Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

METODA PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN & K4


DIVISI PEKERJAAN TANAH

Tugas ini diajukan Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah


Metoda Pelaksanaan Konstruksi Jalan & K4 Semester Ganjil T.A 2019/2020

KELOMPOK 2:

1.Maisy Aknesia (1711061009)


2.Rika Fauziana (1711061010)
3.Marintan Rebecca N (1711061013)
4.Shonya Linasri (1711061014)
5.Aprilian Ambar Putra (1711061017)
6.Putri Wahyu Ningsih (1711062012)

Program Studi DIV Manajemen Rekayasa Konstruksi

Jurusan Teknik Sipil

Politeknik Negeri Padang

2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah s.w.t. yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah devisi pekerjaan tanah ini merupakan
tugas yang diberikan dosen setelah pembahasan materi mengenai metoda pelaksanaan
konstruksi jalan & K4 dan dilakukan lakukan secara berkelompok pada semester 5
(lima) program studi Manajemen Rekayasa Konstruksi jurusan Teknik Sipil Politeknik
Negeri Padang sebagai salah satu mata kuliah yang diwajibkan. Dalam menyelesaikan
makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, di antaranya :

1. Fauna Adibroto., M.T selaku dosen yang mengajar Metoda Pelaksanaan


Konstruksi Jalan & K4 pada semester V ini.
2. Rekan-rekan kelas MRK III dan rekan sekelompok yang telah bekerja sama
dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini akan menguraikan prinsip-prinsip dasar pelaksanaan pekerjaan


tanah mencakup galian, timbunan dan penyiapan badan jalan. Makalah ini
dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai uraian
pekerjaan galian,timbunan, penyiapan badan jalan dan sebagainya.

Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kesalahan dalam pembuatan


Makalah mengenai Devisi Pekerjaan Tanah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritikan yang bersifat membangun agar penulis dapat membuat makalah
dengan lebih baik lagi. Demikian mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi yang memerlukannya.

Padang, Desember 2019

Penulis

i
Pekerjaan Tanah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Maksud dan Tujuan 2

BAB 2 PEKERJAAN TANAH

2.1 PEKERJAAN GALIAN


2.1.1 Cakupan Pekerjaan Galian tanah 3
2.1.2 Jenis Galian 4
2.1.3 Prosedur Penggalian 5
2.1.4 Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian 7
2.1.5 Toleransi Dimensi 7
2.1.6 Pengamana Pekerjaan Penggalian 8
2.1.7 Kondisi Lokasi kerja 10

2.2 PEKERJAAN TIMBUNAN


2.2.1 Cakupan Pekerjaan 11
2.2.2 Bahan Untuk Timbunan 12
2.2.3 Prosedur Timbunan 14
2.2.4 Pengendalian Mutu 16
2.2.5 Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian 17
2.2.6 Kondisi Lokasi kerja 17
2.3 PENYIAPAN BADAN JALAN

ii
Pekerjaan Tanah
2.3.1 Cakupan Pekerjaan 17
2.3.2 Pengujian Kesiapan Kerja 18
2.3.3 Pelaksanaan Penyiapan Badan Jalan 19
2.3.4 Toleransi Dimensi 20

2.4 CARA KHUSUS PELAKSANAAN JALAN PADA DAERAH RAWA


2.4.1 Metode Pembuangan dan Penggantian 21
2.4.2 Metode Pemindahan 21
2.4.3 Metode Underfill 21
2.4.4 Metode Relatif 22
2.4.5 Metode Bahan Tambahan 22
2.4.6 Metode Vertical Sand Drains 22
2.4.7 Metode pemancangan Mandrel 22
2.4.8 Metode pemancaran Mandrel 23
2.4.9 Metode bor 23
2.4.10 Metode fabrics reinforcement 23

2.5 K4 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja Konstruksi)


2.5.1 Potensi Sumber Bahaya Dalam Manajemen K3 23
2.5.2 Persyaratan Rencana Penggalian Dalam Manajemen K3 24
2.5.3 Persyaratan Umum Pekerjaan Galian Tanah Dalam Manajemen K3 24
2.5.4 Sasaran K3 25
2.5.5 Tujuan Dari k3 25
2.5.6 Pengendalian Resiko 26

BAB 3 PENUTUP

31. KESIMPULAN 27
32. SARAN 27

DAFTAR PUSTAKA 28

iii
Pekerjaan Tanah
LAMPIRAN 29

iv
Pekerjaan Tanah
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Tanah merupakan salah satu bahan konstruksi yang harus diperhatikan


peranannya. Bangunan gedung, tanggul sungai, dan timbunan jalan raya,
kesemuanya menggunakan tanah sebagai bahan konstruksi. Walaupun demikian,
tanah baru bisa digunakan setelah melalui proses identifikasi dan pengendalian
mutu terhadap tanah yang akan digunakan.

