Anda di halaman 1dari 35

5.1.

(1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A


1. Umum:
Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A meliputi pemasokan, pemrosesan,
pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat kelas A di
atas permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detail
yang ditunjukkan gambar.
Lapis Pondasi Agregat Kelas A adalah mutu lapis pondasi atas untuk lapisan
di bawah lapisan beraspal.
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah penambahan lebar perkerasan
eksisting sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan.

a. Volume Perkiraan Pekerjaan :


 7.355,70 m3
b. Peralatan yang digunakan :
 Dump Truck,
 Motor Grader,
 Vibrator Padfoot Roller,
 Water Tank Truck,
 Alat bantu
c. Tenaga Kerja :
 Mandor
 Pekerja
d. Perlengkapan K3 :
 Memasang rambu peringatan
 Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti : sarung tangan, Baju rompi,
Masker, Helm Proyek, Sepatu Safety
 Memastikan kelengkapan SIA/SIO

e. Toleransi
Toleransi elevasi permukaan relatif terhadap elevasi rencana untuk pondasi
Agregat klas A adalah + 0 cm dan – 1 cm.
Pada permukaan lapis pondasi Agregat A tidak boleh terdapat ketidak rataan
yang dapat menampung air, dan semua punggung ( camber) permukaan harus
sesuai dengan gambar.
Pada permukaan lapis pondasi Agregat A yang disiapkan untuk lapisan resap
pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana semua bahan yang terlepas harus
dibuang dengan sikat yang keras, maka penyimpangan maksimum pada kerataan
permukaan yang diukur dengan mistar lurus sepanjang 3m, diletakkan sejajar
atau melintang sumbu jalan, maksimum 1 cm.

f. Pengajuan Rencana Kerja


Penyedia Jasa akan menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan paling sedikit
21 hari sebelum tanggal yang diusulkan dalam penggunaan bahan untuk pertama
kali :
 Dua contoh masing-masing 50 kg bahan, satu disimpan oleh Pengawas
Pekerjaan.
 Pernyataan perihal asal dan komposisi Agregat A yang diusulkan bersama
dengan hasil pengujian lab.
Mengirim rencana kerja (workplan) termasuk peralatan, personil kerja dan
gambar kerja yang akan digunakan, untuk memperoleh persetujuan dari
Pengawas Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai
g. Cuaca yang diijinkan
Lapis pondasi Agregat A tidak boleh ditempatkan, dihampar, atau
dipadatkan sewaktu turun hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan segera
setelah hujan atau bila kadar air bahan jadi tidak berada dalam rentang yang
diijinkan.

2. Bahan
a. Sumber Bahan
Bahan lapis pondasi Agregat Kelas A dipilih dari sumber yang disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan.
b. Sifat Bahan
Agregat A harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau
bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki.
Fraksi Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm terdiri dari
partikel atau pecahan batu yang keras dan awet yang memenuhi persyaratan.
Fraksi agregat halus yang lolos pada ayakan 4,75 mm terdiri dari partikel
atau pasir alami atau batu pecah halus lainnya yang memenuhi persyaratan
Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas A adalah seperti tabel dibawah
Ukuran Ayakan % Berat yg Lolos
ASTM (mm)
2” 50
1 ½” 37.5 100
1” 25.0 79 – 85
3/8” 9.5 44 – 58
No. 4 4.75 29 – 44
No. 10 2 17 – 30
No. 40 0.425 7 – 17
No. 200 0.075 2-8

3. Penghampran dan Pemadatan


a. Penyiapan Lahan
Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan lapisan pondasi agregat kelas
A harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas Pekerjaan. Panjang
persiapan penghamparan minimal 100 meter pada setiap penghamparan. Untuk
perbaikan tempat-tempat yang kurang dari 100 m panjangnya, seluruh formasi
disiapkan dan disetujui sebelum lapis pondasi agregat A dihamparkan.
Bilamana lapis pondasi Agregat A akan dihamparkan langsung di atas
permukaan aspal lama, yang menurut Pengawas Pekerjaan dalam kondisi tidak
rusak, maka diperlukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan
aspal lama agar meningkatkan tahanan geser yang lebih baik.
Lebar pelebaran diberi tambahan yang cukup sehingga memungkinkan tepi
setiap lapisan yang dihampar bertangga terhadap lapisan di bawahnya atau
terhadap lapisan eksisting. Susunan bertangga ini diperlukan untuk
memungkinkan penggilasan yang sedikit keluar dari tepi hamparan dan untuk
memperoleh daya dukung samping yang memadai, dan dibuat berturut-turut
selebar 5 cm untuk setiap pelapisan (overlay) yang dihampar.
b. Penghamparan dan Pemadatan
Lapis pondasi Agregat Kelas A dibawa dump truck ke badan jalan sebagai
campuran yang merata, dan dihampar pada kadar air dalam rentang yang
disyaratkan. Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata
Setiap lapis dihampar pada suatu kegiatan dengan takaran yang merata
agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan.
Untuk penghamparan lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut diusahakan
sama tebalnya.
Lapis pondasi agregat kelas A dihampar menggunakan motor grader
dengan metode yang disetujui dan tidak menyebabkan segregasi pada partikel
agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi diperbaiki atau dibuang dan
diganti dengan bahan yang bergradasi baik
Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali digunakan
peralatan khusus yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
Segera setelah penghamparan akhir, setiap lapis dipadatkan menyeluruh
dengan alat pemadat Vibrator Padfoot Roller yang cocok dan memadai, yang
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100% dari
kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukanoleh
SNI 1743:2008, metode D untuk lapis pondasi agregat.
Pemadatan dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang
3% di bawah kadar air optimum sampai 1% diatas kadar air optimum.
Kegiatan penggilasan dimulai dari sepanjang tepi dan berangsur angsur
menuju ke tengah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada tempat ber”Super
Elevasi” penggilasan dimulai dari bagian yang rendah menuju ke bagian yang
tinggi. Kegiatan penggilasan dilajutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas
hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata
Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan - lapisan
tersebut diusahakan sama tebalnya.
Bahan sepanjang Kerb, tembok dan tempat-tempat lain yang tidak
terjangkau oleh mesin gilas, dipadatkan dengan menggunakan timbris mekanis
atau pemadatlainnya yang disetujui.
4. Pengujian
Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan
awal mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan minimum 3 contoh yang
mewakili sumber bahan yang diusulkan.
Setelah persetujuan mutu bahan lapis pondasi agregat yang diusulkan,
seluruh jenis pengujian bahan akan diulangi lagi, bila terdapat perubahan mutu
bahan atau metode produksinya.
Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan dilaksanakan
untuk memeriksa ketidak seragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan.
Pengujian lebih lanjut dilakukan untuk setiap 1.000 m3 bahan yang dihasilkan,
pengujian paling sedikit meliputi tidak kurang dari:
 5 pengujian indeks plastisitas,
 5 pengujian gradasi partikel,
 1 penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-
2008, metode D.
Prengujian CBR untuk lappis pondasi Agregat A dilakukan dari waktu ke
waktu sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan secara rutin diperiksa,
menggunakan SNI 03-2828-2011. Dan atau Light Weight Deflectometer (LWD)

Pengujian dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi


yang ditetapkan, tetapi tidak boleh berselang seling lebih dari 100 m per lajur
untuk pembangunan jalan atau penambahan lajur, dan 50 m untuk pelebaran
menuju lebar standar.

5. Gambar-gambar Pelaksanaan

Penurunan material Agregat A dari dump truck dan


Perataan menggunakan Motor Grader
Pengukuran timbunan Agregat A dan
Pengujian kepadatan timbunan menggunakan metode Sand Cone
5.1.(2) Lapis Pondasi Agregat Kelas B

1. Umum:
Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B meliputi pemasokan, pemrosesan,
pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan Agregat Kelas B di
atas permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detail
yang ditunjukkan gambar.
Lapis Pondasi Agregat Kelas B adalah lapis pondasi untuk lapisan bawah.
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah penambahan lebar perkerasan
eksisting sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan.
a. Volume Perkiraan Pekerjaan :
 8.448,48 m3
b. Peralatan yang digunakan :
 Dump Truck,
 Motor Grader,
 Vibrator Padfoot Roller,
 Water Tank Truck,
 Alat bantu
c. Tenaga Kerja :
 Mandor
 Pekerja
d. Perlengkapan K3 :
 Memasang rambu peringatan
 Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti : sarung tangan, Baju rompi,
Masker, Helm Proyek, Sepatu Safety
 Memastikan kelengkapan SIA/SIO
e. Toleransi
Toleransi elevasi permukaan relatif terhadap elevasi rencana untuk pondasi
Agregat klas A adalah + 0 cm dan – 2 cm.
Pada permukaan lapis pondasi Agregat B tidak boleh terdapat ketidak rataan
yang dapat menampung air, dan semua punggung ( camber) permukaan harus
sesuai dengan gambar.
f. Pengajuan Rencana Kerja
Penyedia Jasa akan menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan paling sedikit
21 hari sebelum tanggal yang diusulkan dalam penggunaan bahan untuk pertama
kali :
 Dua contoh masing-masing 50 kg bahan, satu disimpan oleh Pengawas
Pekerjaan.
 Pernyataan perihal asal dan komposisi Agregat B yang diusulkan bersama
dengan hasil pengujian lab.
Mengirim rencana kerja (workplan) termasuk peralatan, personil kerja dan
gambar kerja yang akan digunakan, untuk memperoleh persetujuan dari
Pengawas Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai
g. Cuaca yang diijinkan
Lapis pondasi Agregat B tidak boleh ditempatkan, dihampar, atau
dipadatkan sewaktu turun hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan segera
setelah hujan atau bila kadar air bahan jadi tidak berada dalam rentang yang
diijinkan.

