1. Material
Kandungan semen
Semakin banyak bahan material semen yang akan Anda gunakan, maka akan dihasilkan
konstruksi beton bertulang yang kuat dan baik. Penggunaan semen berbanding lurus
dengan kekuatan konstruksi beton.
Kandungan Air
Semakin banyak air yang Anda gunakan, maka konstruksi beton yang dihasilkan semakin
jelek. Walaupun di dalam pengerjaan konstruksi beton ringan, jika air yang digunakan
banyak, konstruksi beton semakin mudah dikerjakan dan pekerjaan menjadi lebih
ringan. Kuncinya gunakan air sesedikit mungkin, hanya agar campuran konstruksi beton bisa
dikerjakan (bisa diangkut, dicor, dipadatkan dan di-finishing).
Kualitas air sangat mempengaruhi kekuatan beton. Kualitas air erat kaitannya dengan
bahan-bahan yang terkandung dalam air tersebut. Air diusahakan agar tidak membuat
rongga pada beton, tidak membuat retak pada beton dan tidak membuat korosi pada
tulangan yang mengakibatkan beton menjadi rapuh. Pada pengecoran beton pembuatan
rumah sederhana atau tidak bertingkat, kebanyakan tukang mengira, semakin encer beton,
semakin bagus karena permukaan yang dihasilkan semakin mulus, tanpa ada rongga,
padahal, dengan kelebihan air, mutu beton akan anjlok sangat jauh. ini disebabkan faktor
air semen yang tinggi dalam beton menyebabkan banyak rongga setelah airnya mengering.
Banyak hal-hal lain yang bisa berdampak karena pemakaian air, berikut ini uraiannya :
1. Air tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter karena dapat mengurangi daya
lekat atau bisa juga mengembang (pada saat pengecoran karena bercampur dengan
air) dan menyusut (pada saat beton mengeras karena air yang terserap lumpur
menjadi berkurang).
2. Air tidak mengandung garam lebih dari 15 gram karena resiko terhadap korosi
semakin besar.
3. Air tidak mengandung khlorida lebih dari 0,5 gram/liter karena bisa menyebabkan
korosi pada tulangan.
4. Air tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter karena dapat
menurunkan mutu beton sehingga akan rapuh dan lemah.
5. Air tidak mengandung minyak lebih dari 2 % dari berat semen karena akan
mengurangi kuat tekan beton sebesar 20 %.
6. Air tidak mengandung gula lebih dari 2 % dari berat semen karena akan mengurangi
kuat tekan beton pada umur 28 hari.
7. Air tidak mengandung bahan organik seperti rumput/lumut yang terkadang terbawa
air Karena akan mengakibatkan berkurangnya daya lekat dan menimbulkan rongga
pada beton.
8. Syarat air menurut SK SNI 03-2847-2002 adalah :
Air yang dapat digunakan dalam proses pencampuran beton adalah sebagai berikut :
9. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan
merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan-
bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
10. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang
didalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam
agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.
11. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali Pemilihan
proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang
menggunakan air dari sumber yang sama dan hasil pengujian pada umur 7 dan 28
hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat
diminum harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari
kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji
kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air
pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan Metode uji kuat tekan untuk
mortar semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm)
(ASTM C 109 ).
Campuran yang terlalu banyak pasir walapun akan menjadikan beton halus akan tetapi
kekuatannya sedikit berkurang, jika dibandingkan dengan campuran yang normal. Kekuatan
beton akan semakin menurun jika ketika pencampuran menggunakan molen terlalu lama.
Sebaliknya jika beton terdiri dari koral yang banyak, konstruksi beton akan menjadi kasar
akan tetapi kekuatannya mejadi lebih baik jika dibandingkan dengan beton yang
menggunakan pasirnya lebih banyak.
Biasanya, dengan pertimbangan tertentu, kadang ditambahkan zat aditif. Zat aditif ini ada
yang berfungsi khusus untuk menungkatkan mutu beton, sehingga bisa menekan
penggunaan semen yang berlebihan.
