Anda di halaman 1dari 27

TUGAS AKHIR

ANALISIS PENGARUH KUAT TARIK BETON DENGAN


ACCELERATOR TERHADAP PENAMBAHAN SERAT DAUN
NANAS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan


Program Sarjana ( S1 ) Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Universitas Bojonegoro

Disusun Oleh :

APRILIA IKA KURNIASARI


16. 222.01.1.096

FAKULTAS TEKNIK PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS BOJONEGORO
BOJONEGORO
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri konstruksi di Indonesia berkembang sangat pesat sehingga kebutuhan akan


material bangunan semakin bertambah shinggaakan berdampak pada persediaan sumber
daya alam di Indonesia di masa yang akan datang. Beton meupakan material bangunan
yang paling sering digunakan dibandingkan bahan lainnya. Beton sering digunakan
karena relatif murah,mudah didapat dan mudah dibentuk serta dapat dirancang untuk
mencapai kekuatan yang direncanakan. Berbagi inovasi salam bidang teknologi beton
dikembangkan untuk menciptakan material beton yang praktis, serta ramah lingkungan.
Yang mendasari pemilihan dan penggunaan beton sebagai bahan konstruksi adalah
faktor efektifitas dan tingkat efisiensinya. Secara umum bahan pengisi beton terbuat
dari bahan-bahan yang mudah diperoleh, mudah diolah dan mempunyai keawetan serta
kekuatan yang sangat diperlukan dalam pembangunan suatu konstruksi.
Beton merupakan bahan bangunan yang banyak digunakan karena kuat terhadap
tekanan dan mudah diolah sesuai kebutuhan, beton memiliki daya tekan cukup tinggi,
tetapi beton juga memiliki sifat getas. Salah satu langkah yang bisa digunakan untuk
meningkatkan daya kuat tekan beton adalah menambahkan serat,sehingga menjadi
bahan campuran beton dan serat. Serat daun nanas mengandung senyawa lignin yang
dapat menambah kekuatan mekanik pada beton dinding(Amelia,2017).
Demi mencapai kemampuan kerja yang tinggi dapat menggunakan serat daun nanas
sebagai bahan tambah yang langsung dicampurkan ke dalam adukan beton, lalu untuk
mempercepat pengikatan beton dapat menggunakan accelerator. Accelarator adalah
suatu bahan berupa cairan, yang ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama
pengadukan dengan tujuan untuk memperpendek waktu pengikatan semen sehingga
mempercepat pencapaian kekuatan beton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penambahan serat daun nanas dn accelerator terhadap kuat tekan beton.

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan masalah yang dapat di simpulkan dari latar belakang adalah:

1. Bagaimana pengaruh kuat tarik beton dengan accelerator terhadap


penambahan serat daun nanas?

2. Manakah kuat tarik tertinggi antara beton dengan campuran accelerator


dan beton dengan campuran serat daun nanas?

1.3 Batasan Masalah


Agar penulisan dalam penelitian ini lebih terfokus dan jelas maka ruang
lingkup batasan masalah terdiri dari :
1. Penelitian ini tidak membahas reaksi yang bekerja pada beton
2. Penelitian ini membahas kuat tarik seratnya
3. Penelitian ini membahas pengaruh penambahan serat daun nanas dan
accelerator terhadap kuat tekan beton.
4. Banyaknya campuran dibatasi dengan kadar Accelerator 15% dari berat air
dan dengan panjang serat 1,5 cm serta dengan kadar 7,5%, 10%, dan 12,5%
dari agregat kasar.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh kuat tarik beton dengan accelerator


terhadap penambahan serat daun nanas.

2. Untuk mengatahui kuat tarik tertinggi antara beton dengan campuran


accelerator dan beton dengan campuran serat daun nanas.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Mengoptimalisasi pemanfaatan limbah serat daun nanas sebagai bahan
tambahan pada beton serat sehingga memiliki kuat tekan beton lebih
tinggi daripada beton normal.

2. Memberikan peluang usaha bagi masyarakat sekitar perkebunan


nanas,dalam pengolahan limbah daun nanas.

3. Memberikan inovasi tambahan terhadap perkembangan teknologi beton


dengan pemanfaatan serat daun nanas untuk meningkatkan daya kuat
tekan beton.
1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir yang dipilih adalah system penulisan yang

bersifat kronologis, yaitu penulisan yang didasarkan atas kejadian dilapangan sesuai

dengan urutan waktu penelitian di lapangan.

Bab 1. Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang,rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

penelitian,manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Menjelaskan tentang pengertian umum beton, macam – macam beton,kelebihan

dan kekurangan beton, pengaruh bahan tambah dan

Bab 3. Metodelogi Penelitian

Berisi tentang jenis dan pendekatan penelitian, lokasi penelitian,jenis

data,populasi, metode pengumpulan data, tahapan analisis data dan bagan alir

penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum Beton


Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material, yang bahan
utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air dan atau
tanpa bahan tambah lain dengan perbandingan tertentu. Karena beton merupakan
komposit, maka kualitas beton sangat tergantung dari kualitas masing-masing material
pembentuk.(Kardiyono Tjokrodimulyo,2007).
Agar dihasilkan kuat desak beton yang sesuai dengan rencana diperlukan mix
design untuk menentukan jumlah masing-masing bahan susun yang dibutuhkan.
Disamping itu, adukan beton harus diusahakan dalam kondisi yang benar-benar
homogen dengan kelecakan tertentu agar tidak terjadi segregasi. Selain perbandingan
bahan susunnya, kekuatan beton ditentukan oleh padat tidaknya campuran bahan
penyusun beton tersebut. Semakin kecil rongga yang dihasilkan dalam campuran beton,
maka semakin tinggi kuat desak beton yang dihasilkan. Syarat yang terpenting dari
pembuatan beton adalah:
1. Beton segar harus dapat dikerjakan atau dituang.
2. Beton yang dikerjakan harus cukup kuat untuk menahan beban dari yang telah
direncanakan.
3. Beton tersebut harus dapat dibuat secara ekonomis.
Beton dibentuk dari pencampuran bahan batuan yang diikat dengan bahan perekat
semen. Bahan batuan yang digunakan untuk menyusun beton umumnya dibedakan
menjadi agregat kasar (krikil/batu pecah) dan agregat halus (pasir). Aregat halus dan
agregat kasar disebut sebagai bahan susun kasar campuran dan merupakan komponen
utama beton. Umumnya penggunaan bahan agregat dalam adukan beton mencapai
jumlah ± 70%-75% dari seluruh beton. Nilai kekuatan dan daya tahan (durability) beton
merupakan fungsi dari banyak faktor, antaranya adalah nilai banding campuran dan
mutu bahan susun, metode pelaksanaan pembuatan adukan beton, temperatur dan
kondisi perawatan pengerasannya. Nilai kuat tekan beton relatif tinggi dibanding kuat
tariknya, dan merupakan bahan getas. Nilai kuat tariknya berkisar antara 9%-15% dari
kuat tekannya, pada penggunaan sebagai komponen struktural bangunan, umumnya
beton diperkuat dengan 10 batang tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerjasama
dan mampu membantu kelemahannya, terutama pada bagian yang bekerja menahan
tarik (Dipohusodo, 1994).