2. Bahan
a. Sumber Bahan
Bahan lapis pondasi Agregat Kelas B dipilih dari sumber yang disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan.
b. Sifat Bahan
Agregat B harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau
bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki.
Fraksi Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm terdiri dari
partikel atau pecahan batu yang keras dan awet yang memenuhi persyaratan.
Fraksi agregat halus yang lolos pada ayakan 4,75 mm terdiri dari partikel
atau pasir alami atau batu pecah halus lainnya yang memenuhi persyaratan
Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas B adalah seperti tabel dibawah
Ukuran Ayakan % Berat yg Lolos
ASTM (mm)
2” 50 100
1 ½” 37.5 88 - 95
1” 25.0 70 – 85
3/8” 9.5 30 – 65
No. 4 4.75 25 – 55
No. 10 2 15 – 40
No. 40 0.425 8 – 20
No. 200 0.075 2-8

3. Penghampran dan Pemadatan


a. Penyiapan Lahan
Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan lapisan pondasi agregat kelas
B harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas Pekerjaan. Panjang
persiapan penghamparan minimal 100 meter pada setiap penghamparan. Untuk
perbaikan tempat-tempat yang kurang dari 100 m panjangnya, seluruh formasi
disiapkan dan disetujui sebelum lapis pondasi Agregat B dihamparkan.
Lebar pelebaran diberi tambahan yang cukup sehingga memungkinkan tepi
setiap lapisan yang dihampar bertangga terhadap lapisan di bawahnya atau
terhadap lapisan eksisting. Susunan bertangga ini diperlukan untuk
memungkinkan penggilasan yang sedikit keluar dari tepi hamparan dan untuk
memperoleh daya dukung samping yang memadai, dan dibuat berturut-turut
selebar 5 cm untuk setiap pelapisan (overlay) yang dihampar.
b. Penghamparan dan Pemadatan
Lapis pondasi Agregat Kelas B dibawa dump truck ke badan jalan sebagai
campuran yang merata, dan dihampar pada kadar air dalam rentang yang
disyaratkan. Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata
Setiap lapis dihampar pada suatu kegiatan dengan takaran yang merata
agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan.
Untuk penghamparan lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut diusahakan
sama tebalnya.
Lapis pondasi Agregat Kelas B dihampar menggunakan motor grader dengan
metode yang disetujui dan tidak menyebabkan segregasi pada partikel agregat
kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi diperbaiki atau dibuang dan diganti
dengan bahan yang bergradasi baik
Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali digunakan
peralatan khusus yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
Segera setelah penghamparan akhir, setiap lapis dipadatkan menyeluruh
dengan alat pemadat Vibrator Padfoot Roller yang cocok dan memadai, yag
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100% dari
kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukanoleh
SNI 1743:2008, metode D untuk lapis pondasi agregat.
Pemadatan dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang
3% di bawah kadar air optimum sampai 1% diatas kadar air optimum.
Kegiatan penggilasan dimulai dari sepanjang tepi dan berangsur angsur
menuju ke tengah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada tempat ber”Super
Elevasi” penggilasan dimulai dari bagian yang rendah menuju ke bagian yang
tinggi. Kegiatan penggilasan dilajutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas
hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata
Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan - lapisan
tersebut diusahakan sama tebalnya.
Bahan sepanjang Kerb, tembok dan tempat-tempat lain yang tidak
terjangkau oleh mesin gilas, dipadatkan dengan menggunakan timbris mekanis
atau pemadatlainnya yang disetujui.
4. Pengujian
Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan
awal mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan minimum 3 contoh yang
mewakili sumber bahan yang diusulkan.
Setelah persetujuan mutu bahan lapis pondasi agregat yang diusulkan,
seluruh jenis pengujian bahan akan diulangi lagi, bila terdapat perubahan mutu
bahan atau metode produksinya.
Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan dilaksanakan
untuk memeriksa ketidak seragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan.
Pengujian lebih lanjut dilakukan untuk setiap 1.000 m3 bahan yang dihasilkan,
pengujian paling sedikit meliputi tidak kurang dari:
 5 pengujian indeks plastisitas,
 5 pengujian gradasi partikel,
 1 penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-
2008, metode D.
Prengujian CBR untuk lappis pondasi Agregat B dilakukan dari waktu ke
waktu sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan secara rutin diperiksa,
menggunakan SNI 03-2828-2011. Dan atau Light Weight Deflectometer (LWD)
Pengujian dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi
yang ditetapkan, tetapi tidak boleh berselang seling lebih dari 100 m per lajur
untuk pembangunan jalan atau penambahan lajur, dan 50 m untuk pelebaran
menuju lebar standar.
5.1.(3) Lapis Pondasi Agregat Kelas S
1. Umum:
Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas S meliputi pemasokan, pemrosesan,
pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan Agregat Kelas S di
atas permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detail
yang ditunjukkan gambar.
Lapis Pondasi Agregat Kelas S digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup.
a. Volume Perkiraan Pekerjaan :
 8.448,48 m3
b. Peralatan yang digunakan :
 Dump Truck,
 Motor Grader,
 Vibrator Padfoot Roller,
 Water Tank Truck,
 Alat bantu
c. Tenaga Kerja :
 Mandor
 Pekerja
d. Perlengkapan K3 :
 Memasang rambu peringatan
 Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti : sarung tangan, Baju rompi,
Masker, Helm Proyek, Sepatu Safety
 Memastikan kelengkapan SIA/SIO
e. Toleransi
Toleransi elevasi permukaan relatif terhadap elevasi rencana untuk pondasi
Agregat klas A adalah + 1.5 cm dan – 1.5 cm.
Pada permukaan lapis pondasi Agregat Kelas S tidak boleh terdapat ketidak
rataan yang dapat menampung air, dan semua punggung ( camber) permukaan
harus sesuai dengan gambar.
f. Pengajuan Rencana Kerja
Penyedia Jasa akan menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan paling sedikit
21 hari sebelum tanggal yang diusulkan dalam penggunaan bahan untuk pertama
kali :
 Dua contoh masing-masing 50 kg bahan, satu disimpan oleh Pengawas
Pekerjaan.
 Pernyataan perihal asal dan komposisi Agregat Kelas S yang diusulkan bersama
dengan hasil pengujian lab.
Mengirim rencana kerja (workplan) termasuk peralatan, personil kerja dan
gambar kerja yang akan digunakan, untuk memperoleh persetujuan dari
Pengawas Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai

g. Cuaca yang diijinkan


Lapis pondasi Agregat B tidak boleh ditempatkan, dihampar, atau
dipadatkan sewaktu turun hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan segera
setelah hujan atau bila kadar air bahan jadi tidak berada dalam rentang yang
diijinkan.

2. Bahan
a. Sumber Bahan
Bahan lapis pondasi Agregat Kelas S dipilih dari sumber yang disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan.
b. Sifat Bahan
Agregat Kelas S harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung
atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki.
Fraksi Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm terdiri dari
partikel atau pecahan batu yang keras dan awet yang memenuhi persyaratan.
Fraksi agregat halus yang lolos pada ayakan 4,75 mm terdiri dari partikel
atau pasir alami atau batu pecah halus lainnya yang memenuhi persyaratan
Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas S adalah seperti tabel dibawah
Ukuran Ayakan % Berat yg Lolos
ASTM (mm)
2” 50
1 ½” 37.5 100
1” 25.0 77 – 89
3/8” 9.5 41 – 66
No. 4 4.75 26 – 54
No. 10 2 15 – 42
No. 40 0.425 7 – 26
No. 200 0.075 4 - 16