Jumlah semen harus dioptimalkan karena diantara semua material pembentuk beton,
semen itu yang paling mahal harganya Makanya semakin tinggi mutu beton, semakin
banyak butuh semen, semakin mahal pula harganya.
Sumber: SNI DT 91- 0008 2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton,
oleh Dept Pekerjaan Umum.
Semen
Mutu Beton Pasir (kg) Kerikil (kg) Air (liter) w/c ratio
(kg)
7.4 MPa (K
247 869 999 215 0.87
100)
9.8 MPa (K
276 828 1012 215 0.78
125)
12.2 MPa (K
299 799 1017 215 0.72
150)
14.5 MPa (K
326 760 1029 215 0.66
175)
16.9 MPa (K
352 731 1031 215 0.61
200)
19.3 MPa (K
371 698 1047 215 0.58
225)
21.7 MPa (K
384 692 1039 215 0.56
250)
24.0 MPa (K
406 684 1026 215 0.53
275)
26.4 MPa (K
413 681 1021 215 0.52
300)
28.8 MPa (K
439 670 1006 215 0.49
325)
31.2 MPa (K
448 667 1000 215 0.48
350)
3. Campuran
Campuran Air dan Bahan Material Semen atau Fakor Air Semen (FAS)
Semakin tinggi perbandingan campuran air dan bahan material semen maka konstruksi
beton malah semakin jelek. Untuk meningkatkan mutu konstruksi beton rumah harus
mengurangi perbandingan air dan bahan material semen.
Faktor air dan bahan material semen adalah perbandingan antara berat air dibandingkan
dengan berat bahan material semen. Jika air kita simbolkan dengan W, dan bahan material
semen kita simbolkan dengan C maka rumusnya adalah FAS= W / C, dimana berat jenis air
adalah 1 kg/liter, dan berat jenis bahan material semen adalah 3150 kg/m3 (disyaratkan
American Standard Testing and Material).
Faktor air-semen (FAS) adalah salah satu faktor yang penting yang mempengaruhi mutu
beton. FAS adalah perbandingan antara berat air dengan berat semen.
Sebelumnya kita lihat dulu tentang air. Air pada adukan beton berfungsi sebagai pembentuk
pasta semen. Pasta semen akan mengalami hidrasi. Jadi, air itu sebenarnya ngga menguap,
tapi terhidrasi. Bedanya apa? Kalo menguap, air lepas dari adukan, berubah wujud menjadi
uap air, molekulnya tetap . Tapi kalo hidrasi, molekul air menyatu dan bereaksi dengan
senyawa semen, menghasilkan reaksi kimia yang kompleks, dan air yang ada di sana sudah
tidak berwujud lagi.
secara teori, untuk terhidrasi secara sempurnya, berat air paling ngga harus ada sekitar 0.25
dari berat semen atau dengan kata lain FAS-nya 0.25.
Tapi FAS 0.25 itu nggak workable, alias kurang encer, susah diaduk, susah dituang. FAS
minimum agar adukan beton menjadi lebih workable tanpa zat aditif adalah 0.35. Pada
prakteknya angka FAS dibatasi maksimum di kisaran 0.4 hingga 0.5, karena jika FAS terlalu
tinggi, justru akan menurunkan mutu beton.
Pada konstruksi beton mutu tinggi, dituntut untuk dapat merancangkan komposisi
campuran beton yang tepat. Pembuatan beton dengan menggunakan perbandingan
volume yang biasa dipakai 1 semen : 2 pasir : 3 krikil untuk beton biasa, dan campuran 1
semen : 11/2 pasir : 21/2 krikil untuk beton kedap air rupanya sudah kurang memuaskan
lagi, karena dapat meghasilkan kuat desak beton yang sangat beragam (bervariasi).
Dalam konsep Pedoman Beton tahun 1989, perbandingan campuran seperti itu hanya
boleh dilakukan untuk beton dengan mutu kurang dari 10 Mpa, da dengan slump yang
tidak lebih dari 100 mm.