2.2 Bahan Penyusun Beton


Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan pasta
semen. Pada prinsipnya pasta semen mengikat pasir dan bahan-bahan agregat lain (batu
kerikil, basalt dan sebagainya). Rongga di antara bahan-bahan kasar diisi oleh bahan-
bahan halus. Hal ini memberi gambaran bahwa harus ada perbandingan optimal antara
agregat campuran yang bentuknya berbeda-beda agar pembentukan beton dapat
dimanfaatkan oleh seluruh material.

2.2.1 Semen Portland


Semen portland merupakan bubuk halus yang diperoleh dengan menggiling klinker
(yang didapat dari pembakaran suatu campuran yang baik dan merata antara kapur dan
bahan-bahan yang mengandung silika, aluminia, dan oxid besi), dengan batu gips
sebagai bahan tambah dalam jumlah yang cukup. Bubuk halus ini bila dicampur dengan
air, selang beberapa waktu dapat menjadi keras dan digunakan sebagai bahan ikat
hidrolis. Semen jika dicampur dengan air akan membentuk adukan yang disebut pasta
semen, jika dicampur dengan agregat halus (pasir) dan air, maka akan terbentuk adukan
yang disebut mortar, jika ditambah lagi dengan agregat kasar (kerikil) akan terbentuk
adukan yang biasa disebut beton. Dalam campuaran beton, semen bersama air sebagai
kelompok aktif sedangkan pasir dan kerikil sebagai kelompok pasif adalah kelompok
yang berfungsi sebagai pengisi. (Kardiyono Tjokrodimulyo, 2007).
Semen Portland dibagi menjadi lima jenis kategori sesuai dengan tujuan pemakaiannya
(SK SNI S-04-1989-F) yaitu :
1. Jenis I Semen Portland untuk konstruksi umum, yang tidak memerlukan persyaratan-
persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain.
2. Jenis II Semen Portland untuk konstruksi yang agak tahan terhadap sulfat dan panas
hidrasi yang sedang.
3. Jenis III Semen Portland untuk konstruksi dengan syarat kekuatan awal yang tinggi.
4. Jenis IV Semen Portland untuk konstruksi dengan syarat panas hidrasi yang rendah.
5. Jenis V Semen portland untuk konstruksi dengan syarat sangat tahan terhadap sulfat.
2.2.2 Agregat (Pasir dan Kerikil)

Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar atau beton. Kira-kira 70 % volume mortar atau beton diisi oleh
agregat. Agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar atau beton, sehingga
pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortar atau beton.
Dari segi ekonomis lebih menguntungkan jika digunakan campuran beton dengan
sebanyak mungkin bahan pengisi dan sedikit mungkin jumlah semen. Namun
keuntungan dari segi ekonomis harus diseimbangkan dengan kinerja beton baik dalam
keadaan segar maupun setelah mengeras. Pengaruh kekuatan agregat terhadap beton
begitu besar, karena umumnya kekuatan agregat lebih besar dari kekuatan pasta
semennya. Namun kekasaran permukaan agregat berpengaruh terhadap kekuatan beton.
Agregat dapat dibedakan berdasarkan ukuran butiran. Agregat yang mempunyai ukuran
butiran besar disebut agregat kasar, sedangkan agregat yang berbutir kecil disebut
agregat halus. Dalam bidang teknologi beton nilai batas daerah agregat kasar dan
agregat halus adalah 4,75 mm atau 4,80 mm. Agregat yang butirannya lebih kecil dari
4,8 mm disebut agregat halus. Secara umum agregat kasar sering disebut kerikil,
kericak, batu pecah atau spli t. Adapun agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir
alami yang diperoleh langsung dari sungai, tanah galian atau dari hasil pemecahan batu.
Agregat yang butiranya lebih kecil dari 1,2 mm disebut pasir halus, sedangkan butiran
yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut lanau, dan yang lebih kecil dari 0,002 mm
disebut lempung. Agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu: Batu,
umumnya besar butiran lebih dari 40mm Kerikil, untuk butiran antara 5 sampai 40 mm
Pasir, untuk butiran antara 0,15 sampai 5 mm. Agregat harus mempunyai bentuk yang
baik (bulat dan mendekati kubus), bersih, keras, kuat dan gradasinya baik. Bila butiran
agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya
bila ukuran butiranya bervariasi maka volume pori menjadi kecil. Hal ini karena butiran
yang kecil dapat mengisi pori diantara butiran yang lebih besar sehingga pori-pori
menjadi sedikit, dengan kata lain agregat tersebut mempunyai kemampatan tinggi.
Agregat harus pula mempunyai kestabilan kimiawi dan dalam hal-hal tertentu harus
tahan aus dan tahan cuaca.

