praktek dan penerapan dari ilmu tersebut. Kegiatan praktikum pun
menjadi tempat bagi mahasiswa untuk mampu menerapkan teori yang telah
diberikan di dalam kuliah (tatap muka).
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktikum Teknologi Beton adalah :
1. Sebagai penerapan teori yang telah diberikan dalam kuliah tatap muka
oleh dosen pengajar.
Ruang Lingkup
Pelaksanaan Praktikum Teknologi Beton ini meliputi berbagai jenis kegiatan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan Berat
Pemeriksaan
Agregat Dan
Lumpur Dalam
Agregat
Agregat
Penyerapan Air
dalam agregat
(Sieve Analysis)
Agregat
2
akanBerat
dibuat
memiliki Kandungan
kuat tekan yang disyaratkan
300 kg/cm
slump
60Isi/Satuan
Kadar Air
Jenis dan dan nilaiGradasi
Butiran
180 mm.
Semen
1.4
Penyiapan begesting
(cetakan beton)
Pembuatan beton
Pengujian Slump
Selesai
1.5
Persiapan Praktikum
Praktikum Teknologi Beton ini dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2014
BAB II
PEMERIKSAAN BAHAN
Pada bab ini akan dibahas pemeriksaan kadar air, pemeriksaan kandungan
lumpur, pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat, pemeriksaan berat satuan
volume dan pemeriksaan gradasi pasir dan kerikil. Pada bab ini akan membahas
tentang alat dan bahan yang digunakan serta cara kerjanya. Data-data yang didapat
dalam bab ini, dapat digunakan untuk perencanaan campuran beton (mix design).
2.1
Uraian
Berat pasir semula + cawan ( V1 )
Berat pasir oven + cawan ( V2 )
V1 V 2
Persentase =
X 100%
V2
Keterangan
559,19 gr
529,2 gr
5,6 %
Uraian
Berat kerikil semula + cawan ( V1 )
Berat kerikil oven + cawan ( V2 )
V1 V 2
Persentase =
X 100%
V2
Keterangan
551,5 gr
547,2 gr
0,78 %
Kesimpulan :
Dari pemeriksaan kadar air yang dilakukan pada pasir maupun kerikil,
didapat bahwa kadar air pada pasir adalah 5,6% dan pada kerikil adalah
0,78%.
2.2
Uraian
Tinggi Pasir + Lumpur ( H1 )
Tinggi Pasir ( H2 )
( H 1 H 2)
100%
Persentase =
( H 1)
Keterangan
15,3 cm
14,6 cm
4,5 %
Uraian
Keterangan
1.
2.
3.
348,9 gr
347,2 gr
0,487 %
Kesimpulan :
Dari hasil pemeriksaan kandungan lumpur agregat halus didapatkan bahwa
kandungan lumpur pasir adalah sebesar 4,5 %. Hal tersebut menyatakan
bahwa kandungan lumpur rendah, jadi, pasir tersebut layak digunakan untuk
bahan campuran beton. Sedangkan untuk kandungan lumpur agregat kasar
didapatkan bahwa kandungan lumpur kerikil adalah 0,487 %.
2.3
Uraian
Berat contoh pasir SSD
Berat contoh pasir kering oven
Berat piknometer + air (25C)
Berat piknometer + pasir SSD + air (25C)
B
Berat jenis Bulk =
C 500 D
500
Berat jenis SSD =
C 500 D
B
Berat jenis semu =
CBD
500 B
Absorpsi =
100%
B
Berat Jenis SSD Rata-rata
Keterangan
500 gr
464 gr
706,4 gr
1007,1 gr
2,32 gr/cm
2,50 gr/cm
2,84 gr/cm
7,75 %
2,50 gr/cm3
Kesimpulan :
Berat jenis pasir SSD (Saturated Surface Dry) rata-rata yang diperoleh
adalah 2,50 gr/cm3 dengan penyerapan air sebesar 7,75%. Agregat ini
termasuk ke dalam agregat ringan yang memiliki batasan berat jenis kurang
dari 2,5 gr/cm3.
