LAPORAN PRATIKUM
MEKANIKA TANAH II
DISUSUN OLEH :
1
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
Kata Pengantar
Kami mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan yang
telah diberikan kepada kami untuk melaksanakan praktikum dan menyusun laporan
Mekanika Tanah II.
Dalam praktikum Mekanika Tanah II ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sondir dan
boring. Praktikum ini wajib untuk diikuti oleh setiap mahasiswa Fakultas Teknik Sipil
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Banyak tugas yang berhubungan dengan praktikum sondir dan boring ini, diantaranya
menggambar grafik hasil dari praktikum tersebut. Hal ini nantinya berguna untuk
merencanakan pondasi tiang pancang yang paling ekonomis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu lancarnya
pelaksanaan dan pembuatan laporan praktikum Mektan II ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya mahasiswa teknik
sipil dalam memperluas pengetahuan. Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan laporan
ini terdapat kesalahan, segala saran dan kritik yang membangun akan kami terima dengan
tangan terbuka.
Penyusun
2
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I 1
SONDIR 1
1.1. DASAR TEORI 2
1.1.1. TEORI PENENTUAN LETAK PONDASI 3
1.1.2. Pemilihan Bentuk Pondasi 2
1.2. Tujuan Praktikum 2
1.3. Peralatan 5
1.4. Persyaratan 6
1.5. Cara pelaksanaan 7
1.6. Keuntungan dan Kekurangan Alat Sondir 17
1.7 Sket Denah Sondir dan Boring 18
1.8 Perhitungan Data (Parameter) 22
1.9 TABEL 2 23
1.10. KESIMPULAN 23
BAB II 23
BORING 25
2.1. DASAR TEORI 26
2.1.1 Wash Boring 26
2.1.2 Rotary Drilling 26
2.1.3 Auger Drilling 27
3.1.4 31
2.3. PELAKSANAAN 28
2.3.1 Peralatan 30
2.3.2 Prosedur Pelaksanaan 30
2.4. 34
2.5. 35
DAFTAR PUSTAKA 34
3
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
BAB I
SONDIR
Gambar 1.1 Rincian konus ganda (bicenan) tipe Begemann. Posisi tertekan (kiri), posisi terbentang
(kanan)
Dalam melakukan penetrasi alat sondir, diperlukan suatu rangkaian alat pembeban
hidrolik yang dipasang pada titik lokasi pengujian. Alat pembeban ini harus dijepit oleh
dua batang penjepit yang diangkur pada tanah agar tidak bergerak ketika dilakukan
pengujian. Selain itu terdapat satu buah manometer yang digunakan untuk membaca
4
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
tekanan hidrolik yang terjadi ketika dilakukan penetrasi batang dalam, pipa dorong, dan
konus.
Hasil dari pengujian sondir ini adalah tahanan ujung yang diambil sebagai gaya
penetrasi per satuan luas penampang ujung sondir, atau qc dan tahanan ujung total, atau qt.
Pengujian sondir ini dilakukan hingga mencapai tanah keras atau hingga mencapai
kemampuan maksimum alat, yaitu tekanan qc = 250 kg/cm2. Berikut merupakan proses
kerja bikonus pada saat dilakukan penetrasi alat sondir.
5
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
yang baik. Karena semakin besar nilai dari conus atau end boring dan semakin besar pula
nilai JHPnya maka pondasi tersebut semakin sulit menerima gangguan atau semakin sulit
sulit bergeser atau dalam kata lain pondasi tersebut kuat untuk menerima beban. Setiap
jenis tanah mampu menahan beban dengan nilai besarnya beban yang berbeda-beda .Di
bawah ini adalah data besarnya daya tahan tanah memikul beban per cm2:
Tabel 1.1 Data besarnya daya tahan tanah memikul beban per cm2:
Tekanan yang
No
Jenis Tanah diperkenankan
.