2.2.3 Air
Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena air dapat
bereaksi dengan semen, yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air juga
berpengaruh terhadap kuat desak beton, karena kelebihan air akan menyebabkan
penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu kelebihan air akan mengakibatkan
beton menjadi bleeding, yaitu air bersama-sama semen akan bergerak ke atas
permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Hal ini akan menyebabkan
kurangnya lekatan antara lapis-lapis beton. Air pada campuran beton akan berpengaruh
terhadap :
1. Sifat workability adukan beton.
2. Besar kecilnya nilai susut beton.
3. Kelangsungan reaksi dengan semen portland, sehingga dihasilkan kekuatan selang
beberapa waktu.
4. Perawatan terhadap adukan beton guna menjamin pengerasan yang baik. Air untuk
pembuatan beton minimal memenuhi syarat sebagai air minum yaitu tawar, tidak
berbau, bila dihembuskan dengan udara tidak keruh dan lain-lain, tetapi tidak berarti air
yang digunakan untuk pembuatan beton harus memenuhi syarat sebagai air minum.
Penggunaan air untuk beton sebaiknya air memenuhi persyaratan sebagai berikut ini,
(Kardiyono Tjokrodimulyo, 2007) : 1. Tidak mengandung lumpur atau benda
melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik) lebih
dari 15 gr/ltr.
3. Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.

2.2.4 Admixture
Bahan campuran tambahan (Admixture) adalah bahan yang bukan air, agregat maupun
semen yang ditambahkan kedalam campuran sesaat atau selama pencampuran. Fungsi
dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat beton atau pasta semen agar menjadi
cocok untuk pekerjaan tertentu, atau ekonomis untuk tujuan lain seperti menghemat
energy (Nawy,1996). Suatu bahan tambah pada umumnya dimasukkan ke dalam
campuran beton dengan jumlah sedikit, sehingga tingkat kontrolnya harus lebih besar
daripada pekerjaan beton biasa. Oleh sebab itu, kontrol terhadap bahan tambah perlu
dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa pemberian bahan tambah pada
beton tidak menimbulkan efek samping seperti kenaikan penyusutan kering,
pengurangan elastisitas (L.J. Murdock dan K.M. Brook, 1991).
2.3 Macam – macam Beton
Menurut Tjokrodimuljo (1996), macam-macam beton sebagai berikut:
a) Beton normal Merupakan beton yang cukup berat, dengan Berat Volume 2400 kg/m³
dengan nilai kuat tekan 15 – 40 MPa dan dapat menghantar panas.
b) Beton ringan Merupakan beton dengan berat kurang dari 1800 kg/m³. Nilai kuat
tekannya lebih kecil dari beton biasa dan kurang baik dalam menghantarkan panas.
c) Beton massa Beton massa adalah beton yang dituang dalam volume besar yaitu
perbandingan antara volume dan luas permukaannya besar. Biasanya dianggap beton
massa jika dimensinya lebih dari 60 cm.
d) Ferosemen Adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan memberikan
kepada mortar semen suatu tulangan yang berupa anyaman. Ferosemen dapat diartikan
beton bertulang.
e) Beton serat Adalah beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang
berupa serat. Bahan serat dapta berupa serat asbes, serat tumbuh-tumbuhan (rami,
bamboo, ijuk), serat plastic (polypropylene) atau potongan kawat logam.
f) Beton non pasir Adalah suatu bentuk sederhana dan jenis beton ringan yang diperoleh
menghilangkan bagian halus agregat pada pembuatannya. Rongga dalam beton
mencapai 20-25 %.
g) Beton siklop Beton ini sama dengan beton biasa, bedanya digunakan agregat dengan
ukuran besar-besar. Ukurannya bisa mencapai 20 cm. Namun, proporsi agregat yang
lebih besar tidak boleh lebih dari 20 %.
h) Beton hampa (Vacuum Concrete) Beton ini dibuat seperti beton biasa, namun setelah
tercetak padat kemudian air sisa reaksi disedot dengan cara khusus, disebut cara vakum
(vacuum method). Dengan demikian air yang tinggal hanyalah air yang dipakai sebgai
reaksi dengan semen sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.
i) Mortar Mortar sering disebut juga mortel atau spesi ialah adukan yang terdiri dari
pasir, bahan perekat, kapur dan PC.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Beton


Menurut Mulyono, kelebihan dan kelemahan beton adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan
a) Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
b) Mampu memikul beban yang berat.
c) Tahan terhadap temperatur yang tinggi.
d) Biaya pemeliharaan yang kecil.
2. Kekurangan
a) Bentuk yang telah dibuat sulit diubah.
b) Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
c) Berat.
d) Daya pantul suara besar.

2.5 Kuat Tarik Beton


Kuat tarik beton dapat diperoleh dari beberapa percobaan, yaitu: percobaan kuat tarik
melalui uji lentur, kuat tarik belah dan kuat tarik langsung. Kuat tarik langsung sulit
untuk dilaksanakan karena belum tersedia peralatan dan mesin yang memadai untuk
melakukan pengujian. Kuat tarik lentur, biasanya menggunakan benda uji balok dengan
dimensi tertentu, kemudian diuji dengan menggunakan mesin uji lentur. Kuat tarik
belah, menggunakan benda uji silinder yang ditekan pada sisi memanjangnya. Ketiga
tehnik pengujian kuat tarik akan memberikan hasil yang berbedah satu dengan yang
lain. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa secara signifikan nilai kuat tarik belah lebih
kecil dari modulus of repture dan berkisar antara 62-80% dengan hasil rata-rata yang
diperoleh 72,81%. Umumnya nilai kuat tarik belah yang diperoleh dari benda uji
silinder yang menjadi dasar para perencana untuk menetapkan nilai kuat tarik dari suatu
beton dengan mutu tertentu.

2.5.1 Pengukuran Kekuatan Tarik Beton


Banyak hasil-hasil tes laboratorium untuk kekuatan tarik beton, modulus of rupture dan
kekuatan tekan beton yang telah dipublikasi, tetapi hanya beberapa saja yang secara
lengkap mengetest ketiga sifat tadi pada suatu beton yang sama di suatu laboratorium
Hasil tes dari beberapa peneliti, Gonnerman dan Shuman, 1928[2]; Walker dan Bloem
1960[3]; Grieb dan Werner[4] dan Houk 1965 memperlihatkan bahwa nilai modulus of
rupture secara nyata berbeda dengan nilai kekuatan tarik lainnya, kurang lebih sepertiga
lebih tinggi. Ketiga macam tes tarik menghasilkan tiga nilai kekuatan tarik yang
berbeda, masing-masing dengan nilai karakteristiknya sendiri. Kekuatan tarik langsung
kurang lebih 5% kekuatan tekan, kekuatan tarik belah kurang lebih 10% dan modulus of
rupture kurang lebih 15%. Menjadi pertanyaan kenapa nilai kekuatan tarik beton
berbeda untuk ketiga jenis tes tersebut, dan nilai kekuatan tarik yang mana yang dapat
diandalkan untuk digunakan dalam aplikasi.