2.3.2. Agregat Kasar (Kerikil)
1. Hasil Percobaan
Tanggal
: 31 Oktober 2014
Alat yang digunakan
:
1. Timbangan
2. Talam
3. Keranjang
Bahan
:
1. Kerikil SSD
2. Air
Cara kerja :
1. Siapkan kerikil kering oven 5 kg, kemudian
masukkan kedalam air, hitung beratnya didalam
air.
2. Kerikil tadi kemudian dilap sehingga lembab
permukaanya (SSD) hitung beratnya.
3. Setelah itu kita bisa mendapatkan berat jenis
Bulk, berat jenis semu, dan absorpsi
Tabel 2.6 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Uraian
Berat benda uji kering oven (BK)
Berat benda uji SSD (BJ)
Berat benda uji dalam air (BA)
BK
Berat jenis Bulk =
BJ BA
BJ
Berat jenis SSD =
BJ BA
BK
Berat jenis Semu =
BK BA
BJ BK
Absorpsi =
100%
BK
Berat Jenis SSD rata-rata
Keterangan
5000 gr
5094 gr
2910 gr
2,28 gr/cm3
2,33 gr/cm3
2,39 gr/cm3
1,84 %
2,33 gr/cm3
Kesimpulan :
Berat jenis kerikil SSD (Saturated Surface Dry) rata-rata yang diperoleh
adalah 2,33 gr/cm3 dengan penyerapan air dalam kerikil sebesar 1,84 %.
Berat jenis agregat ini mendekati berat jenis agregat ringan yang memiliki
batasan kurang dari 2,5 gr/cm3.
2.4
agregat halus dilakukan pada kondisi berat isi asli dan berat isi SSD.
Berat isi ini dibedakan menjadi 2 yaitu, berat isi gembur dan berat isi
padat.
2.4.2 Hasil Percobaan
Tanggal : 31 Oktober 2014
Alat yang digunakan :
1. Timbangan
2. Tongkat untuk merojok
3. Kontainer
Bahan :
1. Pasir
2. Semen Tiga Roda
3. Kerikil
Cara kerja :
1. Hitung berat kontainer dan berat sample.
2. Kontainer diisi air kemudian ditimbang, didapat volume air.
3. Masing-masing container diisi kerikil, semen, pasir dan
dihitung beratnya (tanpa ditusuk-tusuk dengan tongkat), cara
ini disebut Sovling.
4. Cara Rodding, cara ini hampir sama dengan diatas, hanya
ditambah dengan penusukan pada sample dan dihitung
beratnya masing-masing (tiap sample ditusuk 25 kali pada
setiap bagian).
5. Setelah itu kita bisa dapatkan berat isi sample dan isi rata-rata
pada dua cara tersebut. Hasil yang didapat dengan cara
Rodding lebih besar dari pada dengan cara Sovling. Hal ini
dikarenakan adanya penusukan dengan cara Rodding sehingga
menjadi lebih padat.
Tabel 2.7 Pemeriksaan Berat Isi Agregat Halus, Agregat Kasar, dan Semen
No.
Semen
Pasir
Kerikil
A.
5895
6995
6900
B.
2895
2895
2895
C.
3000
4100
4005
D.
2933
2933
2933
E.
1,02
Semen
1,39
Pasir
1,36
Kerikil
No.
A.
6435
7480
7215
B.
2895
2895
2895
11
C.
3540
4585
4320
D.
2933
2933
2933
E.
1,20
1,56
1,47
F.
1,11
1,475
1,415
Kesimpulan :
1.
Dengan cara Sovling didapat berat isi semen = 1,02 gr/cm3, pasir =
1,39 gr/cm3, kerikil 1,36 gr/cm3
Dengan cara Rodding didapat berat isi semen = 1,20 gr/cm3, pasir =
2.
3.
2.
3.
Mempengaruhi
keseragaman/homogenitas
adukan
sehingga
akan
5.