(kg/cm2)
1. Pasir yang disiram air hingga padat 0,5 s.d 0,8
2. Tanah lumpur campur pasir + 30% - 70% 0,8 s.d 1,6
3. Tanah liat dengan dasar kerikil atau pasir 1 s.d 2
4. Tanah kapur campur tanah liat 1 s.d 1,5
5. Pasir dengan dasar tanah liat yang keras 2,5 s.d 5
6. Pasir ditepi pantai atau laut 2 s.d 3,5
7. Tanah yang banyak kerikilnya 3 s.d 7
8. Tanah liat kelabu berlapis tebal 3 s.d 5,5
9. Tanah liat yang amat padat bercampur pasir 4 s.d 5
10. Tanah liat berwarna kuning berlapis tebal 4,5 s.d 6,5
11. Tanah liat yang keras berwarna merah kekuningan 5,5 s.d 8
Pasir yang sangat padat dengan ketebalan ± 6 m
12. 6 s.d 7,5
dengan dasar kerikil.
13. Tanah biasa bercampur kerikil yang padat 7 s.d 10
14. Tanah batu atau batu padas 8 s.d 20
Selain harus mengetahui besarnya beban yang harus diterima oleh suatu pondasi dan tekanan
yang akan diterima tanah juga maka kita perlu mengetahui berapa besar daya dukung tanah
yang akan digunakan sebagai dasar dari pondasi. Untuk mengetahui daya dukung tanah maka
kita harus menghitung daya dukung tanah - tanah tersebut dengan menggunakan rumus :
𝐶𝑛 𝑥 𝐴 𝐽𝐻𝑃 𝑥 𝑆
𝑄𝑤 = + Rumus 1.
𝑛1 𝑛2
6
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
Keterangan:
Cn = Conus yang terbesar
A = Luas penampang end boring
JHP = Jumlah hambatan pelekat yang terbesar
S = Keliling biconus
n1 = Angka keamanan ( 3 )
n2 = Angka keamanan (5)
Qw = Daya dukung tanah ( ton/m2 )
1.1.2. Pemilihan Bentuk Pondasi
Untuk memilih pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi memadai,
perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan dilapangan dan apakah
pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal
kerjanya. Bila keadaan tersebut ikutdipertimbangkan dalam menentukan macam pndasi, hal –
hal berikut ini perlu dipertimbangkan, antara lain :
1. Keadaan tanah pondasi
2. Batasan – batasan akibat konstruksi diatasnya (superstructure)
3. Batasan-batasan sekelilingnya
4. Waktu dan biaya pekerjaan.
Berikut ini diuraikan jenis-jenis pondasi yang sesuai dengan keadaan tanah pondasi yang
bersangkutan.
a) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada permukaaan tanah atau 2 – 3 meter
dibawah permukaaan tanah. Daham hal ini pondasinya adalah pondasi telapak (spread
foundation).
b). Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman 10 meter dibawah permukaan
tanah. Dalam hal ini, dipakai pondasi tiang atau pondasi tiang apung (floating pile
foundation).
c). Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20 meter dibawah
permukaan tanah. Dalam hal ini, tergantung dari penurunan ( settelment ) yang
diizinkan, dapat dipakai jenis pondasi tiang pancang (pile driven foundation).
7
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
d). Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman 30 meter dibawah permukaan
tanah. Dalam hal ini biasanya dipakai kaison terbuka, tiang baja atau tiang yang dicor
di tempat, tetapi apabila tekanan atmosfir yang bekerja ternyata kurang dari 3 kg/cm2
digunakan juga kaison tekanan.
e). Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalam lebih dari 40 meter dibawah
permukaan tanah. Dalam hal ini yang paling baik adalah tiang baja dan tiang beton
yang dicor di tempat.
8
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
9
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
10
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
11
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
3. Batang dalam
Batang-batang dalam yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Batang dalam terbuat dari bahan baja dan terletak di dalam pipa dorong;
b) Batang-batang dalam harus mempunyai diameter luar yang konstan;
c) Panjang batang-batang dalam sama dengan panjang pipa-pipa dorong dengan
perbedaan kira-kira 0,1 mm;
d) Batang dalam mempunyai penampang melintang yang dapat menyalurkan
perlawanan konus tanpa mengalami tekuk atau kerusakan lain;
e) Jarak ruangan antara batang dalam dan pipa dorong harus berkisar antara 0,5 mm
dan1,0 mm;
f) Pipa dorong dan batang dalam harus dilumasi dengan minyak pelumas untuk
mencegah korosi.
g) Pipa dorong dan batang dalam harus bersih dari butiran-butiran untuk mencegah
gesekan antara batang dalam dan pipa dorong.