2.5.2 Tes Tarik Langsung


Tes tarik langsung, merupakan suatu cara pengukuran yang paling logis untuk
mengukur kekuatan tarik beton. Akan tetapi banyak kesulitan yang timbul yang
menyebabkan tes langsung ini jarang digunakan biasanya tes ini dilaksanakan hanya
untuk keperluan riset saja. Benda uji silinder atau prismatik, dilekatkan dengan resin
pada pelat baja pada kedua ujung silinder. Penggunaan resin untuk menyatukan silinder
beton dengan pelat baja, untuk memindahkan tegangan silinder pada ujung beton.
Kedua ujung benda uji harus dipotong tegak lurus dengan kesalahan paling tinggi ¼
Disamping kondisi tersebut, benda uji tidak boleh terdapat retak rambut akibat kurang
baiknya proses perawatan. Retak rambut akan mengurangi luas penampang benda uji,
dan berpengaruh pada ketelitian hasil tes. Dengan berbagai kesulitan yang dihadapi
dalam pelaksanaan tes langsung, maka tes ini tidak digunakan keperluan kontrol rutin,
tetapi hanya digunakan untuk keperluan riset saja.

2.6 Pengaruh Bahan Tambah


Bahan tambah adalah bahan selain unsur pokok beton (air, semen, dan agregat) yang
ditambahkan pada adukan beton. Tujuannya adalah untuk mengubah satu atau lebih
sifat-sifat beton sewaktu masih dalam keadaan segar atau setelah mengeras. Bahan
tambah seharusnya hanya berguna kalau sudah ada evaluasi yang teliti tentang
pengaruhnya pada beton, khususnya dalam kondisi dimana beton diharapkan akan
digunakan. Bahan tambah ini biasanya diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit, dan
pengawasan yang ketat harus diberikan agar tidak berlebihan yang justru akan dapat
memperburuk sifat beton. Sifat-sifat beton yang diperbaiki itu antara lain kecepatan
hidrasi (waktu pengikatan), kemudahan pengerjaan, dan kekedapan terhadap air.
Menurut SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton, 1990),
bahan tambah kimia dapat dibedakan menjadi 5 (lima) jenis yaitu:
1. Bahan tambah kimia untuk mengurangi jumlah air yang dipakai. Dengan pemakaian
bahan tambah ini diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai
kekentalan yang sama, atau diperoleh kekentalan adukan lebih encer pada faktor air
semen yang sama.
2. Bahan tambah kimia untuk memperlambat proses ikatan beton. Bahan ini digunakan
misalnya pada satu kasus dimana jarak antara tempat pengadukan beton dan tempat
penuangan adukan cukup jauh, sehingga selisih waktu antara mulai pencampuran dan
pemadatan lebih dari 1 jam.
3. Bahan tambah kimia untuk mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton. Bahan
ini digunakan jika penuangan adukan dilakukan dibawah 7 permukaan air, atau pada
struktur beton yang memerlukan waktu penyelesaian segera, misalnya perbaikan
landasan pacu pesawat udara, balok prategang, jembatan dan sebagainya.
4. Bahan tambah kimia berfungsi ganda, yaitu untuk mengurangi air dan memperlambat
proses ikatan.
5. Bahan kimia berfungsi ganda, yaitu untuk mengurangi air dan mempercepat proses
ikatan dan pengerasan beton.
Tri Mulyono menyebutkan dalam bukunya bahwa bahan tambah dibagi menjadi tujuh
tipe yaitu :
1. Tipe A “Water-Reducing Admixture” Water-Reducing Admixture adalah bahan
tambah yang mengurangi air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton
dengan konsistensi tertentu.
2. Tipe B “Retarding Admixtures” Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang
berfungsi untuk menghambat waktu pengikatan beton. Penggunanya untuk menunda
waktu pengikatan beton (setting time) misalnya karena kondisi cuaca yang panas, atau
memperpanjang waktu untuk pemadatan untuk menghindari cold joints dan
menghindari dampak penurunan saat beton segar pada saat pengecoran dilaksanakan.
3. Tipe C “Accelerating admixture” Accelerating admixture adalah bahan tambah yang
berfungsi untuk mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. 8
4. Tipe D “Water Reducing and Retarding Admixture” Water Reducing and Retarding
Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan
menghambat pengikatan awal.
5. Tipe E “Water Reducing and Accelerating Admixture” Water Reducing and
Accelerating Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu mengurangi
jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang konsistensinya
tertentu dan mempercepat pengikatan awal. Bahan ini digunakan untuk menambah
kekuatan beton.
6. Tipe F “Water Reducing, High Range Admixture” Water Reducing, High Range
Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu,
sebanyak 12% atau lebih. Fungsinya untuk mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau
lebih. Kadar pengurangan air dalam bahan tambah ini lebih tinggi sehingga diharapkan
kekuatan beton yang dihasilkan lebih tinggi. Jenis bahan tambah ini dapat berupa
superplasticizier. Bahan jenis ini pun termasuk dalam bahan kimia tambahan yang baru
dan disebut sebagai bahan tambah kimia pengurang air. Dosis yang disarankan adalah
1% sampai 2% dari berat semen. Dosis yang berlebihan akan menyebabkan
menurunnya kekuatan tekan beton.
7. Tipe G “Water Reducing, High Range Retarding Admixture” Water Reducing, High
Range Retarding Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi
jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi
tertentu, sebanyak 12% atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton. Jenis
bahan tambah ini merupakan gabungan superplasticizier dengan menunda waktu
pengikatan beton. Biasanya digunakan untuk kondisi pekerjaan yang sempit karena
sedikitnya sumber daya yang mengelola beton yang disebabkan oleh keterbatasan ruang
kerja.