3. Penghampran dan Pemadatan


a. Penyiapan Lahan
Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan lapisan pondasi agregat kelas
S harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas Pekerjaan. Panjang
persiapan penghamparan minimal 100 meter pada setiap penghamparan. Untuk
perbaikan tempat-tempat yang kurang dari 100 m panjangnya, seluruh formasi
disiapkan dan disetujui sebelum lapis pondasi Agregat Kelas S dihamparkan.
Lebar pelebaran diberi tambahan yang cukup sehingga memungkinkan tepi
setiap lapisan yang dihampar bertangga terhadap lapisan di bawahnya atau
terhadap lapisan eksisting. Susunan bertangga ini diperlukan untuk
memungkinkan penggilasan yang sedikit keluar dari tepi hamparan dan untuk
memperoleh daya dukung samping yang memadai, dan dibuat berturut-turut
selebar 5 cm untuk setiap pelapisan (overlay) yang dihampar.
b. Penghamparan dan Pemadatan
Lapis pondasi Agregat Kelas S dibawa dump truck ke bahu jalan sebagai
campuran yang merata, dan dihampar pada kadar air dalam rentang yang
disyaratkan. Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata
Setiap lapis dihampar pada suatu kegiatan dengan takaran yang merata
agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan.
Untuk penghamparan lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut diusahakan
sama tebalnya.
Lapis pondasi Agregat Kelas S dihampar menggunakan motor grader dengan
metode yang disetujui dan tidak menyebabkan segregasi pada partikel agregat
kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi diperbaiki atau dibuang dan diganti
dengan bahan yang bergradasi baik
Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali digunakan
peralatan khusus yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
Segera setelah penghamparan akhir, setiap lapis dipadatkan menyeluruh
dengan alat pemadat Vibrator Padfoot Roller yang cocok dan memadai, yag
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100% dari
kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukanoleh
SNI 1743:2008, metode D untuk lapis pondasi agregat.
Pemadatan dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang
3% di bawah kadar air optimum sampai 1% diatas kadar air optimum.
Kegiatan penggilasan dimulai dari sepanjang tepi dan berangsur angsur
menuju ke tengah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada tempat ber”Super
Elevasi” penggilasan dimulai dari bagian yang rendah menuju ke bagian yang
tinggi. Kegiatan penggilasan dilajutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas
hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata
Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan - lapisan
tersebut diusahakan sama tebalnya.
Bahan sepanjang Kerb, tembok dan tempat-tempat lain yang tidak
terjangkau oleh mesin gilas, dipadatkan dengan menggunakan timbris mekanis
atau pemadatlainnya yang disetujui.
4. Pengujian
Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan
awal mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan minimum 3 contoh yang
mewakili sumber bahan yang diusulkan.
Setelah persetujuan mutu bahan lapis pondasi agregat yang diusulkan,
seluruh jenis pengujian bahan akan diulangi lagi, bila terdapat perubahan mutu
bahan atau metode produksinya.
Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan dilaksanakan
untuk memeriksa ketidak seragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan.
Pengujian lebih lanjut dilakukan untuk setiap 1.000 m3 bahan yang dihasilkan,
pengujian paling sedikit meliputi tidak kurang dari:
 5 pengujian indeks plastisitas,
 5 pengujian gradasi partikel,
 1 penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-
2008, metode D.
Prengujian CBR untuk lappis pondasi Agregat Kelas S dilakukan dari waktu
ke waktu sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan secara rutin diperiksa,
menggunakan SNI 03-2828-2011. Dan atau Light Weight Deflectometer (LWD)
Pengujian dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi
yang ditetapkan, tetapi tidak boleh berselang seling lebih dari 100 m per lajur
untuk pembangunan jalan atau penambahan lajur, dan 50 m untuk pelebaran
menuju lebar standar.
5.1.(4) Lapisan Drainase
1. Umum:
Pekerjaan Lapisan Drainase meliputi pemasokan, pemrosesan,
pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan Lapisan Drainase di
atas permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detail
yang ditunjukkan gambar.
Lapisan Drainase digunakan di bawah perkerasan beton semen baik
langsung maupun tidak langsung.
a. Volume Perkiraan Pekerjaan :
 280,00 m3
b. Peralatan yang digunakan :
 Dump Truck,
 Motor Grader,
 Vibrator Padfoot Roller,
 Water Tank Truck,
 Alat bantu
c. Tenaga Kerja :
 Mandor
 Pekerja
d. Perlengkapan K3 :
 Memasang rambu peringatan
 Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti : sarung tangan, Baju rompi,
Masker, Helm Proyek, Sepatu Safety
 Memastikan kelengkapan SIA/SIO
e. Toleransi
Toleransi elevasi permukaan relatif terhadap elevasi rencana untuk pondasi
Agregat klas A adalah + 1.5 cm dan – 1.5 cm.
f. Pengajuan Rencana Kerja
Penyedia Jasa akan menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan paling sedikit
21 hari sebelum tanggal yang diusulkan dalam penggunaan bahan untuk pertama
kali :
 Dua contoh masing-masing 50 kg bahan, satu disimpan oleh Pengawas
Pekerjaan.
 Pernyataan perihal asal dan komposisi Lapisan Drainase yang diusulkan
bersama dengan hasil pengujian lab.
Mengirim rencana kerja (workplan) termasuk peralatan, personil kerja dan
gambar kerja yang akan digunakan, untuk memperoleh persetujuan dari
Pengawas Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai

2. Bahan
a. Sumber Bahan
Bahan Lapis Drainase dipilih dari sumber yang disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan.
b. Sifat Bahan
Lapisan Drainase harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung
atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki.
Fraksi Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm terdiri dari
partikel atau pecahan batu yang keras dan awet yang memenuhi persyaratan.
Fraksi agregat halus yang lolos pada ayakan 4,75 mm terdiri dari partikel
atau pasir alami atau batu pecah halus lainnya yang memenuhi persyaratan
Gradasi Lapisan Drainase adalah seperti tabel dibawah
Ukuran Ayakan % Berat yg Lolos
ASTM (mm)
2” 50
1 ½” 37.5 100
1” 25.0 71 – 87
¾” 19.0 58 – 74
½” 12.5 44 – 60
3/8” 9.5 34 – 50
No. 4 4.75 19 – 31
No. 8 2.36 8 – 16
No. 10 2.0
No. 16 1.18 0–4
No. 40 0.425
No. 200 0.075

3. Penghampran dan Pemadatan


a. Penyiapan Lahan
Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Drainase harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas Pekerjaan. Panjang
persiapan penghamparan minimal 100 meter pada setiap penghamparan. Untuk
perbaikan tempat-tempat yang kurang dari 100 m panjangnya, seluruh formasi
disiapkan dan disetujui sebelum Lapisan Drainase dihamparkan.
Lebar pelebaran diberi tambahan yang cukup sehingga memungkinkan tepi
setiap lapisan yang dihampar bertangga terhadap lapisan di bawahnya atau
terhadap lapisan eksisting. Susunan bertangga ini diperlukan untuk
memungkinkan penggilasan yang sedikit keluar dari tepi hamparan dan untuk
memperoleh daya dukung samping yang memadai, dan dibuat berturut-turut
selebar 5 cm untuk setiap pelapisan (overlay) yang dihampar.
b. Penghamparan dan Pemadatan
Lapisan Drainase dibawa dump truck ke badan jalan sebagai campuran
yang merata, dan dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan.
Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata
Setiap lapis dihampar pada suatu kegiatan dengan takaran yang merata
agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan.
Bila akan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan
sama tebalnya.
Lapisan Drainase dihampar menggunakan motor grader dengan metode
yang disetujui dan tidak menyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan
halus. Bahan yang bersegregasi diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan
bahan yang bergradasi baik
Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali digunakan
peralatan khusus yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
Segera setelah penghamparan akhir, setiap lapis dipadatkan menyeluruh
dengan alat pemadat Vibrator Padfoot Roller yang cocok dan memadai, yag
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100% dari
kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukanoleh
SNI 1743:2008, metode D untuk lapis pondasi agregat.
Pemadatan dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang
3% di bawah kadar air optimum sampai 1% diatas kadar air optimum.
Kegiatan penggilasan dimulai dari sepanjang tepi dan berangsur angsur
menuju ke tengah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada tempat ber”Super
Elevasi” penggilasan dimulai dari bagian yang rendah menuju ke bagian yang
tinggi. Kegiatan penggilasan dilajutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas
hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata
Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan - lapisan
tersebut diusahakan sama tebalnya.
Bahan sepanjang Kerb, tembok dan tempat-tempat lain yang tidak
terjangkau oleh mesin gilas, dipadatkan dengan menggunakan timbris mekanis
atau pemadatlainnya yang disetujui.
4. Pengujian
Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan
awal mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan minimum 3 contoh yang
mewakili sumber bahan yang diusulkan.
Setelah persetujuan mutu bahan lapis pondasi agregat yang diusulkan,
seluruh jenis pengujian bahan akan diulangi lagi, bila terdapat perubahan mutu
bahan atau metode produksinya.
Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan dilaksanakan
untuk memeriksa ketidak seragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan.
Pengujian lebih lanjut dilakukan untuk setiap 1.000 m3 bahan yang dihasilkan,
pengujian paling sedikit meliputi tidak kurang dari:
 5 pengujian gradasi partikel,
 1 penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-
2008, metode D.
Prengujian CBR untuk lappis pondasi Agregat Kelas S dilakukan dari waktu
ke waktu sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan secara rutin diperiksa,
menggunakan SNI 03-2828-2011. Dan atau Light Weight Deflectometer (LWD)
Pengujian dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi
yang ditetapkan, tetapi tidak boleh berselang seling lebih dari 100 m per lajur
untuk pembangunan jalan atau penambahan lajur, dan 50 m untuk pelebaran
menuju lebar standar.
5.3.(1a) Perkerasan Beton Semen
1. Umum:
Pekerjaan Perkerasan Beton Semen meliputi pemasokan, pemrosesan,
pengangkutan, penghamparan, dan pemadatan Perkerasan Beton Semen (Perkerasan
Kaku) di atas permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan
ketebalan dan bentuk penampang melintang seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