12
4,75
2,36
1,18
0,60
0,30
0,15
0
Jumlah
85
79
101
148
209
195
183
1000
Jumlah Pasir
(%)
Jumlah Sisa
Ayakan Rata-rata
(%)
8,5
8,5
7,9
16,4
10,1
26,5
14,8
41,3
20,9
62,2
19,5
81,7
18,3
100
236,6
Modulus halus butir (Fm) = 236,6 / 100
= 2,366
Jumlah Yang
Melalui Ayakan
(%)
91,5
83,6
73,5
58,7
37,8
18,3
-
Zone 1
Zone 4
100
100
100
100
4,80
90 100
90 100
90 100
95 100
2,40
60 95
75 100
85 100
95 100
1,20
30 70
55 100
75 100
90 100
13
0,60
15 34
35 59
60 79
80 100
0,30
5 20
8 30
12 40
15 50
0,15
0 10
0 10
0 10
0 15
Jumlah Yang
Melalui Ayakan
(%)
100
76,9
66,9
25,8
3,2
-
14
Tabel 2.11
Kesimpulan:
Dari hasil pemeriksaan gradasi agregat kasar / kerikil diperoleh hasil bahwa
kerikil yang akan digunakan dalam praktikum teknologi beton ini memiliki
diameter maksimum 40 mm, dengan modulus kehalusan kerikil 2,272 %.
BAB III
15
: 31 Oktober 2014
Tempat
Tujuan
3.1
hasil pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya kuat tekan yang kurang dari itu
terbatas sampai 5% saja. Yang diartikan dengan kuat tekan beton senantiasa adalah
kuat tekan yang diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus yang bersisi 15 (+0,06)
cm pada umur 28 hari.
Sedangkan fc adalah kuat tekan beton yang disyaratkan (dalam Mpa),
didapat berdasarkan pada hasil pengujian benda uji silinder berdiameter 15 cm dan
tinggi 30 cm. fcr adalah kekuatan tekan beton rata-rata yang dibutuhkan, sebagai
dasar pemilihan perancangan campuran beton (MPa). Penentuan nilai fc boleh juga
didasarkan pada hasil pengujian pada nilai fck yang didapat dari hasil uji tekan
benda uji kubus bersisi 150 mm. Dalam hal ini fc didapat dari perhitungan
konversi berikut ini.
fc = (0,76 + 0,2 log (fck/15))fck
16
dimana :
fc
fck
Atau perbandingan kedua benda uji ini, untuk kebutuhan praktis bisa diambil
berkisar 0,83.
Tabel 3.1 Perbandingan Kekuatan Tekan Beton Pada Berbagai Benda Uji
Sebagai contoh beton yang memiliki kuat tekan karakteristik sebesar 300
kg/cm2 (benda uji kubus), bila dikonversi ke benda uji silinder maka kuat tekan
karakteristiknya menjadi 300x0,83 = 249 kg/cm2 (benda uji silinder). Karena 1 MPa
= 10 kg/cm2 maka kuat tekan beton karakteristik 300/10 = 30 MPa (benda uji
kubus) setara dengan kuat tekan karakteristik 249/10 = 24,9 MPa (benda uji
silinder).
Beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan suatu kuat
tekan rata-rata yang disyaratkan. Pada tahap pelaksanaan konstruksi, beton yang
telah dirancang campurannya harus diproduksi sedemikian rupa sehingga
memperkecil frekuensi terjadinya beton dengan kuat tekan yang lebih rendah dari
fc seperti yang telah disyaratkan.
3.2
17
3.3
Tabel 3.2 Perkiraan Kekuatan Tekan (Mpa) Beton dengan Faktor Air Semen 0,5
dan Agregat Kasar yang Biasa Dipakai di Indonesia
JENIS SEMEN
Semen Portland
Tipe I atau
Semen Tahan
Sulfat tipe II, IV
Semen Portland
tipe III
JENIS AGREGAT
KASAR
20
23
28
32
40
45
48
54
Kubus
21
25
28
33
38
44
44
48
Silinder
25
30
31
40
46
53
53
60
Kubus
BENTUK BENDA
UJI
Silinder
18
Gambar 3.1 Grafik Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen
(Benda Uji Berbentuk Kubus 150 x 150 x 150 mm)
Dari grafik diperoleh faktor air semen hitung sebesar 0,52 sehingga
untuk perhitungan selanjutnya digunakan faktor air semen 0,52.