Perencanaan adukan beton (cincrete mix design) dimaksudkan untuk mendapatkan
beton yag sebaik-baiknya, yang tinggi sesuai perncanaan;
1. Kuat desak yang tinggi sesuai perencanaan;
2. Mudah dikerjakan;
3. Tahan lama (Durability);
4. Murah, dan
5. Tahan aus.
Pengadukan Beton
Pengadukan beton adalah proses pencampuran antara bahan-bahan dasar beton, yaitu
semen, pasir, krikil, dan air dalam perbandingan yang telah ditentukan. Pengadukan
dilakukan sedemikian rupa sampai adukan beton benar-benar homogen, warnanya
tampak rata, kelecekan cukup (tidak terlalu cair dan tidak terlalu kental), tidak tampak
adanya pemisahan butir (segregasi). Aduk beton yang kurang homogen akan dapat
menghasilkan beton yang kurang baik kualitasnya. Pengadukan dapat dilakukan dengan
tangan atau dengan mesin (molen).
a. Pengadukan dengan Tangan
Pengadukan dengan menggunakan tangan biasanya dilakukan apabila jumlah beton
yang dibuat tidak banyak. Cara ini juga dilakukan jika di tempat pekerjaan tidak ada
mesin pengaduk atau tidak diinginkan adanya suara mesin yang dirasa mengganggu.
Semua material pembentuk beton harus dicampur dan diaduk secara merata. Boleh secara
manual maupun menggunakan alat. Tentu saja, pencampuran menggunakan alat akan
meberi hasil yang lebih meyakinkan.
Beberapa alat pengaduk beton yang cukup populer antara lain: Molen Beton, dan Truk
Molen (Concrete Mixer Truck). Konsepnya sih sama, kapasitasnya aja yang beda.
Ngga cuma pada saat pencampuran, waktu dituang, adukan beton juga harus benar-benar
mengisi ruang secara merata, jangan sampai ada rongga atau pori-pori udara. Untuk itu
harus ada perlakuan lagi, yang namanya pemadatan. Caranya macam-macam, ada yang
pakai alat getar (vibrator), ada juga yang ditusuk-tusuk sehingga rongga atau porinya
tertutup. Untuk sampel beton, biasanya diletakkan di meja getar, jadi betonnya lebih bagus
pemadatannya.
Secara teori, kalo ada rongga udara sebesar rata-rata 5%, itu bisa mengurangi kekuatan
beton hingga 30%. Nah makanya pemadatan itu penting.
4. Pengangkutan
Pengangkutan aduk beton dari tempat mencampur ke tempat pencetakan dapat dilakukan
dengan berbagai cara dan alat. Beberapa jenis alat yang biasa dipakai untuk pengangkutan
beton antara lain:
1. Gerobak beroda satu.
2. Kereta dorong.
3. Truk ringan.
4. Kotak pembawa (tempat) beton dengan bukaan dibawah.
5. Gerobak (lorries).
6. Chutes (saluran curam untuk mencurahkan adukan beton).
7. Ban berjalan.
8. Pompa adukan beton, dan sebagainya.
Dengan cara apa pun dan dengan menggunakan alat pengangkut apa pun,
pengangkuatan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Pengangkutan harus sedemikian cepat, sehingga sampai di tempat pengecoran beton
tidak kering atau kehilangan sifat workability dan plastisitasnya.
b. Adanya segregasi harus dikurangi seminimal mungkin, agar terhindar dari terjadinya
beton tak seragam. Demikian juga kehilangan pasta semen akibat adanya kebocoran
(adukan tumpah) harus dihindarkan.
c. Pengangkuatan aduk harus diorganisir sedemikian, hingga selama pencetakan pada
bagian tertentu, tidak terjadi keterlambatan pada bidang cor, sambungan dingin, atau
sambungan konstruksi.
Pada PBI 1971 dicantumkan syarat-syarat yang harus dipenuhi sehubungan dengan
pelaksanaan pengangkutan aduk beton.
a. Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara-cara sedemikian sehingga dapat dicegah terjadinya pemisah butir
dan kehilangan bahan-bahan.
b. Cara pengangkutan aduk beton harus lancar, sehingga tidak terjadi perbedaan waktu
pengikatan yang mencolok antara beton yang sudah dicor dan beton yang akan dicor.