Salah satunya adalah dengan cara melakukan pemadatan agar diperoleh tanah
yang strukturnya stabil dan baik. Kekuatan tanah dasar yang baik akan
mendukung kekuatan struktur di atasnya, dimana kekuatannya dapat diperoleh
dengan cara melakukan pemadatan. Kepadatan tanah dasar dipengaruhi antara
lain oleh besar kecilnya energi pemadatan yang diberikan. Akan tetapi,
peningkatan energi yang diberikan pada proses pemadatan tidak berpengaruh
secara linear pada peningkatan kepadatan tanah.

Hal ini dibuktikan pada kasus-kasus dimana pemadatan berlebihan pada tanah
justru menyebabkan struktur tanah menjadi rusak dan tidak mencapai kepadatan
optimum yang diharapkan.

Tahap pekerjaan tanah ini dilakukan setelah pekerjaan pendahuluan selesai,


pekerjaan pendahuluan yang dimaksud ialah pengukuran ulang, pemagaran
proyek (jika dibutuhkan) dan pekerjaan pembebasan dan pembersihan lahan
selesai. Pekerjaan tanah terdiri dari galian, timbuanan, penyiapan badan jalan, dan
pengupasan permukaan perkerasan lama.

Pekerjaan Tanah
1.2. PERUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana jenis dan prosedur penggalian?

2. Bagaimana cakupan pekerjaan timbunan.?

3. Bagaimana prosedur penghamparan dan pemadatan timbunan?

4. Bagaimana tahap pelaksanaan penyiapan badan jalan?

5. Bagaimana pelaksanaan konstrusksi jalan pada daerah rawa?

6. Bagaimana kesehatan dan keselamatan kerja konstruksi pada pekerjaan


tanah?

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud yang akan dibahas dalam makalah ini ialah memberikan pengetahuan
dan pemahaman bagi penyusun dan pihak-pihak lain mengenai penentuan dan
pengaturan alat berat yang optimal berdasarkan pemilihan metode dari berbagai
macam pekerjaan tanah. Sehingga sasaran dari manajemen alat berat dapat tercapai.
Serta dapat mengidentifikasi bahaya yang mungkin timbul dari bagian pekerjaan
tanah ini. Serta pencegahan dan penanggulangannya dapat dilakukan.

Tujuan pembahasan makalah ini ialah:

 Memahami tentang pemilihan dan penetapan metoda pelaksanaan


konstruksi jalan.

 Memahami tentang jenis pekerjaan galian.

 Memahami mengenai jenis pekerjaan timbunan.

Pekerjaan Tanah
BAB 2

PEKERJAAN TANAH

2.1. PEKERJAAN GALIAN

2.1.1. CAKUPAN PEKERJAAN GALIAN TANAH

Pekerjaan galian terdiri atas galian tanah di dalam maupun di luar Rumija
(Ruang Milik Jalan). Untuk pembentukan badan jalan baik jalan baru maupun
pelebaran jalan lama dimana hasil galian dipergunakan untuk penggalian,
penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah/batu atau bahan lain dari jalan atau
sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam kontrak.
Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan badan jalan atau
pelebaran badan jalan termasuk selokan samping dan saluran air, yang sesuai dengan
Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan penampang melintang yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
Untuk pengadaan jalan baru pekerjaan galian dilakukan untuk penyiapan
pondasi dan penyiapan badan jalan yang akan dibangun. Perkerjaan ini dilakukan
berdasarkan elevasi terhadap gambar rencana yang ada. Seperti pada contoh gambar
berikut:
Garis biru putus – putus menunjukan elevasi tanah dilapangan, maka d butuhkan
pekerjaan galian untuk mencapai elevasi yang direncanakan untuk pengadaan jalan.
Pada gambar dapat dilihat ada dua jenis galian yaitu galian tanah biasa dan galian
tanah untuk drainase jalan.

Pekerjaan Tanah
GALIAN BIASA

GALIAN SAL. DRAINASE

2.1.2. JENIS GALIAN

Dalam pekerjaan tanah ada beberapa jenis pekerjaan galian diantaranya yaitu:

 Galian Biasa, mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai


galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan
galian perkerasan beraspal. Seperti pada gambar diatas dari titik elevasi tanah
dilapangan hingga elevasi jalan yang diinginkan merukan jenis galian biasa.
Jika kondisi dilapangan merupakan tanah biasa dan bukanlah bongkahan batu.

 Galian Batu, mencakup galian bongkahan batu, dengan volume 1 m3 atau


lebih dan seluruh batu atau bahan lainnya yang penggaliannya memerlukan
alat bertekanan udara atau pemboran, dan peledakan sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan.

 Galian Struktur, mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas
pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur.
Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian Pelatihan Site
Inspector of Bridge (SIB)II-2. Galian struktur terbatas untuk galian lantai
pondasi jembatan, tembok penahan tanah beton, dan struktur pemikul beban
4

Pekerjaan Tanah
lainnya selain yang disebut dalam Spesifikasi ini. Pekerjaan galian struktur
meliputi penimbunan kembali dengan bahan yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, pembuangan bahan galian yang tidak terpakai, semua keperluan
drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong, pembuatan tempat
kerja atau cofferdam beserta pembongkarannya.

 Galian Perkerasan Beraspal, mencakup galian pada perkerasan lama dan


pembuangan bahan perkerasan beraspal dengan maupun tanpa Cold Milling
Machine seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.Pemanfaatan kembali bahan ini untuk daur ulang harus
terlebih dahulu mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan. Perkerjaan ini
dilakukan guna peningkatana jalan lama baik itu perbaikan maupun pelebaran
jalan.

2.1.3. PROSEDUR PENGALIAN

Prosedur atau metoda pelaksanaan galian pada konstruksi jalan umumnya


menggunakan alat berat excavator.

Pekerjaan Tanah
Langkah pelaksanaan pekerjaan galian sebagai berikut

 Penggalian akan dilakukan menurut kelandaian, garis dan elevasi yang


ditentukan dalam gambar. Hasil galian yang bisa digunakan akan dibuang
ketempat tertentu.

 Seluruh galian akan dilindungi dari air, dengan menyiapkan sejumlah


peralatan pompa dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk pengeringan,
pengalihan saluran air dan pembuatan drainase sementara.

 Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng sementara galian akan dibuat


stabil dan mampu menahan pekerjaan, struktur dan mesin yang lalu lalang
disekitarnya dengan membuat penyokong dan pengaku yang memadai.

 Lubang galian yang telah selesai dilakukan dengan alat berat, akan
dilakukan perapihan dengan tenaga manusia untuk persiapan pekerjaan
selanjutnya semua galian akan diberi rambu peringatan dan penghalang yang
cukup untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

 Pekerjaan tebas tebang dilakukan pada lokasi pekerjaan yang banyak


ditumbuhi pepohonan dengan diameter 30 cm, yang bertujuan untuk
memudahkan pelaksanaan pekerjaan tersebut dipotong-potong dan kemudian
ditumpuk pada suatu lokasi 6 tempat dengan syarat tidak mengganggu
lingkungan atau dibuang kelokasi lainnya sesuai dengan persetujuan Direksi.

 Pekerjaan cabut tunggul dilaksanakan pada lokasi dimana akan dibangun


suatu bangunan tanggul yang banyak terdapat pepohonan, apabila tidak
dilaksanakan pekerjaan cabut tunggul dibuang keluar lokasi pekerjaan dengan
syarat tidak merusak lingkungan atau dibuang ke lokasi lainnya atas
persetujuan dari Direksi.

Pekerjaan Tanah
2.1.4. PENGGUNAAN DAN PEMBUANGAN BAHAN GALIAN

 Semua bahan galian tanah dan batu yang dapat dipakai bilamana
memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi timbunan
atau penimbunan kembali.

 Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut
(peat), sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah
kompresif yang akan menyulitkan pemadatan bahan di atasnya atau yang
mengakibatkan setiap kegagalan atau penurunan (settlement) yang tidak
dikehendaki, harus tidak digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan
permanen.

 Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan
galian yang tidak disetujui untuk digunakan sebagai bahan timbunan,
harus dibuang dan diratakan di luar Daerah Milik Jalan (DMJ).

 Kontraktor bertanggung-jawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya


yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau
yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, juga termasuk
pengangkutan hasil galian ke tempat pembuangan akhir.

2.1.5. TOLERANSI DIMENSI

 Untuk galian biasa, galian batu dan galian struktur, Kelandaian akhir,
garis dan formasi sesudah galian tidak boleh lebih dari 2 Cm dari yang
ditentukan dalam Gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
pada setiap titik.

 Untuk galian perkerasan beraspal , Kelandaian akhir, garis dan formasi


sesudah galian tidak boleh lebih dari 2 Cm dari yang dipersyaratkan

Pekerjaan Tanah
 Untuk galian biasa, galian batu , Jika galian telah selesai dan terbuka
terhadap aliran air, permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup
kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu
tanpa terjadi genangan

2.1.6. PENGAMANAN PEKERJAAN PENGGALIAN

Pengaman pekerjaan yaitu, hasil dari identifikasi resiko bahaya yang mungkin
terjadi saat pelaksanaan pekerjaan. Sehingga pada pengamanan ini telah
didapat bagaimana cara mengurangi resiko dan penanganan jika resiko
kecelakaan kerja terjadi. Pengamana pekerjaan penggalian antara lain:

 Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin


keselamatan pekerja, yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan
bangunan yang ada di sekitar lokasi galian.

 Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng sementara galian yang stabil


dan mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya, harus
dipertahankan sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku
(bracing) yang memadai harus dipasang bilamana permukaan lereng
galian mungkin tidak stabil. Bilamana diperlukan, Kontraktor harus
menyokong atau mendukung struktur di sekitarnya, yang jika tidak
dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian
tersebut.

 Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja maka galian
tanah yang lebih dari 5 m harus dibuat bertangga dengan teras selebar 1 m.

 Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan


lainnya tidak diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi
galian parit untuk gorong-gorong pipa atau galian pondasi untuk struktur,

Pekerjaan Tanah
terkecuali bilamana pipa atau struktur lainnya yang telah terpasang dalam
galian dan galian tersebut telah ditimbun kembali dengan bahan yang
disetujui dan telah dipadatkan.

 Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut off wall) atau cara lainnya
untuk mengalihkan air di daerah galian harus dirancang sebagaimana
mestinya dan cukup kuat untuk menjamin bahwa keruntuhan mendadak
yang dapat membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak akan terjadi.

 Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi
galian, dimana kepala mereka, yang meskipun hanya kadang-kadang saja,
berada di bawah permukaan tanah, maka Kontraktor harus menempatkan
seorang pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya
memantau keamanan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian
cadangan (yang belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia
pada tempat kerja galian.

 Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus disimpan,


ditangani, dan digunakan dengan hati-hati dan di bawah pengendalian
yang extra ketat sesuai dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang
berlaku. Kontraktor harus bertanggung-jawab dalam mencegah
pengeluaran atau penggunaan yang tidak tepat atas setiap bahan peledak
dan harus menjamin bahwa penanganan peledakan hanya dipercayakan
kepada orang yang berpengalaman dan bertanggung-jawab.

 Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang


(barikade) yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke
dalamnya, dan setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu-lintas maupun
lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malam hari berupa
drum yang dicat putih (atau yang sejenis) beserta lampu merah atau
kuning guna menjamin keselamatan para pengguna jalan.

Pekerjaan Tanah
Berikut contoh rambu peringatan dan alat pelindung diri:

2.1.7. KONDISI LOKASI KERJA

 Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor harus
menyediakan semua bahan, perlengkapan dan pekerja yang diperlukan
untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan
drainase sementara, dinding penahan rembesan (cut off wall) dan
cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara
sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tak akan terjadi gangguan dalam
pengeringan dengan pompa.

 Bilamana pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat


lain dimana air atau tanah rembesan (seepage) mungkin sudah tercemari,
maka Kontraktor harus senantiasa memelihara tempat kerja dengan
memasok air bersih yang akan digunakan oleh pekerja sebagai air cuci,
bersama-sama dengan sabun dan desinfektan yang memadai.

10

Pekerjaan Tanah
2.2. PEKERJAAN TIMBUNAN

2.2.1. CAKUPAN PEKERJAAN

Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan


tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk
penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang
diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan
elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan. Pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau
bahan berbutir yang disetujui untuk :
 Pembuatan timbunan,
 Penimbunan kembali galian pipa atau struktur, dan
 timbunan umum,
yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian,
dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui. Timbunan yang
dicakup oleh ketentuan ini harus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu timbunan biasa,
timbunan pilihan dan timbunan pilihan di atas tanah rawa.

Timbunan pilihan akan digunakan untuk :

 Lapis penopang (capping layer) guna meningkatkan daya dukung


tanah dasar,

 Material timbunan di daerah saluran air dan lokasi serupa dimana


bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan baik.

 Stabilisasi lereng atau Pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan


lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan

 Pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah faktor


yang kritis. Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan
untuk : Melintasi daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh air,

11

Pekerjaan Tanah
yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau
dikeringkan dengan cara yang diatur dalam Spesifikasi ini.

2.2.2. BAHAN UNTUK TIMBUNAN

 Timbunan biasa, bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah


yang berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut
AASHTO M145 atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil
Classification System". Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi
tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada
bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak
memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis
seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan
langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah
dasar bahu jalan.

Bahan timbunan bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki


CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan
100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan oleh
SNI 03-1742-1989.

Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25
atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258
sebagai "very high" atau "extra high", tidak boleh digunakan sebagai
bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas
/ PI - (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-
1994).

 Timbunan pilihan, timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan


pilihan harus terdiri dari bahan tanah atau batu yang memenuhi ketentuan,
bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989, timbunan pilihan harus
12

Pekerjaan Tanah
memiliki CBR paling sedikit 10 % setelah 4 hari perendaman bila
dipadatkan sampai 100 % kepadatan kering maksimum sesuai dengan
SNI 03-1742-1989.

Bahan timbunan pilihan dapat berupa pasir atau kerikil atau bahan
berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastisitas maksimum 6 %.

Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan


stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat
geser yang cukup, bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering
normal, maka timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil
lempungan bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung
berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui akan
tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun,
atau pada tekanan yang akan dipikul.

 Timbunan pilihan di atas tanah rawa, bahan timbunan pilihan di


atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih
lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.

Contoh grafik cbr sebagai berikut:

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat nilai CBR setelah dilakukan pengujian
dilapangan yaitu senilai 17,5%
13

Pekerjaan Tanah
2.2.3. PROSEDUR TIMBUNAN

Prosedur atau metoda pelaksanaan penghamparan dan pemadatan pada


konstruksi jalan umumnya menggunakan berbagai macam alat berat.

Untuk pelaksanaan pekerjaan ini menggunakann Motor grader sebagai alat hampar,
Vibro Roller sebagai pemadat dan Dump truck sebagai transport material.

Urutan Pelaksanaan :

 Sebelum pekerjaan dimulai, terlebih dahulu mempersiapkan gambar design


dari data-data awal yang diambil pada saat joint survey dan gambar design
lokasi ini diajukandan disetujui oleh Direksi Pekerjaan terlebih dahulu yaitu
dengan gambar penampang melintang yang menunjukkan elevasi permukaan
tiap titik.

14

Pekerjaan Tanah
 Setelah gambar design penampang melintang disetujui,
kemudiandilaksanakanpemasangan patok-patok elevasi (bowplang).

 Sebelum material didatangkan dari quarry yang telah disepakati bersama-sama


dengan Direksi, diadakan pengujian sample material selected terlebih dahulu.
Dan setelah pengujian material telah disetujui oleh Direksi dan kemudian
dituangkan ke dalam report hasil investigasi dan menjadi pegangan untuk
pelaksanaan pengiriman material untuk pekerjaan.

 Setelah itu, material dari Quarry dikirim ke lokasi dengan memakai dump truk,
dan pada lokasi telah tersedia peralatan penghamparan dan pemadatan serta
water tank untuk menjaga pada saat penghamparan material tetap dalam kadar
air yang telah disepakati bersama dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

 Material dihampar dengan Motor grader secara per layer dengan tebal
hampar maksimum 20 cm dan kemudian diikuti dengan pemadatan oleh vibro
Roller yang juga telah disepakati jumlah lintasan pemadatan dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.Kemudian. apabila penghamparan dilaksanakan pada saat
terik matahari yangmengakibatkan material menjadi kering dan terburai oleh
hembusan angin makasegera dilakukan penyiraman air dengan water tank.

 Kemudian setelah penghamparan telah tercapai 200 m maka dilakukan test


kepadatandengan menggunakan alat sandcone.

 Jika hasil test sudah selesai lanjutkan pekerjaan lain

Peralatan yang digunakan :

 Motor Grader

 Vibro roller

 Dump truck

 Water tank

15

Pekerjaan Tanah
2.2.4. PENGENDALIAN MUTU

 Pengendalian mutu bahan

Jumlah pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu bahan


paling sedikit 3 contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang
dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber
bahan.

Pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan bahan atau sumber
bahannya dapat diamati. Untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang
diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan suatu
pengujian Nilai Aktif.

 Ketentuan kepadatan untuk timbunan tanah

Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah


dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih
dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering maksimum
yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize)
tersebut.

Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum
yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang


dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian
menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus
memperbaiki. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada
lokasi berselang-seling setiap jarak tidak lebih dari 200 m. Untuk penimbunan
kembali di sekitar struktur atau pada galian parit untuk gorong-gorong, paling

16

Pekerjaan Tanah
sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis penimbunan
kembali yang telah selesai dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit 1
rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1.000
m3 bahan timbunan yang dihampar.

2.2.5. PENGEMBALIAN BENTUK PEKERJAAAN SETELAH PENGUJIAN

Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau
lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Kontraktor dan dipadatkan sampai
mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan.

2.2.6. KONDISI LOKASI KERJA

Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering segera
sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan selama
pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang cukup untuk membantu
drainase badan jalan dari setiap curahan air hujan dan juga harus menjamin bahwa
pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik. Bilamana memungkinkan, air yang
berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam sistim drainase permanen.
Kontraktor harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk pengendalian
kadar air timbunan selama operasi penghamparan dan pemadatan. Segala pihak yang
terlibat harus memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja, untuk meminimalisir
resiko yang mungkin terjadi.

2.3. PENYIAPAN BADAN JALAN

2.3.1. CAKUPAN PEKERJAAN

 Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan


tanah dasar atau permukaan jalan kerikil lama atau lapis perkerasan lama yang

17

Pekerjaan Tanah
rusak berat, untuk penghamparan Lapis Pondasi Agregat, Lapis Pondasi Jalan
Tanpa Penutup Aspal, Lapis Pondasi Semen Tanah atau Lapis Pondasi
Beraspal di daerah jalur lalu-lintas (termasuk jalur tempat pemberhentian dan
persimpangan).

 Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat dengan
motor grader untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa penggaruan dan tanpa
penambahan bahan baru.

Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta pekerjaan timbunan
minor yang diikuti dengan pembentukan, pemadatan, pengujian tanah atau bahan
berbutir, dan pemeliharaan permukaan yang disiapkan sampai bahan perkerasan
ditempatkan diatasnya.

2.3.2. PENGAJUAN KESIAPAN KERJA

Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujian sebelum penghamparan bahan


lain di atas tanah dasar atau permukaan jalan, untuk penyipan badan jalan yaitu:

 Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratakan dalam butir nomer


3.2.9.2.b dan 3.2.9.2.c.

 Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data survey yang menunjukkan


bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan dalam butir nomer 3.3.5.
dipenuhi.

Setelah Pengukuran selesai dikerjakan kemudian dilakukan pekerjaan


penyiapan badan jalan, demi mendapakan lebar badan jalan sesuai dengan gambar
rencana, penyiapan badan jalan ini dilakukan menggunakan alat berat Motor grader
demi mencapai elevasi yang ditentukan.

18

Pekerjaan Tanah
2.3.3. PELAKSANAAN PENYIAPAN BADAN JALAN

 Penyiapan Kondisi Tempat Kerja

 Pekerjaan galian yang diperlukan untuk membentuk tanah dasar harus


dilaksa-nakan sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi.

 Seluruh Timbunan yang diperlukan harus dihampar sesuai dengan


Spesifikasi ini.

 Gorong-gorong, tembok kepala dan struktur minor lainnya di bawah


elevasi tanah dasar atau permukaan jalan, termasuk pemadatan sepenuhnya
atas bahan yang dipakai untuk penimbunan kembali, harus telah selesai
sebelum dimulainya pekerjaan pada tanah dasar atau permukaan jalan.
Seluruh pekerjaan drainase harus berada dalam kondisi berfungsi sehingga

19

Pekerjaan Tanah
menjamin ke-efektifan drainase, dengan demikian dapat mencegah
kerusakan tanah dasar atau permukaan jalan oleh aliran air permukaan.

 Bilamana permukaan tanah dasar disiapkan terlalu dini tanpa segera diikuti
oleh penghamparan lapis pondasi bawah, maka permukaan tanah dasar
dapat menjadi rusak. Oleh karena itu, luas pekerjaan penyiapan tanah dasar
yang tidak dapat dilindungi pada setiap saat harus dibatasi sedemikian rupa
sehingga daerah tersebut yang masih dapat dipelihara dengan peralatan
yang tersedia dan Kontraktor harus mengatur penyiapan tanah dasar dan
penempatan bahan perkerasan dimana satu dengan lainnya berjarak cukup
dekat.

 Bahan

Tanah dasar dapat dibentuk dari Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Lapis
Pondasi Agregat, atau tanah asli di daerah galian yang memenuhi syarat.

 Pemadatan Tanah Dasar

 Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang diberikan


dalam Spesifikasi.

 Ketentuan pemadatan dan jaminan mutu untuk tanah dasar diberikan


dalam Spesifikasi.

2.3.4. TOLERANSI DIMENSI

 Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi atau lebih
rendah 1 cm dari yang disyaratkan atau disetujui.

 Seluruh permukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki
kelandaian yang cukup, untuk menjamin berlakunya aliran bebas dari air
permukaan.
20

Pekerjaan Tanah
2.4. CARA KHUSUS PELAKSANAAN JALAN PADA DAERAH RAWA

2.4.1. METODE PEMBUANGAN DAN PENGGANTIAN

 Cocok untuk material yang tidak stabil dangkal ( ±3 m ).

 Sebelum timbunan, lumpur dibuang sampai material dasar yang stabil.

2.4.2. METODE PEMINDAHAN

 Cocok untuk material yang tidak stabil dangkal ( ± 3 m ).

 Mengganti lumpur dengan material yang baik.

Cara : dengan berat timbunan, beban tambahan, berat timbunan ditambah dengan
bahan peledak, pemancaran air.

 Untuk timbunan dangkal, material baik ditempatkan disepanjang


lereng timbunan sebelumnya sehingga material tersebut meluncur,
mengalir dibawah lumpur yang kurang rapat, dan menggantinya
kearah samping.

 Selain itu, suatu parit selebar timbunan jalan diledakkan dan segera
ditimbun kembali dengan material yang baik.

2.4.3. METODE UNDERFILL

 Cocok untuk lumpur yang cukup dalam.

 Sebuah parit diledakkan dan material timbunan ditempatkan.

 Bahan peledak yang dipasang didasar lumpur memaksa lapisan lumpur


tersebut keluar dari bawah timbunan yang akan turun menggantikan
tempatnya.

21

Pekerjaan Tanah
2.4.4. METODE RELATIF

 Merupakan perbaikan dari metode underfill.