8. Nilai slump ditentukan = 60-180 mm.
9. Berdasarkan hasil pemeriksaan gradasi kerikil diperoleh ukuran agregat
maksimum 40 mm. Pada tabel 3.3 terdapat ukuran 10, 20, dan 40 mm,
maka ukuran agregat maksimum yang dipilih adalah 40 mm.
Selain itu berdasarkan gambar 3.2, menunjukkan bahwa agregat
maksimum yang paling sesuai adalah 40 mm.
19
45
42
0,52
20
21
maksimum (0,6) > nilai fas hitung (0,52), maka nilai fas yang dipakai
adalah nilai fas maksimum (0,52).
Kadar semen = kadar air bebas : faktor air semen hitung
= 185 : 0,52
= 355 kg/m3
12. Kadar semen minimum
Untuk menentukan kadar semen minimum, lihat tabel 3.4. Untuk
ukuran butir agregat maksimum 40 mm dengan faktor air semen
maksimum 0,6, diperoleh kadar semen minimum sebesar 325 Kg/m3.
Tabel 3.4 Ketentuan Minimum Untuk Beton Bertulang Kedap Air
Persyaratan jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum
untuk berbagai macam pembetonan dalam lingkungan khusus
JUMLAH SEMEN
MINIMUM PER m3
BETON (kg)
NILAI FAKTOR
AIR SEMEN
MAKSIMUM
275
0,60
325
0,52
325
0,60
275
0,60
325
0,55
22
b. Air laut
Sumber : SNI 03-2834-2000
= (33 + 41) : 2
= 37%
% agregat kasar
= 100% - 37%
= 63%
41
33
7
Sumber :SNI 03-2834-2000
Gambar 3.3 Grafik Persen Pasir terhadap Kadar Total Agregat yang Dianjurkan
Untuk Ukuran Butir Maksimum 40 mm
0,52
15. Berat jenis agregat gabungan
BJ gabungan = (% agregat halus . BJ agregat halus) + (% agregat kasar .
BJ agregat kasar )
= (37% x 2,50) + (63% x 2,33)
= 0,93 + 1,47
= 2,4 gram/cm3 = 2400 kg/m3
16. Berat jenis beton
Berat jenis beton diperoleh dari gambar 3.4. Tarik garis vertikal ke atas
dari kadar air gabungan 185 kg/m3 sampai memotong garis BJ
gabungan 2,40. Dari titik potong tersebut, tarik garis horizontal ke kiri,
sehingga diperoleh berat jenis beton sebesar 2230 kg/m3.
23
2230
Sumber :SNI 03
= 1690 625
= 1065 Kg/m3
Tabel 3.5 Perencanaan Campuran Beton
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Uraian
Kuat tekan beton yang direncanakan pada umur 28
hari dengan bagian tak memenuhi syarat 5%
Batas margin
Kuat rata-rata yang ditargetkan
Jenis semen
Jenis agregat halus
Jenis agregat kasar
Keterangan
30 MPa
12 MPa
42 MPa
Tiga Roda tipe I
Alami
Batu pecah
24
7.