Pemindahan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran dengan
menggunakan talang-talang miring, hanya dapat dilakukan setelah disetujui oleh pengawas
ahli. Dalam hal ini pengawas ahli mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang
miring ini, setelah mempelajari usul dari pelaksanamengenai konstruksi, kemiringan, dan
panjang talang itu.
c. Adukan beton pada umumnya harus sudah dicor dalam waktu satu jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai dua jam,
tetapi adukan beton harus digerakkan kontinu secara mekanis. Jika diperlukan jangka waktu
yang lebih lama lagi, harus dipakai bhan-bahan penghambat pengikatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengecoran beton agar mendapatkan beton yang
berkualitas baik adalah sebagai berikut:
a. Adukan beton harus dituang secara terus-menerus (tidak terputus), supaya diperoleh
kualitas beton yang seragam dan tidak terjadi garis batas.
b. Permukaan cetakan yang berhadapan dengan adukan beton harus dioles minyak atau oli
agar beton setelah kering tidak melekat pada cetakannya.
c. Selama penuangan dan pemadatan harus dijaga agar posisi cetakan maupun tulang tidak
berubah.
d. Adukan beton jangan dijatuhkan dari ketinggian lebih dari satu meter, agar tidak terjadi
adanya pemisahan bahan-bahan atau butir.
e. Untuk dinding atau kolom-kolom yang tinggi, buatlah lubang-lubang samping untuk
pengisian beton tiap 11/2 m tingginya.
f. Kelecekan beton harus makin keatas makin kental. Misalnya pada 11/2 m pertama (paling
bawah), slump 120 mm, maka 11/1 m kedua kurangi tinggi slum misalnya menjadi 100 mm,
dan seterusnya setiap 11/2 m slump dikurangi 20 atau 25 mm.
g. Pengecoran pada tempat yang miring, sebaiknya dilakukan dari bagian yang rendah,
sebab jika dilakukan dari tempat yang tinggi akan menyebabkan terjadinya segregasi.
h. Pengecoran dengan menggunakan corong, dilakukan dengan mendekatkan corong
tersebut ke permukaan yang dicor sedekat mungkin.
i. Pada pengecoran dinding atau kolom, usahakan agar jatuhnya adukan beton selalu di
tengah, jangan sampai menyentuh cetakan atau terkena tulangan.
j. Pengecoran tidak boleh dilakuakn pada waktu turun hujan.
k. Pada beton massa, sebaikanya tebal lapisan beton untuk setiap kali penuangan tidak lebih
dari 45 cm, dan pad beton tertulang 30 cm.
l. Harus dijaga agar beton yag masih segar jangan diinjak.
m. Untuk menjegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang-sarang krikil, adukan beton
harus dipadatkan selama pengecoran.
6. Pemadatan Beton
Pada pemadatan beton, kita berusaha untuk mendapatkan beton yang betul-betul padat,
tanpa sarang krikil, tetap homogen dan semua ruangan terisi. Dengan kata lain hubungan
antara beton dengan tulangan atau benda dapat dilakuakn dengan tangan atau dengan
penggetar. Jika dipakai beton tumbuk, alat penumbuknya harus dibuat sedemikian beratnya
sehingga dapat menghasilkan pemadatan yang baik. Pemadatan beton biasa dapat
dilakukan dengan tangan asal dapat mencapai kepadatan yang baik. Pemadatan secara
manual dilakukan dengan alat berupa tongkat baja atau tongkat kayu. Adukan beton yang
baru saja dituang ke dalam cetakan harus segera dipadatkan dengan cara ditusuk-tusuk
dengan tongkat baja atau kayu. Sebaiknya tebal beton yang ditusuk tidak lebih dari 15 cm.
Penusukan dengan tongkat itu dilakukan beberapa waktu sampai tampak suatu lapisan
mortar diatas permukaan beton yang dipadtkan itu. Pemadatan yang kurang mengakibatkan
kurang baiknya mutu beton karena berongga (keropos). Jangan menambahkan air pada
adukan beton untuk memudahkan pemadatan.