4. Conus dan Biconus
❖ Conus adalah bagian dari alat sondir yang berbentuk silinder lancip pada ujungnya,
dan berfungsi untuk mengetahui perlawanan tanah dari bawah sehingga bisa
diketahui seberapa besar gaya perlawanan tanah. Gaya yang bekerja dapat dilihat
pada manometer.
❖ Biconus adalah bagian alat sondir yang berfungsi untuk mengetahui perlawanan
geser tanah dari samping.dan mengetahui hambatan lekat tanah. Hambatan lekat
adalah perlawanan terhadap mantel biconus yang dinyatakan dalam gaya persatuan
panjang.
12
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
P= P (cocok !)
14
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
a) Ukuran diameter luar selimut geser adalah 35,7 mm ditambah dengan 0 mm s.d 0,5
mm;
b) Proyeksi ujung alat ukur penetrasi tidak boleh melebihi diameter selimut geser;
c) Luas permukaan selimut geser adalah 150 cm2 ± 300 cm2;
d) Sambungan-sambungan harus didesain aman terhadap masuknya tanah.
5)Mesin pembeban yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut ;
15
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
16
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
17
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
18
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
e) Pasang manometer 0 MPa s.d 2 MPa dan manometer 0 MPa s.d 5 MPa untuk
penyondiran tanah lembek, atau pasang manometer 0 MPa s.d 5 MPa dan
manometer 0 MPa s.d 25 MPa untuk penyondiran tanah keras;
f) Periksa sistem hidrolik dengan menekan piston hidrolik menggunakan kunci
piston, dan jika kurang tambahkan oli serta cegah terjadinya gelembung
udara dalam sistem;
g) Tempatkan rangka pembeban, sehingga penekan hidrolik berada tepat di
atasnya;
h) Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan memutar
baut pengencang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh dan terikat kuat
pada permukaan tanah. Apabila tetap bergerak pada waktu pengujian,
tambahkan beban mati di atas balok-balok penjepit;
i) Sambung konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta kepala
pipa dorong; dalam kedudukan ini batang dalam selalu menonjol keluar
sekitar 8 cm di atas kepala pipa dorong. Jika ternyata kurang panjang, bisa
ditambah dengan potongan besi berdiameter sama dengan batang dalam.
● Pengujian
Lakukan pengujian penetrasi konus ganda dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Tegakkan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan hidrolik pada
kedudukan yang tepat;
b) Dorong/tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan, sehingga penekan
hidrolik hanya akan menekan pipa dorong;
c) Putar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan penekan hidrolik
bergerak turun dan menekan pipa luar sampai mencapai kedalaman 20 cm
sesuai interval pengujian.
d) Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam dengan menarik
kunci pengatur, sehingga penekan hidrolik hanya menekan batang dalam saja
(kedudukan 1, lihat Gambar 4);
19
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
e) Putar engkol searah jarum jam dan jaga agar kecepatan penetrasi konus
berkisar antara 10 mm/s sampai 20 mm/s ± 5. Selama penekanan batang pipa
dorong tidak boleh ikut turun, karena akan mengacaukan pembacaan data.
● Pembacaan hasil pengujian praktikum
Lakukanpembacaanhasilpengujianpenetrasikonussebagaiberikut:
1) Baca nilai perlawanan konus pada penekan batang dalam sedalam kira-kira 4
cm pertama dan catat pada formulir pada kolom 2 ( Perlawanan Konus ) ;
2) Baca jumlah nilai perlawanan geser dan nilai perlawanan konus pada penekan
batang sedalam kira-kira 4 cm yang kedua dan catat pada pada kolom 3
(Jumlah Perlawanan).
● Pembacaan Manometer
1) Pada kedalaman 0 cm dibaca nilai conus dan biconus, stang diputar pada
posisi kunci sehingga jarum tidak bergerak sampai kedalaman 20 cm,
pemutaran stang dihentikan.
2) Kunci dibuka dan stang diputar turun 4 cm sehingga stang dalam akan
ditekan pada lubang yang menghubungkan dengan manometer, lalu dibaca
pada manometer tersebut, angka ini adalah nilai conus.
3) Hubungan tangkai dilepaskan lalu stang diputar lagi, pemutaran dilakukan
sampai kedalaman bertambah 4 cm, baruangka pada manometer dibaca.