0,52
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
0,60
60 mm 180 mm
40 mm
185 kg/m3
355 kg/m3
325 kg/m3
Zona 2
37 %
2400 kg/m3
2230 kg/m3
1690 kg/m3
625 kg/m3
1065 kg/m3
Semen
1,11
-
Pasir
1,475
2,50
5,6
7,75
Kerikil
1,415
2,33
0,78
1,84
Catatan:
Pasir memiliki kadar air 5,6% ; untuk mencapai keadaan SSD, pasir harus
Kondisi SSD :
Campuran Berat
Air (kg)
Semen (kg)
Pasir (kg)
185
355
625
Per m beton
Perbandingan Berat
Kerikil
(kg)
1065
1: 1,76 : 3
= 5,6 %
Penyerapan Pasir
= 7,75 %
- 2,15%
25
=0,78 %
Penyerapan Kerikil
= 1,84 %
o Air
- 1,06 %
o Semen
= 355 kg
o Pasir
o Kerikil
Campuran Berat
Air (kg)
Semen (kg)
Pasir (kg)
210
355
612
Per m beton
Perbandingan Berat
Semen : Pasir : Kerikil
Kerikil
(kg)
1053
1: 1,72 : 2,96
26
BAB IV
PEMBUATAN CAMPURAN BETON
Pada bab ini akan dibahas pelaksanaan pencampuran beton dan pencetakan
campuran beton pada cetakan kubus dan balok. Terlebih dahulu dihitung proporsi
antara air, semen dan agregat pada setiap campuran.
4.1
buah) dan balok (1 buah). Kubus ini berukuran (15x15x15) cm3, sedangkan balok
mempunyai ukuran lebar (l) 15 cm, panjang (p) 60 cm dan tinggi (t) 15 cm.
Berikut ini adalah perhitungan proporsi campuran untuk kubus dan balok.
Volume untuk 10 kubus
VI = [10 x (15 x 15 x15)]
= 33.750 cm3
= 0,03375 m3
untuk menghindari kekurangan bahan dalam pencampuran, maka volume
total benda uji di tambah 20 % dari volume awal sehingga volume total
benda uji untuk 10 kubus adalah :
27
= 40.500 cm3
= 0,0405 m3
Volume untuk 1 balok
VI = (15 x 15 x 60)
= 13.500 cm3
= 0,0135 m3
untuk menghindari kekurangan bahan dalam pencampuran, maka volume
total benda uji di tambah 20 % dari volume awal sehingga volume total
benda uji untuk 1 balok adalah :
= 0,0567 m3 x 185 kg
= 10 kg
Semen
= 0,0567 m3 x 355 kg
= 20 kg
Pasir
= 0,0567 m3 x 625 kg
= 35 kg
Kerikil
= 0,0567 m3 x 1065 kg
= 60 kg
Proporsi pengadukan campuran untuk benda uji 10 kubus + 1 balok beton (kondisi
lapangan) :
Air
= 0,0567 m3 x 210 kg
= 12 kg
Semen
= 0,0567 m3 x 355 kg
= 20 kg
Pasir
= 0,0567 m3 x 612 kg
= 35 kg
28
Kerikil
= 0,0567 m3 x 1053 kg
= 60 kg
4.2
Tanggal
Jam
Tempat
a.
1. Timbangan
2. Ember
3. Molen (mesin pencampur bahan beton)
4. Sekop
b. Bahan :
1. Pasir
2. Kerikil
3. Semen
4. Air
c. Proses pembuatan beton :
1. Bahan disiapkan kemudian ditimbang (pasir, kerikil, dan semen) sesuai
dengan kebutuhan pada masing-masing proporsi campuran.
2. Cetakan disiapkan kemudian dilumasi oli agar beton tidak melekat pada
cetakan.
3. Masukkan pasir, kerikil, dan semen pada molen. Biarkan tercampur rata.
4. Setelah pasir,kerikil dan semen tercampur rata, masukkan air sedikit
demi sedikit (agar beton tidak encer). Campur/aduk hingga menjadi
adonan yang plastis.
5. Setelah adonan cukup plastis lalu dikontrol nilai slumpnya dengan
kerucut terpancung.
6. Setelah didapat nilai slump memenuhi kriteria yang disyaratkan (60180mm), adonan dimasukkan kedalam cetakan beton. Pengecoran
dilakukan secara bertahap (sepertiga bagian setiap tahap). Setiap bagiam
dirojok sebanyak 25 kali. Perojokan bertujuan agar seluruh cetakan terisi
penuh.
7. Tempatkan beton dalam suhu ruangan selama 28 hari terhitung mulai
dari cetakan dibuka.
8. Selama 28 hari masa pemeliharaan, beton harus dalam keadaan lembap
agar tidak mengalami keretakan. Siram atau basahi permukaan beton
dua hari sekali.