2.7 Serat Daun Nanas


Serat daun nanas adalah salah satu jenis serat yang berasal dari tumbuhan yang
diperoleh dari daun-daun tanaman nanas. Tanaman nanas yang juga mempunyai nama
lain, yaitu Ananas Cosmosus, (termasuk dalam family Bromeliaceae), pada umumnya
termasuk jenis tanaman semusim. Menurut sejarah, tanaman ini berasal dari Brazilia
dan dibawa ke Indonesia oleh para pelaut Spanyol dan Portugis sekitar tahun 1599. Di
Indonesia tanaman tersebut sudah banyak dibudidayakan, terutama di pulau Jawa dan
Sumatera yang antara lain terdapat di daerah Subang, Majalengka, Purwakarta,
Purbalingga, Bengkulu, Lampung dan Palembang, yang merupakan salah satu sumber
daya alam yang cukup berpotensi (Anonim, 2006). Tanaman nanas akan dibongkar
setelah dua atau tiga kali panen untuk diganti tanaman baru, maka dari itu limbah daun
nanas terus berkelanjutan sehingga cukup potensial untuk dimanfaatka. Bentuk daun
nanas menyerupai pedang yang meruncing diujungnya dengan warna hijau kehitaman
dan di tepi daun terdapat duri yang tajam. Tergantung dari species atau varietas
tanaman, panjang daun nanas berkisar antara 55 sampai 75 cm dengan lebar 3,1 sampai
5,3 cm dan tebal daun antara 0,18 sampai 0,27 cm. Di samping species atau varietas
nanas, jarak tanam dan intensitas sinar matahari akan mempengaruhi terhadap Teknoin,
(Pratikno, 2008). Pertumbuhan panjang daun dan sifat atau karakteristik dari serat yang
dihasilkan. Intensitas sinar matahari yang tidak terlalu banyak (sebagian terlindung)
pada umumnya akan menghasilkan serat yang kuat, halus, dan mirip sutera Daun nanas
mempunyai lapisan luar yang terdiri dari lapisan atas dan bawah. Diantara lapisan
tersebut terdapat banyak ikatan atau helai-helai serat yang terikat satu dengan yang lain
oleh sejenis zat perekat yang terdapat dalam daun. Karena daun nanas tidak mempunyai
tulang daun, adanya serat-serat dalam daun nanas tersebut akan memperkuat daun nanas
saat pertumbuhannya. Dari berat daun nanas hijau yang masih segar akan menghasilkan
kurang lebih sebanyak 2,5 sampai 3,5% serat serat daun nanas. Pengambilan serat daun
nanas dilakukan pada usia tanaman berkisar antara 1 sampai 1,5 tahun. Serat yang
berasal dari daun nanas yang masih muda hasilnya kurang panjang dan kurang kuat.
Sedangkan serat yang dihasilkan dari tanaman nanas yang terlalu tua, terutama tanaman
yang tumbuhannya di alam terbuka dengan intensitas matahari cukup tinggi tanpa
pelindung, akan menghasilkan serat yang pendek kasar dan getas atau rapuh). Oleh
karena itu untuk mendapatkan serat yang kuat, halus dan lembut perlu malakukan
pemilihan pada daun-daun nanas yang cukup dewasa yang pertumbuhannya sebagian
terlindung dari sinar matahari.

2.7.1 Extraksi Serat Daun Nanas


Pemisahan atau pengambilan serat nanas dari daunnya dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu dengan tangan (manual) ataupun dengan peralatan decorticator. Cara yang
paling umum dan praktis adalah dengan proses water retting dan scraping atau secara
manual. Water retting adalah proses yang dilakukan oleh micro-organisme untuk
memisahkan atau membuat busuk zat-zat perekat yang berada disekitar serat daun
nanas, sehingga serat akan mudah terpisah dan terurai satu dengan lainnya. Proses
retting dilakukan dengan cara memasukkan daun nanas kedalam air dalam waktu
tertentu. Karena water retting pada dasarnya yaitu proses micro-organisme, maka ada
beberapa faktor sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses ini, antara lain kondisi
dari retting water, pH air, temperatur, cahaya, perubahan kondisi lingkungan, aeration,
macro-nutrients, jenis bacteri yang ada dalam air, dan lamanya waktu proses. Daun
nanas yang telah mengalami proses water retting kemudian dilanjutkan proses
pengikisan atau pengerokan (scraping) dengan menggunakan plat atau pisau yang tidak
tajam untuk menghilangkan zat-zat yang masih menempel atau tersisa pada serat,
sehingga serat-serat daun nanas akan lebih terurai satu dengan lainnya. Serat-serat
tersebut kemudian dicuci dan dikeringkan. Karena dilakukan dengan tangan (manual),
proses water retting dan terutama pada proses scraping diperlukan keahlian dan
kesabaran seseorang untuk mengerjakannya. Penelitian menunjukkan kadang proses
water retting ini akan menghasilkan warna serat daun nanas yang kecoklat-coklatan
akibat adanya proses micro-organism yang tumbuh pada serat tersebut. Cara extraction
serat daun nanas dapat juga dilakukan dengan peralatan yang disebut mesin
Decorticator, prosesnya disebut dengan dekortikasi. Mesin decorticator terdiri dari suatu
cylinder atau drum yang dapat berputar pada porosnya. Pada permukaan cylinder
Teknoin, (Pratikno, 2008). Terpasang beberapa plat atau jarum-jarum halus yang akan
menimbulkan proses pemukulan pada daun nanas, saat cylinder. Gerakan perputaran
cylinder dapat dilakukan secara manual (tenaga manusia) atau menggunakan motor
listrik. Saat cylinder berputar, daun-daun nanas, sambil dipegang dengan tangan,
disuapkan diantara cylinder dan pasangan rol dan plat penyuap. Karena daun-daun
nanas yang disuapkan mengalami proses pengelupasan, pemukulan dan penarikan yang
dilakukan oleh plat-plat atau jarum-jarum halus (blades) yang terpasang pada
permukaan cylinder selama berputar, maka kulit daun ataupun zat-zat perekat yang
terdapat disekitar serat akan terpisah dengan seratnya. Pada setengah proses decorticasi
dari daun nanas yang telah selesai, kemudian dengan pelan, daun nanas ditarik kembali.
Dengan cara yang sama ujung daun nanas yang belum mengalami proses decorticasi
disuapkan kembali ke cylinder dan pasangan rol penyuap. Kecepatan putaran cylinder,
jarak setting antara blades dan rol penyuap, serta kecepatan penyuapan akan
mempengaruhi terhadap keberhasilan dan kualitas serat yang dihasilkan. Untuk
memudahkan pemisahan zat-zat yang ada disekitar serat dan menghindari kerusakan
pada serat, proses decorticasi sebaiknya dilakukan pada kondisi daun dalam keadaan
segar dan basah. Daun-daun nanas yang telah mengalami proses dekortikasi, kemudian
dicuci dan dikeringkan melalui sinar matahari, atau dapat dilakukan dengan cara-cara
yang lain.