Angka ini menunjukan nilai biconus, yaitu nilai conus ditambah hambatan
lekatnya.
4) Tangkai conus dilekatkan lagi, yaitu pada posisikunci dan ditekanlagimaka
mantel luarberikutstangdalamakanikuttertekansampaikedalaman 40 cm.
5) Setelah itu dibaca nilai conus dan biconus-nya seperti cara di atas. Pekerjaan
ini dilakukan sampai jarum manometer menunjukan angka 250 kg/cm2.
6) Memasukan hasil pembacaan ke dalam tabel dan akan diperoleh grafik
hubungan antara kedalaman dan hambatan total.
20
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
21
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
Lokasi
22
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
⮚ Interval Kedalaman : 20 cm
1.9 TABEL
⮚ Perlawanan Konus = Manometer Bac. I x (Luas Plunyer / Luas Ujung Konus)
⮚ Lekatan (Cl) = Luas Plunyer / Luas Selimut Bikonus x (Man. Bac. II – Man. Bac. I)
⮚ Tekanan Hambatan Pelekat = Jumlah Perlawanan – Perlawanan Konus x Luas
Plunyer / Luas Mantel Konus
⮚ Hambatan Pelekat = Tekanan hambatan pelekat x Interval kedalaman
⮚ JHP = jumlah kumulatif dari hambatan pelekat
23
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
24
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
25
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
26
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
27
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
1.10 KESIMPULAN
1. Berdasarkan grafik Perlawanan konus, nilai konus terbesar pada kedalaman 2,6
meter sebesar 57 kg/cm2.
2. Berdasarkan grafik Perlawanan JHP diketahui nilai JHP naik secara konstan mulai
kedalaman 1,20 m -2,20 m.
3. Berdasarkan grafik Friction Ratio (Fr) nilai Fr paling besar terjadi pada kedalaman
0,20 m dengan nilai 9 % akan tetapi pada kedalaman 2,6 meter nilai Fr mulai turun
sampai sebesar 0,35%. Maka tanah tersebut memiliki daya lekatan yang tidak baik.
4. Dari hasil pengeboran yang dilaksanakan tanah yang dibor hanya sampai kedalaman
5 meter, jenis atau tipe / kondisi tanah diketahui 3 jenis, yaitu tanah lempung, lanau,
pasir,dengan dominan Pasir.
28
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
BAB II
BORING
2.1. DASAR TEORI
Boring merupakan metode penyelidikan lapangan untuk mengetahui jenis lapisan
tanah serta kedalaman muka air tanah. Metode eksplorasi tanah dengan menggunakan metode
boring dilakukan untuk mengambil sampel jenis tanah pada kedalaman tertentu dan pula
digunakan untuk mengetahui kedalaman muka air tanah serta sifat fisik dan profil tanah di
lapangan. Dalam metode pengeboran yang merupakan prosedur yang paling murah dan
paling baik dalam pemboran adalah wash boring, rotary drilling dan auger drilling.
Pengertian
Pada umumnya tanah yang kita ambil adalah undisturbed soil. Dengan kata lain, tanah di
lokasi tempat pengambilan material untuk konstruksi sebelum dipindahkan dan ditempatkan
pada sebuah truk merupakan tanah yang “tidak terganggu” dan mempunyai struktur kerangka
yang unik dan mengandung sejumlah air di dalamnya. Ketika tanah itu diangkut dari
lokasinya dan ditempatkan pada trukstruktur ini sebagian besar akan rusak. Apabila tanah
tersebut dibawa ke lokasi penimbunan, diturunkan dari truk , disebarkan dan dibuat
kemiringannya, struktur awal sama sekali hilang dan struktur yang baru akan terbentuk
(remodel ), inilah yang disebut disturbed soil.
Kualitas contoh dan praktek teknik
🢭 Disturbed sample didapatkan apabila ingin mengetahui sifat fisis dan indeks konsistensi
tanah dimana keadaan struktur tanah di lapangan yang sebenarnya, tidak diperlukan.
🢭 Undisturbed sample yang berkualitas baik dibutuhkan untuk penentuan sifat-sifat teknis
tanah kohesif untuk analisis kekuatan dan stabilitas serta studi aliran air, ingin
mengurangi peruntuhan-peruntuhan dalam struktur tanah.