9. Setelah berumur 28 hari, dilakukan pengujian kuat tekan pada beton
silinder dan pengujian kuat lentur pada beton balok.
29
4.3
Tanggal
Jam
Tempat
Kerucut abram
Tongkat
pemampat
Alas
secara kuat berdiri pada kedua kaki selama pengisian corong dilakukan.
Corong cetakan diisi dalam 3 (tiga) lapisan masing-masing sekitar 1/3
volume corong. Setiap lapis beton cair dirojok dengan batang baja
diameter 16 mm, panjang 60 cm dan ujungnya dibulatkan sebanyak 25
kali. Perojokan/pemukulan harus merata selebar permukaan lapisan dan
3.
30
4.
5.
Gambar
4.2.
Penjelasan:
Kekentalan suatu campuran sangat mempengaruhi besar kecilnya
nilai slump. Semakin kental suatu campuran, nilai slumpnya akan semakin
kecil. Sebaliknya, semakin encer suatu campuran nilai slump akan semakin
tinggi.
Dalam percobaan kali ini sudah didapat nilai slump sebesar 6 cm
yang sesuai dengan yang disyaratkan sehingga tidak perlu dilakukan
penambahan ataupun pengurangan air.
4.4
Pencetakan Beton
Setelah test uji slump, campuran uji beton tersebut dicetak pada
31
Perawatan Beton
Beton yang sudah padat setelah didiamkan selama 24 jam
menutupi/menyelimuti
seluruh
permukaan
beton
dengan
BAB V
PENGUJIAN KEKUATAN BETON
32
Pada bab ini akan dibahas pengujian kekuatan beton. Selain itu akan dibahas
juga perhitungan kuat tekan beton, perhitungan berat jenis beton, perhitungan
standar deviasi, kuat tekan kubus, dan pengujian kuat lentur beton.
5.1
: 8 Desember 2014
Waktu
: 11:30 WITA-selesai
Tempat
Alat
Bahan
: Benda uji berupa beton kubus (10 buah) dan beton balok (1
buah) berumur 28 hari.
Cara Pengujian :
1.
2.
3.
33
Tabel 5.1. Hasil Perhitungan Berat Beton dan Berat Jenis Beton
No Kubus
Berat
Beton(kg)
Berat Jenis
Beton (kg/m3)
7,231
2142
2
3
4
5
6
7
8
9
10
7,322
7,385
7,550
7,450
7,364
7,391
7,384
7,306
7,256
2169
2188
2237
2207
2181
2189
2187
2164
2149
Jumlah
73,640
21813
Rata-rata
7,364
2181,3
dimana :
34
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tanggal
Tanggal
Umur
Area
fc
Faktor
fc 28
Pembuatan
Uji
Beton
(KN)
(cm2)
(kg/cm2)
08/04/201
07/05/20
4
08/04/201
14
07/05/20
28 hari
670
225
303,85
303,85
4
08/04/201
14
07/05/20
28 hari
660
225
299,31
299,31
4
08/04/201
14
07/05/20
28 hari
650
225
294,78
294,78
4
08/04/201
14
07/05/20
28 hari
660
225
299,31
299,31
4
08/04/201
14
07/05/20
28 hari
570
225
258,5
258,5
4
08/04/201
14
07/05/20
28 hari
640
225
290,24
290,24
4
08/04/201
14
07/05/20
28 hari
540
225
244,9
244,9
4
08/04/201
14
07/05/20
28 hari
570
225
258,5
258,5
4
08/04/201
14
07/05/20
28 hari
570
225
258,5
258,5
14
28 hari
600
225
272,01
272,01
konversi (kg/cm2)
35
fc
(kg/cm2)
fcr
(kg/cm2)
303,85
278
668,2
299,31
278
454,1
294,78
278
281,5
299,31
278
454,1
258,5
278
380,25
290,24
278
149,8
244,9
278
1095,61
258,5
278
380,25
258,5
278
380,25
10
272,01
278
35,88
Jumla
h
2780
2780
4279,94
Ratarata
278
10
Sd
21,8
(fc-fcr)2
= 1,64
Sd
= 21,8
36
: 9 Desember 2014
Waktu
: 11:30 WITA-selesai
Cara kerja
:
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Balok diletakkan memanjang diantara dua perletakan
dengan diberi tekanan ditengah-tengah bentang.
