Jusuf J. S. Pah
20_Loadings.pdf
ii
Daftar Isi
Daftar Isi iii
1. Informasi Perencanaan dan Legalitas Dokumen 1
2. Idealisasi Struktur dan Kebijakan Umum Pembebanan 3
2.1. Idealisasi Struktur 3
2.2. Kebijakan Umum tentang Perhitungan Pembebanan 7
3. Pembebanan pada Gording 9
3.1. Data 9
3.2. Profil Usulan 1 9
3.3. Perhitungan Pembebanan 9
3.4. Analisa Struktur untuk Menentukan Beban yang Ditransfer ke Komponen Lapis Berikutnya 12
4. Pembebanan pada Penggantung Gording (Sagrod) 15
4.1. Data 15
4.2. Profil Usulan 1 15
4.3. Perhitungan Pembebanan 15
4.4. Analisa Struktur 15
5. Pembebanan pada Ikatan Angin di Struktur Pengaku Atap 17
5.1. Data 17
5.2. Profil Usulan 1 17
5.3. Perhitungan Pembebanan 17
5.4. Analisa Struktur 18
6. Pembebanan pada Gird Horizontal di Struktur Dinding Melintang 19
6.1. Data 19
6.2. Profil Usulan 1 19
6.3. Perhitungan Pembebanan dan Analisa Struktur 19
7. Pembebanan pada Gird Vertikal di Struktur Dinding Melintang 23
7.1. Data 23
7.2. Profil Usulan 1 23
7.3. Perhitungan Pembebanan 23
7.4. Analisa Struktur 26
8. Pembebanan pada Gird Horizontal di Struktur Dinding Memanjang 27
8.1. Data 27
8.2. Profil Usulan 1 27
8.3. Pembebanan 27
8.4. Analisa Struktur 32
9. Pembebanan pada Ikatan Angin di Struktur Dinding Memanjang 34
9.1. Data 34
9.2. Profil Usulan 1 34
9.3. Perhitungan Pembebanan dan Analisa Struktur 34
iii
iv
Bab 1
1. Informasi Perencanaan dan Legalitas Dokumen
Informasi Perencanaan
Dokumen ini adalah naskah perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung (setelah ini akan disebut
Dokumen Perencana). Bab pertama dokumen ini memuat Informasi tentang perencanaan. Informasi ini
ditampilkan dalam Tabel 1-1. Selain itu, pada bab ini juga ditampilkan informasi tentang legalitas
dokumen ini.
Tabel 1-1. Informasi Perencanaan
Proyek
1 Nama Proyek Pembangunan Instalasi Pengadaan Pupuk di Nusa Tenggara Timur
2 Pekerjaan Perencanaan Struktur Gedung Pabrik Pupuk
3 Lokasi Blok F5, Kawasan Industri: Bolok – Tablolong, Kabupaten Kupang.
4 Tahun 2010
5 Jumlah Dana yang Tersedia, dan Sumber Dana -
6 Pemilik Proyek _____________
7 Lain – Lain -
Perencana
1 Lembaga/Konsultan Perencana Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan
Teknik, Universitas Nusa Cendana
2 Sarjana Teknik Perencana-1 Nama: ________________________
NIM: ____________________
Alamat Kontak/no. ponsel /e-mail:
___________________________
Tanda Tangan:
Rujukan Perencanaan
1 Peraturan yang dirujuk untuk tata cara SNI 03 – 1729 – 2002 (SNI - 2002)
perencanaan struktur bangunan
2 Peraturan yang dirujuk untuk penentuan besar Peraturan Muatan Indonesia 1970 N.I – 18
pembebanan, dll. (PMI’70)
3 Peraturan yang dirujuk untuk tata perencanaan SNI 03 – 2847 – 2002; SKSNI T-15 – 1991 -
komponen beton 03
4 Jenis beban yang ditinjau • Beban Gravitasional (YA)
• Beban Gempa (TIDAK)
• Beban Angin (YA)
1
Rujukan Perencanaan
• Beban – Beban Khusus (TIDAK)
5 Pengaruh kondisi lingkungan • Normal (YA)
• Pengaruh Asam (TIDAK)
6 Limit State(s) yang ditinjau: • Kekuatan (YA)
• Lendutan (defleksi) (YA)
• Getaran (TIDAK)
• Kapasitas Keuangan (TIDAK)
• (lain – lain) (TIDAK)
7 Mutu profil baja fy = 240 MPa
8 Jenis profil baja berdasaran cara fabrikasi dan jenis baja tulangan
Profil dengan cara ketiga cara fabrikasi utama: Hot-Rolled; Cold Form; atau Welding, dapat
dipakai sesuai yang tersedia di pasaran dan relevan dengan bagian/komponen struktur yang
direncanakan.
Baja tulangan polos dapat digunakan untuk penulangan komponen beton tetapi baja tulangan
ulir lebih diprioritaskan.
9 Mutu bahan beton fc’ = 25 MPa
10 Jenis fondasi Kolom: Fondasi TAPAK
Pasangan Dinding: Fondasi LAJUR BATU
KALI
11 Kondisi dan data kekuatan tanah Berdasarkan: Hasil Penyelidian Tanah yang
diberikan pemilik bangunan/pemberi tugas.