Pemadatan dengan bantuan mesin dilakukan dengan menggunakan alat getar (vibrator).
Alat getar itu mengakibatkan getaran pada beton segar yang baru saja dituang, sehingga
aduk beton mengalir dan menjadi padat. Penggetaran yang terlalu lama harus dicegah untuk
menghindari mengumpulnya krikil di bagian bawah dan hanya mortar di bagian atas beton.
1. Alat getar yang biasa dipakai ada dua macam.
2. Alat getar intern (internal vibrator) ialah alat getar yang berupa "seperti tongkat". Alat ini
digetarkan dengan mesin dan dimasukkan kedalam beton segar yang baru saja dituang.
Alat getar cetakan (form vibratir; external vibrator), ialah alat getar yang ditempelkan di
bagian luar cetakan sehingga cetakan bergetar, sehingga membuat beton segar ikut
bergetar pula hingga menjadi padat.
Tujuan perawatan beton adalah mencegah pengeringan yang bisa menyebabkan kehilangan
air yang dibutuhkan untuk perawatan beton. Pencegahan ini terutama pada umur awal
beton sampai beton berumur 14 hari. Lamanya perawatan tergatung jenis semen yang
dipakai, misalnya type I, II paling sedikit 21 hari. Untuk semen type V dianjurkan 28 hari.
Apa maksud perawatan di sini? Maksudnya adalah, selama beton mengering (setting), dia
berubah dari fasa encer (lecak) menjadi keras. Proses yang paling penting di sini
adalah hidrasi, yaitu bereaksinya molekul-molekul air dengan molekul semen, membentuk
senyawa baru yang mengikat dan menyatukan agregat-agregat yang ada di situ.
Agar bisa terhidrasi dengan baik, air jangan sampai keluar, baik itu menguap (bukan
menguap mengantuk lho), atau butiran airnya tertiup angin. Makanya, musuh utama beton
basah adalah panas dan angin. Oleh karena itu perawatan yang paling cocok untuk beton
yang sedang mengering adalah dengan menjaga kelembaban permukaannya yang terekspos
oleh udara.
Cara yang paling sering kita lihat adalah ditutupi dengan karung basah, terpal, atau plastik.
Ada pula yang melakukan perawatan dengan cara menyemprot dengan butiran air secara
berkala. Ini sih emang niat.
Beton yang lebih lama masa kelembabannya dipertahankan, akan lebih kuat dibandingkan
dengan yang jarang dijaga kelembabannya pada tahap setting.
CATATAN :
Umur Beton
Mutu beton meningkat seiring berjalannya waktu. Proses hidrasi pada semen adalah proses
kimia yang berlangsung cukup lama, hingga berbulan-bulan, tergantung dari kondisi adukan
campuran beton itu sendiri.
Mutu beton yang sering kita dengan sebagai mutu fc atau mutu K menyatakan kekuatan
beton pada saat umur beton 28 hari.
Tapi, bukan berarti sampel pengujian kuat tekan harus dilakukan pada usia sampel beton 28
hari. Umumnya, pengujian kuat tekan beton dilakukan pada usia sampel beton 7 hari.
Sebagai pedoman praktis, kekuatan beton pada umur 28 hari diambil rata-rata 1.5 kali
kekuatan pada umur 7 hari.
Atau, dengan kata lain, kalo mutu beton pada umur 28 hari diberi faktor 1.0, maka kekuatan
beton pada umur 7 hari adalah sekitar 0.67. Tabel selengkapnya bisa dilihat di bawah.
3 0.45 sd 0.55
7 0.67 sd 0.7
14 0.85 sd 0.9
Umur Beton (hari) Rasio kuat tekan
21 0.95
28 1.00
90 1.15
365 1.24
Mutu beton selalu digambarkan sebagai kuat tekan beton. Yang di-highlight di sini
adalah tekan, soalnya di situlah kekuatan utama beton, yaitu efektif menahan tegangan
tekan yang tinggi.