Volume Perkiraan Pekerjaan :


 21.000,60 m3
Peralatan yang digunakan :
 Batching Plan
 Concrete Paver
 Dump Truck,
 Excavator
 Gergaji Beton
 Alat bantu
Tenaga Kerja :
 Mandor
 Pekerja
Perlengkapan K3 :
 Memasang rambu peringatan
 Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti : sarung tangan, Baju rompi,
Masker, Helm Proyek, Sepatu Safety
 Memastikan kelengkapan SIA/SIO
2. Bahan:
a. Agretgat Halus
Agregat halus terdiri dari bahan yang bersih, keras, butiran tidak dilapisi
apapun dan mutu yang seragam dan harus :
 Ukuran lebih kecil dari ayakan No. 4 (4.75 mm)
 Sekurang-kurangnya terdiri dari 50% (terhadap berat) pasir alam
b. Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan harus bersih, keras, kuat dan diperoleh dari
pemecahan batu atau koral.
c. Semen
Semen dari Semen Portland Biasa (Ordinary Portland Cement, OPC) type 1.
d. Air
Air yang digunakan dalam campuran beton bersih, dan bebas dari bahan
yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa atau organik.
e. Membran kedap air
Membran yang kedap air di bawah perkerasan berupa lembaran polyethilene
dengan tebal 125 mikron.
Toleransi
Kelebihan ketinggian maksimum diuji dengan menggunakan mistar lurus
sepanjang 3 m adalah 3 mm.
Toleransi elevasi permukaan relatif terhadap elevasi rencana untuk pondasi
Agregat klas A adalah + 10 mm dan – 10 mm.

Pengajuan Rencana Kerja


Mengirim (workplan) termasuk peralatan, personil kerja dan gambar kerja
yang akan digunakan, untuk memperoleh persetujuan dari Pengawas Pekerjaan
sebelum pekerjaan dimulai
Melakukan management traffic dan memansang rambu – rambu peringatan
di keluar masuk alat berat agar tidak membahayakan Pekerja maupun pengguna
jalan yang melintas (apabila dibutuhkan)
Penyedia jasa mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang kan digunakan
dengan data pengujian yang memenuhi syarat-syarat bahan, dan rancangan
campuran (mix Design) untuk mutu beton yang akan digunakan berdasarkan kuat
tekan/lentur beton umur 7 dan 28 hari.
3. Metode Pelaksanaan
a. Acuan
Acuan dan alat pengendali elevasi dipasang di muka bagian yang sedang
dilaksanakan. Bagian atas acuan dan alat pengendali elevasi dipasang dengan
toleransi elevasi tidak melampaui -10 mm sampai + 10 mm relatif terhadap
rancangan elevasi permukaan.
b. Pengecoran Beton
Menghamparkan lembaran kedap air di bawah lapisan perkerasan, bila
diperlukan sambungan, maka dibuat tumpang tindih sekurang-kurangnya 300
mm.
Beton diproses di batching plant dengan campuran sesuai rancangan
campuran (mix Design), kemudian diangkut ke lokasi pengecoran.
Beton dicor dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga pekerjaan
pemindahan beton dihindari. Beton dituangkan ke dalam alat penghampar dan
dihamparkan secara mekanis sehingga mencegah segregasi. Penghamparan
dilakukan secara menerus di antara sambungan melintang tanpa sekatan
sementara. Beton dipadatkan secara merata pada tepi dan sepanjang acuan dan
pada kedua sisi setiap sambungan, menggunakan vibrator.
Vibrator tidak menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi
acuan. Vibrator tidak digunakan lebih dari 5 detik pada setiap temmpat.
Bila digunakan ruji (dowel), maka dowel dipasang sejajar dengan garis
sumbu perkerasan beton. Dowel diletakkan dalam ketebalan perkerasan dengan
perlengkapan mekanik yang disetujui Pengawas Pekerjaan.
Jika tidak dowel dipasang memakai penahan atau perlengkapan logam
lainnya yang dibiarkan tertinggal dalam perkerasan.
c. Penyelesaian Permukaan
Setelah dibentuk dan dipadatkan, beton diperhalus, diperbaiki dan
dipadatkan dengan bantuan alat penyetrika. Dua metode penyetrika sebagi
berikut:
Metode manual : Penyetrika manual dijalankan dari atas jembatan yang
dipasang membentang di kedua sisi acuan tanpa menyentuh beton,
digerakkan seperti gerakan menggergaji, sementara penyetrika selalu
sejajar dengan garis sumbu jalan dan bergerak berangsur-angsur dari sisi
perkerasan ke sisi yang lain.
Metode Mekanik : Penyetrika mekanik menggunakan mesin yang mencakup
pemotong, penyetrika dan penghalus yang dipasang dan dikendalikan
melalui rangka yang kaku. Rangka ini dijalankan dengan alat beroda
empat atau lebih yang bertumpu pada acuan samping.
Pengkasaran permukaan: Pengkasaran dilakukan dengan menggunakan
dua sikat kawat, dengan ukuran kawat 32 gauge, dan jarak kawat dari as
ke as 25 mm. Sikat kawat dipasang dengan susunan berselang seling (zig
zag), sehingga jarak kawat pada baris kedua degnan kawat pada baris
pertama 12.5 mm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 3
mm.
d. Sambungan Susut Gergajian
Sambungan susut ini dibentuk dengan membuat alur dengan gergaji beton
pada permukaan perkerasan dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai
dengan yang ditunjukkan dengan gambar. Penggergajian dilakukan sesegera
mungkin setelah beton cukup mengeras agar diperoleh hsasil rapi tanpa
menimbulkan keretakan. Pengergajian dilakukan tidak kurang dari 4 jam setelah
pengecoran, dan tidak lebih dari 10 jam. Sambungan dibentuk dengan
pemotongan sebelum terjadi retak susut yang tidak terkendali. Setiap sambungan
dibentuk dengan penggergajian yang berurutan dan teratur.

e. Perawatan (Curing)
Permukaan Perkerasan Beton Semen segera dirawat dengan penyemprotan
bahan perawatan yang disetujui, setelah permukaan tersebut selesai dikasarkan
dengan sikat.
i. Bahan perawatan harus dalam bentuk lapisan yang menerus tidak terputus,
dan disemprotkan dengan merata dalam dua kali penyemprotan.
 Pertama dalam waktu 15 menit setelah kondisi air permukaan “tidak
begitu mengkilap” dan
 Kedua 10 sampai 30 menit setelah penyemprotan pertama, atau sesuai
yang disarankan pabrik pembuatnya.
ii. Pada permukaan dengan acuan tetap, penyemprotan pertama dilakukan
dalam 30 menit setelah penggarukan dan yang kedua 15 sampai 45
menit sesudahnya.
iii. Masing-masing penyemprotan dengan kadar yang sama minimum 0.2
ltr/m2.
f. Penutup Sambungan
Sambungan sesegera mungkin ditutup setelah periode perawatan beton
berakhir dan sebelum perkerasan dibuka untuk lalu lintas. Sebelum ditutup setiap
sambungan dibersihkan dari bahan yang tidak dikehendaki, termasuk bahan
perawatan (membrane curing compound).

4. Pengendalian Mutu.
Untuk pengendalian mutu, dari setiap lot, dua pasang benda uji balok harus
dicetak untuk pengujian kuat lentur, sepasang pertama untuk 7 hari dan sepasang
lainnya pada umur 28 hari.
Satu lot didefinikan sebagai sampai 50 m3 untuk beton yang dibentuk dengan
acuan bergerak dan samapi 30 m3 untuk yang dibentuk dengan acuan tetap.
Konsistensi beton ditentukan dengan mengukur slump. Nilai slump untuk setiap
campuran beton adalah 25 – 38 mm, untuk beton yang akan dibentuk dengan acuan
berjalan (Slipform), dan 38 – 75 mm, untuk beton yang dihampar secara manual
(acuan tetap)

5.3.(1a) Perkerasan Beton Semen (Mekanis)


1. Umum:
Pekerjaan Perkerasan Beton Semen meliputi pemasokan, pemrosesan,
pengangkutan, penghamparan, dan pemadatan Perkerasan Beton Semen (Perkerasan
Kaku) di atas permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan
ketebalan dan bentuk penampang melintang seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

Volume Perkiraan Pekerjaan :


 21.000,60 m3
Peralatan yang digunakan :
 Batching Plan
 Concrete Paver
 Excavator
 Dump Truck,
 Gergaji Beton
 Alat bantu
Tenaga Kerja :
 Mandor
 Pekerja
Perlengkapan K3 :
 Memasang rambu peringatan
 Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti : sarung tangan, Baju rompi,
Masker, Helm Proyek, Sepatu Safety
 Memastikan kelengkapan SIA/SIO
2. Bahan:
a. Agretgat Halus
Agregat halus terdiri dari bahan yang bersih, keras, butiran tidak dilapisi
apapun dan mutu yang seragam dan harus :
 Ukuran lebih kecil dari ayakan No. 4 (4.75 mm)
 Sekurang-kurangnya terdiri dari 50% (terhadap berat) pasir alam
b. Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan harus bersih, keras, kuat dan diperoleh dari
pemecahan batu atau koral.
c. Semen
Semen dari Semen Portland Biasa (Ordinary Portland Cement, OPC) type 1.
d. Air
Air yang digunakan dalam campuran beton bersih, dan bebas dari bahan
yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa atau organik.
e. Membran kedap air
Membran yang kedap air di bawah perkerasan berupa lembaran polyethilene
dengan tebal 125 mikron.

Toleransi
Kelebihan ketinggian maksimum diuji dengan menggunakan mistar lurus
sepanjang 3 m adalah 3 mm.
Toleransi elevasi permukaan relatif terhadap elevasi rencana untuk pondasi
Agregat klas A adalah + 10 mm dan – 10 mm.

Pengajuan Rencana Kerja


Mengirim (workplan) termasuk peralatan, personil kerja dan gambar kerja
yang akan digunakan, untuk memperoleh persetujuan dari Pengawas Pekerjaan
sebelum pekerjaan dimulai
Melakukan management traffic dan memansang rambu – rambu peringatan
di keluar masuk alat berat agar tidak membahayakan Pekerja maupun pengguna
jalan yang melintas (apabila dibutuhkan)
Penyedia jasa mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang kan digunakan
dengan data pengujian yang memenuhi syarat-syarat bahan, dan rancangan
campuran (mix Design) untuk mutu beton yang akan digunakan berdasarkan kuat
tekan/lentur beton umur 7 dan 28 hari.
3. Metode Pelaksanaan
a. Acuan
Acuan dan alat pengendali elevasi dipasang di muka bagian yang sedang
dilaksanakan. Bagian atas acuan dan aat pengendali elevasi dipasang dengan
toleransi elevasi tidak melampaui -10 mm sampai + 10 mm relatif terhadap
rancangan elevasi permukaan.
b. Pengecoran Beton
Menghamparkan lembaran kedap air di bawah lapisan perkerasan, bila
diperlukan sambungan, maka dibuat tumpang tindih sekurang-kurangnya 300
mm.
Beton diproses di batching plant dengan campuran sesuai rancangan
campuran (mix Design), kemudian diangkut ke lokasi pengecoran,
Beton dicor dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga pekerjaan
pemindahan beton dihindari. Beton dituangkan ke dalam alat penghampar dan
dihamparkan secara mekanis sehingga mencegah segregasi. Penghamparan
dilakukan secara menerus di antara sambungan melintang tanpa sekatan
sementara. Beton dipadatkan secara merata pada tepi dan sepanjang acuan dan
pada kedua sisi setiap sambungan, menggunakan vibrator.
Vibrator tidak menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi
acuan. Vibrator tidak digunakan lebih dari 5 detik pada setiap temmpat.
Bila digunakan ruji (dowel), maka dowel dipasang sejajar dengan garis
sumbu perkerasan beton. Dowel diletakkan dalam ketebalan perkerasan dengan
perlengkapan mekanik yang disetujui Pengawas Pekerjaan.
Jika tidak dowel dipasang memakai penahan atau perlengkapan logam
lainnya yang dibiarkan tertinggal dalam perkerasan.
c. Penyelesaian Permukaan
Setelah dibentuk dan dipadatkan, beton diperhalus, diperbaiki dan
dipadatkan dengan bantuan alat penyetrika. Dua metode penyetrika sebagi
berikut:
Metode manual : Penyetrika manual dijalankan dari atas jembatan yang
dipasang membentang di kedua sisi acuan tanpa menyentuh beton,
digerakkan seperti gerakan menggergaji, sementara penyetrika selalu
sejajar dengan garis sumbu jalan dan bergerak berangsur-angsur dari sisi
perkerasan ke sisi yang lain.
Metode Mekanik : Penyetrika mekanik menggunakan mesin yang mencakup
pemotong, penyetrika dan penghalus yang dipasang dan dikendalikan
melalui rangka yang kaku. Rangka ini dijalankan dengan alat beroda
empat atau lebih yang bertumpu pada acuan samping.
Pengkasaran permukaan: Pengkasaran dilakukan dengan menggunakan
dua sikat kawat, dengan ukuran kawat 32 gauge, dan jarak kawat dari as
ke as 25 mm. Sikat kawat dipasang dengan susunan berselang seling (zig
zag), sehingga jarak kawat pada baris kedua degnan kawat pada baris
pertama 12.5 mm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 3
mm.
d. Sambungan Susut Gergajian
Sambungan susut ini dibentuk dengan membuat alur dengan gergaji beton
pada permukaan perkerasan dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai
dengan yang ditunjukkan dengan gambar. Penggergajian dilakukan sesegera
mungkin setelah beton cukup mengeras agar diperoleh hsasil rapi tanpa
menimbulkan keretakan. Pengergajian dilakukan tidak kurang dari 4 jam setelah
pengecoran, dan tidak lebih dari 10 jam. Sambungan dibentuk dengan
pemotongan sebelum terjadi retak susut yang tidak terkendali. Setiap sambungan
dibentuk dengan penggergajian yang berurutan dan teratur.

e. Perawatan (Curing)
Permukaan Perkerasan Beton Semen segera dirawat dengan penyemprotan
bahan perawatan yang disetujui, setelah permukaan tersebut selesai dikasarkan
dengan sikat.
i. Bahan perawatan harus dalam bentuk lapisan yang menerus tidak terputus,
dan disemprotkan dengan merata dalam dua kali penyemprotan.
 Pertama dalam waktu 15 menit setelah kondisi air permukaan “tidak
begitu mengkilap” dan
 Kedua 10 sampai 30 menit setelah penyemprotan pertama, atau sesuai
yang disarankan pabrik pembuatnya.
ii. Pada permukaan dengan acuan tetap, penyemprotan pertama dilakukan
dalam 30 menit setelah penggarukan dan yang kedua 15 sampai 45
menit sesudahnya.
iii. Masing-masing penyemprotan dengan kadar yang sama minimum 0.2
ltr/m2.
f. Penutup Sambungan
Sambungan sesegera mungkin ditutup setelah periode perawatan beton
berakhir dan sebelum perkerasan dibuka untuk lalu lintas. Sebelum ditutup setiap
sambungan dibersihkan dari bahan yang tidak dikehendaki, termasuk bahan
perawatan (membrane curing compound).

4. Pengendalian Mutu.
Untuk pengendalian mutu, dari setiap lot, dua pasang benda uji balok harus
dicetak untuk pengujian kuat lentur, sepasang pertama untuk 7 hari dan sepasang
lainnya pada umur 28 hari.
Satu lot didefinikan sebagai sampai 50 m3 untuk beton yang dibentuk dengan
acuan bergerak.
Konsistensi beton ditentukan dengan mengukur slump. Nilai slump untuk setiap
campuran beton adalah 25 – 38 mm, untuk beton yang akan dibentuk dengan acuan
berjalan (Slipform),

5.3.(1a) Perkerasan Beton Semen (Manual)


1. Umum:
Pekerjaan Perkerasan Beton Semen meliputi pemasokan, pemrosesan,
pengangkutan, penghamparan, dan pemadatan Perkerasan Beton Semen (Perkerasan
Kaku) di atas permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan
ketebalan dan bentuk penampang melintang seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

Volume Perkiraan Pekerjaan :


 21.000,60 m3
Peralatan yang digunakan :
 Batching Plan
 Dump Truck,
 Gergaji Beton
 Alat bantu
Tenaga Kerja :
 Mandor
 Pekerja
Perlengkapan K3 :
 Memasang rambu peringatan
 Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti : sarung tangan, Baju rompi,
Masker, Helm Proyek, Sepatu Safety
 Memastikan kelengkapan SIA/SIO
2. Bahan:
a. Agretgat Halus
Agregat halus terdiri dari bahan yang bersih, keras, butiran tidak dilapisi
apapun dan mutu yang seragam dan harus :
 Ukuran lebih kecil dari ayakan No. 4 (4.75 mm)
 Sekurang-kurangnya terdiri dari 50% (terhadap berat) pasir alam
b. Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan harus bersih, keras, kuat dan diperoleh dari
pemecahan batu atau koral.
c. Semen
Semen dari Semen Portland Biasa (Ordinary Portland Cement, OPC) type 1.
d. Air
Air yang digunakan dalam campuran beton bersih, dan bebas dari bahan
yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa atau organik.
e. Membran kedap air
Membran yang kedap air di bawah perkerasan berupa lembaran polyethilene
dengan tebal 125 mikron.