2
Bab 2
2. Idealisasi Struktur
Idealisasi Strukturdandan
Pembebanan secara secara
Pembebanan Umum Umum
Gambar 2-2. Idealisasi Struktur Memanjang (Dilihat dari Samping Kanan Bangunan)
Gambar 2-2 menunjukan idealisasi portal memanjang. Portal memanjang adalah struktur yang bidangnya
berorientasi memanjang bangunan dan diideallisasikan sebagai portal yang diperkaku terhadap beban
lateral dan berperletakkan jepit di kaki setiap kolom – kolomnya. Kolom portal ini adalah kolom portal-
gabel (struktur utama) sedangkan baloknya (komponen mendatar) adalah gird horizontal, serta
komponen diagonalnya adalah ikatan angin (bracing). Kedua ujung komponen mendatar (gird horizontal)
tersambung secara rigird ke kolom sementara kedua ujung komponen diagonal (ikatan angin)
tersambung secara sendi (pin) ke kolom. Ini membuat komponen diagonal (ikatan angin) menjadi
komponen aksial. Untuk keseluruhan bangunan terdapat dua struktur memanjang, yang satu pada
dinding memanjang kiri dan yang lain pada dinding memanjang kanan bangunan. Keseluruhan bentang
portal memanjang ini adalah 70 m, terdiri dari sebelas modul yang masing – masing berbentang 6 m dan
3
satu modul yang berbentang 4 m. Kecuali pada modul berbentang 4 m, semua gird horizontal dipasang
saling berjarak 3 m. Gird horizontal tengah pada modul berbentang 4 m dipasang pada ketinggian 4 m
dari lantai (berjarak 2 m ke gird horizontal atas). Pemasangan seperti ini dimaksudkan untuk
mengakomodasikan penempatan pintu samping bangunan.
Gambar 2-3. Idealisasi Struktur Salah Modul Struktur Memanjang menunjukkan, Idealisasi Konektivitas
Ikatan Angin pada Kolom – Kolom Gabel
Gambar 2-3 dan Gambar 2-4 menampilkan idealisasi struktur salah satu modul portal memanjang. Ikatan
angin diidealisasikan sebagai komponen aksial yang berperletakkan sendi (pin) pada kolom gabel; dan
terdiri dua jenis yaitu yang akan berkelakuan sebagai komponen aksial tarik ketika angin bertiup dari
depan bangunan (ikatan angin depan), yang akan berkelakuan sebagai komponen aksial tarik ketika
angin bertiup dari belakang bangunan (ikatan angin belakang). Dengan mendesain demikian, hanya
salah satu ikatan angin yang akan berfungsi setiap saat, dan ikatan – ikatan angin akan selalu berlaku
sebagai komponen aksial tarik. Komponen vertikal struktur ini adalah kolom – kolom gabel bersebelahan,
dan komponen horizontalnya adalah gird – gird horizontal. Orientasi penampang profil ditunjukkan dalam
Gambar 2-4.
Gambar 2-4. Idealisasi Struktur Salah Modul Struktur Memanjang menunjukkan Idealisasi Konektivitas
Gird Horizontal pada Kolom – Kolom Gabel
2.1.2.2. Struktur Pengaku Atap
Struktur pengaku atap adalah struktur yang bidangnya seorientasi dengan bidang atap dan komponen –
komponennya terdiri atas gording, sag-rod (penggantung gording) dan ikatan angin atap. Gambar 2-5
menunjukkan idealisasi salah satu bentang trave struktur ini. Struktur ini diidealisasikan sebagai rangka
batang pada bidang atap, yang berperletakkan sendi pada titik pertemuan rafter dengan ujung atas kolom
– kolom gabel. Batang atas dan batang bawah rangka tersebut adalah rafter – rafter gabel bersebelahan,
batang vertikal adalah gording, batang diagonal adalah ikatan angin (bracing) atap dan batang mendatar
adalah sagrod. Gording pada bidang atap dipasang saling berjarak 1523 mm (1500 mm pada proyeksi
datar).
4
Gambar 2-5. Salah Satu Bentang Trave Struktur Pengaku Atap
Pada pembebanan terhadap sumbu y penampangnya, gording diidealisasikan sebagai balok pada empat
perletakan, yaitu dua perletakkan sendi pada rafter, dan dua perletakkan kabel pada sagrod, sedangkan
untuk pembebanan terhadap sumbu x penampangnya, gording diidealisasian sebagai balok bertumpu
pada dua perletakkan sendi di kedua ujungnya. Gambar 2-6(a) menunjukkan idealisasi gording untuk
pembebanan terhadap sumbu y penampang dan Gambar 2-6(b) menunjukan idealisasi gording pada
pembebanan terhadap sumbu x penampang.