Oleh karena itu, untuk memperoleh atau mengetahui kekuatan atau mutu suatu beton,
dilakukanlah suatu tes atau uji kekuatan beton, yang dinamakan Compressive Test atau Uji
Kuat Tekan. Tes ini sifatnya WAJIB untuk semua beton struktural. Ada ketentuan-ketentuan
tertentu dalam pengambilan sampel untuk tes. Prosedur dan metode tes dibahas di bagian
lain. Salah satu referensi yang cukup menarik bisa dibaca.
Mutu beton menurut standar yang berlaku dinyatakan dalam fc dengan satuan MPa
(Mega Pascal), di mana 1 MPa = 1 N/mm2.
Mengubah atau melakukan konversi mutu dari fc ke K atau sebaliknya ngga bisa dilakukan
hanya sekedar dengan konversi satuan saja, dari MPa ke kg/cm2 atau sebaliknya. Tapi
memang ada faktor pengali lain.
Jika ada sebuah campuran beton, diuji dengan dua uji tekan yang berbeda, yang satu
dengan sampel silinder dan satunya dengan sampel kubus, maka kedua sampel tersebut
akan memberi hasil yang berbeda (walaupun satuannya diset sama).
Misalnya, sebuah benda uji silinder standar (misalnya, diameter 15cm, tinggi 30cm), diuji
tekan, dan menghasilkan kuat tekan sebesar X1 kg/cm2 atau N/mm2.
Kemudian, sampel yang lain dari campuran yang sama, berbentuk kubus standar (misalnya
15cm x 15cm x 15cm), juga diuji tekan, dan menghasilkan kuat tekan sebesar X2 kg/cm2
atau N/mm2 (harus sama dengan X1).
Nilai X1 dan X2 itu ngga bakal sama. X1 selalu menunjuk angka yang lebih kecil daripada X2.
Rasionya bervariasi sesuai dengan mutu beton itu sendiri. Semakin tinggi mutunya, semakin
mendekati nilai X1 dan X2 itu. Tapi, secara praktis di dalam desain dan analisis, rasio
kekuatan benda uji silinder terhadap kekuatan benda uji kubus adalah rata-rata 0.85.
Ini bukan konversi, ini adalah perbandingan hasil uji kuat tekan.Untuk melakukan konversi,
dari mutu fc ke mutu K, kita baru boleh melakukan melalui konversi satuan secara langsung
dan dikalikan dengan faktor rasio 0.85 di atas.Kalo kita uraikan sebagai berikut.1 kg/cm2 =
berapa MPa?1 kg = 9.81 N1 cm2 = 100 mm2.dan 1 MPa = 1 N/mm2.Sehingga,1 kg/cm2 =
9.81/100 N/mm2.1 kg/cm2 = 0.0981 MPa.Kemudian kita kalikan lagi faktor 0.85 (rasio dari
benda uji kubus ke benda uji silinder), sehingga:1 mutu K (satuan kg/cm2) = 0.0981 x 0.85
mutu fc (satuan MPa)1 mutu K = 0.083 mutu fc.
fc = 0.083 x K
Inilah persamaan pendekatan praktis yang paling sering digunakan baik dalam perencanaan
maupun dalam pelaksanaan.Kenapa harus pakai mutu fc?Karena semua code dan standard
untuk PERENCANAAN baik lokal maupun internasional sudah seragam menggunakan
mutu fc di dalam perhitungan desain struktur beton.Lalu kenapa masih ada yang pakai
mutu K?Karena belum semua standar industri PRODUSEN dan PRAKTISI di lapangan
mengadopsi mutu fc di pedoman atau pelaksanaan struktur beton. Atau dengan kata lain
pasar masih banyak menggunakan mutu K, sementara desain sudah mulai pelan-pelan
menyeragamkan menggunakan mutu fc.
Beton bisa menyusut? Betul. Susut pada beton sebenarnya ada 2, susut pada saat beton
masih basah, dan susut pada saat beton sudah kering.