Toleransi
Kelebihan ketinggian maksimum diuji dengan menggunakan mistar lurus
sepanjang 3 m adalah 3 mm.
Toleransi elevasi permukaan relatif terhadap elevasi rencana untuk pondasi
Agregat klas A adalah + 10 mm dan – 10 mm.

Pengajuan Rencana Kerja


Mengirim (workplan) termasuk peralatan, personil kerja dan gambar kerja
yang akan digunakan, untuk memperoleh persetujuan dari Pengawas Pekerjaan
sebelum pekerjaan dimulai
Melakukan management traffic dan memansang rambu – rambu peringatan
di keluar masuk alat berat agar tidak membahayakan Pekerja maupun pengguna
jalan yang melintas (apabila dibutuhkan)
Penyedia jasa mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang kan digunakan
dengan data pengujian yang memenuhi syarat-syarat bahan, dan rancangan
campuran (mix Design) untuk mutu beton yang akan digunakan berdasarkan kuat
tekan/lentur beton umur 7 dan 28 hari.
3. Metode Pelaksanaan
a. Acuan
Acuan tetap dibuat dari logam dengan ketebalan min 5 mm, disediakan
dalam ruas-ruas dengan panjang 3 m. Acuan mempunyai ketebalan yang sama
dengan ketebalan perkerasan.
Acuan dilengkapi dengan sarana yang memadai untuk keperluan
pemasangan, sehingga dapat menahan benturan, dan getaran dari alat pemadat
tanpa adanya penurunan.
Acuan dipasang di muka bagian yang sedang dilaksanakan. Bagian atas
acuan dipasang dengan toleransi elevasi tidak melampaui -10 mm sampai + 10
mm relatif terhadap rancangan elevasi permukaan.
b. Pengecoran Beton
Menghamparkan lembaran kedap air di bawah lapisan perkerasan, bila
diperlukan sambungan, maka dibuat tumpang tindih sekurang-kurangnya 300
mm.
Beton diproses di batching plant dengan campuran sesuai rancangan
campuran (mix Design), kemudian diangkut ke lokasi pengecoran,
Beton dicor dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga pekerjaan
pemindahan beton dihindari. Beton dituangkan ke dalam alat penghampar dan
dihamparkan secara mekanis sehingga mencegah segregasi. Penghamparan
dilakukan secara menerus di antara sambungan melintang tanpa sekatan
sementara. Beton dipadatkan secara merata pada tepi dan sepanjang acuan dan
pada kedua sisi setiap sambungan, menggunakan vibrator.
Vibrator tidak menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi
acuan. Vibrator tidak digunakan lebih dari 5 detik pada setiap temmpat.
Bila digunakan ruji (dowel), maka dowel dipasang sejajar dengan garis
sumbu perkerasan beton.
Dowel dipasang memakai penahan atau perlengkapan logam lainnya yang
dibiarkan tertinggal dalam perkerasan.
c. Penyelesaian Permukaan
Setelah dibentuk dan dipadatkan, beton diperhalus, diperbaiki dan
dipadatkan dengan bantuan alat penyetrika.
Metode manual : Penyetrika manual dijalankan dari atas jembatan yang
dipasang membentang di kedua sisi acuan tanpa menyentuh beton,
digerakkan seperti gerakan menggergaji, sementara penyetrika selalu
sejajar dengan garis sumbu jalan dan bergerak berangsur-angsur dari sisi
perkerasan ke sisi yang lain.
Pengkasaran permukaan: Pengkasaran dilakukan dengan menggunakan
dua sikat kawat, dengan ukuran kawat 32 gauge, dan jarak kawat dari as
ke as 25 mm. Sikat kawat dipasang dengan susunan berselang seling (zig
zag), sehingga jarak kawat pada baris kedua degnan kawat pada baris
pertama 12.5 mm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 3
mm.
d. Sambungan Susut Gergajian
Sambungan susut ini dibentuk dengan membuat alur dengan gergaji beton
pada permukaan perkerasan dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai
dengan yang ditunjukkan dengan gambar. Penggergajian dilakukan sesegera
mungkin setelah beton cukup mengeras agar diperoleh hsasil rapi tanpa
menimbulkan keretakan. Pengergajian dilakukan tidak kurang dari 4 jam setelah
pengecoran, dan tidak lebih dari 10 jam. Sambungan dibentuk dengan
pemotongan sebelum terjadi retak susut yang tidak terkendali. Setiap sambungan
dibentuk dengan penggergajian yang berurutan dan teratur.

e. Perawatan (Curing)
Permukaan Perkerasan Beton Semen segera dirawat dengan penyemprotan
bahan perawatan yang disetujui, setelah permukaan tersebut selesai dikasarkan
dengan sikat.
i. Bahan perawatan harus dalam bentuk lapisan yang menerus tidak terputus,
dan disemprotkan dengan merata dalam dua kali penyemprotan.
 Pertama dalam waktu 15 menit setelah kondisi air permukaan “tidak
begitu mengkilap” dan
 Kedua 10 sampai 30 menit setelah penyemprotan pertama, atau sesuai
yang disarankan pabrik pembuatnya.
ii. Pada permukaan dengan acuan tetap, penyemprotan pertama dilakukan
dalam 30 menit setelah penggarukan dan yang kedua 15 sampai 45
menit sesudahnya.
iii. Masing-masing penyemprotan dengan kadar yang sama minimum 0.2
ltr/m2.
f. Penutup Sambungan
Sambungan sesegera mungkin ditutup setelah periode perawatan beton
berakhir dan sebelum perkerasan dibuka untuk lalu lintas. Sebelum ditutup setiap
sambungan dibersihkan dari bahan yang tidak dikehendaki, termasuk bahan
perawatan (membrane curing compound).

4. Pengendalian Mutu.
Untuk pengendalian mutu, dari setiap lot, dua pasang benda uji balok harus
dicetak untuk pengujian kuat lentur, sepasang pertama untuk 7 hari dan sepasang
lainnya pada umur 28 hari.
Satu lot didefinikan sebagai samapi 30 m3 untuk yang dibentuk dengan acuan
tetap.
Konsistensi beton ditentukan dengan mengukur slump. Nilai slump untuk setiap
campuran beton adalah 38 – 75 mm, untuk beton yang dihampar secara manual
(acuan tetap)

5.3.(2a) Perkerasan Beton Semen dengan Anyaman Tulangan Tunggal


1. Umum:
Pekerjaan Perkerasan Beton Semen dengan Anyaman Tulangan Tunggal meliputi
pemasokan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, dan pemadatan di atas
permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan ketebalan dan
bentuk penampang melintang seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

Volume Perkiraan Pekerjaan :


 3.430,80 m3
Peralatan yang digunakan :
 Batching Plan
 Concrete Paver
 Dump Truck,
 Excavator
 Gergaji Beton
 Alat bantu
Tenaga Kerja :
 Mandor
 Pekerja
Perlengkapan K3 :
 Memasang rambu peringatan
 Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti : sarung tangan, Baju rompi,
Masker, Helm Proyek, Sepatu Safety
 Memastikan kelengkapan SIA/SIO
2. Bahan:
a. Agretgat Halus
Agregat halus terdiri dari bahan yang bersih, keras, butiran tidak dilapisi
apapun dan mutu yang seragam dan harus :
 Ukuran lebih kecil dari ayakan No. 4 (4.75 mm)
 Sekurang-kurangnya terdiri dari 50% (terhadap berat) pasir alam
b. Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan harus bersih, keras, kuat dan diperoleh dari
pemecahan batu atau koral.
c. Semen
Semen dari Semen Portland Biasa (Ordinary Portland Cement, OPC) type 1.
d. Air
Air yang digunakan dalam campuran beton bersih, dan bebas dari bahan
yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa atau organik.
e. Membran kedap air
Membran yang kedap air di bawah perkerasan berupa lembaran polyethilene
dengan tebal 125 mikron.
f. Baja Tulangan
Baja tulangan terbuat dari anyaman kawat baja yang dirakit di pabrik dengan
ikatan antar tulangan dilas.

Toleransi
Kelebihan ketinggian maksimum diuji dengan menggunakan mistar lurus
sepanjang 3 m adalah 3 mm.
Toleransi elevasi permukaan relatif terhadap elevasi rencana untuk pondasi
Agregat klas A adalah + 10 mm dan – 10 mm.