5
Gambar 2-7. Idealisasi Satu Bentang Trave dari Struktur Ikatan Angin Bidang Atap (Tampak Atas)
2.1.2.3. Struktur Dinding Melintang
Gambar 2-9. Salah Satu Modul dari Struktur Dinding Melintang, menunjuan Idealisasi Perletakkan dan
Ketersambungan (Konektivitas) Gird – Gird
Struktur pendukung pada dinding melintang ditunjukkan Gambar 2-8. Struktur ini adalah struktur portal
yang terdiri atas gird horizontal dan gird vertikal. Komponen perimetral struktur ini adalah rafter dan
6
kolom gabel. Idelasiasi perletakkan dan konektivitas gird – gird pada struktur sekunder dinding melintang
ini ditunjukkan Gambar 2-9.
Gird horizontal berperletakkan sendi di kedua ujungnya yang bersambung ke gird vertikal. Gird vertikal
berperletakan sendi di kedua ujungnya yang bersambung ke rafter (ujung atas) dan sloof (ujung bawah).
Perletakan sendi di ujung atas bertepatan dengan perletakan gording pada rafter. Beban tiupan angin
pada dinding depan/belakang membebani gird vertikal sebagai beban merata. Karena gird vertikal ini
berperletakkan pada gording di ujung atasnya dan dan pada sloof di ujung bawahnya maka beban ini
dianggap sebagai langsung ditransfer ke gording dan sloof masing – masing sebagai beban terpusat.
1
Beban akibat berat assesoris lain seperti saluran penyejuk ruangan (AC ducting) dan langit – langit (plafon) tidak
diperhatikan karena bangunan mengandalkan ventilasi yang baik untuk penyejuk ruangan dan tidak berlangit-langit.
7
2.2.4. Beban Angin
Beban angin adalah beban pada dinding dan penutup atap akibat tiupan atau terpaan angin. Beban ini
tediri dari tekanan angin positif (tiup) dan tekanan angin negatif (hisap). Tiupan angin yang menerpa
dinding membebani dinding sebagai beban merata areal. Dinding mentransfer beban ini ke gird sebagai
beban merata linier. Selanjutnya gird horizontal mentransfer beban ini ke gird vertikal sebagai beban
terpusat; dan juga gird vertikal mentransfer beban ini ke gording sebagai beban terpusat. Tiupan angin
yang menerpa penutup atap, membebani penutup atap sebagai beban merata areal. Penutup atap
mentransfer beban ini ke gording sebagai beban merata linier. Gording selanjutnya mentransfer beban ini
ke sagrod sebagai beban terpusat (aksial) dan ke rafter, sebagai beban terpusat.
8
Bab 3
3. Pembebanan pada Gording
Pembebanan pada Gording
3.1. Data
Data yang relevan untuk desain gording adalah:
(i) Jarak gording pada bidang atap 1.52 m, dan pada proyeksi bidang datar 1.50 m;
(ii) Jarak sagrod 2 m;
(iii) Jarak maksimum antar gabel 6 m;
(iv) Berat spesifik pentutup atap seng gelombang Bj Ls 40 tipe E: 3.1 kg/m’ untuk lebar lembar seng
650 mm, maka berat spesifik seng adalah:
3 .1
= 4.77 _ kg / m 2 = 47.7 N/m2;
0.65
(v) Panjang tumpang tindih (overlap) seng 200 mm;
(vi) Jarak gording nok (bubungan) 150 mm.
0
(vii) Sudut kemiringan atap 10 .
Lip Channel 150 x 65 x 20 x 2.3 mm (5.5 kg/m’) Kekuatan Material: fy = 240 MPa
B H t c A Cx Cy Ix Iy ix iy Sx Sy
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm2) (mm) (mm) (mm4) (mm4) (mm) (mm) (mm3) (mm3)
65 150 2.3 20 701.2 0 21.2 248 x 41.18 59.4 24.2 33000 9370
4 4
10 x 10
9
320 (1.5) = 480 N/m’ ⇒ 480 N/m’
Beban terpusat akibat berat pekerja dianggap bekerja di tengah bentang gording. Momen lentur
Gambar 3-1. Orientasi Beban - Beban pada Gording terhadap Orientasi Sumbu – Sumbu Penampangnya
Beban (D; H) adalah (141.48; 480) N/m’, maka:
10
tiupan dari kiri bangunan dan tidak perlu ditinjau. Pada bidang atap di pihak angin terjadi tekanan positif
akibat tiupan angin dari kiri, dan pada bidang atap di belakang angin terjadi tekanan hisap. Pada kasus
ini, tekanan angin hisap menimbulkan beban pada gording yang berlawanan arah terhadap arah beban
(D; H)x sehingga mengurangi besar resultan beban pada pembebanan terhadap orientasi sumbu x
penampang gording. Maka tekanan angin hisap (negatif) tidak perlu diperhitungkan. Beban angin akibat
tekanan angin positiflah yang akan diperhitungkan.
Bangunan akan dibangun di kawasan industri Bolok – Tablolong yang berjarak kurang daripada 5 km dari
2 2
pantai maka tekanan angin adalah 40 kg/m (400 N/m ); [PMI ’70 butir 4.1.(2)] dan koefisien tekanan
angin positif adalah (0.02α – 0.4); [PMI ’70 butir 4.3.(1)b]. Berdasaran itu:
1. Beban angin pada gording di pihak angin: (0.02(10) − 0.4)400(1.523) = −121.84 N/m (tekanan isap)
Jumlah beban angin (W) = -121.84 N/m’
Karena adalah tegak lurus bidang yang ditinjau (PMI ’70 butir 4.1) maka orientasi beban ini adalah seperti
yang dinyatakan panah (W) berwarna jingga dalam Gambar 3-1.