Cara memperoleh
🢭 Disturbed soil
1. Operasi sekop dan garpu
2. Perpotongan dengan auger
3. Uji penetrasi
🢭 Undisturbed soil
29
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
1. Sumur uji
2. Piston
3. Alat pengambil, contoh dari kertas logam.
2.1.1 Wash Boring
Peralatan yang biasa digunakan dalam pengeboran dengan air (Mohr 1943) meliputi
seperangkat pipa dengan panjang 5 ft dan diameter 21/2 inc, yang disebut pipa pelindung
(casing) yang berfungsi sebagai penyangga dinding lubang, beban untuk memancangkan
pipa pelindung kedalam tanah. Yang diambil adalah air yang terkandung dalam tanah
sehingga dengan mengamati perubahan warna air maka akan dapat ditentukan jenis tanah
tersebut secara kasar.
2.1.2 Rotary Drilling
Dalam rotary drilling sejenis dengan pengeboran air. Perbedaannya hanya pada mata
bor diputar secara mekanik dan mata bor memiliki wadah air tempat keluarnya air dari mata
bor masuk kedalam ruang di luar mata bor. Dalam rotary drilling sirkulasi fluida seringkali
bukan oleh air tetapi oleh Lumpur pemboran (drilling mud) yang biasanya merupakan
suspense bertonik dengan konsistensi berwarna krem dan berat spesifik antara 1,09 – 1,15.
Metode ini bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan penentuan tinggi piezometric
yang berkaitan dengan berbagai lapisan yang sebelumnya dilewati oleh lubang tersebut.
2.1.3 Auger Drilling
Pengeboran yang dangkal biasanya dikerjakan dengan menggunakan auger boring
yang mata bornya direndamkan tidak terlalu dalam ke tanah dan biasanya ditarik beserta
tanah yang melekat padanya. Tanah tersebut diambil untuk diteliti. Sehingga tanah kohesif
yang terangkat ke permukaan tanah oleh auger mengandung semua unsur-unsur padat
pembentuknya, tetapi struktur tanah tersebut sudah rusak sama sekali dan kadar airnya
cenderung lebih besar dari pada kadar air semula. Dengan demikian penggunaan auger
sebagai alat pembor bertujuan untuk mendapatkan contoh tanah dengan split-spoon
apabila lubang bor mencapai lapisan tanah baru. Contoh tanah tersebut mewakili karakter
tanah tak terganggu. Namun jika tanah tersebut relatif kokoh misalnya tanah kerikil berada
di atas tanah yang lunak maka auger tidak dapat menembusnya dan menangkap posisi
sebenarnya dari batas antara kedua lapisan tanah tersebut.
30
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
Selain itu, daya dukung, koefisien, jenis tanah serta berat volume kering sangat
berpengaruh pada tanah tempat perletakkan dasar pondasi. Dibawah ini sebagian contoh
klasifikasi tanah tempat perletakkan dasar pondasi.
Jenis tanah yang baik untuk pondasi karena mempunyai daya dukung yang baik antara
lain :
⮚ Kerikil atau campuran kerikil dan pasir yang mempunyai pembagian ukuran butir yang
baik, sedikit atau tanpa butiran halus, sangat stabil dipergunakan untuk bagian yang tidak
kedap air contohnya pada tanggul atau bendungan dengan koefisien > 10-2 dan berat
volume kering 2,00 - 2,16 (mewakili contoh tanah tempat perletakkan dasar pondasi dari
tanah kerikil yang berasal dari pecahan kerikil).
⮚ Pasir yang mempunyai pembagian ukuran butir yang baik, atau pasir dari pecahan kerikil,
sedikit atau tanpa butiran halus, sangat stabil digunakan untuk bagian yang tidak kedap air,
tetapi perlu untuk pelindung lereng dengan koefisien >10-3 dan mempunyai berat volume
kering 1,70 - 2,08 (mewakili contoh jenis tanah tempat perletakkan dasar pondasi pasir
dan tanah berpasir).
Sedangkan menurut penelitian Ir. Suyono jenis tanah lanau dan lempung dengan LL <50
dan LL >50 mempunyai daya dukung yang buruk namun ada pula yang mempunyai daya
dukung yang tidak stabil sehingga pada jenis tanah seperti inilah tidak baik dipakai sebagai
tanah tempat perletakkan dasar pondasi.