3. Catat tekanan yang diterima balok pada saat patah.
38
Hasil percobaan :
a. Beban yang diberikan
b. Volume balok (V)
= 25 KN (beton patah)
= 15 x 15 x 60 = 13500 cm
c. Berat balok
= 30 kg = 30000 gr
= 31 kg
= ( 31 x 10 ) N
= 310 N
(P) = 25 kN
Dari data data di atas, maka dapat dihitung nilai berat jenis beton () dan
nilai tegangan lentur maksimum balok sebagai berikut:
a. Perhitungan Berat Jenis Balok Beton ()
Rumus :
balok
W
V
300
N
22222,2 3
0,0135
m
25 KN
39
12,5 KN
12,5 KN
25000 kg . m
10 m
s2
s2
1
2,5
P
1.25 ton
2
2
Reaksi perletakan:
MB = 0
(Av x 0.45) (P1 x 0.15) (P2 x 0.3)
=0
=0
=0
Av =
0,5625
1,25ton
0.45
Batang C A ( 0 X 0,075)
40
Mx = Av x ( X 0.075 )
= 1.25 x (X 0.075 )
X0.075;
M=0
X0.225;
M = 0.1875 tm
Mx = Av x ( X 0.075 ) P1 x ( X 0.225 )
= 1.25 x ( X 0,075 ) 1.25 x ( X 0,225 )
X 0.225; M = 0.1875 tm
X 0.375; M = 0.1875 tm
Berdasarkan gambar perletakan di atas, beban dan perletakan simetris
maka perhitungan bidang momen untuk batang bagian A D sama dengan
perhitungan bidang momen untuk bagian E F. Berikut ini gambar bidang
momen yang telah diperoleh dari hasil perhitungan di atas, yaitu:
41
= 0.1875 tm
= 187,5 kg m
= 1875 Nm
= 1875000 N mm
Momen inersia =
=
1
bh 3
12
1
15 15 3
12
= 4218,75 cm4
= 42.187.500 mm4
Momen penahan (W) =
1
15 152 562,5 cm3 = 562500 mm3
6
M
W
1875000
562500
Pembahasan :
Kekuatan lentur beton relatif tinggi. Pada percobaan ini nilai kuat
lentur yang diperoleh adalah 3,3 Mpa.
5.3
42
Pada praktikum ini, dilakukan juga uji kuat tarik besi untuk mengetahui
kemampuan besi menahan gaya tarik. Besi yang digunakan dalam uji kuat tarik besi
ini memiliki diameter sebesar 13 mm dengan area 132,732 mm2 dan panjang 60cm.
Dari hasil pengujian kuat tarik besi yang terlampir pada Gambar A.1
(halaman 48), diperoleh hasil bahwa besi mampu menahan gaya tarik maksimal
sebesar 72364.6 N. Perpanjangan besi ketika uji kuat tarik besi mencapai 35,74%.
Jika baja struktur diberikan gaya tarik, akan terjadi perpanjangan. Tegangan
konstan yang disertai perpanjangan atau regangan disebut titik leleh. Titik leleh
yang terjadi pada besi ini adalah saat diberikan beban (P) sekitar 55. Titik ini
merupakan titik awal dari diagram tegangan-regangan dengan kemiringan nol atau
horizontal. Titik ini merupakan nilai yang penting untuk material baja karena
perencanaan dengan metoda elastis didasarkan pada nilai tegangan ini.
Pengecualian terjadi pada batang tekan karena nlai dapat tidak dicapai akibat
adanya tekuk. Tegangan ijin yang digunakan dalam metoda ini diambil sebagai
persentase atau fraksi dari titik leleh. Di atas titik leleh akan terjadi pertambahan
regangan tanpa penambahan tegangan. Regangan yang terjadi sebelum titik leleh
disebut regangan elastis, sedangkan regangan setelah titik leleh disebut regangan
plastis yang besarnya sekitar 10 sampai dengan 15 kali dari regangan elastis.