Beban lentur rencana terhadap sumbu x penampang gording (Qx) ditentukan berdasarkan kombinasi
pembebanan menurut persamaan (6.2-1) s/d (6.2-6) SNI-2002;
1. Persamaan (6.2-1): 1.4D
Gambar 3-3. Struktur Dinding Melintang (Depan) Bangunan Menunjukkan Daerah Tributaris
Pembebanan Angin pada Gird Vertikal.
Berdasarkan kombinasi – kombinasi tersebut, maka beban lentur rencana terhadap sumbu x panampang
gording (Qx) adalah:
11
Dengan cara yang sama, beban lentur rencana terhadap sumbu y penampang gording (Qy) adalah:
1.2 D y + 1.6 H y = 1.2( 24.57) + 1.6(83.35) = 162.84 N/m’; [SNI-2002 pers. (6.2-3)].
Tiupan angin dari depan bangunan menimbulkan tekanan positif pada dinding depan dan tekanan hisap
pada dinding belakang. Tekanan angin positif menimbulkan beban aksial tekan pada gording sedangkan
tekanan angin hisap menimbulkan beban aksial tarik. Karena gording lebih rawan terhadap beban aksial
tekan, maka dalam mendesain gording hanya tekanan angin positiflah yang ditinjau.
Daerah tributaris yang maksimum dari tekanan angin positif adalah daerah tributaris bagi gird vertikal no
6. Daerah tributaris ini ditunjukan sebagai daerah berarsir dalam Gambar 3-3. Pintu depan dianggap
sedang tertutup dan daerah tributaris melalui grid – gird horizontal diabaikan. Gird no. 6 selanjutnya
mentransfer beban angin kepada gording (di ujung atas), dan kepada sloof (di ujung bawah) sebagai
beban terpusat. Terhadap gording, beban ini adalah beban aksial tekan. Berdasaran itu, besar beban
aksial tekan (N) pada gording dapat dihitung sebagai:
1
(8.34 + 7.82)3(40)0.9 1 = 435.8 _ kg = 4358 N
2 2
Vuy = 194.4 N
Selain itu hasil kedua analisa struktur juga memberikan besar dari gaya – gaya berikut ini:
1. Reaksi perletakkan akibat Qx pada gording yang ditransfer ke rafter (Vx) adalah:
1 1
Vx = Q x L = (826.04)6 = 2479 N.
2 2
2. Reaksi perletakan akibat Qy pada gording yang ditransfer ke rafter (Vy) adalah:
129.6 N;
3. Reaksi perletakkan akibat Qy pada gording yang ditransfer ke sagrod (Vy-sr) adalah
194.4 N;
Maka beban rencana untuk desain gording adalah:
Nu = 6973 N;
6
Mux = 3.717 x 10 Nmm; dan
4
Muy = 6.48 x 10 Nmm;
12
Vu = Vux2 + Vuy2 = 2479 2 + 194.4 2 = 2489 N
13
14
Bab 4
4. Pembebanan pada Penggantung Gording (Sagrod)
Sagrod)
Pembebanan pada Penggantung Gording (Sagrod)
4.1. Data
Data yang relevan untuk desain Sagrod adalah:
(i) Jarak sagrod terhadap rafter adalah 2 m;
(ii) Jarak sagrod satu terhadap yang lain adalah 2 m;
(iii) Panjang sagrod adalah 1.52 m.
(iv) Di kedua ujung dipasang watermur untuk pengencangan.
0
(v) Sudut kemiringan atap 10 .
Gambar 4-1 menunjukkan sketsa perspektif suatu sagrod.
φ 6 mm Kekuatan Material:
erial: fy = 240 MPa
φ A I i
(mm) (mm2) (mm4) (mm)
15
16
Bab 5
5. Pembebanan
Pembebanan pada
padaIkatan Angin
Ikatan di Struktur
Angin PengakuPengaku
di Struktur Atap
Atap
5.1. Data
Data yang relevan untuk desain ikatan angin atap adalah:
(i) Panjang:
3 2 + 6 2 = 6.708 _ m = 6708 mm
(ii) Sesuai cara kerjanya, seperti dijelaskan dalam bagian 2.1.2.2, ikatan angin atap adalah komponen
aksial tarik.
(iii) Di kedua ujung dipasangkan jarum keras untuk penyetelan.
φ A
(mm) (mm2)
12 113
1
Idealisasi ini menganggap batang atas/batang bawah terdiri atas komponen batang yang bersendi di kedua
ujungnya. Anggapan ini kurang tepat sebab batang atas/bawah adalah rafter gabel yang tidak tersusun oleh seperti
itu; namun asumsi ini dapat dipakai sebab perbedaan hasil analisa yang ditumbulkannya tidak signifikan.