2.1.4 Cara – cara mengambil contoh tanah (sampel)
a. Undisturbed
● Percobaan ini dilaksanakan untuk pengambilan sampel undisturbed (asli) dan
dikerjakan setelah terlebih dahulu diambil sampel disturbed (tidak asli) setiap
kedalaman 50 cm.
● Tabung untuk mengambil sampel undisturbed disambungkan pada batang pipa sesuai
dengan kedalaman yang dikehendaki.
● Kemudian tabung ini dimasukkan kedalam bekas pengambilan sampel disturbed,
kemudian pada ujung pipa bagian atas diberi landasan untuk pemukulan, setelah
dipukul tabung masuk kedalam tanah kira-kira 2-40 cm.
31
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
● Selanjutnya seluruh alat bor diputar 360º kekanan, maksudnya supaya contoh tanah
bagian bawah tabung terpotong, kemudian tabung sample diangkat keluar dengan
menggunakan kunci.
b. Disturbed
● Pengambilan contoh tanah tidak asli (disturbed) ini dilakukan sebelum pengambilan
sampel undisturbed.
● Pengeboran dilakukan sampai mencapai kedalaman 4 m dan pengambilan sampel
dilakukan ke tiap kedalaman 50 cm.
● Setelah bor tangan disiapkan sudah disetel kemudian dimasukkan ke dalam tanah
dengan cara memutar.
● Untuk setiap kedalaman 50 cm bor diangkat dan tanah yang diangkut, diamati jenis
dan warna tanahnya.
● Kemudian sebagian dari contoh tanah diambil dan dimasukkan ke dalam kantong
plastik supaya terlindungi dan setiap contoh dalam plastic diberi tanda supaya tidak
terjadi kekeliruan susunan tanah antara bagian atas dan bawah.
2.3 PELAKSANAAN
2.3.1 Peralatan
Dalam pengujian ini digunakan beberapa peralatan antara lain :
1. Bor jenis Iwan;
2. Satu set stang bor dan pemutar stang bor;
3. Tabung contoh;
4. Kunci pipa dan obeng;
5. Kop tabung;
6. Satu set pipa pelindung (casing) dengan sepatu dan dongkrak pencabut pipa;
7. Pita ukur; lilin atau paravin;
32
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
33
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
10. Pengeboran diulang mulai dari langkah no.2 s/d langkah no.9 sampai mencapai
kedalaman minimum 5 meter.
11. Hasil pengeboran dibawa ke laboratorium selanjutnya diadakan penelitian. Khususnya
dari contoh tanah yang asli (dalam tabung) harus dilakukan pengetesan :
⮚ Volumetry
⮚ Kadar air
⮚ Direct Shear Test
34
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
abu kecoklatan
Pasir Berlempung, berwarna abu-
– 5.00
abu kecoklatan
Keterangan :
: Lempung
: Lanau
: Pasir
: Sample undisturbed
2.5 KESIMPULAN
1. Pada kedalaman 0 sampai 1 m lapisan tanah berupa Lanau berlempung dan berpasir ,
berwarna abu-abu kecoklatan.
2. Pada kedalaman 1,50 m sampai 3 m lapisan tanah berupa Pasir berlanau dengan
warna abu-abu kecoklatan.
3. Pada kedalaman 3,50 sampai 5 m lapisan tanah berupa Pasir berlempung, dominan
pasir, berwarna abu-abu coklat kehitaman
4. Dari hasil pengeboran yang dilaksanakan tanah yang dibor hanya sampai kedalaman
5 meter, jenis atau tipe / kondisi tanah diketahui 3 jenis, yaitu tanah lempung, lanau,
berpasir, dengan dominan tanah Pasir.
DAFTAR PUSTAKA
Bowels, Joseph E. Sifat-SifatFisis dan Geoteknis Tanah. 1989. Jakarta : Erlangga.
Das, Braja M. Mekanika Tanah.1994. Jakarta : Erlangga.
H, Ir.Shirley L. PenuntunPraktisGeoteknis dan Mekanika Tanah. 1987. Bandung: Nova.
H, Ir. Sunggono K. Mekanika Tanah.1984. Bandung : Nova.
Sanglerat, Guy. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. 1989. Jakarta : Erlangga.
35
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
36
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
37
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya