Anda di halaman 1dari 4

4.

1 Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A (Sta 1+110 sampai Sta 1+200L)
Lapis pondasi agregat kelas A adalah bagian material yang terletak diantara tanah
dasar (Subgrade) dan Lean Concrete (LC). Lapisan pondasi atas ini merupakan bagian dari
konstruksi jalan raya dimana mutu materialnya lebih tinggi dari mutu material subbase
course, hal ini dikarenakan tekanan yang bekerja pada lapisan ini lebih besar bila
dibandingkan dengan pondasi bawah. Lebar lapis pondasi agregat kelas A ini adalah 13,6 m
dan tebal 15 cm.
Pada Proyek Pemeliharaan Bekala Jalan Bts. Kota Banda Aceh – Aceh Besar (APBA
– OTSUS ACEH) ini, volume lapis pondasi agregat kelas A yang ditinjau adalah:

Luas pekerjaan LPA = Lebar jalan x panjang jalan

= 13,6 m x 90 m

= 1224 m2

Volume pekejaan LPA = Luas pekerjaan LPA x tebal lapisan

= 1224 m2 x 0,15 m

= 183,6 m3

Berikut ini adalah penjelasan tentang material dan peralatan yang digunakan serta
pelaksanaan pekerjaannya.

4.1.1 Material

Material yang digunakan dalam pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A dengan
komposisi campuran lapisan pondasi A setelah dikoreksi terhadap berat isi total campuran,
terdiri dari agregat 1 ½” : 40,6%, agregat ¾” : 21%, agregat 3/8” : 17,9%, dan abu batu
20,5%. Material ini didatangkan dari quarry di Palu dengan jarak ±390 km ke lokasi proyek
dengan menggunakan kapal barang dan Dump Truck.

4.1.2 Peralatan

Pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A ini dikerjakan secara mekanis. Alat-alat yang
digunakan dalam pekerjaan ini berupa 1 unit motor grader, 1 unit water tanker truck, 1 unit
vibrator roller, 7 unit dump truck dengan kapasitas 5 m3. Tenaga yang digunakan dalam
pekerjaan ini adalah orang-orang yang terlibat selama pekerjaan ini berlangsung. Orang-
orang tersebut adalah pelaksana pekerjaan, surveyor, mandor, pengawas dan operator alat.

4.1.3 Pelaksanaan pekerjaan


a. Pengangkutan dan penumpukan
Pekerjaan ini di mulai dengan pencampuran material yang dilakukan di Palu.
Campuran material tersebut terdiri dari batu kali, batu pecah dan abu batu pecah, pasir serta
tanah yang ada di base camp. Pencampuran tersebut diusahakan sebisa mungkin sesuai
dengan spesifikasi yang ada dalam dokumen kontrak dengan diawasi oleh kepala kontraktor
dan tim pengawas dari pemilik proyek. Pencampuran dilakukan dengan menggunakan Wheel
Loader.
Material yang berasal dari Palu, diangkut dengan menggunakan kapal tronton dan
dibawa ke base camp, dari base camp diangkut menggunakan 7 Dump Truck berkapasitas 5
m3. Setelah material yang diangkut oleh Dump Truck tiba di lokasi proyek, selanjutnya
material tersebut ditumpuk dengan jarak tumpukan sekitar 1 m di sepanjang pekerjaan jalan.
Material tersebut ditumpuk dengan keadaan sejajar antara satu tumpukan dengan tumpukan
lainnya..
Sebelum pengangkutan material terlebih dahulu dilakukan analisa gradasi agregat
dengan mengambil satu sampel untuk dibawa ke Laboratorium WIKA . Hal ini untuk
mengetahui material yang diuji berada pada range dari spesifikasi yang telah ditentukan.
Dokumentasi pekerjaan penumpukan material base A dapat dilihat pada Lampiran.