Susut pada saat beton masih basah lebih banyak disebabkan karena air pada permukaan
beton yang terekspos menguap ditempa panas dan angin. Susut yang terjadi di sini bisa
diatasi dengan curing atau menjaga permukaan beton tetap basah, baik itu dengan ditutup
atau disiram (disemprot sedikit air). Paling ngga sampai beton itu mulai mengeras.
Pada saat beton sudah mengeras, tetap juga terjadi susut. Di dalam beton yang mengeras,
ada partikel-partikel air yang terperangkap atau menyatu dengan adukan. Molekul air ini
adalah molekul air yang ngga terhidrasi (bereaksi dengan semen).
Molekul-molekul air ini, kalo menguap, keluar meninggalkan beton, maka beton akan
menyusut. Tapi ngga semua molekul air bisa menguap dan keluar dengan bebas.
Yang jelas molekul air yang berada di dekat permukaan yang tereksposlah yang berpeluang
paling besar untuk berevaporasi alias menguap. Semakin banyak air yang menguap, semakin
besar susutnya.
Kalo mau dibayangkan seperti apa susut yang ekstrim itu, bisa dilihat pada tanah yang
mengering. Itu adalah fenomena susut karena air yang terkandung di tanah khususnya
lapisan terluar menjadi hilang (menguap), sehingga tanah lapisa atas menjadi menyusut,
retak, dan pecah.
Konsepnya kurang lebih seperti itu, sehingga dari situ bisa kita lihat lebih dalam lagi, faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi susut pada beton ini.
Faktor Air-Semen
Semakin banyak air yang ada di dalam beton, berarti semakin besar susut yang bisa terjadi.
Tipe Semen
Semen portland adalah tipe semen yang paling umum digunakan untuk pembuatan beton di
hampir semua jenis struktur. Ada beberapa jenis semen lain yang karakteristiknya beda
dengan semen portland, misalnya ada semen yang bersifat low-heat cement. Tipe ini justru
lebih banyak menjebak air di dalamnya, sehingga susut yang terjadi akan semakin besar.
Ukuran agregat yang kecil-kecil namun banyak, itu lebih banyak mengikutkan air di dalam
beton, dibandingkan agregat yang ukurannya besar-besar. Dan sekali lagi semakin banyak
air di dalam beton, semakin besar susutnya.
Zat Aditif
Zat aditif itu seperti obat, ada efek sampingnya. Salah satu efek samping zat aditif tertentu
adalah, mengikat air, meningkatkan jumlah air di dalam beton. Kalo air sudah meningkat,
susut juga ikut naik.
Kalo ada beton dengan kadar air yang tinggi, tapi berada di lingkungan yang kelembaban
tinggi dan suhu rendah, yaa tetap aja airnya susah menguap. Jadi, semakin kering suatu
lingkungan dan atau semakin tinggi temperatur lingkungan, semakin besar susut pada
beton.
Bentuk dan Ukuran Elemen Beton
Susut terjadi karena air yang menguap dan keluar meninggalkan beton. Semakin jauh dari
permukaan, semakin susah air itu keluar. Elemen pipih/bidang seperti pelat (slab), dinding
(wall), dan cangkang, punya peluang jauh lebih besar untuk mengalami susut dibandingkan
elemen garis seperti balok atau kolom, karena elemen bidang punya permukaan terkespos
yang jauh lebih besar dibandingkan elemen garis.
http://strukturbeton.web.id/blog/faktor-air-semen/
http://www.sementigaroda.com/read/20150727/81/faktor-yang-mempengaruhi-kekuatan-
konstruksi-beton
http://seputarbeton.blogspot.co.id/2016/03/syarat-air-yang-digunakan-untuk.html
http://yoppyinfo.blogspot.co.id/2009/10/teknologi-beton-semen.html
http://bahan-tekniksipil.blogspot.co.id/2012/06/teknologi-beton.html
http://strukturbeton.web.id/blog/komposisi-material-penyusun-beton/
http://strukturbeton.web.id/blog/pencampuran-dan-perawatan/
http://strukturbeton.web.id/blog/umur-beton/
http://strukturbeton.web.id/blog/kuat-tekan-beton/
http://strukturbeton.web.id/blog/susut-pada-beton/