 Sesudah bahan timbunan ditempatkan, parit pertolongan dibuat di


sepanjang sisi timbunan untuk memudahkan pemindahan lumpur
dibagian dasarnya.

2.4.5. METODE BAHAN TAMBAHAN

 Material timbunan ditempatkan sampai mendekati permukaan akhir.

 Bahan tambahan kemudian ditempatkan, tambahan berat ini


mempercepat keluarnya air dari lumpur dan mempercepat konsolidasi.

 Metode ini dapat digunakan sampai kedalaman 5 m.

2.4.6. METODE VERTICAL SAND DRAINS

 Metode ini dapat mempercepat konsolidasi lapisan lumpur yang dalam.

 Saluran pasir merupakan kolom vertikal yang menembus lumpur.


Melintang diatasnya dipasang lapisan pasir horisontal sampai lereng
tepi timbunan.

2.4.7. METODE PEMANCANGAN MANDREL

 Tabung baja kosong dengan dasar bersendi dipancangkan.

 Setelah tabung yang terpancang diisi pasir, tabung tersebut kemudian


dicabut perlahan-lahan, dan pasir mengalir keluar melalui dasar tabung
dan mengisi lubang.

 Dengan cara ini, dapat mencapai kedalaman 30 m.

22

Pekerjaan Tanah
2.4.8. METODE PEMANCARAN MANDREL

 Pemancaran air pada tabung Mandrel dapat melubangi permukaan tanah.

 Pasir dimasukkan pada saat tabung Mandrel dicabut.

2.4.9. METODE BOR

 Bor menembus tanah lumpur dengan diputar sampai mencapai


kedalaman yang diinginkan.

 Pada saat bor dicabut, pasir yang mengisi rongga diberikan melalui
bagian tengah batang bor.

2.4.10. METODE FABRICS REINFORCEMENT

 Melapisi tanah rawa dengan fabrics reinforcement.

 Lapisan tersebut dapat menambah kekuatan-tarik pada bagian bawah


timbunan.

2.5. K4 (KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KONSTRUKSI)

2.5.1. Potensi Sumber Bahaya Dalam Manajemen K3

1. Pekerja tertimbun longsoran


1. Kondisi tanah : geologis, topografis, jenis tanah, lereng galian
2. Pengaruh air : air tanah, air permukaan, sumber air, piping dll
3. Alat berat / kendaraan yang digunakan : beban, getaran
2. Pekerja tertimbun longsoran
3. Pekerja tenggelam / terkena air banjir
4. Pekerja terkena sengatan aliran listrik
5. Pekerja menghirup gas beracun
6. Pekerja menghrup debu / kotoran
7. Pekerja tertimpa alat kerja /material

23

Pekerjaan Tanah
8. Pekerja terjatuh kedalam galian
9. Dan lainya.

2.5.2. PERSYARATAN RENCANA PENGGALIAN DALAM MANAJEMEN K3

1. Lakukan penelitian terhadap :

1. keadaan tanah
2. air tanah
3. jaringan utilitas dibawah tanah (listrik, air, gas )

2. Tenaga kerja harus dilindungi dari bahaya tertimbun tanah


3. Lampu & rambu–rambu dipasang untuk mencegah orang terjatuh

2.5.3. PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN GALIAN TANAH DALAM


MANAJEMEN K3

1. Untuk tempat kerja di bawah tanah, setiap pergantian shift kerja, lakukan
pemeriksaan.
2. Lakukan pemeriksaan seminggu sekali untuk

1. mesin-mesin
2. peralatan
3. penyangga
4. jalan keluar dll

3. Daerah kerja dibawah tanah yang berbahaya hrs dipagari


4. Buat sistem komunikasi ( sambungan telpon )
5. Gunakan APD ( pakaian water proof, sepatu boot )
6. Semua yang masuk terowongan harus dicatat dan diidentifikasi Buat ventilasi
udara.

Pihak-Pihak Yang Memiliki Peran Dalam Pemenuhan Syarat K3

 PEMILIK
 KONSULTAN
 KONTRAKTOR
 PENGELOLA
24

Pekerjaan Tanah
2.5.4. SASARAN K3
Untuk menjamin dan meningkatkan keamanan total dari ancaman Resiko bahaya
yaitu dengan cara

 Life Safety
 Property Safety
 Environmental Safety

Mengingat kegiatan konstruksi yang sangat kompleks, karenanya untuk


mencapai sasaran K3 dibutuhkan SISTEM MANAJEMEN KONSTRUKSI YANG
TERINTEGRASI.