17
ikatan angin depan, dan menunjukkan pembebanan akibat tiupan angin dari depan bangunan. Beban-
beban ini berupa beban – beban terpusat. Setiap beban ini dikerjakan oleh setiap gird vertikal pada
dinding depan dan kolom - kolom rafter, dan merupakan aksi akibat pembebanan angin pada dinding
depan bangunan. Besar salah satu beban ini (P6) ,yaitu yang dikerjakan gird vertikal no. 6 telah dihitung
di bagian 3.3.3.2, dengan memperhatikan daerah tributaris beban angin ke gird vertikal pada dinding
depan bangunan (Gambar 3-3). Besarnya adalah 4358 N. Dengan cara yang sama, besar setiap beban
seperti ini yang dikerjakan setiap gird verikal dan kolom rafter telah pula dihitung dan hasilnya ditampilkan
dalam Tabel 5-2.
Tabel 5-2. Besar Beban (dalam Newton) pada Struktur Pengaku Atap
18
Bab 6
6. Pembebanan pada Gird Horizontal di Struktur Dinding Melintang
Pembebanan pada Gird Horizontal di Struktur Dinding
Melintang
6.1. Data
Data yang relevan untuk desain gird horizontal pada struktur dinding melintang adalah:
(i) Bentang gird 3 m = 3000 mm;
(ii) Tebal pasangan dinding adalah ½ batu yaitu dianggap setebal 15 cm atau 150 mm (termasuk tebal
plester dan lapisan finshing);
(iii) Tinggi rata – rata pasangan tembo yang dipikul gird:
1
(2.08 + 2.6) = 2.34 _ m = 2340 mm; [Gambar 6-1(b)];
2
3
(iv) Berat spesifik pasangan tembok: 1700 kg/m ; [PMI ’70 butir Tabel I], yang adalah sama dengan 1.7
-5 3
x 10 N/mm .
1. Beban akibat berat pasangan tembok: 150( 2340)1.7 x10 −5 = 5.97 N/mm
2. Beban akibat berat sendiri profil [Tabel 6-1]: 21.1 _ kg / m = 0.211 N/mm
Jumlah beban mati D (1 dan 2) = 6.18 N/mm
Beban lentur rencana terhadap sumbu x penampang gird (Qx) ditentukan berdasarkan kombinasi
pembebanan menurut persamaan (6.2-1 s/d 6.2-6) SNI-2002:
19
1. Persamaan (6.2-1): 1.4D
1.4 D = 1.4(6.18) = 8.65 N/mm
Gambar 6-1. Idelasisasi Struktur dan Pembebanan Mati pada Komponen Struktur Dinding Melintang
Terhadap sumbu x penampang, beban yang bekerja hanyalah beban D sehingga kombinasi yang lain
(6.2-2 s/d 6.2-6 SNI-2002) tidak diperhatikan. Besar beban lentur rencana terhadap sumbu x gird
horizontal (Qx), dengan demikian, adalah:
8.65 N/mm
(2). Analisa Struktur untuk Memperoleh Beban Rencana
Momen rencana (Mux) dapat dihitung sebagai:
1 1
Q x L2 = (8.65)3000 2 = 9.73 x10 6 Nmm.
8 8
Gaya geser rencana (Vux) dapat dihitung sebagai:
1 1
Q x L = (8.65)3000 = 12975 N
2 2
Gaya geser ini membebani gird vertikal sebagai beban aksial R1GH pada titik sambung dengan gird
horizontal (Gambar 6-1(c)).
6.3.2. Beban Angin (W)
20
(1). Penghitungan Besar Pembebanan
Gambar 6-2 menunjukkan pembebanan dengan beban angin (W) pada gird horizontal di struktur dinding
depan bangunan, dan pengalihannya menjadi beban pada gird vertikal. Beban ini bekerja terhadap
sumbu minor (sumbu y) penampang gird horizontal. Terpaan angin pada dinding depan mengakibatkan
beban pada daerah tertentu di dinding, yang kemudian menyumbangkannya ke gird – gird. Gambar
6-2(a) menunjukkan daerah terpaan angin pada dinding melintang yang menyumbangkan beban, masing
– masing ke gird GH2 dan GH1. Daerah – daerah seperti ini disebut tributaris. Tributaris ke GH2 terdiri
atas dua trapesium sedangkan tributaris ke GH1 terdiri atas satu trapesium dan satu segitiga. Observasi
atas gambar tersebut menunjukkan bahwa tributaris ke gird GH1 lebih besar daripada yang ke GH2.
GH1, dengan demikian, mewakili kedua gird dalam penghitungan besar pembebanan. Gambar 6-3(a)
menunjukkan rinci daerah tributaris ke GH1.
Gambar 6-3. Rinci Daerah Tributaris Beban Angin dan Konversinya Menjadi Beban Merata Ekivalen pada
Gird Horizontal GH1
Beban gaya angin (Qw) yang diterima daerah – daerah tributaris adalah:
L1
W y −trapesium = Qw X 4 ;
L22
Qw = 360 N/m2
X 4 = 2 L2 X 1 − L1 X 2 − X 3
L2 = 3 m
1 1
X 1 = L2 − L1 = 3 − L1
2 2
L1 = 2(1) = 2 m
1
X 1 = 3 − ( 2) = 2
2
1 1 1 1
X2 = L2 − L1 = (3) − ( 2) = 0.83
2 3 2 3
X 3 = L2 − L1 = 3 − 2 = 1
21
2
W y −trapesium = (360)9.34 2 = 747.2 N/m
3
1
W y − segitiga = Qw L1
2
L1 = 3 m
1
W y −segitiga = (360)3 = 540 N/m
2
Beban merata seluruh akibat beban angin yang bekerja pada gird (W y) ( Gambar 6-3(c)); adalah:
1282.2
⇒ Wy = = 1.28 N/mm’
1000
Berdasarkan W y ini, beban lentur rencana terhadap sumbu y penampang gird (Qy) ditentukan menurut
kombinasi pembebanan yang dianjurkan persamaan (6.2-1 s/d 6.2-6) SNI-2002:
1. Persamaan (6.2-4): 1.2D + 1.3W y + 0.5(La atau H)
22
Bab 7
7. Pembebanan pada Gird Vertikal di Struktur Dinding Melintang
Pembebanan pada Gird Vertikal di Struktur Dinding
Melintang
7.1. Data
Data yang relevan untuk desain gird vertikal pada struktur dinding melintang adalah:
(i) Bentang gird 8.6 m = 8600 mm;
(ii) Jarak maksimum sokongan lateral 4 m = 4000 mm;
23
7-1(b). Selain itu, beban lentur pada GV juga disumbangkan dinding depan bangunan. Beban yang
disumbangan dinding depan ke GV adalah beban akibat terpaan angin pada tributaris - tributaris ke GV di
dinding depan bangunan. Gambar 7-1(a) menunjukkan tributaris – tributaris ini. Terdapat tiga tributaris ke
GV yaitu dua tributaris segitiga: x-s1 dan x-s2, serta satu tributaris trapesium: x-t. Beban merata linier
yang ekivalen dengan tributaris x-s1 adalah:
Gambar 7-1. Pembebanan Lentur pada Grid Vertikal Menunjukkan Tributaris Beban Angin dan
Pengalihannya Menjadi Beban Merata Linier
1 1
W x − s1 = Qw L1 _ x − s1 = (360) 2.6 = 312 N/m’
3 3
Terdapat dua tributaris x-s1 yaitu dari kiri dan kanan GV maka besar beban merata pada GV yang
ekivalen untuk tributaris x-s1 adalah 2 x W x-s1 yang besarnya:
L1
W x − t = Qw X 4 ;
L22
Qw = 360 N/m2
X 4 = 2 L2 X 1 − L1 X 2 − X 3
L2 = 4 m
24
1 1
X 1 = L2 − L1 = 4 − L1
2 2
L1 = 2(1.5) = 3 m
1
X 1 = 4 − (3) = 2.5
2
1 1 1 1
X2 = L2 − L1 = ( 4) − (3) = 1
2 3 2 3
X 3 = L2 − L1 = 4 − 3 = 1
X 4 = 2(4)2.5 − 3(1) − 1 = 16
3
W x −t = (360)16 2 = 1080 N/m’
4
Terdapat dua tributaris x-t, masing – masing dari kiri dan kanan GV maka besar beban merata ekivalen
untuk tributaris ini adalah:
Gambar 7-2. Superadisi Pembebanan Aksial dengan Pembebanan Lentur pada Gird Vertikal
Selanjutnya, berdasarkan beban – beban merata ini, besar beban lentur rencana (Qx) bagi GV dapat
ditentukan dengan menghitungnya menurut kombinasi pembebanan yang dianjurkan persamaan (6.2-1
s/d 6.2-6) SNI-2002:
1. Persamaan (6.2-4): 1.2D + 1.3W y + 0.5(La atau H)
25
Kombinasi yang lain tidak diperhatikan karena tidak relevan dengan pembebanan Qx, atau memberikan
hasil hitung yang lebih kecil daripada Qx. Orientasi dan letak beban – beban ini ditunjukkan dalam
Gambar 7-1(c), dan ditampilkan ulang dalam Gambar 7-2(b).
Pembebanan aksial atas GV telah dihitung di atas dan ditunjukkan dalam Gambar 7-2(a), demikian juga
pembebanan lentur yang juga telah dihitung dan ditunjukkan dalam Gambar 7-2(b). Kedua cara
pembebanan ini (aksial dan lentur) bekerja pada GV secara serentak maka pembebanan total atas GV
adalah superadisi pembebanan aksial yang dinyatakan Gambar 7-2(a) dengan pembebanan lentur yang
dinyatakan Gambar 7-2(b). Hasil superadisi ini ditunjukkan Gambar 7-2(c), dan adalah deskripsi
pembebanan total atas GV. Analisa struktur untuk memperoleh gaya – gaya dalam pada GV akan
dilakukan atas deskripsi pembebanan total yang ditunjukkan Gambar 7-2(c) ini.
Vu = 1.3391x10 4 N;
N u = 3.1491x10 4 .