Pengajuan Rencana Kerja


Mengirim (workplan) termasuk peralatan, personil kerja dan gambar kerja
yang akan digunakan, untuk memperoleh persetujuan dari Pengawas Pekerjaan
sebelum pekerjaan dimulai
Melakukan management traffic dan memansang rambu – rambu peringatan
di keluar masuk alat berat agar tidak membahayakan Pekerja maupun pengguna
jalan yang melintas (apabila dibutuhkan)
Penyedia jasa mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang kan digunakan
dengan data pengujian yang memenuhi syarat-syarat bahan, dan rancangan
campuran (mix Design) untuk mutu beton yang akan digunakan berdasarkan kuat
tekan/lentur beton umur 7 dan 28 hari.
3. Metode Pelaksanaan
a. Acuan
Acuan dan alat pengendali elevasi dipasang di muka bagian yang sedang
dilaksanakan. Bagian atas acuan dan aat pengendali elevasi dipasang dengan
toleransi elevasi tidak melampaui -10 mm sampai + 10 mm relatif terhadap
rancangan elevasi permukaan.
b. Pengecoran Beton
Menghamparkan lembaran kedap air di bawah lapisan perkerasan, bila
diperlukan sambungan, maka dibuat tumpang tindih sekurang-kurangnya 300
mm.
Beton diproses di batching plant dengan campuran sesuai rancangan
campuran (mix Design), kemudian diangkut ke lokasi pengecoran,
Beton dicor dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga pekerjaan
pemindahan beton dihindari. Beton dituangkan ke dalam alat penghampar dan
dihamparkan secara mekanis sehingga mencegah segregasi. Penghamparan
dilakukan secara menerus di antara sambungan melintang tanpa sekatan
sementara. Beton dipadatkan secara merata pada tepi dan sepanjang acuan dan
pada kedua sisi setiap sambungan, menggunakan vibrator.
Vibrator tidak menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi
acuan. Vibrator tidak digunakan lebih dari 5 detik pada setiap temmpat.
Bila digunakan ruji (dowel), maka dowel dipasang sejajar dengan garis
sumbu perkerasan beton. Dowel diletakkan dalam ketebalan perkerasan dengan
perlengkapan mekanik yang disetujui Pengawas Pekerjaan.
Jika tidak dowel dipasang memakai penahan atau perlengkapan logam
lainnya yang dibiarkan tertinggal dalam perkerasan.
c. Pemasangan Baja Tulangan
Baja tulangan diletakkan dengan kaku sebelum pengecoran beton, atau
dapat dihampar pada kedalaman sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar
pada beton yang masih dalam tahap plastis, dengan memakai peralatan mekanik.
Sambungan antar anyaman kawat baja yang tumpang tindih ( overlap)
minimal 450 mm.
d. Penyelesaian Permukaan
Setelah dibentuk dan dipadatkan, beton diperhalus, diperbaiki dan
dipadatkan dengan bantuan alat penyetrika. Dua metode penyetrika sebagi
berikut:
Metode manual : Penyetrika manual dijalankan dari atas jembatan yang
dipasang membentang di kedua sisi acuan tanpa menyentuh beton,
digerakkan seperti gerakan menggergaji, sementara penyetrika selalu
sejajar dengan garis sumbu jalan dan bergerak berangsur-angsur dari sisi
perkerasan ke sisi yang lain.
Metode Mekanik : Penyetrika mekanik menggunakan mesin yang mencakup
pemotong, penyetrika dan penghalus yang dipasang dan dikendalikan
melalui rangka yang kaku. Rangka ini dijalankan dengan alat beroda
empat atau lebih yang bertumpu pada acuan samping.
Pengkasaran permukaan: Pengkasaran dilakukan dengan menggunakan
dua sikat kawat, dengan ukuran kawat 32 gauge, dan jarak kawat dari as
ke as 25 mm. Sikat kawat dipasang dengan susunan berselang seling (zig
zag), sehingga jarak kawat pada baris kedua degnan kawat pada baris
pertama 12.5 mm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 3
mm.
e. Sambungan Susut Gergajian
Sambungan susut ini dibentuk dengan membuat alur dengan gergaji beton
pada permukaan perkerasan dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai
dengan yang ditunjukkan dengan gambar. Penggergajian dilakukan sesegera
mungkin setelah beton cukup mengeras agar diperoleh hsasil rapi tanpa
menimbulkan keretakan. Pengergajian dilakukan tidak kurang dari 4 jam setelah
pengecoran, dan tidak lebih dari 10 jam. Sambungan dibentuk dengan
pemotongan sebelum terjadi retak susut yang tidak terkendali. Setiap sambungan
dibentuk dengan penggergajian yang berurutan dan teratur.

f. Perawatan (Curing)
Permukaan Perkerasan Beton Semen segera dirawat dengan penyemprotan
bahan perawatan yang disetujui, setelah permukaan tersebut selesai dikasarkan
dengan sikat.
i. Bahan perawatan harus dalam bentuk lapisan yang menerus tidak terputus,
dan disemprotkan dengan merata dalam dua kali penyemprotan.
 Pertama dalam waktu 15 menit setelah kondisi air permukaan “tidak
begitu mengkilap” dan
 Kedua 10 sampai 30 menit setelah penyemprotan pertama, atau sesuai
yang disarankan pabrik pembuatnya.
ii. Pada permukaan dengan acuan tetap, penyemprotan pertama dilakukan
dalam 30 menit setelah penggarukan dan yang kedua 15 sampai 45
menit sesudahnya.
iii. Masing-masing penyemprotan dengan kadar yang sama minimum 0.2
ltr/m2.
g. Penutup Sambungan
Sambungan sesegera mungkin ditutup setelah periode perawatan beton
berakhir dan sebelum perkerasan dibuka untuk lalu lintas. Sebelum ditutup setiap
sambungan dibersihkan dari bahan yang tidak dikehendaki, termasuk bahan
perawatan (membrane curing compound).
4. Pengendalian Mutu.
Untuk pengendalian mutu, dari setiap lot, dua pasang benda uji balok harus
dicetak untuk pengujian kuat lentur, sepasang pertama untuk 7 hari dan sepasang
lainnya pada umur 28 hari.
Satu lot didefinikan sebagai sampai 50 m3 untuk beton yang dibentuk dengan
acuan bergerak dan samapi 30 m3 untuk yang dibentuk dengan acuan tetap.
Konsistensi beton ditentukan dengan mengukur slump. Nilai slump untuk setiap
campuran beton adalah 25 – 38 mm, untuk beton yang akan dibentuk dengan acuan
berjalan (Slipform), dan 38 – 75 mm, untuk beton yang dihampar secara manual
(acuan tetap)

5.3.(3) Lapis Pondasi bawah Beton Kurus (Concrete Vibrator)


Pekerjaan Lapis Pondasi bawah Beton Kurus meliputi pemasokan, pemrosesan,
pengangkutan, penghamparan, dan pemadatan di atas permukaan yang telah
disiapkan dan telah diterima sesuai dengan ketebalan dan bentuk penampang
melintang seperti yang ditunjukkan dalam gambar
Pekerjaan ini dipergunakan sebagai lapisan perkerasan beton dibawah
perkerasan lapis beton semen pada badan jalan
Volume Perkiraan Pekerjaan :
1.611,90 M3
Peralatan
 Concrete Batching Plant
 Concrete Vibrator
 Truck Mixer
 Alat Bantu
Tenaga Kerja :
 Mandor
 Tukang
 Pekerja
Perlengkapan K3 :
 Memasang rambu peringatan
 Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti : sarung tangan, Baju rompi,
Masker, Helm Proyek, Sepatu Safety
 Memastikan kelengkapan SIA/SIO
Bahan :
 Beton dari ready mix batching plan
Metode Pelaksanaan :
Pengajuan Kesiapan Kerja
 Pekerjaan Lapis pondasi beton kurus di lakukan setelah lapis drainase telah
selesai dikerjakan dan di terima oleh Pengawas Pekerjaan
 Sebelum melakukan pekerjaan membuat request dan gambar kerja yang
diserahkan kepada Pengawas Pekerjaan untuk disetujui.
 Menyiapkan Perlengkapan APD sesuai yang di isyaratkan di lokasi Bachingplan
dan lokasi Pekerjaan
 Menyiapkan Peralatan dan melakukan pemeriksaan peralatan yang akan
digunakan agar tidak terjadi kerusakan saat dilakasanakan pekerjaan
 Melakukan pengukuran dan pemasangan patok pembatas pada lokasi
pekerjaan.
Pelaksanaan
 Memasang alat pengendali elevasi (jenis kayu dan multiplek atau lainnya)
dipasang dipinggir badan jalan sebagai acuan agar elevasi dan batas sesuai
dengan gambar rencana yang telah di setujui.
 Permukaan yang akan dicor terlebih dahulu dilakukan pembersihan dari
kotoran dan dibasahi dengan air agar tidak terjadi penyerapan air semen dari
beton yang akan digelar.
 Setelah permukaan telah siap, selanjutnya dilakukan pengadaan beton yang
akan di proses di Concrete Batching Plant sesuai dengan Mix Design
 Beton diangkut dari lokasi Concrete Batching Plant ke lokasi pengecoran
menggunakan truck mixer
 Sebelum melakukan pengecoran, dilakukan pengetesan terhadap beton segar
dengan melakukan slump test dan membuat benda uji kubus/silinder untuk
dilakukan pengetesan di laboratorium.
 Pengecoran dilakukan mengikuti pola yang telah terpasang. Truk mixer
diusahakan sedekat mungkin dengan lokasi pengecoran untuk mencegah
pemisahan campuran selama proses penuangan.
 Tuangkan campuran beton kedalam bekisting dan bersamaan pula dilakukan
perataan dan pemadatan menggunakan alat bantu concrete vibrator
 Penumpahan adukan beton secara berkesinambungan antara satu adukan
dengan adukan lainnya sebelum terjadi ikatan awal.
 Bilamana diperlukan dalam membongkar dan mengganti suatu bagian
perkerasan, setiap bagian yang tersisa dari pembongkaran perkerasan beton
dekat sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m, ikut dibongkar dan
diganti
 Lapis Fondasi Bawah Beton Kurus yang saat selesai dikerjakan segera dirawat
paling tidak sampai 70% kekuatan yang disyaratkan tercapai.
 Perawatan permukaan dilaksanakan dengan seluruh permukaan disemprot
dengan merata dengan bahan perawatan berpigmen putih
 Acuan dibongkar dengan hati- hati agar tidak merusak perkerasan beton.
Setelah acuan dibongkar, bagian sisi perkerasan beton dirawat (curing)
 Lokasi keropos yang kecil dibersihkan, dibasahi dan ditambal dengan adukan
semen kental dengan perbandingan 1 semen dan 2 agregat halus.
Pengendalian Mutu
Kuat tekan rata- rata Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus dari produksi harian
80 -110 kg/cm2.
Untuk pengendalian mutu, dari setiap lot, dua pasang benda uji balok harus
dicetak untuk pengujian kuat tekan, sepasang pertama untuk 7 hari dan sepasang
lainnya pada umur 28 hari.
Satu lot didefinikan sebagai samapi 30 m3 untuk yang dibentuk dengan
acuan tetap.
Konsistensi beton ditentukan dengan mengukur slump. Nilai slump untuk
setiap campuran beton adalah 100 +/- 25 mm.