2.7.2 Komposisi Kimia


Hampir semua jenis serat alam, khususnya yang berasal dari tumbuhan (vegetable
fibres), abaca, henequen, sisal, yute, rami, daun nanas dan lidah mertua, komposisi
kandungan serat secara kimia yang paling besar adalah cellulose, meskipun unsur atau
zat-zat lain juga terdapat pada serat tersebut, misal fats dan waxs, hemicellulose, lignin,
pectin dan colouring matter (pigmen) yang menyebabkan serat berwarna. Komposisi
kandungan zat-zat tersebut pada umumnya sangat bervariasi tergantung dengan jenis
atau varietas tanaman nanas yang berbeda. Zat-zat tersebut perlu dihilangkan atau
dikurangi pada proses selanjutnya agar proses bleaching ataupun dyeing lebih mudah
dikerjakan. Tabel 1 memperlihatkan perbandingan komposisi kimia yang terkandung
pada beberapa jenis serat alam, nanas, kapas dan rami (Anonim, 2006). Sedang Tabel 2
menunjukkan komposisi kimia dari hasil proses pemisahan serat yang berbeda,
decortication dan water retting, pada serat nanas (Doraiswarmy et al, 1993). Sama
halnya dengan serat-serat alam lainnya yang berasal dari daun, secara morphology
jumlah serat dalam daun nanas terdiri dari beberapa ikatan serat dan masing-masing
ikatan terdiri dari beberapa serat. Berdasarkan pengamatan dengan microscope, cell-cell
dalam serat daun nanas mempunyai ukuran diameter rata-rata berkisar 10 µm dan
panjang rata-rata 4.5 mm dengan ratio perbandingan antara panjang dan diameter adalah
450. Rata-rata ketebalan dinding cell dari serat daun nanas adalah 8.3 µm. Ketebelan
dinding cell ini terletak antara serat sisal (12.8 µm) dan serat batang pisang (1.2 µm),
dan secara umum sifat atau karakteristik serat daun nanas dapat ditunjukkan pada Tabel
3. Meski akan mempengaruhi terhadap physical maupun mechanical properties serat
(terutama berat, kekuatan tarik dan mulur serat), penelitian menunjukkan bahwa
treatment yang dilakukan pada serat daun nanas tersebut, hasil dari proses decorticasi
ataupun water retting, dengan bahan kimia misal NaOH, H2SO4 atau bahan-bahan
kimia lainnya dengan konsentrasi tertentu, akan memudahkan dalam penguraian atau
pemisahan antar serat dari ikatannya, hal ini disebabkan terlepasnya beberapa impurity
materials atau gummy substances yang terdapat pada ikatan serat nanas tersebut,
(Pratikno 2008). Hal ini menunjukkan bahwa serat yang sudah mengalami proses
treatment mempunyai kemampuan daya serap yang tinggi pada proses pewarnaan.
Namun demikian, sifat-sifat flexural rigidty dan torsional rigidity pada serat daun nanas
relatif lebih tinggi dibanding serat kapas. Hal ini menyebabkan resistensi yang besar
terhadap puntiran ataupun bending dan serat cenderung melawan puntiran setelah
puntiran diberikan, menyebabkan kesulitan untuk mendapatkan kekompakan benang
yang diinginkan.
Serat Nanas Serat Kapas Serat Rami
Komposisi Kimia
(%) (%) (%)
Alpha selulosa 69,5 – 71,5 94 72 – 92
Pentosan 17,0 – 17,8 - -
Lignin 4,4 – 4,7 - 0–1
Pektin 1,0 – 1,2 0,9 3 – 27
Lemak dan Wax 3,0 – 3,3 0,6 0,2
Abu 0,71 – 0,87 1,2 2,87
Zat –zat lain (Protein,
4,5 – 5,3 1,3 6,2
Asam organic, dll.)

Tabel. 1 Komposisi Kimia Serat Nanas ( Anonim, 2006 )

% Komposisi
Komposisi Kimia
Decortication Water Retting
Alpha cellulose 17,36 87,36
Hemi Cellulose 13,07 4,58
Lignin 4,25 3,62
Ash 2,29 0,54
Alcohol – benzene
5,73 2,72
extractions

Tabel. 2 Komposisi Kimia Serat Nanas Pada Metode


Proses Pemisahan Serat Yang Berbeda (Doraiswarmy et al, 1993)

2.7.3 Durability Serat Daun Nanas


Properties lain dari serat daun nanas adalah penurunan kekuatan serat dalam kondisi
basah, seperti terlihat pada Tabel 3. Penurunan kekuatan pada kondisi ini kemungkinan
disebabkan adanya penetrasi molekul-molekul air kedalam rantai molekul multicellular
cellulose serat, sehingga menimbulkan penggelembungan pada serat dan menimbulkan
terjadinya slip antar molekul-molekul serat pada saat diberi beban. Sama halnya dengan
serat-serat yang berasal dari tumbuhan, penurunan kekuatan serat daun nanas juga
terjadi apabila serat tersebut dipendam didalam tanah. Penelitian menunjukkan
pemendaman serat daun nanas dalam tanah selama 3 hari mengakibatkan penurunan
kekuatan serat berkisar 37.1%, penurunan kekuatan ini lebih baik dibanding dengan
serat sisal dan jute yang mengalami penurunan dramatis, yaitu 75.9% dan 80%. Hal ini
dapat dipahami karena hampir semua serat-serat alam dengan kondisi atau penyimpanan
yang kurang baik akan rentan terhadap serangan micro-organism, jamur maupun
bakteri-bakteri pembusuk lain yang dapat menyerang cell-cell cellulose serat.

2.7.4 Daun Nanas Sebagai Serat Penguat


Serat nanas terdiri atas selulosa dan non selulosa yang diperoleh melalui penghilangan
lapisan luar daun secara mekanik. Lapisan luar daun berupa pelepah yang terdiri atas sel
kambium, zat pewarna yaitu klorofil, xanthophyl dan carotene yang merupakan
komponen kompleks dari jenis tanin, serta lignin yang terdapat di bagian tengah daun.
Selain itu lignin juga terdapat pada lamela dari serat dan dinding sel serat. Serat yang
diperoleh dari daun nanas muda kekuatannya relatif rendah dan seratnya lebih pendek
dibanding serat dari daun yang sudah tua.

2.7.5 Proses Pembuatan Serat Daun Nanas


a. Proses retting dilakukan dengan cara memasukan daun – daun ke dalam air dalam
waktu tertentu.
b. Kemudian daun dilakukan proses pengikisan atau pengerokan (scraping) dengan
menggunakan plat atau pisau yang tidak terlalu tajam untuk menghilangkan zat – zat
yang masih menempel atau tersisa pada serat.
c. Daun yang sudah menjadi serat dibersihkan kemudian di sisir dan dikeringkan di
panas sinar matahari.

2.8 Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Metode Hasil


1 Lerry M. N. PENGARUH SERAT Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Gerung DAUN NENAS DENGAN panjang serat 1,5 cm memberikan
KONSENTRASI SERAT kekuatan yang paling besar
0,075% DAN VARIASI dibandingkan dengan panjang serat
PANJANG SERAT lainnya yaitu7 8% peningkatan
0.5cm; 1,0cm; 1,5cm terhadap kuat tarik belah dan 26%
TERHADAP KUAT terhadap kuat tarik lentur dibandingkan
TARIK BETON dengan beton normal pada umur 28
NORMAL hari serta berat volume yang terjadi
pada beton yang ditambahkan serat
yaitu berkisar 2167 kg/m3. Sehingga
dapat dikatakan bahwa penggunaan
bahan tambahan serta daun nenas
dapat menjadi salah satu alternative.
2 Tasia, dkk (2019) PENGARUH SNI 03- Variasi panjang serat daun nanas yaitu
PENAMBAHAN 2 cm,
2834-
SERAT DAUN NANAS 3 cm, 4 cm, dan 5 cm dengan
(ANANAS COMOSUS) 2000 dan presentase penambahan sebesar 2,5%,
5%, 7,5% dan 10%
TERHADAP KUAT SNI 03-
terhadap volume benda uji. Campuran
TARIK BELAH 2491- adukan beton menggunakan nilai
faktor air semen 0,5
BETON 2002
dan slump 60-100 mm. Benda uji
direndam selama 27 hari dan pengujian
dilakukan pada umur
28 hari. Nilai kuat tarik belah beton
terbesar terjadi pada panjang serat 2
cm variasi 10% sebesar
2,69 MPa dan rasio penurunan
terhadap kuat tarik belah normal
sebesar 4,77%. Nilai kuat tarik
belah terkecil terjadi pada panjang
serat 5 cm variasi 2,5% sebesar 2,18
MPa dengan rasio
penurunan terhadap kuat tarik belah
normal sebesar 22,81%.
3 Laksmi,dkk PENGGUNAAN ACI Hasil penelitian menunjukkan, seiring
ACCELERATOR PADA meningkatnya persentase accelerator yang
(2009) ditambahkan kedalam adukan beton :(1)
BETON ABU KETEL Nilai slump
SEBAGAI semakin besar. (2) Waktu pengikatan awal
UPAYA dan akhir beton semakin cepat. (3)
Walaupun tidak
MEMPERCEPAT signifikan, nilai kuat tekan, dan kuat tarik
beton yang diperoleh menjadi lebih besar
LAJU PENGERASAN1 dan yang
maksimum didapat dari persentase
penambahan accelerator sebesar 20 %.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis
penelitian Eksperimen dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian
eksperimen penelitian yang bertujuan mencari pengaruh variabel tertentu
terhadap variabel lain dalam kondisi terkontrol secara ketat. Penelitian ini
mendorong dilakukannya eksperimen untuk mengetahui pengaruh variabel
tertentu. merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah
sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas. Metode penelitian eksperimen
diartikan sebagai suatu penelitian yang dengan sengaja peneliti melakukan
manipulasi terhadap satu atau lebih variabel dengan suatu cara tertentu sehingga
berpengaruh pada satu atau lebih variabel lain yang di ukur Arboleda  (1981:
27). Kerlinger (2006: 315) menambahkan definisi eksperimen sebagai suatu
penelitian ilmiah dimana peneliti memanipulasi dan mengontrol satu atau lebih
variabel bebas dan melakukan pengamatan terhadap variabel-variabel terikat
untuk menemukan variasi yang muncul bersamaan dengan manipulasi terhadap
variabel bebas tersebut. Lebih lanjut dijelaskan, variabel yang dimanipulasi
disebut variabel bebas dan variabel yang akan dilihat pengaruhnya disebut
variabel terikat.

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Universitas Bojonegoro. Peneliti
menetapkan subyek penelitian di lokasi ini karena pihak kampus memberikan
fasilitas bagi mahasiswa yang ingin melakukan uji laboratorium disamping itu
penulis sedang menjalankan studi Strata 1 ( S1 ) di Universitas Bojonegoro.

3.3 Data dan Jenis Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian initermasuk ke dalam jenis
data primer, data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data ,Sugiyono (2017: 137).
3.4 Populasi
Menurut Arikunto (2013: 173) populasi adalah keseluruhan dari subjek
penelitian. Jadi yang dimaksud populasi adalah individu yang memiliki sifat
yang sama walaupun prosentase kesamaan itu sedikit, atau dengan kata lain
seluruh individu yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah Beton Komposit dan Beton Normal

3.5 Bahan
Bahan bahan untuk penelitian ini adalah :
1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PC tipe I merk
Gresik, dan didapatkan dari toko bangunan di wilayah Bojonegoro dalam
kondisi baik, dan dalam satu zak berisi 40 kg
2. Agregat halus yang digunakan adalah pasir, berasal dari Tambang Pasir
Ledok Kulon Kecamatan Bojonegoro
3. Agregat kasar yang digunakan berupa batu pecah (split) berasal dari Desa
Kunci Kecamatan Dander
4. Air yang digunakan berasal dari instalasi air bersih Laboratorium Teknik
Sipil Universitas Bojonegoro
5. Bahan tambah berupa zat pengering merk Amca Caplast Special yang
dijual di toko toko bangunan wilayah Bojonegoro
6. Bahan tambah lainnya yaitu berupa serat daun nanas yang di jual di toko
Nindy Handy Craft Surabaya