Selain itu:
H bawah = 13391 N (←); [tegak lurus bidang dinding, ke arah luar bangunan]
V = 23042 N (↑);
M = 0.
(ii) Di ujung atas, pada rafter gabel:
26
8. Pembebanan pada Gird Bab 8
Horizontal di Struktur Dinding
Pembebanan
Memanjang pada Gird Horizontal di Struktur Dinding
Memanjang
8.1. Data
Data yang relevan untuk desain gird horizontal pada struktur dinding memanjang adalah:
(i) Bentang gird 6 m = 6000 mm;
(ii) Tebal pasangan tembok adalah ½ batu yaitu dianggap setebal 15 cm atau 150 mm (termasuk tebal
plester dan lapisan finshing);
(iii) Tinggi pasangan tembok yang dipikul gird adalah 3 meter yaitu 3000 mm [Gambar 2-4];
3
(iv) Berat spesifik pasangan tembok: 1700 kg/m ; [PMI ’70 butir Tabel I], yang adalah sama dengan 1.7
-5 3
x 10 N/mm .
8.3. Pembebanan
27
Gambar 8-1. Pembebanan pada Struktur Dinding Memanjang. Rinciannya pada Gambar-Gambar Berikut
Karena gird horizontal merupakan satu kesatuan dengan struktur dinding memanjang tempatnya berada
maka penghitungan pembebanan baginya tidak dilakukan terpisah dan tersendiri tetapi bersama – sama
dalam penghitungan pembebanan bagi keseluruhan struktur dinding memanjang. Pembebanan gird
horizontal akan dengan sendirinya terhitungkan dalam perhitungan pembebanan keseluruhan struktur
dinding memanjang.
Gambar 2-2 di bagian 2.1.2.1 telah menunjukkan idealisasi struktur dinding memanjang. Idealisasi
tersebut ditunjukkan ulang dalam Gambar 8-1 di atas, dengan menunjukkan daerah tributaris dan
orientasi beban – beban yang bekerja pada struktur dinding memanjang, baik yang langsung bekerja
pada padanya maupun yang diinduksikan oleh, atau ditransfer dari struktur lain. Beban yang langsung
bekerja pada struktur dinding memanjang terdiri atas: beban akibat berat pasangan tembok dan beban
akibat terpaan angin pada dinding memanjang, sementara beban induksi adalah beban yang ditransfer
dari struktur dinding melintang yang meliputi beban terpaan angin pada dinding melintang dan reaksi gird
horizontal dan reaksi kolom rafter/gird vertikal struktur dinding melintang. Gambar 8-1 menunjukan
daerah tributaris dan orientasi serta arah masing – masing beban ini. Gambar 8-1(a) menunjukkan
tributaris beban akibat berat pasangan tembok. Besar beban ini sama di setiap modul. Beban ini hanya
bekerja pada gird horizontal tengah (GHtengah). Gambar 8-1(b) menunjukkan tributaris beban angin. Besar
beban inipun sama di setiap modul struktur dinding memanjang. Beban ini bekerja pada gird horizontal
atas (GHatas), GHtengah dan gird vertikal (GV), yang pada portal ini adalah bagian (yaitu kolom) dari gabel.
Gambar 8-1(c) menunjukan pembebanan yang diinduksi dari struktur dinding melintang. Pembebanan ini
bekerja pada kolom kanan dari modul paling kanan. Terhadap struktur dinding memanjang, beban –
beban ini merupakan beban lateral sebab bekerja dari arah samping struktur. Gambar 8-4(a)
menampilkan modul paling kanan tersebut dan menunjukkan pembebanan lateral ini dengan lebih rinci.
Karena struktur dinding memanjang ini terdidri dari modul – modul yang berdimensi sama, perhitungan
pembebanan (dan kemudian analisa struktur atasnya) cukup dilakukan pada salah satu dari modul –
modul ini yang dipilih menjadi representatif. Perhitungan besar beban – beban di bagian ini akan
dilakukan pada modul representatif tersebut, dan dilakukan secara terpisah menurut sumber
pembebanan yaitu akibat berat tembok, akibat terpaan tiupan angin dan akibat induksi dari struktur lain.
8.3.1. Pembebanan oleh Berat Pasangan Tembok
Gambar 8-2. Tributaris dan Perhitungan Besar Pembebanan oleh Pasangan Tembok
Gambar 8-2 menampilkan modul representatif dari struktur dinding memanjang dengan menunjukkan
triburaris beban berat pasangan tembok dan menerangkan perhitungan besarnya.
28
Persamaan yang lain tidak diperhatikan karena tidak ada beban selain beban D yang bekerja pada GH.
Sesuai rencana orientasi penampang profil yang ditunjukkan pada Gambar 8-2(b) di atas, beban ini
bekerja terhadap sumbu x (sumby mayor) penampang profil GH maka beban ini dinamakan QGH-x, maka:
Gambar 8-3. Tributaris dan Perhitungan Besar Pembebanan oleh Terpaan Tiupan Angin
Gambar 8-3 menunjukkan modul yang sama dengan yang ditampilkan gambar sebelumnya, dengan
menunjukkan tribuaris dan penghitungan pembebanan oleh tiupan angin.