5.5.(1) Lapis Fondasi Agregat Semen Kelas A (Cement Treated Base , CTB)
Pekerjaan Lapis Fondasi Agregat Semen Kelas A ( Cement Treated Base , CTB)
ini meliputi penyediaan material, pencampuran, pengangkutan, penghamparan,
pemadatan dengan roller, pembentukan permukaan (shaping), perawatan (curing)
dan penyelesaian (finishing) sesuai dengan spesifikasi, garis, kelandaian, ketebalan
dan penampang melintang sesuai gambar.

Volume Perkiraan Pekerjaan :


94.50 M3
Perlatan yang di gunakan :
 Wheel Loader
 Motor Grader
 Dump Truck
 Vibratory Roller
 Water tank Truck
 Batching / CTB plant
 Alat bantu
Tenaga Kerja:
 Mandor
 Pekerja
Perlengkapan K3 :
 Memasang rambu peringatan
 Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti : sarung tangan, Baju rompi,
Masker, Helm Proyek, Sepatu Safety
 Memastikan kelengkapan SIA/SIO
Bahan
 Semen
Semen yang digunakan adalah Semen Portland Tipe I, atau Portland
Pozzoland Cement, PPC.
 Aggregat Kelas A
Toleransi
 Tebal minimum Lapis Pondasi Agregat Semen yang dihampar dan dipadatkan
tidak boleh kurang 1 cm dari tebal yang ditunjukkan dalam gambar.
 Apabila sebuah mal datar sepanjang 3 m diletakkan pada permukaan jalan
sejajar dan tegak lurus terhadap garis sumbu jalan, variasi permukaan yang
ada tidak boleh melampaui 1 cm tiap 3 m.

Metode Pelaksanaan :
Persiapan
 Mengajukan rencana kerja dan shop drawing kepada Pengawas Pekerjaan
untuk mendapatkan persetujuan sebelu pekerjaan dimulai.
 Menyiapkan Alat K3 (APD) sesuai yang disyaratkan pada Base camp dan lokasi
Penghamparan
 Melakukan memanagement Traffic dan memasang rambu – rambu peringatan
pada lokasi penghamparan agar tidak membahayakan pekerja.
 Melakukan Pembuatan DMF (Desain Mix Formula) dan JMF (Job Mix Formula)
untuk material yang digunakan dan diajukan kepada Pengawas Pekerjaan
untuk disetujui
 Dilakukan Percobaan Lapangan (Field Trials) sepanjang 50 m digunakan untuk
mengetahui berapa jumlah lintasan masing - masing alat yang akan digunakan,
untuk mendapatkan nilai kepadatan sesuai dengan spesifikasi.
Pelaksanaan
 Material Lapis Fondasi Agregat Semen Kelas A (CTB) tersebut disiapkan atau
dicampur di Batching / CTB plant
 Material Lapis Fondasi Agregat Semen Kelas A (CTB) dalam keadaan kering
diangkut menggunakan dump truck dengan bak yang ditutupi dengan terpal.
 Kemudian Dump truck menuangkan material pada permukaan yang telah
disiapkan sesuai dengan gambar rencana yang telah disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan
 Dilakukan penghamparan dan pembentukan menggunakan Motor grader sesuai
gambar rencana
 Material yang telah dihampar kemudian disirami air menggunakan Water tank
truck.
 Material Lapis Fondasi Agregat Semen Kelas A (CTB), paling lambat 30 menit
semenjak pencampuran material dengan air segera dilakukan pemadatan
menggunakan Alat berat mekanis Vibratory Roller sesuai yang ditentukan
hingga mencapai kepadatan kering lebih dari 98%.
Perawatan (Curing)
 Segera setelah pemadatan terakhir dan permukaan telah cukup kering,
menggunakan karung goni yang dibasahi air.

SKh 5.6. Cement Treated Recycling Base (CTRB)


Pekerjaan Cement Treated Recycling Base (CTRB) meliputi pemrosesan daur
ulang (recycling) pada perkerasan jalan lama yang perlu ditingkatkan kemampuan
daya dukungnya, sebagai bahan lapis pondasi.
Material yang digunakan terdiri atas Kerikil/Agregat, lapisan aspal existing dan
semen.
Volume Perkiraan Pekerjaan :
94.50 M3
Perlatan yang di gunakan :
 Wheel Loader
 Motor Grader
 Dump Truck
 Vibratory Roller
 Water tank Truck
 Batching / CTB plant
 Alat bantu
Tenaga Kerja:
 Mandor
 Pekerja
Perlengkapan K3 :
 Memasang rambu peringatan
 Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti : sarung tangan, Baju rompi,
Masker, Helm Proyek, Sepatu Safety
 Memastikan kelengkapan SIA/SIO
Bahan
 Material Daur Ulang
Material daur ulang yang digunakan sebagai agregat, diperoleh dari
perkerasan lama yang digaruk dan dihancurkan hingga lolos saringan 1 ½”
(37.5 mm)
 Semen, Semen yang digunakan adalah Semen Portland Tipe I.
 Air, Air yang digunakan adalah air tawar dan bebas dari endapan atau material
yang merugikan.

Toleransi
 Apabila sebuah mal datar sepanjang 3 m diletakkan pada permukaan jalan
sejajar dan tegak lurus terhadap garis sumbu jalan, variasi permukaan yang
ada tidak boleh melampaui 2 cm tiap 3 m.

Metode Pelaksanaan :
Persiapan
Sebelum melaksanakan pekerjaan, Penyedia Jasa akan menyerahkan
kepada pengawas pekerjaan sebagai berikut:
 Contoh dari seluruh bahan yang akan digunakan berikut keterangan asal
sumbernya bersama dengan data pengujian sifat-sifatnya.
 Laporan tertulis yang menjelaskan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh
bahan, agregat dan aspal.
 Mengajukan rencana kerja dan shop drawing kepada Pengawas Pekerjaan
untuk mendapatkan persetujuan sebelu pekerjaan dimulai.
 Menyiapkan Alat K3 (APD) sesuai yang disyaratkan pada Base camp dan lokasi
Penghamparan
 Melakukan memanagement Traffic dan memasang rambu – rambu peringatan
pada lokasi penghamparan agar tidak membahayakan pekerja.
Pelaksanaan
 Material Cement Treated Recycling Base (CTRB) tersebut disiapkan atau
dicampur di Batching / CTRB plant
 Material Cement Treated Recycling Base (CTRB) dalam keadaan kering
diangkut menggunakan dump truck dengan bak yang ditutupi dengan terpal.
 Kemudian Dump truck menuangkan material pada permukaan yang telah
disiapkan sesuai dengan gambar rencana yang telah disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan
 Dilakukan penghamparan dan pembentukan menggunakan Motor grader sesuai
gambar rencana
 Material yang telah dihampar kemudian disirami air menggunakan Water tank
truck.
 Material Cement Treated Recycling Base (CTRB), paling lambat 60 menit
semenjak pencampuran material dengan air segera dilakukan pemadatan
menggunakan Alat berat mekanis Vibratory Roller sesuai yang ditentukan
hingga mencapai kepadatan kering lebih dari 95%.
 Pemadatan maksimal 120 menit telah selesai dilakukan semenjak semen
dicampur dengan air.

Perawatan (Curing)
 Segera setelah pemadatan terakhir dan permukaan telah cukup kering,
menggunakan karung goni yang dibasahi air.

BATAS SUDAH DI CHECK !!

Anda mungkin juga menyukai