Permasalahan yang ada


Masalah Keselamatan dan kesehatan krja (K3) konstruksi secara umum di
indonesia masih terabaikan karena :
 Rendahnya kesadaran masyarakat akan masalah keselamatan dan kesehatan
kerja konstruksi
 Pemahaman dan ketaatan terhadap ketentuan K3 masih kurang
 Kelalaian pelaksana dan lemahnya pengawasan
 Rendahnya tingkat penegakan hukum oleh pemerintah
 Masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan
beban biaya perusahaan
 Tidak dilibatkannya tenaga ahli/tenaga trampil di bidang konstruksi maupun
ahli K3 dalam pelaksanaan konstruksi
 Belum adanya komitmen dari manajemen puncak di setiap
kegiatan/pelaksanaan konstruksi, sehingga SMK3 konstruksi tidak
diterapkan dengan sepenuhnya.


2.5.5. TUJUAN DARI K3

 Melindungi kesehatan, keamanan, keselamatan kerja


 Meningkatkan efesiensi kerja
 Mencegah Terjadinya kecelakaan akibat kerja

25

Pekerjaan Tanah
2.5.6. PENGENDALIAN RESIKO

No Jenis/Type Identifikasi Jenis Pengendalian Risiko K3


Pekerjaan Bahaya & Risiko K3
2. Pekerjaan Tanah  Terkena peralatan  Menggunakan peralatan kerja
 Galian Biasa kerja > luka ringan / yang benar.
berat  Memasang pagar pengaman.
 Pekerja / orang  Menjaga jarak antara para
jatuh kedalam pekerja pada jarak yang aman
galian > Luka
 Timbunan Biasa  Terjadinya longsor  Usahakan tanah timbunan yang
karena tanah tidak sudah kering
kering > Luka
 Usahakan tanah timbunan yang
 Timbunan Pilihan  Terjadinya longsor sudah kering
karena tanah tidak
kering > Luka  Operator harus bekerja secara
benar dan hati-hati.
 Penyiapan Badan  Kecelakaan akibat  Memasang rambu-rambu
Jalan terkena alat berat >  Menempatkan pemandu lapangan
Luka Berat

26

Pekerjaan Tanah
BAB 3

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Dari makalah diatas dapat disimpulkan:

 Mengawasi pekerjaan galian dalam rangka pelaksanaan pekerjaan jembatan


dan oprit jembatan dengan memperhatikan toleransi dimensi hasil pekerjaan,
serta bertanggungjawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas bawah
tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau saluran bawah tanah
lainnya atau struktur yang mungkin dijumpai

 Mengawasi pekerjaan timbunan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan


jembatan dan oprit jembatan dengan memperhatikan toleransi dimensi hasil
pekerjaan, standar rujukan yang digunakan, bahan timbunan yang digunakan,
metode penghamparan dan pemadatan serta jaminan mutu hasil pekerjaan
timbunan.

 Mengawasi pekerjaan penyiapan badan jalan dalam rangka pelaksanaan


pekerjaan jembatan dan oprit jembatan dengan memperhatikan toleransi
dimensi hasil pekerjaan, standar rujukan yang digunakan, bahan yang
digunakan untuk pembuatan badan jalan dan sebagainya.

3.2. SARAN:

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

27

Pekerjaan Tanah
DAFTAR PUSTAKA

1. Hand Book Of Soil Mechanics, By Arpad Kezdi.

2. Contruction Planning, Equipment and Method, By R.L.Peurifoy.

3. Highway Enggineering Handbook, By Kenneth B Woods

4. Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi I & II, Oleh Imam Soekoto

5. Drainage Engineering, By James M Luthin.

6. Alat-alat Berat dan Penggunaannya, Oleh Ir. Rochmanhadi

7. Caterpilar Performance Handbook, Edition 29

8. Leaflets : Caterpillar, Komatsu, F

28

Pekerjaan Tanah
LAMPIRAN 1

Contoh kasus kerusakan pada jalan raya

KERUSAKAN PADA KONSTRUKSI JALAN RAYA GUBENG (SURABAYA)

Jalan Raya Gubeng ini amblas sepanjang 30 meter dengan lebar 10 meter dan
kedalaman 10 meter hingga membentuk lubang besar menganga. Fenomena ini mirip
dengan fenomena alam sinkhole.

Sinkhole adalah fenomena saat seberkas tanah turun di area tertentu atau jatuh
kebawah dengan gerakan vertical dengan kedalaman yang cukup dalam.

PENYEBAB KERUSAKAN JALAN:

Terkait pembungan proyek di sisi jalan yaitu pembangunan basement RS Siloam.


Dinding penahan tanah (soldier pile) dari pembangunan basement yang di bor agar
tidak ada air yang masuk tidak mampu menahan beban, sehingga mengalami
kebocoran. Kebocoran ini menyebabkan air masuk ke basement yang menyebabkan
tanah di jalan raya ambles. Akibat ini pelaksana proyek malakukan pengeringan
dengan proses penyedotan.

29

Pekerjaan Tanah
LAMPIRAN 2

Rambu Rambu K3

1. Alat Pelnung Diri

30

Pekerjaan Tanah
2. Rambu Rumbu Umum di Lapangan

31

Pekerjaan Tanah

Anda mungkin juga menyukai