b. Penghamparan
Pekerjaan penghamparan material ini dikerjakan setelah penumpukan material, alat
yang digunakan untuk menghampar material adalah Motor Grader. Tumpukan material ini
kemudian diratakan dengan memperhatikan patok-patok yang telah dipasang. Prinsip kerja
Motor Grader ini adalah menebarkan agregat dengan posisi blade menyerong, hal ini
dimaksudkan agar material tidak menumpuk ditengah blade tetapi tersebar secara merata ke
pinggir jalan.
Dari hasil penghamparan didapatkan ketebalan lapis pondasi agregat A di lapangan
pada saat gembur sebesar 18 cm kemudian nantinya dipadatkan menjadi 15 cm. Dokumentasi
pekerjaan penghamparan material base A dapat dilihat pada Lampiran

c. Pemadatan dan Penyiraman


Setelah selesai dilakukan penghamparan, pekerjaan selanjutnya adalah pemadatan. Alat
pemadat yang digunakan adalah Vibrator Roller dengan kecepatan 3,75 km/jam. Pada proses
pemadatan permukaan lapisan subbase terlalu kering maka disiram air pada lapisan ini
dengan menggunakan Water Tanker. Banyaknya air yang disiram dari Water Tanker
ditentukan secara visual, artinya kadar air yang disiram tidak melebihi kadar air optimum dan
diawasi oleh pengawas lapangan. Pemadatan ini dilakukan dengan 8 kali passing.
Setelah lapisan tersebut sudah dianggap padat, maka dilakukan pengujian sand cone.
Pengujian ini dilakukan setelah beberapa hari kemudian, hal ini dikarenakan kondisi base
masih dalam keadaan tidak cukup kering. Pengujian sand cone dilakukan pada 1 titik yang
diuji pada STA tertentu yang mewakili. Dengan test ini dapat diketahui apakah kadar air
agregat sudah mendekati nilai pemeriksaan kadar air semula untuk mencapai kepadatan
optimumnya. Dokumentasi pekerjaan pemadatan dan penyiraman material base A dapat
dilihat pada Lampiran
Hasil perbandingan pekerjaan base A aktual dilapangan dengan standar spesifikasi
dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1 Perbandingan Pelaksanaan Aktual Pekerjaan Lapis Pondasi Agregrat Kelas
A Dengan Spesifikasi

Pekerjaan Standar (Sesuai Spesifikasi Lapangan


Umum 2010)
Material Sebelum dihamparkan, dilakukan Material yang diuji
pengujian gradasi terhadap material berada pada range dari
agregat, dimana gradasi tersebut spesifikasi yang telah
harus 100% saringan 1 ½, 79-85% ditentukan, maksimal
lolos saringan 1” , 44-58% lolos agregate yaitu inchi 1,5
saringan 3/8”, 29-44% lolos inchi dan berada pada
saringan no.4, 17-30% lolos range dari spesifikasi
saringan no.10, 7-17% lolos yang telah ditentukan
saringan no.40 dan 2-8% lolos dan sesuai dengan
saringan no.200 Detail Engineering
Design (DED).
Tebal Lapisan Tebal padat maksimum tidak boleh Tebal lapisan pondasi
melebihi 15 cm, kecuali kelas atas (LPA) telah
diperintahkan oleh direksi sesuai dengan
pekerjaan. spesifikasi yaitu 15 cm.

Penghamparan Setiap lapis harus dihamparkan Tebal penghamparan


pada suatu operasi dengan takaran di lapangan yaitu 18
yang merata, agar menghasilkan cm, sebelum nanti
tebal padat yang diperlukan dalam dipadatkan dan
toleransi yang diisyaratkan. mengalami Loose
Factor sebesar 1,2.
Pemadatan Operasi penggilasan harus dimulai Untuk mencapai
dari sepanjang tepidan bergerak ketebalan rencana
sedikit demi sedikit ke arah sumbu yaitu 15 cm,
jalan, dalam arah memanjang. pemadatan dilakukan
Operasi penggilasan harus sebanyak 8 kali
dilanjutkan sampai seluruh bekas passing, sudah
roda mesin gilas hilang dan lapis mencukupi standar dari
tersebut terpadatkan secara merata. spesifikasi yaitu 8 kali
I passing.

Anda mungkin juga menyukai