3.6 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Satu set saringan
Alat ini di gunakan untuk mengukur gradasi agregat sehingga dapat
ditentukan nilai modulus kehalusan butir agregat.
2. Cetakan Balok
Cetakan beton balok, di gunakan untuk mencetak benda uji pengujian kuat tarik
3. Mesin pengaduk beton (concrete Mixer)
Alat ini digunakan untuk mengaduk bahan campuran beton.
4. Mesin uji tarik
Alat ini digunakan untuk menguji kuat tekan tarik.
5. Alat bantu
Selama proses pembuatan benda uji digunakan beberapa alat bantu diantaranya
adalah sendok semen, mistar, gayung, dan ember

3.7 Variabel Penelitian


Pada penelitian ini jenis beton yang diteliti ialah jenis beton mutu tinggi, selain
itu dilakukan pengujian kuat tarik beton pada umur 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari dan
28 hari. Perencanaan campuran beton (mix design) dilakukan dengan menggunakan
metode SNI-03-2834-2000. Adapun variable penelitian pada tiap pengujian seperti
tercantum pada table 3.1
Zat Macam Pengujian, Umur Beton, dan Jumlah Benda Uji
Kode
Additive Uji Kuat Tarik
Sampel
(%) 3 Hari 7 Hari 14 Hari 21 Hari 28 Hari
A 2 ml/kg 6 6 6 6 6
B 2 ml/kg 6 6 6 6 6
Serat Daun Macam Pengujian, Umur Beton, dan Jumlah Benda Uji
Kode
Nanas Uji Kuat Tarik
Sampel
(%)
A 7,5 6 6 6 6 6
B 10 6 6 6 6 6
C 12,5 6 6 6 6 6
Table 3.1
Persentase kadar zat additive yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari
ketentuan yang disarankan pada kemasan Amca Caplast Special yaitu (2ml/kg – 3,1
ml/kg).

3.8 Pelaksanaan Penelitian


Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas
Bojonegoro. Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu : pengadaan
bahan material, pemeriksaan bahan beton mutu tinggi, pembuatan beton, perawatan
serta pemeliharaan beton, pelaksanaan pengujian benda uji, dan analisis hasil
penelitian.

3.8.1 Pengadaan Bahan dan Peralatan


Sebelum penelitian mulai dilakukan, maka bahan dan peralatan yang
akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu. Bahan-bahan beton adalah
semen, batu pecah (split), pasir, bahan tambah Merk amca Caplast Special
dan air dari instalasi air bersih laboratorium. Setelah bahan-bahan tersebut
tersedia, maka dilakukan pengujian material.

3.8.2 Pemeriksaan material yang digunakan


Sebelum bahan-bahan penyusun beton dicampur menjadi satu, terlebih
dahulu dilakukan pemeriksaan bahan agar dapat dihasilkan beton mutu
tinggi yang sesuai dengan perencanaan. Pemeriksaan serta pengujian
terhadap bahan beton terdiri dari :
a. Agregat Kasar (SNI 03-1971-1990)
b. Agregat Halus (SNI 03-1971-1990)
c. Semen
Pemeriksaan terhadap semen dilakukan dengan cara visual yaitu
semen dalam keadaan tertutup rapat dan setelah dibuka tidak ada
gumpalan serta butirannya halus.
d. Air
Pemeriksaan terhadap air dilakukan secara visual yaitu air harus
bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan garam sesuai dengan
persyaratan.
e. Bahan Tambah
Pemeriksaan terhadap bahan tambah merk Amca Caplast Special
serat daun nanas juga dilakukan secara visual.

3.8.3 Pembuatan Beton


Adapun langkah-langkah pembuatan beton, yaitu :
a. Persiapan bahan beton
 Menimbang bahan-bahan beton yaitu semen, agregat kasar,
agregat halus, bahan tambah merk Amca Caplast Special dan air
dengan berat yang telah ditentukan dalam perencanaan campuran
beton.
 Mempersiapkan cetakan silinder beton dan peralatan lain yang
dibutuhkan.
b. Pengadukan campuran beton
Pembuatan benda uji dibuat berdasarkan perhitungan proporsi
campuran dari hasil rancangan campuran beton (mix design). Pembuatan
benda uji dilakukan untuk menentukan kuat tekan. Bahan pengisi
(agregat), bahan ikat (semen portland) dicampur dalam komposisi yang
direncanakan dalam keadaan kering. Langkah ini dilakukan agar
pencampuran antara bahan-bahan tersebut dapat lebih homogen,
sehingga diharapkan hasil yang diperoleh maksimal.
c. Pencetakan beton
d. Perawatan serta pemeliharaan
Perawatan beton dilakukan sesuai dengan waktu rencana
pengujian beton, dengan direndam di dalam air selama masa perawatan.
Hal ini dimaksudkan untuk memperlambat proses penguapan air yang
ada di dalam beton, sehingga semen dapat berhidrasi dengan sempurna.

3.8.4 Pengujian Kuat Tarik Beton


Pengujian kuat tarik beton dilakukan terhadap benda uji balok dengan
menggunakan mesin uji kuat tarik Compression Testing Machine. Pengujian
kuat tarik beton dilakukan setelah beton mencapai umur 3 hari, 7 hari, 14
hari, 21 hari dan 28 hari.

3.9 Analisis Hasil Penelitian


Analisis hasil dari penelitian ini dilakukan dengan cara :
a. Nilai kuat tekan beton disajikan dalam bentuk tabel.

b. Mengetahui pengaruh dari variabel yang digunakan terhadap hubungan kuat


tekan beton dengan komposisi material bahan tambah merk Amca Caplast
Special yang bervariasi dan disajikan dalam bentuk grafik.
3.10 Bagan Alir Penelitian

Mulai

Pengumpulan bahan dan alat

Agregat Agregat kasar Semen Zat pengering Amca Zat pengering Amca Air
halus gresik Caplast Special Caplast Special

Uji bahan
Tidak

Ya

Mix design
SNI 2000

Beton Segar

Pembuatan Beton Normal Pembuatan Beton Normal


dengan Zat Pengering dengan serat daun nanas

Perawatan benda uji

Pengujian Kuat Tarik Beton

Analisis Dan Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Anda mungkin juga menyukai