Beban yang ditimbulkan terpaan angin (Qw) adalah:
L1
Wtrapesium = Qw X 4 ;
L22
Qw = 360 N/m2
X 4 = 2 L2 X 1 − L1 X 2 − X 3
L2 = 6 m
1 1
X 1 = L2 − L1 = 6 − L1
2 2
L1 = 2(1.5) = 3 m
1
X 1 = 6 − (3) = 4.5
2
1 1 1 1
X2 = L2 − L1 = (6) − (3) = 2
2 3 2 3
X 3 = L2 − L1 = 6 − 3 = 3
X 4 = 2(6)4.5 − 3(2) − 3 = 45
29
3
Wtrapesium = (360) 45 2 = 1350 N/m’
6
GHtengah dibebani dua tributaris trapesium, yang satu dari dinding bagian atas, yang lain dari dinding
bagian bawah. W GH yaitu total beban yang diperoleh GHtengah dari kedua tributaris, dengan demikian
adalah:
2700
2W y −trapesium = 2(1350) = 2700 N/m’ = = 2.7 N/mm’
1000
QGH yaitu beban lentur rencana pada GHtengah ditentukan menurut kombinasi pembebanan yang
dianjurkan persamaan (6.2-1 s/d 6.2-6) SNI-2002 atas W GH.
1. Persamaan (6.2-4): 1.2D + 1.3W GH + 0.5(La atau H)
30
masing – masing besarnya adalah: 10846 N dan 13391 N. Titik tanggap, orientasi dan arah beban –
beban ini pada struktur dinding memanjang ditunjukkan dalam Gambar 8-4(a). Beban R1GH yang adalah
reaksi perletakkan gird horizontal pada dinding melintang juga diinduksikan ke struktur dinding
memanjang tetapi tidak diperhatikan karena hanya menimbulkan beban aksial pada kolom gabel yang
kemudian akan dihitung dalam desain gabel.
P1 =
1
(R 2 GH + H atas ) = 1 (2490 + 10846) = 3334 N;
4 4
1 1
P2 = R 2 GH = ( 2490) = 622.5 N;
4 4
1 1
P3 = H bawah = (13391) = 3347.8 N.
4 4
31
Gambar 8-5. Penggambaran Pembebanan Total pada Modul Representatif Struktur Dinding Memanjang
Ketiga pembebanan: berat tembok, terpaan tiupan angin dan induksi bekerja serentak pada setiap modul
dari struktur dinding memanjang maka pembebanan total pada setiap modul struktur dinding memanjang
adalah superadisi ketiga pembebanan tersebut, yang masing – masing ditunjukkan Gambar 8-2(b),
Gambar 8-3(c), dan Gambar 8-4(b). Hasil superadisi ini ditunjukkan dalam Gambar 8-5. Orientasi beban:
QGH-y, dan QGV-x adalah tegak lurus bidang gambar sementara orientasi beban: QGH-x, Qx2 dan Qx3 serta
P1, P2 dan P3 adalah sebidang dengan bidang gambar. Struktur akan dianalisa untuk skema
pembebanan yang ditunjukkan dalam Gambar 8-5 ini.
Momen di seperempat bentang: M Ax = 4.36 x10 Nmm, di tengah bentang: M Bx = 1.82 x10 Nmm, dan
6 7
Selain itu gird mengerjakan beban terpusat vertikal (reaksi perletakkan gird) pada kolom gabel:
Tu = 1884 N (tarik).
8.4.2. Atas Pembebanan Tegak Lurus bidang Gambar
Pada bagian ini, analisa struktur untuk pembebanan tegak lurus bidang gambar hanya dilakukan pada
GHtengah. Karena momen inersia profil kolom jauh lebih besar daripada momen inersia profil gird,
sambungan ke kolom gabel di kedua ujung gird ini dianggap sebagai perletakkan jepit. GH, dengan
demikian, diidealisasikan sebagai balok pada perletakan jepit di kedua ujungnya. Pembebanan tegak
lurus bidang gambar membebani gird horizontal terhadap sumbu y penampangnya sehingga
menimbulkan gaya-gaya dalam terhadap terhadap sumby y penampang. Analisa struktur akan dilakukan
dengan menggunakan MicroFeap P.1. Hasil analisa struktur memberikan gaya – gaya dalam berikut ini:
M uy = 1.05x10 7 Nmm.
Gaya geser rencana:
Vuy = 1.05x10 4 N.
32
33
Bab 9
9. Pembebanan pada Ikatan Angin di Struktur Dinding Memanjang
Pembebanan pada Ikatan Angin di Struktur Dinding
Memanjang
9.1. Data
Data yang relevan untuk desain ikatan angin pada struktur dinding memanjang adalah:
(i) Panjang:
6 2 + 3 2 = 6.708 mm = 6708 mm
(ii) Sesuai cara kerjanya seperti yang dijelaskan di bagian 2.1.2.1, ikatan angin adalah komponen
aksial tarik.
(iii) Di kedua ujung dipasang jarum keras untuk pengencangan.
φ A
(mm) (mm2)
8 50.26
Tu = 1884 N (tarik)
34