43
Setelah regangan plastis, terdapat daerah yang dinamakan strain hardening yaitu
daerah dimana diperlukan tegangan untuk terjadinya tambahan regangan. Pada besi
ini terjadi pada saat diberikan beban sekitar 70 ton
Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Kadar air yang terkandung dalam pasir = 5,6% dan dalam kerikil = 0,78 %.
2.
3.
Berat jenis SSD rata-rata pasir yang diperoleh adalah 2,5 gr/cm3.
Absorpsinya adalah 7,75 %. Berat jenis agregat ini mendekati berat jenis
agregat ringan yang memiliki batasan kurang dari 2,5 gr/cm3.
Sedangkan berat jenis SSD rata-rata kerikil yang diperoleh adalah 2,33
gr/cm3. Absorpsinya adalah 1,84%. Berat jenis agregat ini mendekati berat
jenis agregat ringan yang memiliki batasan kurang dari 2,5 gr/cm3.
44
4.
5.
6.
7.
Nilai slump campuran beton yang diperoleh pada saat pengujian slump
adalah 130 mm atau 13 cm (hasil pengujian slump kedua setelah
penambahan air 300 mL atau 0.3 kg).
8.
Kuat tekan
Dari hasil uji kuat tekan beton 10 kubus didapat kuat tekan beton
sebesar 242 kg/cm. Kuat tekan beton yang ditargetkan adalah sebesar
300 kg/cm. Jadi kuat tekan beton yang diuji sudah melebihi kuat tekan
beton yang ditargetkan.
b.
Kuat lentur
Pada uji kuat lentur balok, didapat kuat lentur balok adalah 3,3 MPa.
Jadi balok dapat menahan lentur sebesar 3,3 MPa sampai balok itu
patah.
6.2
Saran
1. Pada saat pemeriksaan sampel agregat, perlu diperhatikan kondisi
sampel tersebut, apakah dalam keadaan basah akibat hujan atau dalam
keadaan normal. Bila agregat dalam keadaan basah maka kadar air
agregat akan besar sehingga pada saat perhitungan komposisi campuran,
air yang digunakan akan lebih sedikit dari jumlah air yang harus
digunakan dalam keadaan normal.
45
2. Penggunaan air dibuat sedemikian rupa, agar tidak melampaui faktor air
semen (FAS) yang direncanakan. Penggunaan air yang berlebihan dapat
mengurangi kuat tekan beton.
3. Terhadap pelaksanaan pengecoran beton di lapangan agar diperhatikan
pemadatan / pengerojokan beton secara baik dan sempurna. Usahakan
seluruh cetakan terisi dengan beton. Pengecoran dilakukan secara
bertahap (sepertiga bagian setiap tahap). Setiap bagiam dirojok
sebanyak 25 kali.
4. Dalam perencanaan campuran beton hendaknya dilakukan seteliti
mungkin sehingga diperoleh hasil sesuai dengan yang direncanakan.
5. Dalam praktikum berlangsung sebaiknya kita tidak menambahkan air
untuk mengejar slump yang diinginkan, karena penambahan air dapat
merubah nilai FAS sehingga menyebabkan mutu beton berubah. Jika
memang harus menambahkan air sebaiknya diikuti penambahan semen,
atau dengan cara menambahkan bahan tambahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ir. Tri Mulyono, MT, 2004, Teknologi Beton, Yogyakarta, ANDI Yogyakarta
https://dwikusumadpu.wordpress.com/tag/faktor-air-semen/
Badan Standar Nasional Indonesia. 1991. Metode Pembuatan dan Perawatan Benda
Uji di Laboratorium. SNI 03-2493-1991.
Badan Standar Nasional Indonesia. 2000. Tata cara pembuatan rencana campuran
beton normal. SNI 03-2834-2000.
46